Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP

TINGKAT PEMAHAMAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SANTRI


MA’HAD WALISONGO SEMARANG

PROPOSAL TESIS
Di Susun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu: Dr. Nur Khoiri, M.Ag

Oleh:

IDA AROFA
1800018030

PROGRAM MAGISTER ILMU AGAMA ISLAM

PASCASARJANA

UIN WALISONGO SEMARANG

2018
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6

D. Manfaat penelitian ......................................................................... 6

E. Tinjaun Pustaka ..............................................................................7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pemahaman Kesehatan Reproduksi ................................................ 9

1. Definisi Pemahaman Kesehatan Reproduksi .............................. 13

2. Aspek-aspek Pemahaman Kesehatan Reproduksi ...................... 15

3. Kesehatan Reproduksi Remaja ................................................... 17

4. Pemahaman Kesehatan Reproduksi menurut Islam ................... 19

5. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi .................. 20

6. Hak-hak Kesehatan Reproduksi ................................................ 22

7. Masalah Seputar Alat-alat Reproduksi ....................................... 24

B. Bimbingan dan Penyuluhan Islam .................................................. 25

1. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan Islam .......................... 26

2. Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan Islam ................................ 27

3. Dasar dan Prinsip Bimbingan dan Penyuluhan Islam ............... 28

4. Fungsi Bimbingan dan Penyuluhan Islam ............................... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis dan Pendekatan .................................................................. 30

2. Waktu dan Lokasi Penelitian....................................................... 32

1
3. Populasi dan Sampel ................................................................... 43

4. Variabel Penelitian ..................................................................... 33

5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 38

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia yang
harus dijaga dan dilestarikan. Kesehatan yang baik dapat digambarkan sebagai
kondisi tubuh serta pikiran berfungsi dengan baik. Penyebab utama dibalik
kondisi kesehatan yang buruk adalah penyakit, pola makan yang tidak tepat,
cidera, stress mental, kurangnya kebersihan dan gaya hidup yang tidak sehat.
Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan, baik kesehatan fisik
dan mental, maupun kesehatan lingkungan. Salah satu bentuk kesehatan yang
juga sangat diperhatikan Islam adalah kesehatan reproduksi (Hasanah, 2016:
239). Kesehatan reproduksi merupakan suatu kondisi sehat pada semua sistem
organ, fungsi, dan proses reproduksi. Menurut World Health Organization
WHO (1992) dalam Marmi (2015: 4) kesehatan reroduksi adalah suatu
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala hal aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya. Suatu keadaan dimana manusia dapat
menikmati kehidupan sosial serta mampu menjalankan fungsi dan proses
reproduksinya secara sehat dan aman.
Al-Qur’an telah menyerukan kepada orang-orang yang beriman agar
mereka menjaga organ reproduksinya. Salah satu diantaranya adalah surat
An-Nur ayat 30-31

     


         
     
   ..... 
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “ Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memilihara alat kelaminya (organ reproduksinya), yang

2
demikian itu lebih suci bagi mereka. Katakanlah kepada perempuan-
perempuan yang beriman; “Hendaklah mereka menahan pandanganya dan
memilihara alat kelaminya (organ reproduksinya)...” (Surat An-Nur ayat 30-
31). (Departemen Agama RI, 2010: 593)

Tuntunan ini mendorong umat manusia untuk menjaga dan


memelihara kesehatan, karena pemeliharaan kesehatan adalah suatu upaya
yang sangat penting bagi hidup dan kehidupan manusia. Pemeliharaan
kesehatan dan kesucian mempunyai dampak jauh lebih luas pada peningkatan
makna hidup dan kehidupan itu sendiri. Pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku higenis
terutama perempuan pada saat menstruasi. Rendahnya pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi akan memungkinkan perempuan tidak berprilaku higenis
pada saat menstruasi dan personal hygeine yang kurang pada remaja akan
menimbulkan masalah kesehatan reproduksi (Majelis Ulama Indonesia, 2016:
27) .
Upaya-upaya dalam menjaga kesehatan reproduksi yaitu dengan
meletakkan prinsip mencegah datangnya penyakit lebih baik daripada
mengobati penyakit. Prinsip kesehatan reproduksi ini ada pada setiap rentan
kehidupan mulai dari remaja, dewasa, tua dan lanjut usia. Pertumbuhan dan
perkembangan manusia mengalami berbagai perubahan, baik pertumbuhan
fisik maupun perkembangan kejiwaan dan kehidupan sosial. Proses
pertumbuhan ini terjadi secara bertahap mulai dari konsepsi, bayi, masa kanak-
kanak, remaja, dewasa sampai usia lanjut.
Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap masalah
kesehatan reproduksi. Adolesence (remaja) merupakan masa transisi dari anak-
anak menjadi dewasa. Periode ini mengalami berbagai perubahan, baik
perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial (Batubara, 2010: 21).
Organ-organ reproduksi berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan kehidupan. Pertumbuhan dan perkembangan ditandai dengan
perubahan fisik remaja yaitu terjadinya perubahan secara biologis yang
ditandai dengan kematangan organ seks primer dan skunder, dimana kondisi
tersebut dipengaruhi oleh kematangan hormon seksual (Nirwana, 2011: 28).

3
Pencapaian kematangan seksual pada perempuan ditandai dengan
menstruasi dan pria ditandai dengan mimpi basah. Hormon-hormon utama
yang mengatur perubahan ini adalah estrogen pada perempuan dan testosteron
pada laki-laki, zat-zat yang juga dihubungkan dengan penampilan ciri-ciri
seksual skunder, yaitu rambut, wajah, kelamin dan suara, pembesaran payudara
dan pinggul pada wanita. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengakibatkan
kelainan maupun penyakit tertentu bila tidak diperhatikan dengan seksama
(Batubara, 2010: 21). Pengetahuan akan hal-hal yang berkaitan dengan sistem
reproduksi tergolong rendah, akan menjadi salah satu pemicu keluhan dan
permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan organ reproduksi, khusunya
dikalangan kaum hawa. Organ reproduksi khususnya pada wanita, merupakan
bagian yang sangat kompleks dan vital karena bagian utama pada manusia
yang berfungsi memperoleh keturunan (Andira, 2010:5).
Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi menyebabkan
remaja mengalami banyak permasalahan misalnya masalah seksualitas
(kehamilan tidak diinginkan) KTD dan aborsi, penyakit menular seksual (PMS)
dan (Human Immunodeficiency Virus) HIV/AIDS. Kegitan seksual
menempatakan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah
kesehatan reproduksi. Setiap tahun kira-kira 15 juta remaja berusia 15-19 tahun
melahirkan, 4 juta melakukan aborsi, dan hampir 100 juta terinfeksi penyakit
menular seksual (PMS) yang dapat disembuhkan. Secara global, 40 % dari
semua kasus infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) terjadi pada kaum
muda yang berusia 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah, setiap hari ada
7.000 remaja terinfeksi HIV. Diberbagai belahan dunia, wanita menikah dan
melahirkan dimasa remaja mereka. Banyak survei yang telah dilakukan oleh
negara-negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60 % kehamilan pada
wanita dibawah usia 20 tahun adalah kehamilan yang tidak di inginkan.
(Purwoastuti dkk., 2015: 16).
Berdasrkan hasil riset dari Dinas Kesehatan Kota Semarang kasus HIV
(Human Immunodeficiency Virus) yang ditemukan di kota Semarang pada
tahun 2011-2017, terdapat kecenderungan kenaikan proporsi yang terinfeksi

4
HIV, 57% laki-laki terinfeksi HIV dan 43% perempuan terinfeksi HIV,
diantaranya adalah pelajar dan mahasiswa. Tingkat remaja yang hamil dan
melakukan upaya aborsi ,cukup tinggi yaitu mencapai 58%, diantaranya 64%
mencoba melakukan aborsi namun gagal, sedangkan yang meneruskan
kehamilan ada 33%. Angka ini sangat menghawatirkan” ujar Peneliti Pusat
Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gajah Mada (UGM)
Sri Purwatiningsih dalam Policy Corner, program Magister dan Doktoral Studi
Kebijakan UGM, dikutip Antara, Rabu (12, Oktober 2016). Menurut data
Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), senin (7 Maret
2016) ada 2.500.000 kasus aborsi setiap tahunya dengan berbagai alasan.
Sebanyak 800.000 diantaranya dilakukam oleh remaja usia 15-19 tahun .
Artinya setiap hari ada 2.000 remaja yang melakukan aborsi. Keadaan tersebut
menunjukkan betapa remaja membutuhkan bantuan guna menyelesaikan
permasalahan-permasalan kesehatan reproduksi melalui penyuluhan kesehatan
reproduksi dan bimbingan agama yang kuat untuk dirinya dan masa depanya.
Salah satu upaya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan kesehatan
reproduksi adalah dengan pendidikan kesehatan reproduksi.
Ma’had Al-Jami’ah Walisongo merupakan unsur penunjang
pendidikan di lingkungan Universitas Islam Negeri Walisongo, dimana seluruh
komunitasnya adalah remaja. Walaupun sudah menjadi mahasiswa terkadang
permasalahan tentang kesehatan reproduksi kurang diapahami oleh para santri.
Berdasarkan hasil pra riset yang telah penulis lakukan, permasalahan yang
sering muncul adalah persoalan kesehatan reproduksi terkait permasalahan
kebersihan organ reproduksi, seperti gatal-gatal di sekitar kelamin serta
masalah keputihan yang sering dialami oleh santri perempuan dan masih
banyak dari mereka yang masih penasaran dengan materi kesehatan reproduksi
dilihat dari antusias mereka dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan
reproduksi. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa remaja di pesantren
terutama di Ma’had Walisongo yang ditempati remaja putri, sangat perlu akan
pemahaman tentang kesehatan reproduksi melalui bimbingan agama dan
penyuluhan kesehatan reproduksi. Salah satu upaya untuk menumbuhkan

5
pemahaman kesehatan reproduksi adalah melalui bimbingan penyuluhan
tentang kesehatan reproduksi. Ma’had Walisongo dalam pelaksanaan
penyuluhan kesehatan reproduksi bekerjasama dengan beberapa lembaga yaitu
BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional), Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Pusat Studi Gender dan Anak UIN
Walisongo Semarang.
Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal remaja
dalam berprilaku sehat dan bertanggungjawab, namun tidak semua remaja
memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi.
Keterbatasan penggetahuan dan pemahaman ini dapat membawa remaja ke
arah prilaku berisiko, sehingga perlu adanya pengertian, bimbingan, dan
dukungan dari lingkungan di sekitarnya agar dalam sistem perubahan tersebut
terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga
kelak remaja menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani, dan
sosial. (Kumalasari, 2013: 12).
Pengetahuan dan pemahaman yang memadai dan adanya motivasi
untuk menjalani masa remaja secara sehat, para santri diharapkan mampu
memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan
berkeluarga dengan reproduksi yang sehat. Remaja perlu mengetahui dan
memahami kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya.
Dengan informasi yang benar diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah
laku yang bertaggung jawab terhadap dirinya.
Berdasarkan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
terhadap Tingkat Pemahaman Kesehatan Reproduksi pada Santri Ma’had
Walisongo Semarang”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas, maka perumusan
masalah yaitu adakah pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap
tingkat pemahaman kesehatan reproduksi pada santri Ma’had Walisongo?

6
C. Tujuan Penelitia
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan
kesehatan reproduksi terhadap tingkat pemahaman wanita tuna susila pada
Forum Komunikasi Peduli Batang.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini meliputi:
1. Manfaat Teoretis
Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam ilmu dakwah,
khususnya bimbingan dan penyuluhan tentang upaya pemahaman
kesehatan reproduksi melalui penyuluhan kesehatan reproduksi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat khusunya bagi santri
Ma’had Walisongo yang menjadi subjek penelitian bisa mendapat
informasi dan pemehaman mengenai materi kesehatan reproduksi. Bagi
Ma’had Walisongo Semarang sebagai masukan yang membangun guna
meningkatakan efektifitas penyuluhan dalam menumbuhkan pemahaman
kesehatan reproduksi.
E. Tinjauan Pustaka
Telaah pustaka pada penelitian ini mengacu kepada beberapa karya
baik berupa skripsi, jurnal pustaka, penelitian dan referensi lain yang relevan,
diantaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Fahrurajib 2019 dengan judul
Pengaruh Pendidikan Kesehatan melalui Media Aplikasi Android Sesi-Bugae
terhadap Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja pada Siswa
SMP di Kota Bengkulu. Tujuan penelitian: mengidentifikasi pengaruh
pendidikan kesehatan melalui media aplikasi Sesi-Bugar terhadap
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMP di Kota
Bengkulu. Metode penelitian: Rancangan penelitian ini adalah pre-
experiment design dengan jenis one grup pre-test post-test. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 66 remaja SMP di Kota Bengkulu yang dipilih

7
dengan teknik accidental sampling. Intervensi yang diberikan berupa
pendidikan kesehatan melalui aplikasi android Sesi-Bugar selama 4 minggu
dengan materi yang diberikan berupa materi tertulis dan video. Instrumen
penelitian menggunakan kuesioner pengetahuan kesehatan reproduksi remaja
dan telah di uji validitas dan reliabilitas. Pengumpulan data dilakukan dari
bulan Juli-Agustus 2018. Pre-test dilakukan secara online melalui aplikasi
Sesi-Bugar, sedangkan post-test diberikan melalui google-form. Data
penelitian dianalisis menggunakan paired t-test dan wilcoxon signed rank
dengan tingkat signifikansi p<0,05
Penelitian yang dilakukan oleh Fahrurajib 2019, dengan judul
Dampak Intervensi Pendidikan Kesehatan Seksual dan Reproduksi dalam
Mencegah Timbulnya Niat Perilaku Seksual pada Remaja. Desain penelitian
nonequivalent control group design untuk mengevaluasi dampak intervensi
pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi pada remaja usia 13-18 tahun di
Kota Bima Nusa Tenggara Barat. Subjek penelitian berjumlah 68 orang.
Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Intervensi
disampaikan melalui metode presentasi dan diikuti dengan sesi diskusi.
Dampak intervensi pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi pada niat
perlindungan perilaku seksual berisiko dianalisis menggunakan uji
independent samples t-test. Analisis hubungan menggunakan uji pearson
correlation, sedangkan pada analisis multivariabel menggunakan multiple
linear regression. Semua tes menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan nilai p ≤
0,05.
Penelitian yang dilakukan oleh Chaterin Yulfrantien Hatusupy 201,
Pengaruh Informasi melalui Leaflet terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa
Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di SMK PGRI Kota Abuntahun .
Penelitian ini merupakan penelitianquasi experimental pre test and post test
control group design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI yang
berusia 14 sampai 18 tahun pada SMK Negeri 8 dan SMK PGRI Ambon,
masingmasing berjumlah 38 orang. Penentuan sampel menggunakan
consequtive sampling. Data dikumpulkan melalui pre test dan post test

8
dengan menggunakan kuisioner. Data dianalisis dengan uji Mc Nemar dan
Chi Square.
Penelitian yang dilakukan oleh Netty Dyah Kurniasari, Iswari
Srihastuti dan Pardiono 2017 dengan judul Pemahaman Remaja tentang
Kesehatan Reproduksi (Pernikahan Dini dan Perilaku Beresiko)di Sampang
Madura. Kommunikasi. Vol XI No (2). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik wawancara langsung. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman remaja tentang
kesehatan reproduksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman
remaja tentang kesehatan reproduksi (pernikahan dini dan perilaku beresiko)
rendah. Rendahnya pemahaman ini karena adat istiadat setempat, kepatuhan
remaja terhadap orang tua dan kurangnya informasi tentang kesehatan
reproduksi.
Penelitian yang dilakukan oleh Nydia Rena Benita tahun 2017,
Pengaruh Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
pada Remaja Siswa SMP Kristen Gergaji. Penelitian ini menggunakan
rancangan quasi-experimental one group pretest-posttest design. Sebanyak 33
sampel diambil secara cluster sampling dari siswa kelas II. Subyek diberi
kuesioner pretest dilanjutkan dengan penyuluhan, dan diberi kuesioner
posttest satu minggu setelahnya. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan paired t test dan alternatifnya yaitu uji Wilcoxon.
Penelitian di atas mempunyai kesamaan dengan penelitian yang
sedang dikaji. Pada penelitian pertama, kedua, ketiga dan keempat yaitu
sama-sama mengkaji tentang kesehatan reproduksi.. Sedangkan perbedaan
dengan peneliti sebelumnya adalah meskipun sama-sama mengkaji tentang
kesehatan reproduksi namun fokus penelitian penulis berbeda dengan
mereka. Beberapa penelitian relevan tersebut dapat dilihat bahwa posisi
penelitian yang akan dilaksanakan untuk melengkapi penelitian sebelumnya.

F. Kerangka Teori
1. Pemahaman Kesehatan Reproduksi

9
a. Pengertian Pemahaman Kesehatan Reproduksi
Benyamin S Bloom bersama rekanya berusaha untuk
mengklarifasi tujuan intruksional pendidikan. Pengklarifikasian
tersebut memunculkan istilah taksonomi. Taksonomi terdiri dari ranah
kognitif, ranah afektif, dan psikomotorik.. Pemahaman menurut Bloom
diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau
bahan yang dipelajari (Susanto dalam Handayani, 2015: 70).
Pemahaman meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau
prinsip yang telah dipelajari yang berkenaan dengan kemampuan
berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pemahaman,
konseptualisasi, penentuan dan penalaran.
Bloom menjelaskan pemahaman adalah kemampuan memahami
intruksi atau masalah, menginterprestasikan dan menyatakan kembali
dengan bahasa sendiri. Proses kognitif dalam kategori memahami
meliputi, proses kognitif menafsirkan, proses mencontohkan,
mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, yang melibatkan
proses mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih
objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi, seperti menentukan
bagaimana suatu peristiwa terkenal menyerupai peristiwa yang kurang
terkenal, proses kognitif menjelaskan (Darmawan, 2013: 33 ).
Kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang sudah diingat
lebih-kurang sama dengan yang sudah diajarkan dan sesuai dengan
maksud penggunaanya (Seifert, 2010: 151).
Ketrampilan dan kemampuan intelektual menjadi tuntutan di
sekolah dan perguruan tinggi yang melibatan pemahaman. Artinya,
ketika siswa atau mahasiswa dihadapkan pada komunikasi, diharapkan
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat
menggunakan ide yang terkandung di dalamnya (Kuswana, 2014: 43).
Menurut Bloom, kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat
kepekaan dan derajat penyerapan materi dapat dibagi dalam tiga
tingkatan yaitu:

10
a. Menerjemahkan (translation)
Menerjemahkan diartikan sebagai pengalihan arti dari bahasa
yang satu kebahasa yang lain sesuai dengan pemahaman yang
diperoleh dari konsep tersebut dan diartikan dari konsepsi abstrak
menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang
mempelajarinya. Menerjemahkan berarti sanggup memahami makna
yang terkandung dalam suatu konsep dan mengartikan suatu istilah.
b. Menafsirkan (interpretation)
Kemampuan ini lebih luas dari pada menerjemahkan, ini adaah
kemampuan untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat
dilakukan dengan menghubungkan pengetahuan yang dengan
pengetahuan yang diperoleh berikutnnya, menghubungkan antara
grafik dengan kondisi yang dijabarkan sebenarnya, serta
membedakan yang pokok dan tidak pook dalam pembahasan.
c. Mengekstrapolasi (extrapolation)
Extrapolasi menuntut kemampuan intektul yang lebih tinggi
karena seseorang harus bisa melihat arti lain dari yang tertulis.
Membuat perkiraan tentang konsekuensi atau mempeluas presepsi
dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun masalahnya (Kuswana,
2012: 44).
Pengertian sehat menurut World Health Organization WHO
(1992) dalam Marmi (2015: 1) adalah suatu keadaan yang sempurna baik
fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Sehat juga diartikan perwujudan individu yang diperoleh melalui
kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Undang-
undang No. 23/1992 sehat atau kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera
dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Istilah reproduksi
berasal dari kata re yang artinya kembali dan kata produksi yang artinya
membuat atau menghasilkan (Marmi, 2015:2). Reproduksi sendiri
merupakan suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan

11
keturunan demi kelestarian hidup. Proses untuk menghasilkan keturunan
dalam melestarikan kelangsungan hidup spesiesnya ini dikenal dengan
istilah reproduksi (Hardisman, 2014:1).
Menurut World Health Organization WHO (1992) dalam
Hasanah, (2016: 232) terdapat karakteristik sehat, yaitu merefleksikan
perhatian pada individu, memandang sehat dalam konteks lingkungan
internal dan eksternal, dan hidup yang kreatif dan produktif. Kesehatan
fisik adalah adanya keadaan organ tubuh yang dapat berfungsi secara
baik tanpa merasakan sakit atau keluhan dan memang secara objektif
tidak tampak sakit. Semua organ tubuh dapat bekerja secara normal.
Sehat secara psikis dan mental didefinisikan sebagai kondisi yang
memungkinkan individu memahami potensi-potensinya yang mencakup
tiga komponen yaitu pikiran, emosional, dan spiritual. Sehat pikiran
tercermin dalam berbagai cara berfikir atau jalan fikir. Sehat emosional
sehat tercermin dari bagaimana cara seseorang dalam mengekspresikan
berbagai kondisi seperti sedih, bahagia, senang, dan lain-lain. Sehat
spiritual tercermin dalam ekspresi keagamaan yang diekspresikan
melalui ungkapan syukur, kepercayaan, pujian terhadap Tuhan, melalui
ibadah. Sehat secara sosial berarti terwujudnya interaksi setiap individu
dengan sesama tanpa membedakan perbedaan suku, ras, maupun warna
kulit, sehingga tercipta rasa toleransi dan persatuan. Sehat secara kultural
berati terwujudnya kehidupan yang memiliki peradaban setiap individu
dengan perbedaan suku, ras, maupun warna kulit, sehingga tercipta rasa
toleransi dan persatuan (Hasanah, 2016: 232).
Jadi pemahaman kesehatan reroduksi adalah kemampuan seorang
dalam menafsirkan, menerjemahkan, mengekstrapolasi, yang kemudian
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman kesehatan
reproduksi adalah kemampuan seseoarang untuk mengetahui suatu keadaan
sehat yang dimiliki oleh individu secara fisik, mental dan soisal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi. Perlu adanya bimbingan dan
penyuluhan reproduksi adalah dalam rangka memberikan pemahaman

12
kepada manusia agar dapat menjaga reproduksinya dan bisa hidup sehat
dengan menjaga kesehatan reproduksi yang kita miliki. Bisa memanfaatkan
potensi reproduksin sesuai dengan fitrah kemanusiaanya dan menempatkan
reproduksi sesuai dengan kehendak Allah SWT.
b. Aspek-aspek Pemahaman Kesehatan Reproduksi
Aspek-aspek yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja,
meliputi:
a. Aspek Fisik
Aspek fisik merupakan aspek yang berkaitan dengan
pemahaman remaja terhadap tercapainya kematangan organ-organ
reproduksinya baik remaja laki-laki atau perempuan. Perubahan fisik
merupakan hal sangat penting dalam kesehatan reproduksi, karena
pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat untuk
mencapai kematangan, termasuk organ-organ reproduksi sehingga
mampu melaksanakan organ reproduksinya (Marmi, 2015: 46). Organ
reproduksi merupakan bagian tubuh yang berfungsi untuk
melanjutkan keturunan. Berikut merupakan penjelasan mengenai
macam-macam organ reproduksi dan fungsinya.
Menurut Marmi (2015: 9) alat reproduksi laki-laki dibedakan
menjadi organ reproduksi luar dan dalam. Organ reproduksi luar
antara lain: Penis, Scrotum. Penis adalah organ reproduksi laki-laki
yang memberikan semen ke dalam saluran reproduksi wanita.
Scrotum merupakan selaput pembungkus testis yang merupakan
pelindung testis serta mengatur suhu yang sesuai dengan
spermatozoa. Organ reproduksi dalam antara lain Testis, Epididymis,
Vas Deferens, saluran Ejakulasi, Spong Uretrha. Testis merupakan
kelenjar kelamin yang terletak di skroktum yang akan menghasilkan
sel-sel sperma serta hormon testosterone.Vas Deferens merupakan
saluran panjang dan lurus yang mengarah keatas dan ujung dikelenjar
prostat. Saluran Ejakulasi merupakan saluran yang pendek dan
menghubungkan vesikula seminalis dengan utera. Utera merupakan

13
saluran panjang dari saluran ejakulasi dan terdapat di penis.
Sedangkan organ reproduksi perempuan dibedakan menjadi organ
reproduksi luar dan dalam. Organ reproduksi luar terdiri dari Vagina
dan Vulva.
Tugas utama dari sistem reproduksi laki-laki adalah untuk
menghasilkan sel sprema dan untuk memperkenalka sperma ke dalam
saluran reproduksi wanita. Ciri utama kematangan seksual laki-laki
adalah produksi sperma. Keluarnya urine pertama pada laki-laki
diperiksa secara makrokospis dengan mikroskop, maka tampak
spermatozoa hidup yang sedang berenang. Ejakulasi pertama atau
spermarche (mimpi basah) berlangsung disekitar umur 13 tahun.
Sperma diproduksi di testis, sepasang kelenjar reproduksi pria yang
terletak di skrotum, kulit yang ditutupi kantung yang mengantung
dari pangkal paha. Testis juga mengeluarkan testosteron hormon laki-
laki.
b. Aspek Psikologis
Aspek psikologi merupakan aspek yang berhubungan dengan
perasaan remaja. Baik remaja perempuan maupun laki-laki,
mengalami perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan
dan tanggung jawab (Syafrudin dkk, 2011: 16 ). Perasaan tersebut
adalah perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada
remaja, antara lain:
1) Perubahan emosi.
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak emosi
dan ketidakseimbangan sehingga remaja mudah terpengaruh oleh
lingkungan (Padmomartono, 2002: 14). Perubahan emosi pada
remaja misalnya kondisi sensitif atau peka seperti mudah
mengangis, cemas, frustasi dan tertawa. Kemudian mudah
bereaski terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga
mudah berkelahi (Marmi, 2015: 47).
2) Perkembangan intelegensi.

14
Perkembangan ini menyebabkan remaja mampu berpikir
abstrak, senang memberikan kritik, ingin mengetahui hal-hal baru,
sehingga muncul prilaku mencoba-mencoba. Perilaku ingin
mencoba hal-hal yang baru ini jika di dorong oleh rangsangan
seksual dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks
pranikah dengan segala akibatnya, antara lain akibat kematangan
organ seks maka dapat terjadi kehamilan remaja putri di luar nikah
dan penularan penyakit kelamin (Marmi, 2015: 48).
c. Aspek Sosial
Aspek sosial yaitu remaja mulai membentuk ikatan pertemanan
dengan sebaya serta mulai tertarik pada lawan jenis. Remja mulai
mengelompok dan bersosialisasi dengan lingkunganya
(Padmomartono, 2014: 11). Kesehatan reproduksi kaitanya dengan
lingkungan adalah:
1) Masalah lingkungan dan pekerjaan.
lingkungan dan suasana kerja yang kurang
memperhatikan kesehatan remaja akan mengganggu kesehatan
remaja. Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat
bahkan dapat merusak kesehatan fisik, mental dan emosional
remaja.
2) Masalah pendidikan.
Akses pendidikan yang kurang pada remaja
menyebabkan remaja dihadapkan pada permasalahan-
permasalahan yang mambahayakan masa depanya. Seperti buta
huruf, yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses
terhadap informasi yang dibutuhkannya, serta mungkin kurang
mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk kesehatan
dirinya. Pendidikan yang rendah dapat mengakibatkan remaja
kurang mampu memenuhi kebutuhan fisik dasar ketika
berkeluarga dan hal ini akan berpengaruh buruk terhadap
kesehatan diri dan keluarganya.

15
3) Masalah seks dan seksualitas.
Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang
masalah seksualitas, misalnya mitos yang tidak benar berkaitan
dengan informasi kesehatan reproduksi. Kurangnya bimbingan
untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan dengan seksualitas
sehingga menyebabkan kehamilan tidak diiinginkan, aborsi dan
penyakit menular seksual (Marmi, 2015: 50-51).
Dari pendapat diatas ada tiga aspek pemahaman
kesehatan reproduksi pada remaja. Pertama: apek fisik, remaja
baik laki-laki dan perempuan harus memahami tentang sistem
organ-organ reproduksi baik fungsi dan prosesnya. Remaja juga
harus faham bagiamana merawat dan menjaga organ reproduksi
agar terhindar dari permasalahan kesehatan reproduksi. Organ
reproduksi merupakan bagian vital yang harus dijaga, karena
bagian terpenting agar dapat mealnjutkan keturunan.
Kedua: aspek psikologis, remaja harus dapat memahami
bahwa seseorang yang sudah memasuki masa remaja atau
pebuertas maka akan terjadi perubahan perubahan pada dirinya
baik fisik, mental dan sosialnya. Rasa keingintahuan remaja atau
mencoba-coba dapat menyebabakan remaja pada permasalahan
hidupnya. Seperti hamil diluar nikah, seks bebasa, aborsi yang
akan berdampak pada psikologi pada remaja. Ketiga: aspek sosial
seperti masalah lingkungan dan pekerjaan. Masalah lingkungan
dapat mempengaruhi masalah kesehatan remaja. Lingkungan
sosial yang kurang sehat dapat menghambat bahkan merusakan
kesehatan fisik, mental, dan emosional remaja. Masalah
pendidikan remaja perlu akan informasi tentang pentingnya
peamahaman kesehatan reproduksi. Masalah seks dan seksualitas,
perlunya pemahaman reamaja terkait seks dan sekusualitas agar
reamaja dapat bersikap positif dan tidak salah dalam mengambil
keputusan.

16
c. Kesehatan Reproduksi pada Remaja
Istilah Adolescense atau remaja berasal dari kata latin“Adolescence”
bertarti “tumbuh menjadi dewasa” (Mu’awanah, 2012:7). Remaja atau
adolescense berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang
dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga
kematangan sosal dan psikologis (Marmi, 2015: 54). Remaja pada
umumnya didefinisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa
peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Menurut World Health
Organization (adolence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun.
Sementara dalam terminology (Perserikatan Bangsa-Bangsa) PBB
menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka yang berusia 15-24 tahun.
Kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda (young people)
yang mencakup 10-24 tahun.
Sementara dalam program BKKBN (Badan Kependudukan
Kuluarga Berencana Nasional) disebutkan bahwa remaja adalah mereka
yang berusia antara 10-24 tahun. Menurut James-Traore (2001) dalam
Imron (2012:39) menggunakan kategori usia untuk membedakan remaja
menurut perkemabangan fisik mereka, seperti remaja awal (10-14 tahun),
masa remaja pertengahan (15-19 tahun), dan dewasa muda 20-24 tahun.
Masa remaja merupakan periode yang penting dalam keseluruhan
rentang kehidupan manusia, karena perkembangan fisik dan psikis yang
cepat sehingga diperlukan penyesuain mental pembentukan sikap, nilai dan
minat yag samasekali berbeda dengan masa anak-anak (Machasin, 2015:87).
Masa remaja disebut juga akil baligh artinya sampai umur. Islam
memandanag remaja ketika seseorang sudah mengalami akil baligh berarti
orang tersebut telah mukallaf yaitu telah bertanggung jawab terhadap semua
perbuatan yang telah dilakukanya dan telah dibebani syari’at Islam bagi
dirinya.
Selama masa pubertas terjadi perubahan kadar hormonal yang
mempengaruhi karakteristik seks sekunder, seperti horman testoseron pada
laki-laki dan estrogen pada perempuan. Karakteristik sekunder pada

17
perempuan meliputi pertumbuhan bulu rambut pubis dan ketiak, serta
menarche atau menstruasi pertama. Laki-laki ditandai mimpi basah pertama,
pertumbuhan penis, pembesaran skrotum, perubahan suara, dan tumbuhnya
bulu diarea tertentu. Terjadi perubahan bentuk tubuh pada laki-laki seperti
bentuk dada yang membesar dan membidang, serta jakun menonjol.
Perubahan bentuk tubuh pada perempuan seperti pinggul dan payudara
membesar, serta keadaan puting susu yang lebih menonjol (Depkes I,
2010:2).
Menurut Nirwana (2011: 25-26) masa remaja terdiri dari beberapa
fase yaitu masa pra-pubertas (12-13 tahun). Masa ini disebut juga masa
pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Terjadi
paerubahan yang besar pada masa ini yaitu meningkatnya hormon
seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-
organ reproduksi remaja. Masa pubertas (14-16 tahun), dimana
perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Masa ini remaja wanita akan
mengalami menstruasi pertama, sedangkan pada remaja laki-laki ditandai
dengan mimipi basah yang pertama. Masa remaja adolesensi (19-21 tahun)
pada masa ini remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna baik segi
fisik, emosi maupun psikisnya. Sikap terhadap kehidupan mulai nampak
jelas, seperti cita-cita, minat dan bakatnya. Arah kehidupan serta sifat-sifat
yang menonjol akan terlihat jelas pada masa ini.
Menurut World Health Organization WHO (1992) dalam Marmi
(2015: 4) kesehatan reroduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial yang utuh bukan hanya bebasa dari penyakit atau kecacatan
dalam segala hal aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi
dan prosesnya. Jadi kesehatan reproduksi remaja secara umum didefinisikan
sebagai kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses
reproduksi yang kita miliki. Reproduksi sehat adalah kondisi dari sistem
fungsi , dan proses alat reproduksi. Baik secara medis, maupun mental serta
sosial-kultural (Hasymi dkk, 2002: 21). Perilaku reproduksi yang tidak sehat
dari minim dan kurang tepatnya informasi tentang kesehatan reproduksi..

18
d. Pemahaman Kesehatan Reproduksi menurut Islam
Berbicara kesehatan reproduksi pada dasarnya sama halnya
berbicara tentang tubuh kita. Organ reproduksi perempuan dan laki-laki
berbeda. Organ reproduksi yang berbeda ini merupkan pemberian Allah
SWT yang harus dijaga dan dipelihara dengan baik (Darmawati, 2014: 88).
Fungsi-fungsi organ reproduksi sejak awal telah mendapat perhatian yang
serius dalam Islam. Al-Quran telah menyerukan kepada orang-orang yang
beriman agar mereka menjaga organ reproduksinya. Salah satu di antaranya
surat An-Nur ayat 30-31

     


         
     
   ..... 
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “ Hendaklah mereka
menahan pandangannya dan memilihara alat kelaminya (organ
reproduksinya), yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Katakanlah
kepada perempuan-perempuan yang beriman; “Hendaklah mereka
menahan pandanganya dan memilihara alat kelaminya (organ
reproduksinya)...” (Surat An-Nur ayat 30-31). (Departemen Agama RI,
2010: 593)

Ayat diatas mengingatkan kepada umat Islam baik laki-laki dan


perempuan agar menjaga organ reproduksinya. Islam sangat
memperhatikan masalah kesehatan. Islam mengajak dan menganjurkan
untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan yang telah dimiliki setiap
orang. Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia. Mengatur kemakmuran di bumi guna menuju kebahagiaan hidup
dunia dan akhirat. Penunjang kebahagiaan tersebut adalah dengan
memiliki tubuh yang sehat sehingga dengannya dapat beribadah dengan
baik kepada Allah SWT.
Agama Islam sangat mengutamakan kesehatan (lahir dan batin)
dan menempatkannya sebagai kenikmatan kedua setelah Iman. Islam
sebagai agama yang sempurna dan lengkap telah menetapkan prinsip-
prinsip dalam penjagaan keseimbangan tubuh manusia. Cara Islam dalam

19
menjaga kesehatan antara lain dengan menjaga kebersihan dan
melaksanakan syariat wudhu dan mandi secara rutin setiap hari bagi setiap
muslim (Husin, 2014: 195). Umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan
sebaiknya mau belajar lebih banyak mengenai kesehatan reproduksi agar
norma-norma sosial dalam Islam bisa ditegakkan dan dijalankan secara
harmonis dengan ajaran-ajaran Islam lainnya (Hasanah, 2016: 246).
e. Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Kesehatan Reproduksi
Nurfajriyah (2009) dalam Astika (2013: 448) mengemukakan
bahwa kesehatan reproduksi remaja secara garis besar dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu faktor sosial-ekonomi dan demografi terutama
kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang
perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal
yang terpencil. Faktor budaya dan lingkungan misalnya, praktek tradisional
yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak
anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan
yang lain. Faktor psikologis yaitu dampak pada keretakan orang tua pada
remaja, depresi karena ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga
wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara materi. Faktor
biologis cacat sejak lahir yaitu cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit
menular seksual.
Romauli (2001:6) mengemukakan bahwa faktor yang
mempengaruhi kesehatan reproduksi adalah status kesehatan, tingkat
pendidikan yang meliputi tingkat pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, remaja orang tua dan tokoh masyarakat, praktek budaya
(perkawinan muda, kehamilan dan jumlah anak, faham bias gender), sarana
dan prasarana kesehatan dan pelayanan kesehatan. Menurut Marmi
(2013:58) faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman kesehatan
reproduksi remaja yaitu kebersihan organ-organ genital. Kesehatan
reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam
merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Akses terhadap

20
pendidikan kesehatan, remaja perlu mendapatkan informasi yang benar
tentang kesehatan reproduksi sehingga mengetahui hal-hal yang seharusnya
dilakukan dan hal-hal yang harus dihindari. Hubungan seksual pranikah
yang menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja. Banyak
survei yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan hampir
60% kehamilan pada wanita berusia dibawah 20 tahun adalah kehamilan
yang tidak diinginkan atau salah waktu.
Aborsi yang disengaja seringkali beresiko lebih besar pada remaja
putri dibandingkan pada mereka yang telah tua. Banyak studi yang telah
dilakukan juga menunjukan bahwa kematian dan kesakitan sering terjadi
akibat komplikasi aborsi yang tidak aman. Pengaruh media massa baik
cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup berarti untuk
memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan
reproduksi remaja. Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi juga
berperan dalam memberikan tindakan preventif dan tindakan kuratif.
Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, klinik,
posyandu, dan tempat tempat lain yang memungkinkan. Hubungan
harmonis dengan keluarga, kedekatan dengan orang tua merupakan hal
berpengaruh dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua
orang tuanya tentang masalah keremajaan yang dialaminya. Keluarga
merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang anak sebelum
ia mendapatkan pendidikan di tempat lain.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan faktor yang
mempengaruhi kesehatan reproduksi adalah kebersihan organ-organ
genital, askses terhadap pendidikan kesehatan, askses terhadap pelayanan
kesehatan reproduksi dan hubugan harmonis dengan keluarga.
f. Hak-hak Kesehatan Reproduksi
Hak adalah kekuasaan untuk berbuat sesuai dengan aturan Undang-
undang dan ketentuan hukum. Hak reproduksi adalah hak azasi yang telah
diakui dalam hukum internasional dan dokumen azasi internasional untuk
meningkatkan sikap saling menghormati secara setara dalam hubungan

21
perempuan dan laki laki (Romauli, 2011:8). Hak reproduksi perorangan
dapat diartikan bahwa setiap orang baik laki-laki maupun perempuan tanpa
memandang perbedaan kelas, soisal, suku, umur, agama mempunyai hak
yang sama untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab kepada
diri keluarga dan masyarakat (Indriyani, 2014:80).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), hak kesehatan
reproduksi dapat dijabarkan secara praktis antara lain, setiap orang,
perempuan dan laki-laki (sebagai pasangan atau individu) berhak
memperoleh informasi selengkap-lengkapnya tentang seksualitas,
reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan tindakan
medis yang digunakan untuk pelayanan dana atau mengatasi masalah
keshatan reproduksi. Setiap remaja, lelaki maupun perempuan, berhak
memeroleh informasi yang tepat dan benar tentang reproduksi, sehingga
dapat berprilaku sehat dalam menjalani kehidupan seksual yang
bertanggung jawab. Setiap laki-laki dan permpuan berhak medapat
informasi dengan mudah, lengkap, dan akurat mengenai penyakit menular
seksual.
Menurut Marmi (2015: 5) hak-hak reproduksi antara lain hak atas
kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksi, hak
untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk dari
perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan pelecehan seksual, hak atas
kerahasiaan pribadi dengan kehidupan reproduksinya, hak mendapatkan
manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang terkait dengan kesehatan
reproduksi, hak untuk bebas membuat keputusan tentang hal yang berkaitan
dengan kesehtaan reproduksi tanpa paksaan diskriminasi serta kekerasan,
hak reproduksi maupun akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
reproduksi adalah penting sehingga perempuan dapat mempunyai
pengalaman dalam kehidupan yang seksual yang sehaat, terbebas dari
penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan, kesakitan, atau kematian
yang berhubungan dengan reproduksi dan seksualitas.

22
Jadi hak reproduksi adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang, baik
laki-laki dan perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas, suku, agama,
dan lain lan) untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab
(kepada diri, kelurga, dan masyarakat) dan hak memperoleh pengetahuan
dan informasi tentang kesehatan reprhoduksi serta mendapatkan layanan
kesehat dengan baik.
g. Masalah Seputar Kesehatan Alat-alat Reproduksi
Masalah masalah terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi masih
banyak dihadapi oleh remaja. Masalah masalah tersebut antara lain:
a. HIV/AIDS
Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu
infeksi virus yang secara progresif mengahncurkan sel-sel darah putih
dan menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).
AIDS adalah suatu keadaan dimana penurunan sistem kekebalan tubuh
yang dapat menyebabkan menurunya kekebalan tubuh terhadap
penyakit sehingga terjadi infeks, beberapa jenis kanker dan kemunduran
sistem saraf (Marmi, 2015:184).
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan
kumpulan gejala menurunya kekebalan tubuh yang disebabkan HIV.
Umumnya keadan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi
baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur (Purwoastuti dkk.,
2015: 40) HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang
dapat menurunkan kekebalan manusia terhadap penyakit infeksi. Jika
perkembangan infeksi HIV tidak dihambat maka akan berkembang
menjadi AIDS (Acquired Immune Deficienci Syndrome), yakni
sekumpulan tanda dan gejala hilangnya atau menurunnya sistem
kekebalan tubuh seseorang yang didapat karena infeksi HIV (Martono
dan Joewana, dalam Bukhori, 2015:1).
b. Aborsi
Aborsi pada remaja terkait dengan kehamilan tidak diinginkan
(KTD) biasanya tergolong dalam tergolong aborsi provokatus, atau

23
pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan. Hal ini terjadi karena
berbagai hal antara lain karena kondisi si remaja perempuan yang
mengalami (kehamilan tidak diinginkan) KTD umumnya terkena secara
psikologis, karena secara psikologis ia belum siap menjalani kehamilan.
Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan berdampak pula pada
kesehatan fisik yang tidak menunjang melakukan kehamilan (Marmi:
2015:63).
Aborsi membawa berbagai resiko yaitu risiko fisik yang
mengakibatkan pendarahan dan komplikasi. Aborsi yang berulang
selain bisa menyebabkan kemandulan juga menyebabkan kematian.
Risiko psikologi yaitu pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan-
perasaan takut, piknik, tertekan atau stres, trauma mengingat proses
aborsi dan kesakitan. Risiko sosial yaitu ketergantungan pada pasangan
seringkali lebih besar karena perempuan merasa sudah tidak prerawan,
pernah mengalami kehamilan tidak diinginkan dan aborsi. Risiko
ekonomi yaitu biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka
biaya semakin tinggi (Romauli dkk., 2011:4). Kehamilan diluar nikah
cenderung mencari pertolongan aborsi yang tidak aman, sehingga
menngakibatkan aborsi yang komplikasi. Aborsi terkompilasi ini
diperkirakan menjadi penyebab dari 15% kematian ibu (Purwoastuti
dkk, 2015:17).
c. Seks bebas
Seks bebas adalah hubungan seks yang dilakukan di luar ikatan
pernikahan. Seks bebas pada remaja dibawah umur 17 tahun secara
medis dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular
seksual dan virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus). Virus ini
dapat merangsang tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja
perempuan. Sebab, pada remaja perempuan usia 12-17 tahun
mengalami perubahan aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu,
seks bebas biasanya juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan
terlarang dikalangan remaja. Sehingga hal ini semakin memperparah

24
persoalan yang dihadapi remaja terkait kesehatan reproduksi (Marmi,
2015:62).
2. Bimbingan dan Penyuluhan Islam
a. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance dalam kamus
bahasa Inggris guidance dikaitkan dengan kata asal guide, yang
diartikan sebagai berikut: menununjukkan jalan (showing the way),
memimpin (leading). menununtun(conducting), memberikan petunjuk
(giving intruction), mengatur (regulating), mengarahkan (governing),
memberikan nasihat (Winkel dkk., 2004: 27). Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang diberikan oleh orang yang ahli kepada
seseorang atau beberapa individu. Baik anak-anak, remaja maupun
dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dengan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku (Prayitno dkk., 2013:99).
Menurut Walgito (1995: 4) bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu-individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupanya
agar individu atau sekelompok individu dapat mencapai kesejahteraan
hidupnya. Berdasarkan pengertian diatas bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu
atau kelompok, baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar mereka
dapat mengembangkan potensi (bakat, minat dan kemampuan) yang
dimiliki, dalam upaya mengatasi berbagai persoalan, permasalahan
hidup yang dihadapinya sehingga mereka dapat menentukan sendiri
jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung kepada
orang lain.
Setelah mengetahui bimbingan secara umum, maka perlu pula
dijelaskan bimbingan secara Islami. Menurut Sutoyo (2013: 22)
bimbingan dan konseling Islami adalah suatu usaha untuk membantu

25
individu belajar mengembangkan fitrah atau kembali kepada fitrah
dengan cara memberdayakan iman, akal dan kemauan yang
dikaruniakan Allah SWT agar fitrah yang ada pada individu itu
berkembang dengan benar dan kukuh sesuai dengan tuntunan Allah
SWT. Sedangkan bimbingan islam adalah pemberian bantuan terhadap
individu atau kelompok agar menyadari kembali akan eksistensinya
sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan
dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat (Saerozi, 2015:14).
Penyuluhan secara harfiyah bersumber dari kata suluh yang berarti
obor atau alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Kata menerangi di
sini bermakna sebagai petunjuk bagi masyarakat dari tidak tau menjadi
menegerti, dari mengerti menjadi lebih mengerti. Sehingga dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya kegiatan penyuluhan
merupakan suatu kegiatan komunikasi atau kegiatan penyebaran
informasi (Saerozi, 2015:9). Menurut Samsudin (1997:4) penyuluhan
adalah sistem pendidikan non formal tanpa paksaan menjadikan
seseorang sadar dan yakin bahwa sesuatu yang diajarkan akan
membawa ke arah perbaikan dari hal-hal yang dikerjakan atau
dilaksanakan sebelumnya. Dari definisi tentang penyuluhan di atas
dapat ditarik adanya beberapa unsur sebagai berikut: penyuluhan
merupakan sebuah petunjuk atau memberi penerangan atau informasi
pada masyarakat dari tidak tau menjadi mengerti, dari mengerti menjadi
lebih mengerti lagi dalam rangka meningkatkan produksi dan
pendapatan atau keuntungan keluarga dan masyarakat.
Penyuluhan merupakan pendidikan non formal bagi masyarakat
yang berorientasi pada penyelesaian masalah (problem solving)
pembangunan. Peyuluhan merupakan aktivitas belajar mengajar di luar
sekolah atau di masyarakat agar mempunyai pengetahuan, pengalaman,
ketrampilan, dan kemampuan terutama dalam bidang bagaimana
menigkatkan kualitas hidup mereka. Penyuluhan merupakan kegiatan

26
pendidik untuk menyampaikan kebenaran yang telah diyakini.
Penyuluhan sebagai suatu proses pemberian pegetahuan atau infrmasi
kepada masyarakat agar mereka memiliki kemampuan untuk
memecahkan persoalan-persoalanya sendiri sehingga mencapai
kebahagian hidup.
Jadi bimbingan dan penyuluhan Islam adalah proses pemberian
bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya
sebagai mahluk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat.
b. Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Penyuluhan Islam memiliki tujuan umum dan khusus. Tujuan
penyuluhan Islam secara umum, yaitu: untuk membantu individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan preporsisi yang dimilikinya (seperti kemampuan
dasar dan bakatnya) berbagai latar belakang yang ada. Seperti latar
belakang agama, keluarga, pendidik, status sosial ekonomi,serta sesuai
dengan tuntutan positif lingkungannya.
Tujuan penyuluhan Islam secara khusus adalah, penjabaran tujuan
umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan
yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan
kompleksitas permasalahannya misalnya pengenalan diri, penyesuaian
diri terhadap lingkungan (sekolah, keluarga dan masyarakat),
pengembangan potensi semaksimal mungkin, sebagai f asilitator,
motivator, dan inovator dalam upaya mengatasi dan memcahkan
problem dengan kemampuan yang ada pada dirinyaa sendiri.
Memberikan pelayanan agar mampu mengaktifkan potensi psikisnya
sendiri dalam menghadapi dan memecahkan kesulitan-kesulitan hidup
yang dirasasakan sebagai penghalang atau penghambat perkemabangan
lebih lanjut dalam bidang-bidang tertentu. (Saerozi, 2015: 32)
Menurut Sutoyo (2013: 207) tujuan dari bimbingan dan konseling
Islam adalah agar fitrah yang dikaruniakan Allah kepada individu bisa

27
berkembang dan berfungsi dengan baik, sehingga menjadi pribadi yang
baik, dan secara bertahap mampu mengaktualisasikan apa yang
diimaninya itu dalm kehidupan sehari-hari.
Sementara Adz-Dzaky, mengemukakan bahwa tujuan bimbingan
dan konseling Islam secara lebih rinci sebagai berikut:
1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jimak dan damai
(muthmainah), bersikap lapang dada (radiyah), dan mendapat
taufik serta hidayah Tuhannya (mardiyah).
2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan
tingkah laku yang dapat memberikan manfaat pada diri sendiri,
lingkungan kelurga, kerja maupun sosial dan alam sekitarnya.
3) Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu
sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawaanan,
tolong menolong dan rasa kasih sayang.
4) Untuk menghasilkan kecerdasan spritual pada diri individu
sehingga muncul dan berkemabang rasa keinginan untuk berbuat
taat kepada Tuhannya, dan ketabahan menerima ujian-Nya (Adz-
Dzaky, 2004: 220-221)
c. Dasar dan Prinsip Bimbingan Penyuluhan Islam
Pedoman dasar atau prinsip bimbingan dan penyuluhan Islam
sudah termaktub dalam Al-Quran dan Hadis Rasulallah SAW.
Landasan utama bimbingan dan penyuluhan Islam adalah Al-Quran dan
Sunnah. Firman Allah SWT dalam surat Al-Isra’ ayat 82.

      


      

“Dan kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an tidaklah
menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian” (Q.S Al-
Isra’ ayat 82). (Departemen Agama RI, 2010: 524)

28
Al-Qur’an merupakan mukjizat yang diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang abadi, yang diturunkan Allah SWT sebagai
cahaya dan petunjuk. Didalamnya terdapat obat bagi jiwa yang sakit
karena penyakit hati dan penyakit kemasyarakatan. Al-Quran
mengobati aqidah yang sesat dan menyingkap hati yang tertutup. Al-
Qur’an menjadi obat bagi hati manusia ( Saerozi, 2015:51).
Dalam Al-Quran prinsip bimbingan dan penyuluhan Islam
terdapat dalam Al- Qur’an surat An-Nahl ayat 125, al-Imran ayat 110
dan Al-Quran surat Al-Imran ayat 104.

    


     
         
    
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]:125).
(Departemen Agama RI, 2010: 417)

     


    
    
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali-Imran
ayat 104). (Departemen Agama RI, 2010: 13)

      


       
       
  
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan

29
mereka adalah orang-orang yang fasik.”(Al-Imran ayat 110).
(Departemen Agama RI, 2010: 19)

Ayat di atas menunjukan adanya seruan pada umat Islam untuk


memberikan suatu bimbingan penyuluhan dan pengajaran sesuai
dengan ajaran Islam yaitu amar ma’ruf nahi mungkar (mengajak kepada
kebaikan dan mencegah dari kemungkaran) dengan maksud untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
d. Fungsi Bimbingan Penyuluhan Islam
Bimbingan dan Penyuluhan Islam juga mempunyai beberapa fungsi
diantaranya yaitu, fungsi preventiv, kuratif, preservatif, dan
developmental . Penlis mengadospi teori dari Faqih (2007:73) tentang
fungsi bimbingan dan konsleing dalam Islam untuk menjadi teori fungsi
bimbingan dan penyuluhan Islam. Fungsi dari bimbingan konseling
Islam dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Fungsi preventif; yakni membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi dirinya. Fungsi ini membantu individu agar
dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum
mengalami berbagai masalah. Upaya preventif meiputi
pengembangan berbagai strategis dan program yang dapat
digunakan untuk mencoba mengantisipasi dan menghindari resiko-
resiko hidup yang tidak perlu terjadi. Melalui fungsi ini, konselor
memberikan bimbingan tentang cara menghindarkan diri dari
perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
2. Fungsi kuratif atau korektif; yakni membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3. Fungsi preservatif; yakni membantu individu menjaga agar situasi
dan kondisi yang semula tidak baik (mengadung masalah) menjadi
baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of
good).
4. Fungsi developmental atau pengembangan; yakni membantu
individu memelihara dan megembangakan situasi dan kondisi yang

30
telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak
memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.
G. Rumusan Hepotesis
Kerangka Konsep

Penyuluhan

Proses Pemberitahuan

Ada Pemahaman

Ada Aplikasi

Mampu Menganalisa

Dapat Mensintesis

Mengevaluasi

Perubahan Peningkatan
Pemahaman

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan (setiadi, 2007) . Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat,
hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hipotesis alternatif (Ha): Ada pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi


terhadap tingkat pemahaman santri Ma’had Walisongo Semarang.

Hipotesis nol (H0): Tidak ada pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi


terhadap tingkat pemahaman kesehatan reproduksi pada santri Ma’had Walisongo.

H. Metodologi Penelitian.
1. Jenis dan Pendekatan.
a. Jenis Penelitian.

31
Jenis penelitian ini adalah expost facto korelasional, korelasi dapat
diartikan sebagai hubungan. Namun ketika dikembangkan lebih jauh,
korelasi tidak hanya dapat dipahami sebatas pengertian tersebut. Korelasi
merupakan salah satu teknik analisis data statistik yang digunakan untuk
mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kuantitatif.
Dua variabel atau lebih dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada
variabel yang satu akan diikuti perubahan pada variabel yang lain secara
teratur dengan arah yang sama (korelasi positif) atau berlawanan (korelasi
negatif). Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian
untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel
atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut
sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Fraenkel, dan Wellen,2008:
328).
b. Pendekatan Penelitian.
Adapun pendekatan penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif. Menurut Arikunto (2013:10) bahwa penelitian kuantitatif
banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,
penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan hasilnya, sehingga
kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila disertai dengan tabel,
grafik, bagan, gambar atau tampilan lainnya.
2. Waktu dan Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Ma’ha Walisongo Semarang. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 25 November-10 Desember.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh penliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 119). Populasi dalam penelitian ini

32
adalah semua santri Ma’had Walisongo Semarang dengan jumlah 447

santri yang terdiri dari santri baru dan santri lama.

b. Sampel

Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Pengambilan sampel dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik rendom

sampling. Teknik rendom sampling pen gambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2012:82). Dengan mengambil 20

santri dari jumlah populasi yaitu santri baru dan santri lama.

4. Variabel Penelitian.

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peniliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:63)

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu:

a. Variabel bebas (Independent) X

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

terjadinya perubahan atau timbulnya variabel dependen (Terikat).

Variabel bebas pada penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan

reproduksi.

b. Variabel Terikat (Dependent)Y

Varaibel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuan.

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

33
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012). Variabel terikat pada

penelitian ini adalah pemahaman kesehatan reproduksi pada santri

Ma’had Walisongo.

5. Teknik Pengumpulan Data

Berikut ini adalah teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

a. Observasi adalah pengamatan langsung kepada objek yang ditetliti


dengan pencatatatan langsung. Peneliti mengadakan pengamatan
langung terhadap kegiatan yang dilakukan di Ma’had Walisongo.
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data terkait penyuluhan
kesehatan reproduksi.
b. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Moleong, 1993:135). Arikunto (2006: 155)
menyebutkan wawancara sebagai dialog antara pewawancara
(intervieweer) dengan terwawancara untuk memperoleh informasi.
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang Ma’had
Walisongo dan data terkait kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi.
Wawancara ini dilakukan kepada Kepala Pusat Ma’had Walisongo,
santri, pemateri, pengurus dan pengasuh Ma’had Walisongo untuk
menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penyuluhan kesehatan
reproduksi dan pemahaman santri terhadap kesehatan reproduksi.
Peniliti menggunakan wawancara semi structured, yaitu mula-mula
peneliti menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur,
kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih
lanjut, sehingga jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel
dengan keterangan lengkap dan mendalam (Arikunto, 2002: 202).

c. Dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, surat kabar, majalah, buku, dan

34
sebagainya (Arikunto, 2013: 274). Teknik ini digunakan untuk

mengungkap data tentang gambaran umum Ma’had Walisongo dan

dokumen yang terkait dengan pelaksanaan penyuluhan kesehatan

reproduksi di Ma`had Walisongo dalam upaya menumbunhkan

pemahaman kesehatan reproduksi pada santri.

d. Angket

Angket merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak

langsung. Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut

angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab

oleh responden (Arikunto,2013:193). Dalam penelitian ini

menggunkan agket tertutup, yaitu angket yang sudah di sediakan

jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Dalam penelitian ini

menggunakan skala liker. Dengan skala liker varaibel yang akan

diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.

Adapun kisi-kisi penyusunan angket pemahaman kesehatan


reproduksi pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Kisi-Kisi Angket Pemahaman Kesehatan Reproduksi
Indikator No. item Jumlah
(+) (-)
1. Perasaan setelah mengikuti penyuluhan 1, 2, 4 2, 5, 6, 7 6
kesehatan reproduksi.
2. Membersihkan kamar mandi setiap hari 7, 9, 10, 11, 12 7
13, 15
3. Mandi tiga kali sehari 14, 17, 18, 16, 19, 7
20 20
4. Mengganti rutin pembalut saat mestruasi 22, 21, 24 25, 26, 6
27
5. Mengganti pakain dalam saat keputihan 29, 30, 33, 29, 31, 7
32 32,
6. Menjaga kebersihan kamar 34, 37, 38 36, 38, 6
40
Jumlah 39

35
6. Teknik Analisis Data

Validitas digunakan untuk mengetahui tingkat keabsahan item-item

pertanyaan dalam angket. Untuk menghitung validitas item pada angket motivasi

belajar menggunakan teknik korelasi product moment dengan cara mencari hasil

kali perkalian data nilai tiap variable yang dikorelasikan. Langkah-langkah pada

uji validitas adalah sebagai berikut (Arikunto, 2013:). Membuat table hasil uji

coba angket

1) Menghitung angket dengan menggunakan rumus:


N ∑ XY −( ∑ X ) (∑Y )
rxy =
{N ∑ X 2−( ∑ X ¿ ¿¿ 2 } {N ∑ Y 2 −¿ ¿
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N : banyaknya peserta yang melakukan tes
X : skor uji coba
Y : jumlah skor total
∑X : jumlah skor item
∑X2 : jumlah kuadrat skor item
∑Y2 : jumlah kuadrat skor total
∑XY hasil perkalian
:
Analisis Data Angket

Alternatif Jawaban Skor/Nilai


Sangat Tidak Setuju 1
Tidak Setuju 2
Setuju 3
Sangat Setuju 4

36
Untuk mengukur validitas butir soal dalam penelitian,
digunakan rumus korelasi point biserial sebagai berikut:1

rpbi =
M p+ M t
SD t √ p
q

keterangan:
rpbi : koefisien point biserial
Mp : rerata skor peserta didik yang menjawab benar
Mt : rerata skor peserta didik total
SDt : standar deviasi dari skor total
p : proporsi peserta didik yang menjawab benar
q : 1-p

1
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995),
hlm. 258.

37
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin, Nata. 2009. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Prsada.

Agama. 14 (1), 1

Al-Hafidz, Ahsin W. 2007. Fikih Kesehatan. Jakarta: Amzah

Andira, Dita. 2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita, Jogjakarta: a’plus
Books

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT Rineka

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT Rineka

Batubara, Jose RL. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja).


Jakarta: Sari Padriati. 12 (1), 21

Bukhori, Baidi. 2015. Stigma Terhadap Orang dengan HIV-AIDS (ODHA)


Ditinjau dari keberagamaan dan Pengetahuan tentang HIV-AIDS.
Semarang: UIN Walisongo

Bukhori, Baidi. 2014. Dakwah melalui Bimbingan dan Konseling Islam.


Konseling Religi.5 (1), 2

Bungin, Burhan. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Gravindo


Persada.

38
Bungin, Burhan. 2015. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Gravindo

Persada.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Darmawan, dkk. 2013. Revisi Taksonomi Pembelajaran Benyamin s. Bloom.


Setya Widya. 29 (1) 2013.

Darmawati. 2014. Realitas Kesehatan dan Hak Reproduksi Perempuan. Al-


Maiyyah. 17 (1) 88

Hasanah, Hasyim. 2016. Pemahaman Kesehatan Reproduksi bagi Perempuan


(Sebuah Strategi Mencegah berbagai Resiko Masalah Reproduksi Remaja).
SAWWA. 11 (2) 232- 239

Husin, Achmad Fuadi. 2014. Islam dan Kesehatan. Islamuna. 1 (2) 2014

Departeman Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid VI. Jakarta: Lentera
Abadi

Depkes, Poltekkes. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta:


Salemba Medika.

Faqih, Ainur Rahim. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta:
UII Press

Fraenkel, J.R. dan Wellen N.E. 2008. How to Design and Evaluate Research in
Education, New York: McGraw-Hil

Gunawan, Imam. 2015. Metode Penelitian Kualitatif (Teori & Praktik). Jakarta:
Bumi Aksara.

Handayani, Dri dan Wahyu Wukan Wardani. Upaya Meningkatkan Konsep


Matematika melalui Model Pembelajaran Problem Solving pada Siswa
Kelas VIIID SMP N 1 Kasihan. Derivat. 2 (1), 70.

Hamdani.2012. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: CV Pustaka Setia.

39
Hardisman.2014. Reproduksi Seksologi dan Embriologi dalam Kajian Ilmu
Kedokteran dan AlQuran.Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Ikhwani. 2014. Proses Kejadian Manusia Menurut Al-Quran. Jurnal Ilmiah


Pendidikan Sosial

Imron, Ali. 2012. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Yogyakarta: Ar-


Ruzz Media.

Indriyani, Diyan dan Asmuji. 2014. Upaya Promotif dan Preventif dalam
Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Kusumaningtyas, AD. Dkk. 2015. Kesehatan Reproduksi dalam Prespektif


Agama-agama. Jakarta: PT Elex Media Koputindo

Kuswana, Wowo Sunaryo. 2012. Taksonomi Kognitif. Bandung: PT Remaja Karya

Azwar, Saifudin.1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Machasin. 2015. Psikologi Dakwah. Jrakah Tugu: CV. Karya Abadi Jaya.

Marmi. 2015. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maulana, Mirza. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi, Cara Menghadapi


Kehamilan dan Kiat Mengasuh Anak. Yogyakarta: Katahati

Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Mu’awanah, Elfi. 2012. Bimbingan Konseling Islami. Yogyakarta: Teras.

Nasrullah, M. Alaika dan Zulfi Zumala Dwi Andiani. 2015. “Kesehatan


Reproduksi di Lingkungan Pesantren Kabupaten Jombang. Jurnal
Pendidikan, Komunikasi dan Hukum Islam. 6 (2), 151

Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Nuha


Medika

40
Padiatri. 12 (1), 21

Padmomartono, Sumardjono. 2014. Konseling Remaja. Yogyakarta: Ombak

Pimay, Awaludin.2006. Metode Dakwwah Kajian Teoritis dan Khazanah Al-


Quran. Semarang: Rasail.

Poltekkes Depkes Jakarta 1. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya.


Jakarta: Salemba Medika.

Prayitno dan Erman Amti. 2013. Dasar dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
PT Rineka Cipta.

Purwoastuti, Endang dan Elisabeth Siwi Walyani.2015. Panduan Materi


Kesehatan Reproduksi Keluarga Berencana.Yogyakarta:

Rahrdjo, Susilo dan Gudnanto. 2016. Pemahaman Individu. Jakarta: Kencana.

Romauli, Suryati dan Anna Vida Vindari. 2011. Kesehatan Reproduks Buat
Mahasiswan Kebidanani. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saerozi. 2015. Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Jrakah Tugu: CV.
Karya Abadi Jaya.

Saifert, Kelvin. 2010. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan.


IRCiSoD

Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2011. Metode penelitian kombinasi (Mexed Method). Bandung: Alfeta

Sutoyo, Anwar. 2013. Bimbingan Konseling Islami (Teori dan Praktik).


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Syafrudin dkk. 2011. Penyuluhan Kesehatan (Pada Remaja, Kelurga, Lansia dan
Masyarakat). Jakarta: Trans Info Media

41
Walgito, Bimo. 1995. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi
Offset

Wijaya, Andrik. 2004. 55 Masalah Seksual yang ingin anda ketahui tapi “tabu”
untuk ditanyakan. Jakarta: PT Gramedia.

Winkel dan Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling Institut Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi

42

Anda mungkin juga menyukai