PENYAKIT HIV/AIDS
Disusun Oleh :
NIM : 2211010
KOTA MAKASSAR
TAHUN AJARAN
2022-2023
DAFTAR ISI
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................... 6
D. Manfaat Peneliian......................................................................................................... 6
Nutrisi............................................................................12
4. Pelaksanaan keperawatan.......................................................................................19
A. KESIMPULAN .......................................................................................................... 21
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
baik secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini. Penulis juga menerima kritik
serta saran dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan lebih baik di kesempatan
berikutnya.
Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat dan dampak besar sehingga dapat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia yang menjadi
wabah internasional sejak pertama kehadirannya (Arriza, Dewi, Dkk, 2011). Penyakit ini
2015).
tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain (Kemenkes,
2015).
Meskipun telah ada kemajuan dalam pengobatannya, namun infeksi HIV dan AIDS
masih merupan masalah kesehatan yang penting di dunia ini (Smeltzer dan Bare, 2015).
Penyakit AIDS diartikan sebagai sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau
kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar dan sebagai bentuk paling
hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun dan tanpa gejala
yang nyata, hingga keadaan imunosupresi yang berkaitan dengan berbagai infeksi yang
Proporsi orang yang terinfeksi HIV, tetapi tidak mendapat pengobatan anti HIV dan
akhirnya akan berkembang menjadi AIDS diperkirakan mencapai lebih dari 90%. Karena
tidak adanya pengobatan anti HIV yang efektif, Case Fatality Rate dari AIDS menjadi
Poltekkes Kemenkes Padang Penyebaran HIV tidak mengenal umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan daerah tempat tinggal penderitanya
Laporan dari Joint United Nations Programme on HIV and AIDS atau UNAIDS pada
tahun 2015 terdapat 2,1 juta infeksi HIV baru diseluruh dunia, yang banyak tersebar di
wilayah afrika dan asia. Data ini menambah total penderita HIV menjadi 36.7 juta dan
Pengendalian Penyakit atau Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI pada tanggal 18 Mei
2016 menyebutkan bahwa di Indonesia dari bulan Januari sampai dengan Maret 2016
jumlah HIV yang dilaporkan sebanyak 7.146 orang dan AIDS sebanyak 305 orang. Rasio
perbandingan antara laki-laki dan perempuan yaitu 2:1 (Ditjen P2P Kementrian
Total angka kejadian kasus AIDS yang dilaporkan di Sumatra Barat dari tahun 2009
sampai dengan bulan Maret 2016 yaitu 1.192 kasus, dimana komulatif Case Rate nya
yaitu 21,59%. Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan dari provinsi, pada tahun 2011 ada
132 kasus, pada tahun 2012 133 kasus, tahun 2013 ada 222 kasus, tahun 2014 ada 321
kasus, tahun 2015 ada 243 kasus, dan sampai bulan Maret 2016 ada 28 kasus (Ditjen P2P
Infeksi HIV menular melalui cairan genitalia (sperma dan cairan vagina) penderita
dan masuk ke orang lain melalui jaringan epitel sekitar uretra, vagina dan anus akibat
hubungan seks bebas tanpa kondom, heteroseksual atau homoseksual. Ibu yang menderita
HIV/AIDS sangat beresiko menularkan HIV ke bayi yang dikandung jika tidak ditangani
Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI tahun 2016 presentase faktor resiko HIV tertinggi
adalah hubungan seks beresiko pada heteroseksual (47%), Lelaki Seks Poltekkes
Kemenkes Padang Lelaki atau LSL (25%) dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada
penasun (3%). Sedangkan untuk presentase faktor resiko AIDS tertinggi adalah hubungan
seks beresiko pada heteroseksual (73,8%), Lelaki Suka Lelaki atau LSL (10%),
penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (5,2%), dan perinatal (2,6%). Orang
yang terinfeksi HIV atau mengidap AIDS biasa disebut dengan ODHA. Orang Dengan
HIV AIDS (ODHA) beresiko mengalami Infeksi Oportunistik atau IO. Infeksi
Oportunistik adalah infeksi yang terjadi karena menurunnya kekebalan tubuh seseorang
akibat virus HIV. Infeksi ini umumnya menyerang ODHA dengan HIV stadium lanjut.
Infeksi Oportunistik yang dialami ODHA dengan HIV stadium lanjut menyebabkan
nutrisi, cairan, kenyamanan, koping, integritas kulit dan sosial spritual. Gangguan
kebutuhan dasar ini bermanifestasi menjadi diare, nyeri kronis pada beberapa anggota
tubuh, penurunan berat badan, kelemahan, infeksi jamur, hingga distres dan depresi
(Nursalam,2011).
hasil laporan Direktur jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit atau Ditjen P2P
tahun 2016 ada beberapa penyakit penyerta yang biasa menyertai AIDS diantaranya,
Penyakit HIV AIDS juga memunculkan berbagai masalah psikologis seperti ketakutan,
keputusasaan yang disertai dengan prasangka buruk dan diskriminasi dari orang lain,
yang kemudian dapat menimbulkan tekanan psikologis (Green Setyowati 2004 dalam
Arriza, Dkk. 2013). Menurut Nursalam (2011) jika ditambah dengan stres psikososial-
spiritual yang berkepanjangan pada pasien Poltekkes Kemenkes Padang terinfeksi HIV,
interne pria RSUP Dr. M.Djamil Padang pada bulan September 2016, terdapat 2 klien
yang menderita HIV AIDS dalam 1 minggu praktek. Berdasarkan observasi selama dinas
di bangsal interne pria, pengkajian tentang kebutuhan nutrisi pada pasien dengan HIV
AIDS kurang dilakukan secara rinci seperti penimbangan berat badan, pengukuran
antropometri. Evaluasi juga jarang dilakukan seperti jumlah makanan yang dimakan
pasien, seberapa banyak makanan yang dihabiskan pasien dalam 1 porsi pemberian, serta
jarang dilakukan evaluasi penimbangan berat badan. Nutrisi yang sehat dan seimbang
kehilangan vitamin dan mineral, meningkatkan fungsi sistem imun dan kemampuan
tubuh untuk memerangi penyakit dan juga meningkatkan respon terhadap pengobatan.
Namun pasien HIV dan AIDS seringkali tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah
yang cukup karena beberapa sebab diantaranya adanya lesi oral, mual, muntah kelelahan
dan depresi membuat ODHA menurun nafsu makannya (Nursalam, 2011). Perawat
memiliki tugas memenuhi kebutuhan dan membuat status kesehatan ODHA meningkat
melalui asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan suatu tindakan atau proses
dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien untuk
memenuhi kebutuhan objektif pasien, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus.
AIDS
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan atau implementasi pada pasien dengan HIV
AIDS
D. Manfaat Peneliian
1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengalaman yang berharga bagi peneliti dari
aspek aplikatif dan sebagai wujud aplikatif mata ajar riset keperawatan tentang
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau referensi dalam
pembuatan atau pengaplikasian asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian HIV/AIDS
HIV atau human immunodeficiency virus disebut sebagai retrovirus yang
membawa materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan asam
progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA amat rentan dan
2. Etiologi HIV/AIDS
AIDS disebabkan oleh HIV yaitu suatu retrovirus pada manusia yang
termasuk dalam keluarga lentivirus. secara genetik HIV dibedakan menjadi dua,
tetapi berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Keduanya merupakan
virus yang menginfeksi sel T-CD4 yang memiliki reseptor dengan afinitas tinggi
untuk HIV. (Widyanto & Triwibowo, 2013). AIDS disebabkan oleh HIV yang
dikenal dengan retrovirus yang di tularkan oleh darah dan punya afinitas yang
7
3. Tanda dan Gejala HIV/AIDS
a. Gejala Mayor yaitu penurunan berat badan, diare lebih dari 1 bulan
b. Gejala Minor yaitu kandidiasis oral, batuk, pnemonia, dan infeksi kulit.
4. Patofisiologi HIV/AIDS
dengan cepat dan kadar virus dalam darah berkembang cepat, dalam satu hari HIV
dapat membelah diri menghasilkan virus baru jumlahnya sekitar 10 miliar. Proses
terjadinya defisit nutrisi pada HIV/AIDS, pasien akan mengalami 4 fase yaitu :
a. Periode jendela
Pada periode ini pemeriksaan tes antibodi HIV masih negatif walaupun
virus sudah ada dalam darah pasien. Hal itu karena antibodi yang terbentuk
terhadap HIV muncul dalam 3-6 minggu hingga 12 minggu setelah infeksi
primer. Pada periode ini pasien mampu dan berisiko menularkan HIV kepada
orang lain.
Proses ini di mulai setelah HIV menginfeksi sel target kemudian terjadi
proses replika yang menghasilkan virus baru yang jumlahnya berjuta-juta virion.
Virimea dari banyak virion ini memicu munculnya sindrom infeksi akut dengan
gejala mirip flu. Sekitar 50-70% orang hiv yang terinfeksi mengalami sindrom
infeksi akut selama 3-6 minggu seperti influenza yaitu demam, sakit otot,
8
berkeringat, ruam, sakit tenggorokan, sakit kepala, keletihan, pembengkakan
Antigen HIV terdeteksi kira-kira 2 minggu setelah infeksi dan terus ada
selama 3-5 bulan. Pada fase akut terjadi penurunan limfosit T yang dramatis
kemudian terjadi kenaikan limfosit T karena respon imun. Pada fase ini jumlah
limfosit T masih di atas 500 sel/mm3 kemudian akan menurun setelah 6 minggu
terinfeksi HIV.
Pada fase infeksi laten terjadi pembentukan respon imun spesifik HIV dan
hilang dan mulai memasuki fase laten. Pada fase ini jarang di temukan virion
kelenjar limfe dan terjadi replika. Jumlah limfosit T-CD4 menurun sekitar 500-
umumnya belum menunjukan gejala klinis (asimtomatis). Fase ini terjadi sekitar
8-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada tahun ke delapan setelah terinfeksi HIV
gejala klinis akan muncul seperti demam , kehilangan BB < 10%, diare, lesi pada
Selama fase ini, replika virus terus terjadi di dalam kelenjar limfe yang di
ikuti kematian SDF karena banyaknya virus. Fungsi kelenjar limfe yaitu sebagai
perangkap virus akan menurun atau bahkan hilang dan virus diluncurkan dalam
darah. Pada fase ini terjadi peningkatan jumlah virion berlebihan, limfosit
9
semakin tertekan karena infeksi HIV semakin banyak. Pada saat tersebut terjadi
menyebabkan sistem imun pasien menurun dan semakin rentan terhadap berbagai
AIDS.
adalah Keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal)
atau risiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk
merupakan suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau
yang tidak adekuat atau metabolisme nutrient yang tidak adekuat untuk kebutuhan
penyerapan zat gizi, menurunnya atau habisnya cadangan vitamin dan mineral
dalam tubuh. Defisit nutrisi pada pasien HIV/AIDS terjadi karena pasien
mengalami diare kronis, kandialisis oral, dan sariawan yang menyebabkan nafsu
makan menurun, pasien tidak mampu menelan makanan dan pasien tidak mampu
pada ODHA dimulai sejak dini. Walaupun jumlah makanan ODHA sudah cukup
10
dan berimbang, tetapi ODHA harus mengonsumsi suplemen atau nutrisi
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) penyebab defisit nutrisi pada
HIV/AIDS yaitu :
gangguan menelan, kenyamanan saat makan, anoreksia, mual dan muntah atu
kelebihan intake kalori. Intake nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh
HIV/AIDS disebabkan oleh asupan gizi yang tidak adekuat karena berkurangnya
nafsu makan, yang bisa disebabkan oleh kesulitan dalam menelan makanan
akibat dari infeksi seperti sariawan atau esofagitis yang disebabkan oleh jamur
dan muntah.
digestivus, interaksi obat dengan zat gizi. Hal ini menyebabkan malabsorbsi
karbohidrat dan lemak sehingga mempengaruhi vitamin larut dalam lemak seperti
11
3. Tanda dan Gejala Defisit Nutrisi
Secara spesifik tanda gejala defisit nutrisi pada pasien HIV/AIDS menurut
Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular tahun 2003 yaitu pasien HIV pada
umumnya mengalami penurunan nafsu makan. Tanda dan gejala lain defisit
nutrisi pada ODHA yakni terjadinya penurunan berat badan minimal 10% dari
rentang ideal dan diare kronis menyebabkan dehidrasi, absorpsi makanan buruk.
makan menurun.
2) Data objektif : bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan
1. Pengkajian keperawatan
pemeriksaan fisik dan peninjauan informasi riwayat pasien yang diberikan oleh
12
mengidentifikasi peluang promosi kesehatan) dan risiko ( untuk mencegah atau
keperawatan yang ada yang telah dikembangkan menjadi kerangka. Kerangka ini
yang menyediakan cara untuk mengkategorikan data dalam jumlah yang besar ke
yang dialami oleh pasien sehingga dapat ditentukan diagnosis yang sesuai untuk
terapeutik yang efektif dengan pasien. Dengan kata lain, pengkajian adalah
pengkajian perawat harus mengkaji tanda dan gejala yang dibagi menjadi dua
kategori yaitu tanda mayor dan minor. Tanda dan gejala defisit nutrisi pada
13
Tabel 1
Gejala dan Tanda Mayor Minor Defisit Nutrisi pada pasien HIV/AIDS
2. Diagnosa keperawatan
atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada
mengenai situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016).
14
kedalam kelompok masalah aktual, risiko, dan promosi kesehatan. Perumusan
menggunakan pola PES, yaitu problem sebagai masalah inti dari respon klien
berupa data objektif dan gejala yang berupa data subjektif. (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016)
masuk ke dalam kategori fisiologi dengan subkategori nutrisi dan cairan. Defisit
gejala (sign/symptom) yang muncul berupa tanda gejala mayor dan minor. Tanda
rentang ideal (objektif). Sedangkan tanda gejala minor diantaranya cepat kenyang
bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran
mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare
(objektif).
15
menurun minimal 10 % di bawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan,
nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah
lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin
3. Perencanaan keperawatan
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
DPP PPNI, 2018). Setiap rencana keperawatan terdiri atas tiga komponen yaitu
label, definisi dan tindakan. Tindakan ini terdiri atas observasi, terapeutik,
edukasi, dan kolaborasi. Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018),
kebutuhan metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Dalam perencanaan
yang dapat diobservasi dan diukur yang meliputi kondisi, perilaku, dan persepsi
keperawatan. Dalam hal ini mengunakan standar luaran yaitu status nutrisi yang
16
Sedangkan perencanaan keperawatan dirumuskan sesuai dengan Standar
tindakan yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahun dan
penilaian klinis untuk mencapai standar luaran yang diharapkan. Dalam hal ini
Adapun intervensi yang dapat dirumuskan pada pasien HIV/AIDS dengan defisit
17
Tabel 2
Perencanaan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS dengan Defisit Nutrisi
18
1 2 3
Sumber : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017, (Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
2019), Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
4. Pelaksanaan keperawatan
keperawatan yang telah disusun oleh perawat untuk mengatasi masalah pasien.
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu
19
5. Evaluasi keperawatan
Kegiatan evaluasi ini merupakan membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
perencanaan dan kriteria hasil evaluasi yang telah diharapkan dapat terapai. Proses
a. Subjektif yaitu respon evaluasi tertutup yang tampak hanya pada pasien yang
mengalami dan hanya dapat dijelaskan serta diverifikasi oleh pasien tersebut.
makan meningkat.
b. Objektif yaitu respon evaluasi yang dapat dideteksi, diukur, dan diperiksa
diharapkan berat badan tidak menurun, bising usus normal, otot pengunyah
normal, otot menelan normal, membran mukosa tidak pucat lagi, sariawan
dapat menarik satu dari tiga kemungkinan yaitu tujuan tercapai, tujuan
20
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
membawa materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan asam
AIDS disebabkan oleh HIV yaitu suatu retrovirus pada manusia yang termasuk
dalam keluarga lentivirus. secara genetik HIV dibedakan menjadi dua, tetapi
berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Keduanya merupakan virus yang
menginfeksi sel T-CD4 yang memiliki reseptor dengan afinitas tinggi untuk HIV
21
DAFTAR PUSTAKA
4. Ditjen P2P Kementerian Kesehatan RI. Laporan situasi perkembangan HIV dan
6. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
7. Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
8. Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
9. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
22