Disusun oleh:
i
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 21
A. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .......................... 21
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................... 22
C. Desain Penelitian. .............................................................................. 23
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data ........ 24
E. Teknik Uji Instrumen Penelitian ........................................................ 25
F. Teknik Analisis Data Penelitian ......................................................... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS................................. 30
HASIL PENELITIAN............................................................................. 30
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 30
B. Analisis Hasil Penelitian .................................................................... 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN PENELITIAN......................... 41
A. Kesimpulan ........................................................................................ 41
B. Saran Penelitian ................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 43
DOKUMENTASI PROSES MELAKUKAN
PENELITIAN EKSPERIMEN LAMPIRAN LAINNYA.................... 45
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang pada rentang normal adalah salah satu mekanisme pertahanan diri.
Namun perlu diwaspadai apabila kecemasan tersebut berlangsung lama,
muncul tanpa sebab, sulit dikendalikan, mengganggu keberfungsian
seseorang dan merusak kesenangan bahkan kepuasan dalam hidup, dalam
tahap ini kecemasan dapat dikatakan merupakan suatu keadaan patologis
yang disebut dengan gangguan kecemasan (Rahman 2014).
Gangguan kecemasan adalah jenis gangguan mental yang paling umum,
dan dapat diderita oleh siapa saja bersamaan dengan depresi (Johnson, 2020).
Data dari World Health Organization (WHO), mencatat perkiraan populasi
orang yang mengidap gangguan jiwa seperti depresi dan kecemasan pada
tahun 2015 sebanyak 264 juta. Jumlah ini meningkat 14,9% dari tahun 2005
(World Health Organization, 2017). Sementara itu prevalensi gangguan
kecemasan di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada
tahun 2013, menunjukkan bahwa total dari populasi Indonesia yang
mengalami gangguan jiwa dengan gejala seperti depresi dan kecemasan
adalah sebesar 6% Sedangkan pada tahun 2018 persentase ini meningkat
menjadi 9,8%. Dari kalangan mahasiswa tercatat sebanyak 25% mahasiswa
mengalami kecemasan sedang, dan 15% mengalami kecemasan berat
(Riskesdas, 2018).
Kecemasan yang dialami oleh mahasiswa pada umumnya berdampak
buruk pada performa akademik, seperti sering membolos, kesulitan dalam
membuat dan mengumpulkan tugas, sulit untuk konsentrasi di kelas,
rendahnya partisipasi dan keaktifan pada proses pembelajaran serta tidak
mampu menjawab soal-soal dalam ujian (Bisson, 2017). Dalam mengatasi
gangguan jiwa termasuk pula kecemasan ditawarkan banyak model dan
2
pendekatan terapi, Hawari (dalam Yullianto dan Zain, 2018)
mengelompokkan Psikoterapi yang berkembang saat ini dibagi menjadi
empat jenis, yaitu: 1) Terapi dengan obat-batan 2) Terapi psikologis, 3)
Terapi psikososial, 4) Terapi psikospiritual.
Seiring dengan perkembangan ilmu Psikologi dengan munculnya aliran
transpersonal dari teori humanistik. Tema kecemasan dikaitkan dengan
dimensi spiritual dan religiusitas seseorang. Dalam psikologi transpersonal
terdapat struktur pemikiran manusia sehingga beberapa psikoterapi religius
dinilai mampu menangani kecemasan, menggunakan tradisi dan praktik
keagamaan sebagai media proses penyembuhan, seperti: sholat, puasa, dzikir,
dan membaca Al-Qur'an termasuk pula Tadabbur Al-Qur’an (Mar’ati &
Chaer, 2016).
Tadabbur Al-Qur'an menurut Menurut Handa (2015) adalah memahami
makna untaian ayat-ayat Al-Qur’an dan memikirkan apa yang ayat-ayat Al-
Qur’an tunjukkan saat tersusun, apa saja yang terkandung di dalamnya serta
apa saja yang menjadikan makna-maknanya menjadi sempurna dari segala
isyarat dan peringatan yang tidak tampak dalam untaian ayat-ayat Al-Qur’an
serta mengambil manfaat dari hati untuk bisa patuh terhadap nasehat-nasehat
Al-Qur’an serta perintah-perintah-Nya dan mengambil ibrah darinya. Handa
(2015). Tadabbur Al-Qur‘an merupakan makanan bagi ruh, obat yang
mengobati jiwa dari penyakit-penyakitnya serta memberikannya imunitas
yang kuat-bila seorang mukmin menTadabburinya dengan baik. Allah SWT.
berfirman:
ٰ ونُنَ ِّز ُل منَ ْالقُرْ ٰان ما هُو شفَ ۤا ٌء َّورحْ مةٌ لِّ ْلم ْؤمن ْي ۙنَ واَل يز ْي ُد
الظّللِ ِم ْينَ اِاَّل خَ َسارًا ِ َ َ ِِ ُ َ َ ِ َ َ ِ ِ َ
3
“Dan Kami menurunkan dari Al-Qur’an itu apa yang menjadi obat dan
rahmat bagi kaum beriman. Dan tidaklah orang-orang zalim itu melainkan
bertambah merugi.” (QS. Al-Isra : 82)
Allah Subhanahu wa ta'ala Ta’ala juga berfirman:
ِّ َُو لَ ۡو َج َع ۡل ٰنہُ قُ ۡر ٰانًا اَ ۡع َج ِمیًّا لَّقَالُ ۡوا لَ ۡو اَل ف
ؕ صلَ ۡت ٰا ٰیتُ ٗہ ؕ ؔ َءااَ ۡع َج ِم ٌّی َّو َع َربِ ٌّی ؕ قُ ۡل ہُ َو لِلَّ ِذ ۡینَ ٰا َمنُ ۡوا ہُدًی َّو ِشفَٓا ٌء
ٍک یُنَاد َۡونَ ِم ۡن َّم َکا ۭ ٍن بَ ِع ۡید ٓ ٰ ُو الَّذ ۡینَ اَل ی ُۡؤمنُ ۡونَ ف ۡۤی ٰا َذانہمۡ و ۡق ٌر َّو ہُو َعلَ ۡیہمۡ َعمی ؕ ا
َ ِولئ ً ِ َ َ ِِ ِ ِ ِ َ
“Katakanlah (Muhammad): Ia (Al-Qur’an) itu petunjuk dan obat bagi orang-
orang beriman.” (QS. Fushshilat : 44)
Sebagaimana pula firman Allah :
َٰۤياَيُّهَا النَّاسُ قَ ۡد َجٓا َء ۡت ُكمۡ َّم ۡو ِعظَةٌ ِّم ۡن َّربِّ ُكمۡ َو ِشفَٓا ٌء لِّ َما فِى الصُّ د ُۡو ۙ ِر َوهُدًى َّو َر ۡح َمةٌ لِّ ۡـل ُم ۡؤ ِمنِ ۡين
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari
Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus : 57)
Maka Tadabbur ini akan mengeluarkan orang yang melakukannya dari
kebingungan jiwa, untuk meraih perasaan tenang dan langgeng. Sebagaimana
ia juga akan menariknya keluar dari kesuraman menuju kebahagiaan dan
ketenangan pikiran (Al-Daurasy) Allah SWT. telah menurunkan setiap ayat
dalam Al-Qur’an sebagai sumber dan memiliki daya penyembuhan, yaitu
apabila ayat-ayat yang dimaksud dibaca dengan bilangan atau dibaca secara
berulang-ulang dalam jumlah tertentu diiringi dengan keyakinan akan
kebenaran firman-Nya. Menurut Thouless membaca ayat-ayat Al-Qur’an
secara berulang-ulang atau dengan jumlah tertentu mampu mensugesti diri
pada setiap orang (Thouless, 2000).
Membaca Al-Qur’an dengan mentadaburkan bacaan itu hingga meresap
ke dalam hati dan pikiran akan mampu membersihkan kotoran-kotoran hati
4
dan dapat menentram jiwa yang gelisah, memberikan kesejukan, kedamaian
dalam diri seseorang.
Hasil penelitian Prapto dkk, (2015) menunjukkan bahwa terapi Tadabbur
Al-Qur’an efektif menurunkan kecemasan ibu primigravida yang menghadapi
persalinan pertama, dimana kelompok eksperimen yang diberi terapi
Tadabbur Al-Qur’an mengalami penurunan kecemasan p=0,032 (p<0,05)
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian Yudhani dkk, (2017) yang menguji efektivitas membaca dan
menTadabburi Al-Qur’an untuk mengurangi kecemasan siswa ketika
menghadapi ujian sekolah, yang juga menunjukkan bahwa teknik ini mampu
menurunkan derajat kecemasan siswa menjelang ujian sekolah.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Efektivitas
Tadabbur Al-Qur'an (Surah Al-Insyirah 1-8) dalam menurunkan kecemasan
pada mahasiswa Psikologi Islam Semester 3 Tahun Akademik 2020/2021
IAIN Pontianak. Karena manusia senantiasa dirundung rasa takut dan stress
berkepanjangan yang dapat berujung pada gangguan kecemasan. Kami
berinisiatif membuat penelitian ini sebagai pembelajaran hati juga untuk
selalu bersikap positif dan selalu mengedepankan akal sehat.
Dipilihnya Surah Al-Insyirah untuk digunakan pada penelitian kali ini
sebab Surah ini dapat menjadi sarana pemecahan masalah dan menjadi
penuntun bagi manusia di kala menghadapi cobaan, Surah ini memerintahkan
manusia untuk senantiasa berpikir positif, bersabar dan selalu berserah diri
kepada Allah SWT. karena di samping kesulitan selalu ada kemudahan
selama manusia tidak pernah berhenti berusaha dan berikhtiar (Ichda, 2008).
Sayyid Quṭb dalam Tafsīr Fī Ẓilāl Al-Qur’an memaparkan bahwa
diturunkannya surat Al-Insyirāh dikarenakan Allah hendak mengusap
5
kepedihan dan penderitaan Rasulullah, juga sebagai kabar gembira atas
diberikannya kemudahan atau dilepaskannya kesulitan yang dialami
Rasulullah. (Ardiyanna, 2018). Dengan demikian Surah Al-Insyirah yang
menggambarkan anugerah ketenangan jiwa yang telah diperoleh Nabi yang
juga dapat mengantar seseorang guna memperoleh ketenangan itu.
B. Pembatasan Masalah
C. Perumusan Masalah
6
2. Apakah ada pengaruh Tadabbur al-qur'an (surah Al-Insyirah 1-8) dalam
menurunkan kecemasan pada mahasiswa Psikologi Islam IAIN Pontianak?
3. Seberapa besar pengaruh Tadabbur al-qur'an (surah Al-Insyirah 1-8)
dalam menurunkan kecemasan pada mahasiswa Psikologi Islam IAIN
Pontianak?
D. Tujuan Penelitian
7
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa
8
Penelitian ini diharapkan dapat menawarkan suatu opsi bagi mahasiswa
untuk mereduksi tingkat kecemasan yang dialami
b. Bagi dosen
c. Bagi masyarakat
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
10
sebagai keadaan patologis ketika kehadirannya mengganggu fungsi sehari-
hari, pencapaian tujuan, dan kepuasan atau kesenangan yang wajar
(Maramis, 2005).
Selain itu Sutikno, (2016) mengartikan kecemasan sebagai gangguan
afektif berupa perasaan ketakutan yang mendalam dan berkelanjutan dan
pada umumnya ketika seseorang memiliki kuasa untuk mengendalikan
sesuatu dan tidak dapat memprediksi suatu situasi/objek sehingga
muncullah kecemasan tersebut.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kecemasan merupakan kondisi ketidaknyamanan yang terjadi ketika
seseorang tidak mampu mengendalikan suatu keadaan atau objek tertentu,
yang ditandai dengan perasaan khawatir, takut, dan cemas akan tertimpa
sesuatu yang buruk dan dan disertai pula dengan gejala-gejala fisik yang
bila kadarnya tinggi dapat menghambat keberfungsian individu dalam
kehidupan sehari-hari.
11
c. Faktor behavioral, disebabkan karena proses belajar dan asosiasi
stimulus yang sebelumya netral dan stimulus aversif.
d. Faktor kognitif dan emosional, melibatkan konflik batin yang
terpendam dan tidak terselesaikan, adanya distorsi pikiran dan
keyakinan-keyakinan irasional dan juga tingkat efikasi diri rendah jenis-
jenis kecemasan.
3. Gejala-gejala kecemasan
4. Jenis-jenis kecemasan
12
Freud (dalam Suryabrata, 1993) mengkategorikan kecemasan menjadi
beberapa macam, diantaranya:
a. Kecemasan realistis (realistic anxiety) merupakan kecemasan yang
berakar dari ketakutan-ketakutan terhadap ancaman yang bersifat nyata
dan berasal dari dunia luar
b. Kecemasan neurotik (neurotic anxiety), ialah terhadap hukuman yang
akan diterima dari orang tua atau figure otoritas apabila menuruti
insting yang impulsive, ketakutan akan mendapat hukuman dalam hal
ini bersifat khayalan dan tidak nyata.
c. Kecemasan moral (moral anxiety), adalah kecemasan yang timbul
menyalahi aturan dan melanggar nilai-nilai moral yang ada
5. Tingkat Kecemasan
13
Merupakan kecemasan yang berkenaan dengan peristiwa kehidupan
sehari-sehari sehingga meningkatkan kewaspadaan individu.
Kecemasan ini dapat memberikan dampak seperti memotivasi untuk
belajar dengan lebih giat. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa
kelelahan, mudah marah, kesadaran tinggi dan meningkatnya motivasi
b. Kecemasan sedang
c. Kecemasan Berat
14
Ditandai oleh penurunan lapang persepsi sebab seseorang hanya akan
terfokus pada suatu hal dan mengabaikan hal-hal lain. Menimbulkan
gejala fisik seperti sakit kepala, sering BAK, pusing, sakit kepala, tidak
dapat tidur, sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit,
waktu tidur terganggu, diare, perasaan bingung, merasa tidak berdaya,
bingung dan terdisorientasi
d. Panik
15
Kecemasan adalah masalah kesehatan mental yang paling umum
terjadi di kalangan mahasiswa (Center for Collegiate Mental Health, 2017)
dan bahkan jumlahnya kian meningkat dari waktu ke waktu (Kitz Row,
2003). Samui Lois (2015) melaporkan pada tahun 2013 sebanyak 12,4%
mahasiswa didiagnosis atau menerima pengobatan untuk gangguan
kecemasan. Sebagian besar mahasiswa mengungkapkan bahwa mereka
kerap kali mengalami burnout (84,3%), kelelahan (79,1%), putus asa
(46,5%), atau mengalami kecemasan pada saat berada di kampus (51,3%)
(Samuolis dkk, 2015). Hal ini menjadi masalah tersendiri sebab kecemasan
berhubungan langsung dengan performa akademik secara umum (Kitz
Row, 2003), menurunkan kepuasan kerja (Faragher Dkk, 2005), dan dapat
menimbulkan kelelahan kerja (Maslach, Schaufeli, & Leiter, 2001).
Ketika ditanya mengenai masalah yang mereka hadapi, mahasiswa
menyebutkan bahwa tekanan dari prestasi akademik, kebutuhan untuk
sukses, dan rencana pasca kelulusan menjadi penyebab kecemasan yang
paling utama (Beiter dkk, 2015). Persaingan ketat dalam memperebutkan
lapangan pekerjaan tertentu membuat mahasiswa merasa perlu untuk
menjadi lebih unggul secara akademis dibanding teman-teman sebayanya.
Maka tidaklah mengherankan apabila banyak mahasiswa melaporkan
bahwa mereka mengalami kecemasan (Bishop dkk, 1998) dan memiliki
pandangan negatif terhadap akademisi (Felten & Wilcox, 1992).
Hubungan antara kecemasan dan performa akademik bersifat dua arah,
kecemasan pada level tertentu dapat membantu pencapaian akademis yang
tinggi (Spielberger, 1966). Akan tetapi kecemasan yang terlalu tinggi
16
Justru menghambat kinerja akademis (Owens dkk, 2012) dan bahkan
berdampak pada penurunan nilai rata-rata (Stallman, 2010).
Selain itu adapun faktor dukungan yang turut mempengaruhi
kecemasan pada mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa berada pada masa
peralihan dari remaja menuju masa yang ditandai dewasa, pada periode ini
peran dukungan sosial sangat diperlukan guna mengurangi efek negatif
dari peristiwa yang menyedihkan (Cohen & Wills, 1985). Mahasiswa yang
merasa bahwa ia lebih didukung cenderung menyesuaikan diri dengan
perguruan tinggi dengan lebih baik (Demaray dkk , 2003).
Faktor finansial juga menjadi penyumbang utama baik secara langsung
maupun tidak kecemasan mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki kendala
pada faktor ekonomi cenderung lebih merasa khawatir dan takut mereka
tidak dapat menyelesaikan pendidikannya dan pada akhirnya menimbulkan
kecemasan
Selain faktor eksternal seperti yang telah dipaparkan di atas, ada pula
faktor internal maupun yang berasal dari dalam diri mahasiswa tersebut
seperti sensitivitas yang terlalu tinggi terhadap suatu peristiwa, perasaan
tidak berdaya, dan pikiran bahwa semuanya tidak dapat dikendalikan
seringkali menyebabkan kecemasan pada mahasiswa Atkinson (2001).
7. Penelitian-penelitian sebelumnya
17
Telah banyak penelitian yang diadakan terkait dengan kecemasan pada
mahasiswa, beberapa di antaranya:
a. Penelitian Hasibuan, dan Riyandi yang meneliti mengenai pengaruh
tingkat gejala kecemasan terhadap Indeks Prestasi Akademik pada
Mahasiswa Angkatan 2016 Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat gejala kecemasan memiliki pengaruh terhadap indeks
prestasi mahasiswa, dimana pencetus utama dari kecemasan adalah
ujian.
b. Penelitian berjudul “Hubungan tingkat stressor psikososial dengan
tingkat kecemasan pada mahasiswa baru tahun ajaran 2012/2013
Fakultas Kedokteran Universitas Jember” yang ditulis oleh Prasetyo,
(2013). Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan
positif yang signifikan antara tingkat stressor psikososial dengan tingkat
kecemasan pada mahasiswa baru tahun ajaran 2012/2013, hal ini berarti
semakin tinggi stressor psikososial maka akan semakin tinggi pula
tingkat kecemasan mahasiswa.
c. Studi yang dilakukan oleh Prabowo & Sihombing (2007) yang meneliti
tentang Gambaran Gangguan Kecemasan pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas “X” Angkatan 2007 mengungkap faktor-faktor
yang diduga mempengaruhi kecemasan pada mahasiswa yaitu:
ekspektasi keluarga yang tinggi terhadap mahasiswa, selalu menuntut
kesempurnaan pada saat melakukan suatu pekerjaan, tergantung kepada
orang lain yang dianggap lebih kuat, serta kebiasaan menunda hal-hal
yang penting.
18
d. Penelitian berjudul “Korelasi kualitas tidur terhadap tingkat depresi,
cemas, dan stres mahasiswa kedokteran universitas Udayana” yang
dilakukan oleh Aryadi dkk, (2008). menyatakan bahwa ada keterkaitan
antara kecemasan dan kualitas tidur mahasiswa, semakin buruk kualitas
tidur maka semakin tinggi tingkat kecemasan, depresi, dan stress yang
terjadi pada mahasiswa.
e. Penelitian mengenai hubungan dukungan teman sebaya terhadap tingkat
kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja, hasilnya ialah
terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial, yang artinya semakin
tinggi dukungan sosial maka tingkat kecemasan akan semakin rendah
B. Tadabbur Al-Qur’an
19
artinya; melakukan ta'amul (penghargaan) makna dari Al-Qur’an dan
mengamati makna-makna itu dari lubuk hati.
Menurut Al-Lâhim terminologi ini mengacu pada refleksi integral yang
dapat mengarah pada makna tersirat dari firman-firman Allah dan benar-
benar memahami pesan-pesan mendalam yang terkandung di dalamnya.
Sementara itu Tadabbur Al-Qur'an menurut menurut Handa (2015) adalah
memahami makna untaian ayat-ayat Al-Qur’an dan memikirkan apa yang
ayat-ayat Al-Qur’an tunjukkan saat tersusun, apa saja yang terkandung di
dalamnya serta apa saja yang menjadikan makna-maknanya menjadi
sempurna dari segala isyarat dan peringatan yang tidak tampak dalam
untaian ayat-ayat Al-Qur’an serta mengambil manfaat dari hati untuk bisa
patuh terhadap nasehat-nasehat Al-Qur’an serta perintah-perintah-Nya dan
mengambil ibrah darinya. (Handa, 2015).
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Tadabbur
merupakan suatu usaha untuk memahami ayat-ayat dalam Al-Qur’an
secara mendalam dengan cara mengobservasi, mengkaji, merefleksikan
serta mempelajari makna yang terselubung dari setiap ayat-ayatnya.
20
Manaf (2017), membuat daftar keuntungan serta keutamaan
menTadabburi Al-Qur’an, yakni mencakup:
21
3. Faktor yang memengaruhi keefektifan Tadabbur Al-Qur’an
22
d. Menghubungkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan atribut Asmaul-Husna,
Al-Quran adalah merupakan kalam di mana Allah mengungkapkan
sifat-sifat kesempurnaan dan kebesaran-Nya. Oleh karena itu, pembaca
Al-Quran harus selalu merasa lemah dan kecil di hadapan-Nya sebagai
hamba. Sikap ini akan mengarah pada khauf (ketakutan) dan raja`
(harapan) dan akhirnya memicu kebutuhan untuk taat dan tunduk pada
perintah Tuhannya.
e. Menghubungkan dengan Sirah Nabawiyah (Kisah Hidup Nabi)
Kepribadian dan tindakan Nabi SAW adalah terjemahan dari esensi Al-
Qur’an baik perbuatan Nabi dalam konteks sebagai individu, kepala
keluarga, pemimpin komunitas, jenderal militer, atau pemimpin Negara.
Setiap tindakan Nabi SAW adalah refleksi dari pemahamannya tentang
ayat-ayat Al-Qur’an.
f. Melengkapi pengajian dengan zikir dan do'a tertentu
g. Menjadikan Al-Qur’an sebagai obat dan do’a, Al-Qur’an juga berfungsi
sebagai obat, syifa (katarsis) dan do'a. Ada beberapa proposisi dalam
Al-Qur'an yang cocok untuk digunakan sebagai obat, syifa dan dapat
dibaca sebagai do'a tertentu. Menjadikan Al-Qur’an sebagai pengobatan
dan syifa` dianggap sebagai Tadabbur dari firman Allah.
h. Menghayati bacaan Al-Qur’an hingga meneteskan air mata
i. Memperhatikan adab dan etika dalam membaca Al-Qur’an dengan cara:
menjamin kebersihan lahiriah dan batin Membaca Al-Qur’an,
Persyaratan ini murni untuk memuliakan firman Allah SWT, memulai
dengan Istia'azah, mengaji dengan tartil dan tajdwid yang benar.
23
4. Keistimewaan Surah Al-Insyirah
24
orangorang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: "Inna lillahi
wa innaa ilahi Raaji'un”.
Akan tetapi Al-Qur'an juga berharap manusia untuk dapat mengontrol
emosi baik kesedihan maupun kebahagiaan sebab berlebihan dalam
bersedih maupun bergembira bukanlah hal baik. Pada surah ini Allah
menekankan bahwa hendaklah manusia bersabar dan berserah diri kepada
Allah bilamana menghadapi kesulitan. Untuk berserah diri maka
dibutuhkan sikap mental yang positif yakni berhusnudzon terhadap-Nya.
Kesamaan antara Surah Al-Insyirah dengan ilmu Psikologi ialah keduanya
sama-sama mengkaji dan membahas mengenai cara-cara menyelesaikan
masalah (problem solving), keduanya berusaha mencapai ketenangan jiwa,
mengajarkan seseorang untuk memanajemen perasaan serta meneguhkan
hati dalam menghadapi problematika kehidupan (Nauvilla, 2008).
C. Penelitian-Penelitian Sebelumnya
25
a. Penelitian Eri Yudhani, Veni Suharti , Annisa Adya , Eliza Sutri Utami
(2017), yang berjudul ”Efektivitas Membaca Dan MenTadabburi Al-
Qur’an Dalam Menurunkan Kecemasan Siswa yang Akan Menghadapi
Ujian Sekolah”. Hasil uji statistic dengan menggunakan Mann Whitney U
mengungkapkan bahwa ada perbedaan skor posttest antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pelatihan membaca dan menTadabburi alQur’an cukup efektif
dalam menurunkan tingkat kecemasan menghadapi ujian. Penelitian ini
berbeda dari penelitian Yudhani dkk (2017), di atas, sebab kami mengkaji
pengaruh Tadabbur Al-Qur’an terhadap kecemasan mahasiswa siswa
secara umum dan subjek dari penelitian kami adalah mahasiswa Jurusan
Psikologi Islam Semester 3 Tahun Akademik 2020/2021 IAIN Pontianak.
b. Penelitian bertajuk “Terapi Tadabbur Al-Qur’an Untuk Mengurangi
Kecemasan Menghadapi Persalinan Pertama”. yang ditulis oleh Dini A.P,
Prapto H, Fuad Nashori, dan Rumiani. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa Terapi Tadabbur Al-Qur’an dapat mengurangi
tingkat kecemasan pada ibu hamil. Hal ini terlihat dari nilai rerata
kecemasan pada kelompok eksperimen mengalami penurunan dari 74,25
pada saat pre-test menjadi 63,75 pada saat post-test. Sedangkan pada
kelompok kontrol terjadi kenaikan pada skor kecemasan, yaitu dari 68
pada saat pre-test meningkat menjadi 70,67 pada saat post-test. Penelitian
ini berbeda sebab subjek yang diujikan pada penelitian ini ialah mahasiswa
Jurusan Psikologi Islam Semester 3 Tahun Akademik 2020/2021 IAIN
Pontianak.
26
c. Feni Yuliani, Nani N Djamal, Endi meneliti mengenai Penelitian Pengaruh
Kebiasaan Tadabbur Al-Qur’an Terhadap Kecerdasan Spiritual Anggota
Komunitas Tadabbur Al-Qur’an, dari penelitian ini ditemukan bahwa
kebiasaan Tadabbur Al-Qur’an berpengaruh positif terhadap Kecerdasan
Spiritual partisipan sebesar 49%. Penelitian ini berbeda dari penelitian di
atas sebab variabel terikat yang hendak kami kaji ialah kecemasan.
d. Eko, Muassamah, Hadi (2019) telah meneliti mengenai pengaruh
Tadabbur Surat Al-Insyirah untuk Menurunkan Stres Akademik
Mahasiswa, hasilnya menunjukkan bahwa pembacaan surat Al-Insyirah
dapat menurunkan stres akademik pada mahasiswa. Penelitian ini berbeda
dari penelitian di atas sebab kami hendak meneliti mengenai pengaruh
Tadabbur Al-Qur’an (Surah Al-Insyirah 1-8) dalam mengurangi
kecemasan mahasiswa Jurusan Psikologi Islam Semester 3 Tahun
Akademik 2020/2021 IAIN Pontianak.
D. Hipotesis Penelitian
27
3. Tadabbur Al-Qur’an memiliki pengaruh yang besar terhadap mahasiswa
IAIN Pontianak semester 3 tahun 2020-2021
E. Kerangka Berpikir
28
yang menjadi alasan sehingga peneliti menawarkan solusi mengenai
permasalahan yang terjadi, yaitu dengan menerapkan Tadabbur surah Al-
Insyirah dari ayat 1-8, Hal ini dilaksanakan untuk melihat sejauh mana
pengaruh surah Al-insyirah terhadap kecemasan mahasiswa psikologi islam
IAIN Pontianak semester 3 tahun 2020-2021. Pelaksanaan penelitian ini,
yaitu dilakukan dengan membaca surah Al-Insyirah secara bersamaan,
memahami dan memaknai setiap untaian ayat, mengkaji kandungan dan
manfaat surah Al-Insyirah dan kemudian meminta responden untuk
mengamalkannya dalam kesehariannya.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Populasi
2. Sampel
30
Sampel merupakan himpunan bagian atau subset yang mana memberikan
gambaran yang benar terhadap populasi (Gulo, 2010). Sampel yang
diambil dalam penelitian ini yakni berkarakteristik sebagai mahasiswa dan
mahasiswi Institut Agama Islam Negeri Pontianak, dari Fakultas
Ushuluddin Adab dan Dakwah jurusan Psikologi Islam angkatan 2019 atau
semester 3. Penentuan Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini
menggunakan teori Roscoe. Dimana jumlah sampel untuk penelitian
eksperimen 30% dari jumlah populasi. Sehingga jika
dikalkulasikan,sampel yang diambil dari populasi yang ada adalah 21,6
atau peneliti membulatkannya menjadi 20 orang sampel.
Dalam hal ini teknik yang penulis gunakan untuk mengambil sampel pada
populasi yang ada yakni menggunakan NonProbability Sampling.
NonProbability Sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel
yang memberikan kesempatan dan peluang yang sama bagi setiap orang
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi bagian dari sampel. Non-
Probability Sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Purposive
Sampling dengan kriteria sebagai berikut:
31
1. Merupakan mahasiswa aktif Jurusan Psikologi Islam Semester 3
Tahun Akademik 2020/2021 IAIN Pontianak.
2. Berada dalam rentang usia 19-23 tahun
3. Memiliki kecemasan tinggi
4. Bersedia untuk menjadi subjek dalam penelitian ini
1. Variabel Penelitian
2. Definisi Operasional
32
a) Tadabur Al-Quran
33
gastrointestinal, gejala urogenital, gejala autonom,serta tingkah
laku saat berkomunikasi.
C. Desain Penelitian
34
Kelompok Randomisasi Pretes Perlakuan Postes
E ✓ 01 ✓ 02
K ✓ O1 - 02
35
memperoleh hasil data kuantitatif (Muhammad,2005). Skala yang digunakan
dalam Angket ialah menggunakan skala HARS yang mana skala ini
memasukan 14 symptom pada seseorang yang sedang mengalami kecemasan.
Skala ini berbentuk Likert Scale dimana responden dimintakan pendapatnya
tentang setuju atau tidak setuju terhadap gejala simptom yang dirasakan,
pendapat responden ini dinyatakan dalam berbagai tingkat persetujuan (0-4).
Dimana tingkatan persetujuannya meliputi 0 (sangat tidak setuju), 1 (tidak
setuju), 2 (tidak tahu), 3 (setuju), 4 (sangat setuju)
1. Uji Validitas
Validitas Menunjukan derajat ketepatan pada data yang sesungguhnya
terjadi pada objek dengan data yang sudah dikumpulkan oleh
peneliti(Sugiyono,2014). Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesahihan suatu alat ukur atau untuk melihat sejauh mana alat ukur mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada dua hal penting yang harus
dilakukan untuk menentukan validitas pengukuran. Yang pertama yaitu
instrument harus relevan yang artinya harus sesuai dengan tujuan
penelitian agar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Isi tersebut
bisa dijabarkan dengan definisi operasional. Yang kedua yaitu relevan
36
terhadap sasaran subject dan cara pengukurannya, dimana instrumen yang
disusun memberikan gambaran perbedaan terhadap subject penelitian dan
peneliti harus mempertimbangkan sasaran subjk yang pas untuk ditelitinya
agar alat tes yang digunakan benar-benar mengukur apa yang seharusnya
diukur (Nursalam,2003). Kriteria untuk menentukan validitas item adalah
sebagai berikut:
Besarnya r Interpretasi
37
0,000 < r ≤ 0,199 Sangat Rendah
Dalam uji validitas peneliti menggunakan uji product moment. Yang mana
dalam interpretasi atau pengambilan keputusan memakai nilai r hitung
dengan r tabel dimana nilai r tabel yang dipakai untuk N=20 dengan taraf
signifikan 0,05 atau 5% ialah 0,444. Maka hasil uji validitas pada setiap
item dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
38
2. Uji reliabilitas
0,71-0,90 Tinggi
39
0,41-0,70 Cukup
0,21-0,40 Rendah
Alpha
1 0,91 Reliable
2 0,91 Reliable
3 0,91 Reliable
4 0,92 Reliable
5 0,91 Reliable
6 0,91 Reliable
7 0,91 Reliable
8 0,92 Reliable
9 0,92 Reliable
10 0,91 Reliable
11 0,92 Reliable
12 0,91 Reliable
13 0,92 Reliable
40
14 0,92 Reliable
Teknik yang digunakan peneliti dalam melakukan analisis data setelah data
terkumpul yakni menggunakan :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah
data yang digunakan memiliki nilai residu yang normal atau tidak (Imam
Ghazali,2011). Berdasarkan pengalaman empiris beberapa pakar statistik,
data yang banyaknya lebih dari 30 angka (n > 30), maka sudah dapat
diasumsikan berdistribusi normal. Biasa dikatakan sebagai sampel besar.
Namun untuk memberikan kepastian, data yang dimiliki berdistribusi
normal atau tidak, sebaiknya digunakan uji normalitas. Karena belum tentu
data yang lebih dari 30 bisa dipastikan berdistribusi normal, demikian
sebaliknya data yang banyaknya kurang dari 30 belum tentu tidak
berdistribusi normal.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Shapiro Wilk
dalam uji normalitas dimana statistic uji didapat dengan membagi kuadrat
dari kombinasi linier yang sesuai dengan sampel statistik terurut dengan
estimasi variasi simetri yang biasa. Metode ini terbatas untuk ukuran
sampel yang kurang dari 50. Pada uji ini dalam SPSS peneliti cukup
menilai nilai Sig pada tabel Shapiro Wilk. Nilai sig itu berarti signifikansi
41
atau boleh disebut p value atau nilai probabilitas dimana jika data kurang
dari 0,05 data tersebut dinyatakan tidak berdistribusi normal. Tetapi jika
data lebih dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
a. nilai signifikansi (sig) < 0,05, disimpulkan data berasal dari populasi
yang mempunyai varians tidak homogen.
b. Jika nilai signifikansi (sig) ≥ 0,05, maka disimpulkan data berasal dari
populasi yang mempunyai varians homogen (Priyatno,2009)
42
3. N-gain
Uji N-gain adalah sebuah uji yang bisa memberikan gambaran umum
peningkatan skor hasil pembelajaran antara sebelum dan sesudah
diterapkannya metode tersebut (Hake, 1999). Berdasarkan pengertian
diatas dapat dilihat selisih antara data post-test dan pretest
(Seniati,Yulianto,dan setiadi,2008). Dengan uji ini juga peneliti dapat
melihat efektifitas dari suatu perlakuan atau Treatmen yang diberikan
dalam penelitian. Dalam N gain terdapat kateris ternomalisasi efektivitas
sebagai berikut:
43
0,70 ≤ g ≤ 100 Tinggi
4. Uji T
Uji T merupakan salah satu dari uji statis yang dipakai untuk melihat
kebenaran dan kepalsuan Hipotesis nilih yang menyatakan bahwa diantara
44
2 buah rata- rata sampel yang diambil dari populasi. Tidak terdapat
perbedaan yang signifikan (Sudjiono,2010). Dasar-dasar ini terkait dengan
pengambilan keputusan dalam uji independent sampel test ini, yang mana
didasari oleh :
a. Jika Sig (2 Tailed ) < 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Yang
berarti tidak ada perbedaan rata-rata pretest kelompok Kontrol dan
kelompok Eksperimen
b. Jika Sig (2 Tailed ) > 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Yang
berarti ada perbedaan rata-rata pretest kelompok Kontrol dan kelompok
Eksperimen
5. Prosedur Penelitian
45
c. Kemudian dijelaskan tentang kandungan ayat yang dibacakan mulai
dari kandungan ayat pertama sampai dengan ayat ke tujuh, sehingga
kelompok Eksperimen benar-benar memahami setiap kandungan ayat
yang dibacanya.
d. Lalu kelompok Eksperimen diminta untuk membacakan Al-Qur’an
surat Al Insyirah mulai dari ayat pertama sampai ayat terakhir dengan
disuarakan serta diresapi atau dihayati dari bunyi ayat tersebut, karena
sebelumnya telah dijelaskan mengenai makna dari setiap kandungan
ayat.
e. Kelompok Eksperimen diberikan perlakuan selama 5 hari untuk
mengaplikasikan surah tersebut mulai dari membaca dan menghayati
makna dari Surah Al-Insyirah.
f. Akhir sesi dilakukan pengukuran tingkat kecemasan pada subjek
eksperimen setelah diberikan perlakuan maupun subjek kontrol yang
tidak diberikan perlakuan. Subjek yang sudah ditempatkan pada dua
kelompok yang setara diberikan posttest untuk mengetahui kondisi stres
dan imunitas pada masing-masing kelompok eksperimen maupun
kelompok control. Posttest diberikan di waktu bersamaan dengan
mengirimkan link Google Form untuk kelompok control dan kuesioner
untuk kelompok eksperimen
46
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil yang didapat oleh peneliti saat dilakukannya pretest pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen adalah:
Dalam penelitian ini didapatlah hasil rata- rata pretest eksperimen sebesar
30,8 maka dalam skala kecemasan dapat dikategorikan kelompok
eksperimen mengalami kecemasan tinggi
47
3. Hasil Posttest kelompok Eksperimen
48
Dari data diatas untuk menentukan distribusi normal menggunakan
sharpiro wilk dimana nilai Sharpiro Wilk menunjukan data normal jika nilai P
>0,05 . Dalam hal ini didapatkan nilai dari pretest kelompok eksperimen
0,576 dan kel control 0,805 serta posttest kelompok eksperimen 0,533 dan
kelompok kontrol 0,889 yang mana nilai dari data tersebut lebih dari 0,05.
sehingga dapat dikatakan distribusi data tersebut Normal. Setelah mengetahui
data tersebut normal, uji selanjutnya yang harus dilakukan yaitu uji
homogenitas.
Uji Homogenitas ini digunakan untuk melihat apakah data berasal dari
populasi yang memiliki varian yang sama atau tidak. Dasar pedoman
pengambilan keputusan dalam uji ini yaitu :
49
1. Nilai Signifikansi(Sig) <0,05. Maka dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
variansi data dari 2 atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sama
atau tidak homogen
2. Nilai Signifikansi (Sig) >0,05. Maka dapat dikatakan bahwa variansi dari
dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama atau homogen
Berdasarkan data diatas diketahui Sig pada nilai Based on mean pada data
pretest sebesar 0,674 sedangkan data posttest sebesar 0,128. Karena hasil Sig
pada data posttest maupun pretest melebihi 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa varian data diatas bersifat homogen.
Setelah dilakukannya uji homogenitas, uji yang akan dilakukan
selanjutnya yaitu uji Independent Sampel t-tes dimana uji ini bertujuan untuk
membandingkan dua sampel yang tidak saling berpasangan. Ada syarat-syarat
yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan uji Independent
Sampel T-Tes ini diantaranya yaitu:
50
1. Kedua sampel tidak saling berpasangan
2. Jumlah untuk tiap mapel kurang dari 30 buah
3. Data untuk kedua sampel harus berdistribusi Normal
4. Varian data harus bersifat Homogen
51
Ada dasar-dasar yang harus diperhatikan sebelum menafsirkan data diatas.
Dasar-dasar ini terkait dengan pengambilan keputusan dalam uji independent
sampel test ini, yang mana didasari oleh :
1. Jika Sig (2 Tailed ) < 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Yang berarti
tidak ada perbedaan rata-rata pretest kelompok Kontrol dan kelompok
Eksperimen
52
2. Jika Sig (2 Tailed ) > 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Yang berarti
ada perbedaan rata-rata pretest kelompok Kontrol dan kelompok
Eksperimen
53
Uji Independent Sampel Test N Gain Score ini digunakan yaitu untuk
mengetahui perbedaan kecemasan pada kelompok yang diberikan perlakuan
tadabur (kelompok eksperimen) dengan kelompok yang tidak diberikan
perlakuan (kelompok kontrol). Pada tabel diatas didapati nilai rata rata
kelompok eksperimen sebesar - 0,0698 sedangkan kelompok kontrol 0,0067.
Dimana dalam hal ini menunjukan dalam kelompok eksperimen terjadi
penurunan kecemasan sebesar 0,0698 dan kelompok control mengalami
kenaikan kecemasan sebesar 0,0067.
54
Dalam tabel Uji Independent Sampel Test N Gain Score diatas didapat
nilai uji T -2,164 dengan signifikansi sebesar 0,053 atau > 0,05 maka ada
perbedaan efektifitas signifikansi antara perilaku Tadabur dalam mengurangi
kecemasan mahasiswa
55
Hasil ini memperkuat teori Najati (2004) yang berpendapat bahwa Al-
Qur’an diturunkan untuk mengubah pikiran manusia, kecenderungannya, dan
tingkah lakunya, memberi petunjuk kepada mereka, mengubah kesesatan dan
kebodohan mereka, mengarahkan mereka kepada suatu hal yang baik
untuknya, dan membekali mereka dengan pikiran-pikiran baru tentang tabiat
manusia dan misinya dalam kehidupan, nilai-nilai, dan moral. Ringkasnya,
Al-Qur’an telah berhasil, tanpa ada tandingannya diantara semua seruan
keagamaan sepanjang sejarah, dalam menimbulkan berbagai perubahan yang
besar atas kepribadian Muslim. Dalam waktu yang relatif singkat, Al-Qur’an
telah berhasil membentuk kepribadian manusia yang utuh, seimbang, damai
dan tenteram (Mar'ati & Chaer, 2016).
Demikian pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yudhani, dkk
(2017) yang meneliti mengenai Efektivitas Membaca Dan MenTadabburi Al-
Qur’an terhadap 10 siswa SMA dalam menurunkan kecemasan menjelang
Ujian Sekolah, Hasil yang diperoleh membuktikan adanya perbedaan pretest
dan posttest pada kelompok eksperimen sedangkan pada kelompok kontrol
tidak ada perbedaan pre-test dan posttest. Sebelum mengikuti pelatihan
subjek mengaku bahwa mereka merasa malas, takut, cemas, tegang dan
banyak fikiran-fikiran yang negatif terhadap nilai yang akan diperoleh saat
ujian. Saat proses berlangsungnya pelatihan, Setelah dilakukannya pelatihan
Tadabbur Al-Qur’an, subjek mengalami penurunan serta merasa lega dan
lebih tenang.
Sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Sholeh (1999) tentang korelasi
antara keseringan membaca Al-Quran dan penurunan kecemasan, hasilnya
menunjukkan bahwa orang yang sering membaca Al-Quran mengalami
penurunan kecemasan. Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang
mempunyai ciri-ciri yang terkadang muncul secara fisiologis ada perasaan
tegang yang tidak menyenangkan dan perasaan khawatir mengeluhkan bahwa
56
sesuatu yang buruk akan terjadi, pada mahasiswa banyak hal-hal yang
membuatnya cemas seperti khawatir mereka tidak dapat memenuhi
ekspektasi dari orang tua, khawatir tentang performa akademis, khawatir
tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan, khawatir mengenai biaya
perkuliahan, dll. Membaca, mendengar Al-Quran dengan memahami
maknanya, dan menghayati makna kata-kata dalam Quran, akan menjadikan
seseorang ingat kepada Allah dan mengecilkan kemungkinan seseorang untuk
terlalu memikirkan serta mengkhawatirkan masa depan.
Sebagaimana Firman Allah:
َت َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتُهٗ زَ ا َد ْتهُ ْم اِ ْي َمانًا َّوع َٰلى َربِّ ِه ْم يَتَ َو َّكلُوْ ۙن ْ َاِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ الَّ ِذ ْينَ اِ َذا ُذ ِك َر هّٰللا ُ َو ِجل
ْ َت قُلُوْ بُهُ ْم َواِ َذا تُلِي
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal”
Mereka yang senantiasa mengingat Allah akan tawakal dalam situasi
bagaimana pun juga, jiwanya akan tenteram dan aman, tidak akan merasa
takut, tidak akan bersedih hati, dan selalu menyerahkan segalanya kepada
Allah SWT. Ketimbang terus-menerus mengkhawatirkannya.
Penelitian ini semakin menguatkan fakta bahwa terapi yang berbasis
agama (terutama islami) juga dapat menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kesehatan jiwa. Sebagaimana hasil Penelitian Gallup dan
Lindsay (1999) yang menunjukkan bahwa orang yang beragama memiliki
nilai lebih tinggi dalam skor kesehatan dan kesejahteraan secara umum
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak atau kurang religius. Agama
menjadi sarana meditasi dan menyediakan mekanisme untuk mengatasi
masalah hidup seperti membaca kitab suci, berdoa dan menjalankan ritual
keagamaan (Ansyah, 2019).
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh Tadabur Al-Qur’an
terhadap penurunan kecemasan pada Mahasiswa Jurusan Psikologi Islam
IAIN Pontianak. Oleh karena itu, hendaklah mahasiswa-mahasiswa lain
dapat mempraktikkan Tadabbur Al-Qur’an khususnya Surah Al-Insyirah
58
(1-8) pada saat kecemasan melanda guna meringankan gejala kecemasan
yang dirasa.
2. Bagi Program Studi Psikologi Islam IAIN Pontianak
Diharapkan Program Studi Psikologi Islam IAIN Pontianak dapat
menjadikan penelitian ini sebagai dasar perancangan dan pembuatan
program yang dapat diberikan kepada mahasiswa untuk mengidentifikasi
kecemasan mahasiswa guna mencetak mahasiswa yang kompeten dan
berkualitas.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan intervensi Tadabbur
Al-Qur’an dalam jangka waktu yang lebih lama dengan jarak antara pre-
test dan post-test yang lebih panjang guna menghindari efek belajar pada
subjek. Selain itu peneliti-peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti
efektivitas Tadabbur Al-Qur’an terhadap variabel lain yang belum
diujikan.
59
DAFTAR PUSTAKA
Frisch, N. C., & Frisch, L. E. (2006). Psychiatric mental health nursing. (3th ed).
Canada: Thomson Delmar Learning.
Hidayati , A (2008). Hubungan senam lansia dengan tingkat kecemasan pada
lansia di PTSW Budhi Luhur Bantul Yogyakarta. Skripsi tidak
dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Muhammadiuah Yogyakarta.
Jeffrey S. Nevid, J.S, Rathus, S.A & Green, B. Psikologi Abnormal Jilid 2.
Johnson, K. F. (2020). Symptoms of Anxiety in College Students and the Influence
of Social Determinants of Health. Journal of College Student
Psychotherapy, 1–16. doi:10.1080/87568225.2020.1827114
Kitzrow, M. A. (2003). The mental health needs of today’s college students:
Challenges and recommendations. NASPA Journal, 41, 167–181
60
Lois M. Collins, (2018) "The new campus crisis: How anxiety is crippling college
kids across the country", Deseret News
Maslach, C., Schaufeli, W. B., & Leiter, M. P. (2001). Job burnout. Annual
Review of Psychology, 52,397–422.
Rahmad Yulianto, Muktamirul Haq Zain (2018), Studi Komparatif: Psikoterapi
Dalam Perspektif Islam Dan Modern, Al-Hikmah: Jurnal Studi Agama-
agama Vol 4, No 2
RATNA MUSTIKASARI (2018). EFEKTIVITAS EXPRESSIVE WRITING
UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN PADA MAHASISWA FRESH
GRADUATE YANG SEDANG MENCARI KERJA. Skripsi tidak
dipublikasikan. SURAKARTA: FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
Rela Mar'ati, Toriqul Chaer (2016), Pengaruh Pembacaan dan Pemaknaan Ayat-
ayat al-Qur’an terhadap Penurunan Kecemasan pada Santriwati,
Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, Vol 1, No 1 Handa, F &
Kembar3HMI. (2015). Lakukanlah! Sebab apa yang kau lakukan itulah
yang kau dapatkan. Jakarta: QultumMedia.
Samuolis, J., Barcellos, M., LaFlam, J., Belson, D., & Berard, J. (2015). Mental
health issues and their relation to identity distress in college students.
Identity: An International Journal of Theory and Research, 15, 66–73.
doi:10.1080/15283488.2014.989443
Sari, F. S., & Batubara, I. M. (2017). Kecemasan Anak Saat Hospitalisasi. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada. 8 (2) : 144-149
Sumadi Suryabrata. (2003). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Rako Press.
Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya.
Jakarta : Bina aksara.
Tomb, David A. 2004. Buku SakuPsikiatri. Jakarta: EGC
Tuart, G. W. & Laraia, M. T. (2005). Principles and practice of psychiatric
nursing. (8th ed). Missouri: Mosby, Inc.
61
DOKUMENTASI PROSES MELAKUKAN PENELITIAN EKSPERIMEN
LAMPIRAN LAINNYA
62