Dosen Koordinator :
Dr.Ing. Wiwandari Handayani, ST, MT, MPS
Dr. Ir. Artiningsing, MSi
Rukuh Setiadi, ST, MEM, PhD
Disusun oleh :
Fathiyyah Nur Andina 21040117130068
Kelas A
I. PENDAHULUAN
Dalam mempelajari demografi tiga komponen terpenting yaitu kelahiran
(fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi. Sedangkan dua faktor
penunjang lainnya yang penting ialah mobilitas sosial dan tingkat
perkawinan. Ketiga komponen pokok dan dua faktor penunjang kemudian
digunakan sebagai variabel (peubah) yang dapat menerangkan tentang
jumlah dan distribusi penduduk pada tempat tertentu tentang pertumbuhan
masa lampau dan persebarannya. Tentang hubungan antara perkembangan
penduduk dengan berbagai variabel (peubah) sosial, dan tentang prediksi
pertumbuhan penduduk di masa mendatang dan berbagai kemungkinan
akibat-akibatnya.
Berbagai macam informasi tentang kependudukan sangat berguna bagi
penyusunan perencanaan baik untuk pendidikan, perpajakan,
kesejahteraan, pertanian, pembuatan jalan-jalan atau bidang-bidang lainnya.
Informasi tentang kependudukan juga dapat digunakan untuk perencanaan
produksi dan pemasaran. Selain itu, pentingnya informasi mengenai
kependudukan bagi seseorang perencana tidak hanya menyangkut masalah
kondisi sosio-ekonomi, kultur yang dianut, atau jenis kelamin saja,
melainkan juga keadaaan mengenai jumlah penduduk, perkembangan
kelahiran, kematian, proyeksi penduduk, dan sebagainya.
II. DATA
Jumlah Kelahiran Per- Kecamatan di Kabupaten Wonosobo Tahun 2007
No Nama Kecamatan Jumlah Kelahiran Jumlah Penduduk
1 Wadaslintang 351 54,340
2 Kepil 587 59,480
3 Sapuran 272 53,024
4 Kalibawang 216 25,600
5 Kaliwiro 454 48,219
6 Leksono 513 39,441
7 Sukoharjo 292 30,616
8 Selomerto 564 44,915
9 Kalikajar 676 63,826
10 Kertek 874 75,747
11 Wonosobo 609 75,954
12 Watumalang 717 52,087
13 Mojotengah 309 59,007
14 Garung 690 49,997
15 Kejajar 473 41,714
Wadaslintang 32 54,340
Kepil 30 59,480
Sapuran 11 53,024
Kalibawang 53 25,600
Kaliwiro 84 48,219
Leksono 225 39,441
Sukoharjo 794 30,616
Selomerto 190 44,915
Kalikajar 509 63,826
Kertek 101 75,747
Wonosobo 1451 75,954
Watumalang 29 52,087
Mojotengah 272 59,007
Garung 54 49,997
Kejajar 73 41,714
TOTAL 3908 773,967
Tabel 1.11. Jumlah Penduduk Migrasi Masuk Per- Kecamatan di Kapubaten Wonosobo
Tahun 2007
Wadaslintang 68 54,340
Kepil 27 59,480
Sapuran 27 53,024
Kalibawang 57 25,600
Kaliwiro 231 48,219
Leksono 169 39,441
Sukoharjo 559 30,616
Selomerto 288 44,915
Kalikajar 239 63,826
Kertek 89 75,747
Wonosobo 1448 75,954
Watumalang 94 52,087
Mojotengah 141 59,007
Garung 120 49,997
Kejajar 93 41,714
TOTAL 3650 773,967
Tabel 1.13. Jumlah Penduduk Migrasi Keluar Per- Kecamatan di Kapubaten
Wonosobo Tahun 2007
Diagram 1.1. Jumlah Penduduk Per- Kecamatan Kapubaten Wonosobo Tahun 2007
Dari diagram pie diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Kalibawang
memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit dibandingan kecamatan
lainnya yang terdapat di Kabupaten Wonosobo. Jumlah penduduk
Kecamatan Kalibawang berjumlah 25.600 jiwa, sedangkan Kecamatan yang
memiliki jumlah penduduk paling banyak yaitu Kecamatan Wonosobo.
Jumlah penduduk Kecamatan Wonosobo pada tahun 2007 berjumlah
75.954 jiwa.
40,789 Sukoharjo
79,280
32,807 Selomerto
46,770 Kalikajar
58,397
2. Fertilitas
Fertilitas merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk
yang bersifat menambah jumlah penduduk.fertilitas diartikan sebagai hasil
reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita
menyangkut banyaknya bayi lahir hidup. Fertilitas di pengaruhi oleh aspek
demografis maupun non demografis, aspek demografis mencakup struktur
umur, status pernikahan dan sebagainya. Sedangkan, non-demografis
mencakup pendidikan, layanan kesehatan, status migrasi, agama, suku,
ekonomi, persepsi keluarga ideal, dan sebagainya.
CBR = B x k
P
Keterangan :
B = Jumlah kelahiran pada tahun x
P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun x
K = Bilangan konstan, umumnya 1000
ASFRi = Bi x k
Pi
Keterangan :
Bi = Jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur i pada
tahun tertentu
Pi = Jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur i pada
pertengahan tahun
k = bilangan konstan biasanya 1000
250.0
215.5
200.0 182.4
Gambar 2.2 menyatakan bahwa ASFR pada tahun 2007 dan 2016
memiliki beberapa perbedaan. ASFR tahun 2016 selalu lebih tinggi daripada
tahun 2007, hal ini ditunjukkan pada kelompok umur 15-19, 20-24, 25-29, 30-
34, 35-39, 40-44, dan 45-49. Nilai ASFR tertinggi terdapat pada kelompok umur
25-29 tahun dan paling sedikit terdapat di kelompok umur 45- 49 tahun. Nilai
ASFR kelompok umur tahun 25- 29 pada tahun 2016 sebesar 215,5. Hal
menunjukkan setiap 1000 orang pada umur 15-19 terdapat angka kelahiran 215
jiwa pada tahun 2016 di Kabupaten Wonosobo.
TFR = 5∑ASFRi
2000 1211
TFR
0
2007 2016
Kejajar
Leksono
Sapuran
Kertek
Kaliwiro
Sukoharjo
Kalikajar
Selomerto
Garung
Wadaslintang
Watumalang
Kalibawang
Wonosobo
Mojotengah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Gambar 2.4 GFR Per- Kecamatan Kabupaten Wonosobo Tahun 2007 dan 2016
3. Mortalitas
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian pada suatu populasi.
Mortalitas merupakan salah satu variabel demografi yang penting. Tinggi
rendahnya tingkat mortalitas penduduk suatu daerah, tidak hanya
mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga menjadi barometer tinggi
rendahnya tingkat kesehatan penduduk di daerah tersebut. Data mortalitas
diperlukan untuk proyeksi penduduk guna perencanaan pembangunan dan
evaluasi program- program kebijakan penduduk.
CDR = D x k
P
Keterangan :
B : Jumlah kematian selama 1 tahun
P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
K : Bilangan konstan, biasanya 1000
Kejajar
Leksono
Selomerto
Kertek
Wadaslintang
Sapuran
Kalikajar
Kaliwiro
Sukoharjo
Garung
Kalibawang
Wonosobo
Watumalang
Mojotengah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
3.2. Angka Kematian Menurut Umur atau Age Spesific Death Rate (ASDR)
ASDR adalah jumlah kematian pada kelompok umur tertentu per 1.000
penduduk kelompok umur tersebut pada tahun tertentu. Perhitungan ini
didasarkan pada adanya risiko kematian antar kelompok umur yang berbeda-
beda. Perhitungan ASDR dapat dilakukan perbandingan tingkat kematian pada
kelompok umur yang berbeda, atau melihat perubahan tingkat kematian pada
kelompok umur yang sama pada waktu yang berbeda. Perhitungan ASDR
memiliki kelebihan yaitu hasil lebih rinci dan akurat karena sudah
memperhitungkan pengaruh struktur umur penduduk.
Angka kematian untuk 1.000 orang :
ASDR = Di x k
Pi
Keterangan :
Di = Jumlah kematian kelompok umur tertentu pada tahun tertentu
Pi = Jumlah penduduk pada kelompok umur i pada pertengahan tahun
tertentu
K = Bilangan konstan, biasanya 1000
45
Perbandingan ASDR Kabupaten Wonosobo Tahun 2007 dan
2016
40
35
30
25
20
15
10
0
0 - 4 5 - 9 10 - 15 - 20 - 25 - 30 - 35 - 40 - 45 - 50 - 55 - 60 - 65 +
14 19 24 29 34 39 44 49 54 59 64
ASDR 2007 ASDR 2016
4. Mobilitas
Mobilitas penduduk meliputi semua pergerakan penduduk yang
melintasi batas wilayah tertentu dalam periode terntu. Batas wilayah yang
umumnya digunakan adalah batas administrasi. Dalam kaitannya dengan
pertumbuhan penduduk, mobilitas penduduk mempunyai pengaruh yang lebih
kecil dibandingkan dengan fertilitas dan mortalitas.
Mi = I x k
P
Keterangan :
mi = Angka migrasi masuk
I = jumlah migran masuk
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun
K = 1000
Kejajar
Sapuran
Leksono
Kalikajar
Kaliwiro
Kertek
Garung
Sukoharjo
Selomerto
Watumalang
Wadaslintang
Kalibawang
Wonosobo
Mojotengah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Gambar 4.1. Perbandingan In- Migration rate Kabupaten Wonosobo Tahun 2007 dan 2016
Mo = I x k
P
Keterangan :
Mo = Angka migrasi keluar
I = jumlah migran keluar
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun
K = 1000
25
20
Kejajar
Sapuran
Kertek
Kalikajar
Kaliwiro
Leksono
Sukoharjo
Selomerto
Wadaslintang
Garung
Kalibawang
Wonosobo
Watumalang
Mojotengah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Gambar 4.2 Perbandingan Out- Migration Kabupaten Wonosobo Tahun 2007 dan 2016
Gambar 4.2 menunjukkan angka migrasi keluar atau out migration rate
di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2007 dan 2016. Secara garis besar terdapat
beberapa peningkatan dan beberapa penurunan angka migrasi keluar.
Kecamatan Selomerto memiliki angka migrasi keluar sebesar 6,41 pada tahun
2007 dan mengalami kenaikan pada tahun 2016 dengan angka sebesar 12,55.
Hal ini berarti terdapat 6-7 migran per seribu penduduk asal di Kecamatan
Selomerto pada tahun 2007 dan terdapat 12-13 migran per seribu penduduk
asal di Kecamatan Selomerto pada tahun 2016.
Penurunan angka migrasi keluar dapat dilihat pada Kecamatan
Sukoharjo. Angka migrasi keluar mengalami penurunan dari 18,26 pada tahun
2007 menjadi 1,13 pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan adanya 18- 19
migran keluar per seribu penduduk asal pada tahun 2007, dan terdapat 1-2
migran keluar per seribu penduduk asal di Kecamatan Sukoharjo pada tahun
2016.
Mn = I- O x k
P
Keterangan :
Mn = angka migrasi netto
I = jumlah migran yang masuk
O = jumlah migran yang keluar
K = 1000
5. Balancing- Equation
Balancing Equation merupakan metode perkiraan migrasi netto dengan
menggunakan jumlah penduduk (P) dan jumlah kelahiran (B) serta kematian (D)
antara dua sensus). Balancing
Equation memiliki rumus sebagai berikut :
I – O = (P1 – P0) – (B – D)
Keterangan :
I-O = migrasi nettro
P1 – P0= perubahan penduduk antara dua sensus
B – D = pertambahan alamiah penduduk anatara dua sensus
Gambar 5.1 Balancing Equation Kabupaten Wonosobo Tahun 2007 dan 2016
6. Piramida Penduduk
65 + -5 5
60 - 64 -3 3
55 - 59 -3 3
50 - 54 -4 4
45 - 49 -5 5
40 - 44 -6 6
35 - 39 -7 8
30 - 34 -8 8
25 - 29 -8 9
20 - 24 -8 9
15 - 19 -10 9
10 - 14 -11 10
5-9 -11 11
0-4 -10 10
-15 -10 -5 0 5 10 15
65 + -8 8
60 - 64 -4 4
55 - 59 -5 5
50 - 54 -6 7
45 - 49 -7 7
40 - 44 -7 7
35 - 39 -7 7
30 - 34 -7 7
25 - 29 -7 7
20 - 24 -8 7
15 - 19 -9 8
10 - 14 -9 8
5-9 -9 8
0-4 -9 9
-10 -5 0 5 10
7. Standarisasi
Standarisasi dilakukan bertujuan untuk dapat membandingkan angka
hasil pengukuran mortalitas dengan akurat, terutama angka kematian kasar
(CDR). Dengan kata lain, standarisasi merupakan cara/metode untuk
menyamakan komposisi penduduk antara dua wilayah/negara agar ukuran
mortalitas kedua wilayah/negara tersebut dapat dibandingkan.
780.667
Perbandingan CDR Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Rembang sebelum dan
sesudah standarisasi pada tahun 2016
3,15
3,15
Jumlah penduduk dan ASDR Kabupaten Wonosobo dan Kota Malang Tahun
2016
kelompok kabupaten perkiraan kematian
umur Wonosobo kota malang kota malang
penduduk ASDR penduduk ASDR
0-4 67,657 2.4 60,911 2.1 142.0797
5-9 67,259 0.3 60,630 0.3 20.1777
10 - 14 65,185 0.3 57,758 0.3 19.5555
15 - 19 64,362 0.5 81,592 0.3 19.3086
20 - 24 56,794 0.7 105,883 0.3 17.0382
25 - 29 51,591 0.9 70,216 0.5 25.7955
30 - 34 54,958 0.9 64,525 0.6 32.9748
35 - 39 56,989 1.3 60,264 1.0 56.989
40 - 44 55,500 1.6 59,069 1.2 66.6
45 - 49 53,830 2.2 56,839 1.6 86.128
50 - 54 49,436 3.0 52,516 2.2 108.7592
55 - 59 42,292 3.7 43,549 2.8 118.4176
60 - 64 32,919 6.3 31,020 5.2 171.1788
65 + 61,895 20.7 51,638 19.3 1194.5735
TOTAL 780,667 3.1 856,410 2.2 2079.5761
Tabel 7.5. Jumlah penduduk dan ASDR Kabupaten Wonosobo dan Kota Malang Tahun 2016
780.667
Berdasarkan tabel 7.7 dapat diketahui nilai CDR kota Malang setelah
distandarisasi adalah 2,663845276 dengan CDR kabupaten Wonosobo sebagai
standari senilai 3,15.
Persentase CDR Kota Malang terhadap Kabupaten Wonosobo sebelum
standarisasi
3,15
3,15
Jadi, sebelum dan sesudah standarisasi CDR Kota Malang lebih rendah
dibandingan dengan Kabupaten Wonosobo.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang didapatkan jumlah penduduk di Kabupaten
Wonosobo pada tahun 2007 dan 2016 mengalami peningkatan, yakni 773.967
jiwa menjadi 780.667 jiwa. Pertambahan penduduk di Kabupaten Wonosobo
dipengaruhi oleh jumlah fertilitas, mortalitas, dan migrasi penduduknya. Secara
umum, jumlah kelahiran di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2007 dan 2016
mengalami peningkatan dua kali lipat, sedangkan jumlah kematian di
Kabupaten Wonosobo pada tahun 2007 dan 2016 mengalami penurunan.
Penurunan jumlah kematian di Kabupaten Wonosobo dapat terjadi karena
beberapa faktor antara lain meningkatnya kualitas layanan kesehatan dan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Jumlah penduduk di
Kabupaten Wonosobo dalam kurun waktu 10 tahun tidak mengalami
peningkatan yang signifikan. Walaupun jumlah kelahiran terjadi peningkatan
yang signifikan, hal ini dapat diimbangi dengan jumlah migrasi keluar yang
cukup tinggi.
Daftar Pustaka
Hal : 1- 11.