Anda di halaman 1dari 7

Pemberdayaan Remaja Masjid Desa Sekungkung untuk Mengedukasi Masyarakat dalam

Melakukan E-Commerce di Masa Pandemi Covid-19.

Elpa Puspita/1810401059
Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Kerinci

A. Latar Belakang
Kinerja ekonomi Indonesia mengalami perlemahan yang signifikan akibat terjadinya
wabah virus corona. Virus Corona merupakan virus mematikan yang menyerang saluran
pernafasan manusia, yang mana dapat juga menyebar dengan cepat. Setelah merebaknya
wabah ini, hampir seluruh negara di dunia menghentikan segala aktivitas diluar yang
melibatkan banyak orang. Akibatnya, semua sektor kehidupan seperti pendidikan, transportasi,
pembangunan dan juga produksi menjadi terhambat dan tidak dipungkiri kegiatan ekonomi
juga mengalami hal yang serupa.
Terhambatnya aktivitas ekonomi secara otomatis membuat pelaku usaha melakukan
evisiensi untuk menekan kerugian, akibatnya banyak pekerja yang dirumahkan atau bahkan
diberhentikan(PHK). Berdasarkan data kementrian ketenagakerjaan (kemnaker) per 7 april
2020 akibat pendemi Covid 19, tercatat sebanyak 39.977 perusahaan disektor formal yang
memilih dirumahkan, dan melakukan PHK terhadap pekerjanya. Total 1.010.579 orang pekerja
yang terkena dampak ini. Namun, dibalik semua musibah yang terjadi pasti ada celah untuk
bangkit.
Selama pandemi Covid 19 ini masyarakat membatasi apapun kegiatan mereka termasuk
berbelanja. Masyarakat lebih memilih berbelanja secara daring atau online melalui toko online
atau online shop. Sebenarnya budaya berbelanja ini sudah ada sejak dahulu, namun
intensitasnya semakin tinggi seiring melonjaknya kasus Covid-19. Hal ini bisa menjadi cellah
untuk masyarakat yang terdampak secara ekonomi untuk bangkit, dengan mulai berbisnis atau
mengembangkan toko online. Dengan adanya teknologi yang canggih, semua golongan usia
mulai dari remaja hingga yang lanjut usia pasti bisa mengoperasikan toko online dengan
mudah sesuai strategi masing-masing.
Perkembangan bisnis secara online di Indonesia sekarang sangat pesat, salah satunya
dengan melakukan belanja secara online. Belanja online atau ecommerce merupakan salah satu
cara berbelanja melalui alat komunikasi elektronik atau jejaring sosial yang digunakan dalam
transaksi jual beli, di mana pembeli tidak perlu susah payah datang ke toko untuk melihat dan
membeli apa yang mereka cari, hanya tinggal melihat barang yang diinginkan melalui internet
kemudian memesan barang sesuai pilihan dan mentransfer uangnya dan kemudian barang
tersebut akan dikirim oleh toko online tersebut kerumah (Nusarika dan Purnami, 2015).
Bisnis e-commerce sendiri di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat
sebagai salah satu negara yang sedang berkembang e-commerce mengalami perkembangan
sekitar 8,8 persen di Indonesia tiap tahunnya hingga tahun 2017 yang akan datang
(Kuswandani, 2015). E-commerce sebenarnya merupakan pihak ketiga yang akan
menjembatani kedua pelaku jual beli produk. Sekarang online shopping pun telah menjadi
jalan tempuh bagi pengguna karena dinilai lebih praktis. Dengan perkembangan browsing,
belanja online menjadi cara alternatif pembelian barang karena internet tentu dapat
diklasifikasikan sebagai sesuatu yang baru dalam format berbelanja. Internet kini sudah
berkembang dalam hal jangkauan layanan, efisiensi, keamanan dan popularitas (Kuswandani,
2015).
Toko online atau sering kita sebut e-commerce merupakan bentuk perubahan yang di
sajikan oleh internet dari segi inovasi dalam berbelanja dengan memberikan berbagai
kemudahan dalam proses transaksinya. Gaya hidup masyarakat yang ikut berubah karena
pengaruh dari perkembangan teknologi tersebut, salah satu yang paling mencolok adalah
gadget dengan kecenderungan beraktivitas di dunia maya seperti berbelanja secara online atau
lebih sering disebut dengan belanja online (Setiowati et al., 2012). Belanja secara online atau
sering disebut dengan e-commerce memiliki beberapa keunggulan yang dapat dirasakan bagi
penggunanya seperti tidak perlu keluar rumah ataupun pergi ketempat belanja, yang
dibutuhkan hanyalah memesan barang tersebut kemudian barang tersebut akan diantarkan
kerumah. Kedua keunggulan yang dirasakan adalah hemat waktu dalam membeli dan hemat
bahan bakar untuk berputar-putar dalam hal berbelanja, kita juga dapat mengontrol harga atau
membandingkan harga dari beberapa tempat online shop. Ketiga online shop atau e-commerce
selalu buka dalam waktu 24 jam, hal inilah yang menguntungkan kita dalam menentukan
waktu kapan kita akan belakukan aktivitas online shop.
Disamping keunggulan yang kita rasakan ada beberapa ketidaknyamanan yang kita
rasakan atau kelemahan dari online shop yang dirasakan seperti adanya jeda waktu antara
pembayaran dan pengiriman produk. Kedua kita tidak dapat mencoba barang yang kita pesan
sebelum membelinya. Ketiga, kita tidak dapat memeriksa barang yang kita pesan sebelumnya,
apakah terdapat kerusakan atau tidak (kompisiana.com) Disamping kelemahan yang dirasakan
tersebut, juga terdapat masalah penting yang harus diperhatikan oleh pihak belanja online (e-
Commerce), yakni bagaimana mengedukasikan tentang belanja online ke seluruh kalangan,
bukan hanya kalangan muda saja namun mencakup seluruh masyarakat yang telah memenuhi
syarat dalam berbelanja, baik itu menyangkut kepercayaan konsumen, perbandingan harga
yang bervariasi dan orientasi merek yang disediakan dalam berbelanja online(e-commerce).
Nusarika dan Purnami (2015) menjelaskan alasan utama sebelumnya untuk belanja
secara online atau e-commerce adalah harga. Konsumen mempertimbangkan suatu harga saat
akan membeli pada toko online, di mana persepsi harga seseorang akan mempengaruhi niat
belanja seseorang. Harga dalam toko online terkadang juga tidak lebih murah dari pada toko
biasanya karena adanya biaya ongkos kirim yang harganya berbeda-beda tiap daerah tujuan.
Konsumen mempertimbangkan harga dalam niat membeli pada toko online, dimana
persepsi harga seseorang akan mempengaruhi niat belanja seseorang. Jiang et al. (dalam Ivoni
2015) memaparkan bahwa persepsi harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat
pembelian online. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan juga oleh Ivoni et al.
(2015) yang menyatakan bahwa konsumen mengharapkan harga dalam toko online lebih
rendah daripada toko offline (tradisional) sehingga konsumen ingin mencari tahu perbandingan
harga produk offline dan produk online.
Kepercayaan konsumen dalam berbelanja online atau e-commerce adalah kendala yang
sulit untuk dikendalikan karena ada hubungannya dengan niat beli konsumen. Mao (dalam
Nusanrika 2015) mendefinisikan kepercayaan sebagai keyakinan suatu pihak akan menemukan
apa yang diinginkan dari pihak lain bukan apa yang ditakutkan dari pihak lain dan kepercayaan
merupakan keyakinan mutual dari kedua pihak antara pembeli dan penjual dimana keduanya
tidak akan memanfaatkan kelemahan pihak lain. Faktor kepercayaan merupakan faktor kunci
dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya transaksi jual beli pada online shop.
Hanya konsumen yang memiliki rasa kepercayaan penuh yang berani melakukan
aktivitas jual beli melalui media online. Tanpa ada suatu kepercayaan penuh dari konsumen,
sangatlah tidak mungkin transaksi melalui media onlinei akan terjadi. Dalam sistem berbelanja
online, ketika seorang konsumen ingin memutuskan untuk membeli produk secara online atau
berbelanja secara online pastilah terbesit suatu keraguan akan terjadinya suatu resiko yang
diterima oleh konsumen. Oleh karenanya kepercayaan sangat berperan penting dalam
perdagangan melalui elektronik sejak bisnis internet diyakini oleh konsumen (Sonja & Ewald,
2003). Seperti pengiriman barang yang ditakutkan hilang di jalan, hal ini mengakibatkan
konsumen membatalkan niatnya untuk melakukan transaksi pembelian secara online.
Menurut Hawes dan Lumpkin (dalam Inovi, 2015) menyatakan bahwa orientasi merek
merupakan salah satu faktor penting dalam membentuk niat membeli pada online, beberapa
studi telah menemukan bahwa loyalitas merek menunjukkan dampak yang kuat pada niat beli
khususnya pada pengunjung tradisional. Sebuah nama merek yang kuat tidak hanya menarik
pelanggan baru, tetapi juga memiliki untuk membuat pelanggan merasa nyaman dan dapat
meningkatkan kepercayaan diri dengan keputusan pembelian mereka. Merek merupakan kesan
yang akan diterima oleh pelanggan dan konsumen yang dihasilkan dalam sebuah interprestasi
di pikiran mereka berdasarkan manfaat-manfaat emosional dan fungsional yang dirasakan
(Kusdyah, 2012).
Dari definisi tersebut dapat diartikan, merek dapat berkontribusi dengan besar dalam
mempengaruhi penjualan, juga memiliki merek yang kuat akan dikenal baik oleh konsumen.
Maka perusahaan dapat bersaing dengan merek pesaing dan juga konsumen akan sulit
berpaling pada merek lain, karena dalam persepsi di pikiran konsumen sudah tertanam citra
yang baik terhadap merek yang dihasilkan perusahaan (Arista, 2011).
Kemudian faktor lain adalah orientasi belanja. Gaya hidup individu yang berkaitan
dengan kegiatan berbelanja sering dikenal dengan istilah orientasi belanja. Orientasi belanja
setiap individu akan ditunjukkan melalui aktivitas, opini dan minat individu ketika melakukan
kegiatan berbelanja. Pemahaman terhadap orientasi berbelanja yang dimiliki oleh individu,
dapat membantu produsen untuk menangkap apa yang diinginkan, dibutuhkan ataupun tujuan
yang diinginkan oleh individu ketika melakukan kegiatan berbelanja (Ivoni, 2015) Persepsi
harga, kepercayaan, orientasi merek dan orientasi belanja yang terbentuk akan mempengaruhi
niat beli konsumen pada suatu produk. Niat beli adalah rencana kognitif atau keinginan
konsumen untuk suatu barang atau merek tertentu. Niat membeli dapat diukur dengan
menanyakan tentang kemungkinan membeli produk yang diiklankan (Ivoni, 2015).
Niat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum benar-benar
melakukan pembelian (Martinez and Soyong Kim, 2012). Minat beli diperoleh dari suatu
proses belajar dan proses pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini
menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu keinginan
yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya
akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu (Arista, 2011). Menurut
Meskaran et al. (2013) Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan kecenderungan
pembelian. Bila pembelian aktual yaitu pembelian yang benar-benar dilakukan oleh konsumen,
kecenderungan pembelian merupakan sebuah niat yang timbul pada konsumen untuk
melakukan pembelian pada waktu yang akan datang. Penelitian kali ini akan menghadirkan
kembali permasalahan yang berkaitan dengan sistem e-commerce atau toko online yakni
bagaimana memberdayakan Remaja Masjid di Desa Sekungkung dalm mengedukasikan
belanja online kepada masyarakat itu sendiri. Replikasi dari penelitian Dzara Ivoni, I Wayan
Santika dan Alit Suryani (2015) juga alasan untuk meneliti masalah ini karena ketertarikan
peneliti akan e-commerce atau online shop yang semakin hari semakin banyak digunakan oleh
mahasiswa sebagai sarana transaksi jual beli, hasil penelitian ini akan diterapkan pada salah
satu bisnis online yang dimiliki oleh peneliti tersebut. Populasi yang akan diteliti adalah
Seluruh Masyarakat desa Sekungkung, Kabupaten Kerinci yang berbeda dengan penelitian
sebelumnya.
Adapun tujuan kegiatan ini adalah 1). Mengetahui perubahan perilaku belanja online
konsumen setelah adanya pandemi COVID-19; 2). Memberikan usulan strategi baru bagi
pelaku usaha agar dapat tetap bertahan setelah adanya pandemi COVID-19 berdasarkan
pemetaan perubahan perilaku belanja online konsumen.

B. Metode
1. Pendekatan yang Digunakan
Pemberdayaan Masyarakat dilakukan dengan memadukan Penelitian dan Pengabdian,
menggunakan (tiga) Tahapan: Refleksi Sosial, Perencanaan Partisipatif, Pelaksanaan dan
Evaluasi Program
2. Lokasi Kegiatan
Adapun lokasi kegiatan KUKERTA-DR BPM yaitu di Desa Sekungkung Kecamatan
Depati VII Kabupaten Kerinci.
3. Sasaran Kegiatan
Adapun sasaran kegiatan yang dilakukan yaitu Para Remaja dan Ibu-ibu Rumah
Tangga.
4. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan untuk kegiatan KUKERTA-DR BPM yaitu 2 bulan yang dimulai
dari tanggal 19 Mei sampai dengan 19 Juli 2021.

C. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan


1. Siklus I
a. Perencanaan Kegiatan
Pada siklus pertama peneliti ikut berkumpul dengan para remaja dan Ibu-ibu usia
produktif di kegiatan pengajian rutin untuk memperkenalkan diri dan memberikan
informasi kepada remaja dan ibu-ibu peserta tentang kegiatan yang akan diadakan oleh
peserta KUKERTA DR di tempat tinggal salah satu anggota pengajian Desa Sekungkung.
b. Pelaksanaaan Kegiatan
Pada pertemuan ini kegiatan yang dilakukan yaitu berbincang-bincang dan sharing
masalah yang dihadapi selama pandemi Covid-19, sekaligus pemberian informasi kepada
calon peserta mengenai jadwal dan tatacara pertemuan untuk kegiatan kedepannya.

c. Hasil kegiatan
Adapun hasil dari kegiatan pertemuan pertama ini adalah Remaja dan Ibu-ibu di
usia 20 sd 48 tahun sangan antusias dan semangat dengan apa yang akan akan bagikan di
kegiatan selanjutnya.

2. Siklus II
a. Perencanaan Kegiatan
Pada siklus kedua ini adalah pertemuan pertama yang dilaksanakan peneliti dengan
tetap memberikan informasi tentang bahaya Covid-19 dan cara menerapkan 3M dalam
keluarga dan masyarakat sekitar. Kegiatan ini dilakukan dengan peneliti ikut serta berbaur
dengan kegiatan Mingguan Ibu-ibu untuk bisa memberikan informasi disela-sela
istirahat peserta selama pengajian.
b. Pelaksanaan kegiatan
Pada hari pertama pertemuan kegiatan yang dilakukan yaitu sesi pengenalan
tentang bahaya Covid-19 dan pentingnya menerapkan 3M dalam kegiatan sehari-hari
untuk tetap bisa berinteraksi antar masyarakat Desa Sekungkung.
c. Hasil kegiatan
Adapun kegiatan dari pertemuan pertama ini ialah masyarakat mulai memahami
mengenai bahaya Covid-19 dan ide cara tetap mampu interaksi antar masyarakat tanpa
melakukan pelanggaran protokol kesehatan yakni Interaksi Sosial Distencing.

3. Siklus III
a. Perencanaan kegiatan
Pada siklus ketiga ini adalah pertemuan kedua kegiatan dilaksanakan. Seperti
minggu sebelumnya, peneliti terlebih dahulu mengikuti kegiatan mingguan yakni
pengajian mingguan dan peneliti akan meminta sedikit waktu remaja dan Ibu-ibu peserta
untuk memberikan informasi tentang cara memanfaat gadged dalam meningkatkan
ekonomi rumah Tangga.
b. Pelaksanaan kegiatan
Pemberian materi oleh peneliti mulai memperkenalkan ide baru kepada Remaja dan
Ibu-ibu tentang cara memanfaatkan gadged sebagai teknologi yang digunakan untuk
dijadikan peluang usaha masyarakat dengan menggunakan Internet yang tersedia.

c. Hasil kegiatan
Adapun kegiatan dari pertemuan kedua kegiatan mengenai pembagian cara dan tips
untuk mendaftarkan diri peserta dengan sosial media yang tersedia di Gadged masing-
masing peserta serta mulai membuatkan grub Facebook dan WA dengan peserta untuk
digunakan sebagai media pertemuan selanjutnya.

4. Siklus IV
a. Perencanaan kegiatan
Pada siklus keempat ini adalah pertemuan ketiga kegiatan dilaksanakan. Berbeda
dengan pertemuan sebelumnya, pada pertemuan kali ini peneliti mulai menggunakan
Vidiocall grub Wa/Facebook sesuai dengan jadwal yang disepakati dengan peserta
diminggu sebelumnya.
b. Pelaksanaan kegiatan
Melanjutkan materi pertemuan sebelumnya yaitu pada pertemuan ketiga ini
peneliti memberikan materi mengenai informasi E-Commerce
.

c. Hasil kegiatan
Adapun kegiatan dari pertemuan kali ini peserta mendapatkan ide-ide untuk
membuka usaha disosial media yang telah digunakan selama ini, dan peserta mulai
membuka pemikiran mereka tentang apa yang bisa ditawarkan mereka terhadap
masyarakat dan bagaimana mengenalkan usaha mereka kepada masyarakat Desa
sekungkung dengan menggunakan Sosial media Facebook guna meningkatkan
perekonomian masyarakat dimasa pandemi Covid-19 ini.

5. Siklus V
a. Perencanaan kegiatan
Pada siklus kelima ini yang dilakukan peneliti dengan pertemuan terakhir dengan
peserta sesuai kesepakatan dengan peserta selama pertemuan sebelumnya dirumah salah
satu peserta.
b. Pelaksanaan kegiatan
Melanjutkan materi pertemuan sebelumnya yaitu pada pertemuan terakhir ini mulai
melakukan praktek pelatihan berbisnis Via Online baik itu penggunaan Market Place
maupun wadah jual beli Online lainnya

c. Hasil kegiatan
Adapun kegiatan dari pertemuan keempat ini ialah peserta mulai membuka lapak
dimedia sosial sesuai dengan apa yang peserta kuasai untuk dipasarkan dimedia sosial
Facebook.

D. Kesimpulan
Selama proses pertemuan dalam mengedukasi tentang Bisnis E-Commerce di masa
Pandemi Covid-19 yang menjadi faktor pendukungnya ialah begitu besar minat dan antusias
peserta untuk meningkatkan perekonomian sebagai penyelamat dimasa pandemi Covid-19.
Adapun faktor pendukungnya ialah, pesertanya merupakan Remaja dan Ibu-ibu yang
merupakan pengguna media sosial yang aktif.
Mengenai faktor hambatan, tidak terlalu banyak hambatan dan kesulitan sehingga
kegiatan evaluasi ini tetap mampu berjalan, meski ada gangguan perihal waktu dan tempat.
Saran dari hasil Pelaksanaan KUKERTA DR diharapkan tetap menggunakan sistem
pemberdayaan masyarakat untuk mengoptimalkan masa pengabdian mahasiswa pada
masyarakat. Selain itu, penambahan masa KUKERTA dengan lebih dari sebulan akan lebih
baik agar masa pengabdian mahasiswa kepada masyarakat bisa lebih maksimal.

Daftar Pustaka
Dewi, M., & Irsan, I. (2017). Pengembangan Buku Ajar Kewirausahaan Pada Materi Menjual
Produk Atau Jasa Berbasis Bisnis On Line Untuk Mahasiswa Fkip Upi Yptk Padang. Majalah
Ilmiah UPI YPTK, 24(2).
Elfizon, E., Muskhir, M., & Candra, O. (2017). Pengembangan Media Trainer Elektronika Dalam
Pembelajaran Teknik Elektronika Pada Pendidikan Vokasi Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang.
Eva, A. (2007). Persepsi Penggunaan Aplikasi Internet untuk pemasaran produk usaha kecil
menengah. In Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI).
Irmawati, D. (2011). Pemanfaatan e-commerce dalam dunia bisnis. Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis–
ISSN, 2085(1375), 161-171.
Mumtahana, H. A., Nita, S., & Tito, A. W. (2017). Pemanfaatan Web E-Commerce untuk
meningkatkan strategi pemasaran. Khazanah Informatika: Jurnal Ilmu Komputer dan
Informatika, 3(1), 6-15.
Teknik, G. F., & Buang, N. A. (2013). Which one contribute more on work performance: Education
background or work motivation?. International Business Management, (7), 2.
Widiyanto, I., & Prasilowati, S. L. (2015). Perilaku pembelian melalui internet. Jurnal Manajemen
Dan Kewirausahaan (Journal of Management and Entrepreneurship), 17(2), 109-122.
Yulastri, A., Elfizon, E., Huda, A., & Marwan, M. (2019). Pelatihan Kewirausahaan Bagi
Pelaku UMKM Kenagarian Guguak VIII Koto Kabupaten 50 Kota. JTEV (Jurnal Teknik
Elektro dan Vokasional), 5(2), 119-124.

Anda mungkin juga menyukai