para pekerja yang sibuk dan tak cukup waktu untuk pergi ke pusat perbelanjaan seperti mall.
Kebijakan yang ditawarkan e-commerce seperti Sorabel yang memiliki tagline “Coba Dulu, Baru
Bayar!” yakni penukaran barang pembelian yang tidak sesuai pun menambah kepercayaan
konsumen untuk membeli barang di e-commerce.
Berdasarkan data pengguna internet di Indonesia pada tahun 2018 dari website
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, menyebutkan bahwa pengguna internet di
Indonesia sebesar 64,8% yang penggunanya didominasi oleh para pekerja, mahasiswa, dan
disusul dengan ibu rumah tangga. Hal ini memperjelas bahwa kemampuan akan internet di
masyarakat sudah sangat baik.
Munculnya wabah Covid-19 memunculkan protokol kesehatan social distancing dan
diberlakukannya kebijakan work from home. Hal ini memaksa masyarakat untuk dirumah saja.
Lalu bagaimana tiap orang memenuhi kebutuhan terutama kebutuhan primer (pangan)?
Peluang ini ditangkap oleh para e-commerce bahkan retail seperti indomaret yang menawarkan
KlikIndomaret sebagai inovasi layanan pesan antar agar tetap dapat menggaet pembeli, mesti
dilakukan di rumah yakni dengan memanfaatkan koneksi internet yang sudah mengjangkau
mayoritas masyarakat di Indonesia. Dilansir pada website inet.detik.com, e-commerce Shopee
mencatat tren utama pada platform e-commerce di tengah wabah Covid-19, yaitu meningkatkan
permintaan atas produk- produk perlengkapan rumah, makanan dan minuman, serta kebutuhan
bayi. Peningkatan permintaan produk makanan dan minuman mengalami lonjakan dua kali lipat
dari saat sebelum pandemi (sumber : koran.tempo.co, April 2020). Selain itu juga terdapat e-
commerce Sayurbox yang mengalami peningkatan pesanan lima kali lipat setelah
diberlakukannya work from home (sumber : finance.detik.com, April 2020). Sayurbox
merupakan sebuah platform online yang mengusung konsep bisnis farm-to-table yang
menyediakan sayur segar dan produk sehat.
Melihat bergeseran paradigma masyarakat yang ditimbulkan oleh tren belanja online
yang semula hanya untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier, kini telah bergeser ke
kebutuhan primer. Tentu hal ini akan memengaruhi kebiasaan dan pola pergerakan masyarakat
saat pasca pandemi. Semakin pesatnya perkembangan e-commerce, pertanyaan tentang
bagaimana e-commerce memengaruhi perjalanan belanja menjadi menarik perhatian. Faktor-
faktor lain pun turut memengaruhi pilihan setiap orang baik dari segi sosiodemografi,
pengalaman akan internet, kepemilikan kendaraan, serta faktor lokasi tempat belanja. Efek dari
adanya e-commerce ini tentu berimbas pada frekuensi perjalanan belanja. Diduga dengan
segala bentuk inovasi yang dilakukan para pelaku e-commerce dapat menjadi solusi kemacetan
perkotaan dan dalam jangka panjang dapat menurunkan jumlah toko maupun pusat
perbelanjaan secara fisik.
Daftar Pustaka :
De Vos, Jonas. 2020. The effect of COVID-19 and subsequent social distancing
on travel behavior
Shi, K., De Vos, J., Yang, Y., Witlox, F., 2019. Does e-shopping replace
shopping trips? Empir_x0002_ical evidence from Chengdu, China. Transp. Res. A 122,
21–33
FATHIYYAH NUR ANDINA 21040117130068
MKP PEMODELAN TRANSPORTASI