Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai
berikut: Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Run I Dalam Waktu 15 Menit
No Bukaan Nomor Massa Massa Massa Massa
Ayakan Mesh Awal(gr) Lolos(gr) Tertahan(gr) Akhir(gr)

1 0.850 20 91.11 14.87 76.21 91.08


2 0.180 80 14.87 1.75 12.83 14.58
3 0.106 100 1.95 0.28 1.09 1.37
Total 107.93 16.09 90.13 107.03
Sumber : (Praktikum Crushing and Screening,2023)
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Run II Dalam Waktu 20 Menit
No Bukaan Nomor Massa Massa Massa Massa
Ayakan Mesh Awal(gr) Lolos(gr) Tertahan(gr) Akhir(gr)
1 0.850 20 94.24 18.06 75.22 93.28
2 0.180 80 18.06 3.38 14.54 17.92
3 0.106 100 3.38 0.39 2.14 2.53
Total 115.68 21.83 91.09 113.73
Sumber : (Praktikum Crushing and Screening,2023)
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Run III Dalam Waktu 25 Menit
No Bukaan Nomor Massa Massa Massa Massa
Ayakan Mesh Awal(gr) Lolos(gr) Tertahan(gr) Akhir(gr)

1 0.850 20 81.20 16.15 63.06 79.21


2 0.180 80 16.15 2.82 13.09 15.91
3 0.180 100 2.82 0.30 2.26 2.56
Total 100.17 19.27 78.41 97.68
Sumber : (Praktikum Crushing and Screening,2023)
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan
partikel- partikel berdasarkan ukuran fraksi-fraksi yang dinginkan dari
suatu material hasil proses penghancuran (grinding). Partikel yang lolos
disebut sebagai undersize dan partikel yang tertahan diatas disebut
oversize. Pada alat pengayakan, susunan alat disusun berdasarakan jumlah
mesh yang terkecil sampai yang terbesar. Dimana semakin besar ukuran
ayakan maka semaki kecil ukuran lubang dalam milimeter, yaitu : 0.850;
0.180; dan 0.106
Dapat dilihat bahwa data percobaan menggunakan beras dengan
masing- masing run menggunakan nomor mesh yaitu: 20, 80, dan 100.
Pada proses pemecahan, alat yang digunakan berupa grinding mill. Waktu
pemecahan sangat mempengaruhi proses pemecahannya, karena semakin
lama proses pemecahan maka hasil gilingan semakin halus.
Pada run I proses pemecahan selama 15 menit, dengan terlihat
hasilnya bahwa perbandingan massa tertahan lebih banyak dibandingkan
dengan massa yang lolos pada nomor mesh 20 dan 80. Sedangkan pada
mesh 100 massa yang lolos lebih banyak daripada massa yang tertahan.
Hal ini dikarenakan bahwa semakin besar nomor mesh yang digunakan
maka lubang ayakannya semakin besar sehingga produk yang lolos lebih
banyak dari pada produk yang tertahan.
Pada run II proses pemecahan selama 20 menit, terlihat hasilnya
bahwa massa yang lolos berbanding terbalik dengan nomor mesh yang
digunakkan semakin kecil nomor mesh yang digunakan maka semakin
banyak massa yang lolos dan sama halnya yang terjadi pada run III, proses
pemecahan selama 25 menit dan hasilnya juga massa yang lolos
berbanding terbalik dengan nomor mesh yang digunakan. Pada run III
massa yang lolos adalah yang paling tinggi
dari massa yang lolos pada run lainnya hal tersebut dikarenakan pengaruh
oleh efesiensi massanya dimana semakin besar waktu pemecahan maka
material yang diayak juga semakin banyak. Jadi semakin besar ukuran
mesh pada ayakan maka semakin kecil diameter partikel yang lolos.
Dimana pengayakan ini dipengaruhi oleh bentuk lubang ayakan, celah dan
interval ayakan, ukuran partikel, kapasitas ayakan dan keefektifan dan
variabel dalam proses pengayakan.
Dari grafik dibawah dapat kita lihat bahwa pengaruh nomor mesh
dengan fraksi massa lolos pada run pertama semakin tinggi nomor mesh
maka fraksi massa lolosnya semakin kecil. Grafik pada run pertama dapat
dikatakan grafik yang berbanding terbalik dengan masing-masing variabel
yang didapat antara nomor mesh dengan fraksi massa yang lolos.

4.2.1 Grafik hubungan fraksi massa lolos terhadap nomor mesh


dengan waktu penggilingan

Gambar 4.2.1 Grafik hubungan massa lolos dan nomor mesh

Pada grafik kedua dan ketiga juga merupakan grafik yang


berbanding terbalik. Secara teori, fraksi massa yang lolos berbanding
terbalik dengan nomor meshnya.
4.2.2 Grafik hubungan fraksi massa yang tertahan terhadap
nomor mesh dan waktu penggilingan

Gambar 4.2.2 Grafik hubungan massa tertahan dan nomor mesh

Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa pada run I , terjadinya
penurunan yang signifikan dari mesh 20 ke mesh 80, lalu terjadi lagi
penurunan di mesh 80 ke mesh 100. Sedangkan pada run II , terjadi
penurunan mesh 20 sampai mesh 100. Pada run III , terjadi penurunan dari
mesh 20 ke mesh 80 , dan terjadi peningkatan pada mesh 100, tapi terjadi
penurunan lagi pada mesh 100. Secara logika, semakin kecil nomor mesh
yang digunakan pada ayakan semakin kecil fraksi massa tertahan yang
didapat. Namun Dalam hal ini yang terjadi tidak lah stabil dikarenakan
proses pengayakan yang dilakukan tidak sama waktunya pada saat
pengayakan , dan produk yang dihasilkan pada hasil pengayakan tidak
sesuai dengan ukruan produk yang diinginkan. Ini dikarenakan pada saat
pengayakan tidak dilakukan dengan baik pada saat penggilingan juga
berpengaruh. Semakin lama waktu penggilingan, produk/partikel yang
dihasilkan akan sesuai dengan yang diinginkan (Peter hariot, 2013).
4.2.3 Grafik hubungan Dpm dan waktu penggilingan

Gambar 4.2.3 Grafik hubungan Dpm dan waktu

Pada grafik diatas, ditunjukkan bahwa semakin rendah/ sedikit waktu yang
digunakan untuk pengayakan, maka diameter partikel yang didapat semakin
tinggi, dan otomatis luas yang dihasilkan semakin kecil, karena diameter terhadap
luasnya berbanding terbalik . Pada run kedua, waktu yang digunakan pada
penggilingan lebih lama dari pada waktu penggilingan pada run pertama, sehingga
diameter partikel yang dihasilkan baik pada partikel yang dihasilkan pada run
pertama. Karena disini berpengaruh terhadap proses penggilingannya, semakin
lama waktu penggilingan yang digunakan, ukuran partikel dan diamternya
semakin kecil. Pada run ketiga, diameter partikel yang didapat lebih besar
daripada diameter partikel pada run kedua, secara logika, diameter partikel yang
didapat pada run ketiga harus lebih kecil dari diameter partikel yang kedua, tetapi
hasil yang didapat tidak sesuai, ini dikarenakan pada proses penggilingan
dengan waktu 25 menit pada run ketiga terjadi peleburan (tumpah) dari alat
grinding mill, sehingga ada yang tidak tergiling. Oleh karena itu dimeternya
sedikit lebih besar dari run kedua.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang didapat dari hasil percobaan :
1. Semakin besar no mesh yang digunakan, maka semakin banyak
produk yang lolos pada alat ayakan.dan sebaliknya, semakin kecil
no mesh yang kita gunakan, maka semakin sedikit produk yang
lolos pada alat ayakan.
2. Waktu penggilingan terhadap bahan yang dipakai sangat
berpengaruh pada hasil produk yang didapat
3. Pada proses penggilingan dan pengayakan dipengaruhi oleh faktor
yaitu : waktu, luas permukaan dll.
4. DPM lolos yang diperoleh pada waktu 15 menit, 20 menit, dan 25
menit masing-masing adalah : 13,642; 11,834, dan 11,481.
5. DPM tertahan yang diperoleh pada waktu 15 menit, 20 menit, dan
25 menit masing-masing adalah : 2,6246; 2,8280, dan 2,9086.

5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini adalah :
1. Pada saat pengayakan tidak boleh disentuh dan ditekan oleh tangan
2. Pada saat pengayakan harus teratur dan tidak boleh sembarang
mengayak.
3. Proses pengayakan dilakukan didalam ruang tertutup.
DAFTAR
PUSTAKA

Brady G, James. 1995. Kimia Universitas, Jilid 1. Binaaksara -Jakarta.


Gibbs, K. 1990. Unit Operation of Chemical engineering .3rd edition. New
York : Mc Graw Hill Book
Harriot, Peter. 1990. Operasi Teknik Kimia. Jakarta : Erlangga.
Perry, Robbert H, Don W.Green. 1999. Perry Chemical Engineering
Handbook’s.
America : Mc.Graw-Hill. Companies
LAMPIRAN A

DATA PENGAMATAN
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

B.1 Menghitung Fraksi Massa Yang Tertahan


1. Fraksi Massa Tertahan Run I
a.
X1 pada mesh 20
Massa Tertahan
X1 =
Total Massa Sampel
76,21
=
107,93
= 0,7061

b.
X2 pada mesh 80
Massa Tertahan
X2 =
Total Massa Sampel
12,83
=
107,93

= 0,1188

c.
X3 pada mesh 100
Massa Tertahan
X3 =
Total Massa Sampel
1,09
=
107,93

= 0,0100
2. Fraksi Massa Tertahan Run II
a.
X1 pada mesh 20
Massa Tertahan
X1 =
Total Massa Sampel
75,22
=
115,68

= 0,6502

b.
X2 pada mesh 80
Massa Tertahan
X2 =
Total Massa Sampel
14,54
=
115,68

= 0,1256

c.
X3 pada mesh 100
Massa Tertahan
X3 =
Total Massa Sampel
2,14
=
115,68

= 0,0184

3. Fraksi Massa Tertahan Run 3


a.
X1 pada mesh 20
Massa Tertahan
X1 =
Total Massa Sampel
63,06
=
100,17
= 0,6295

b.
X2 pada mesh 80
Massa Tertahan
X2 =
Total Massa Sampel
13,09
=
100,17

= 0,1306
c.
X3 pada mesh 100
Massa Tertahan
X3 =
Total Massa Sampel
2,26
=
100,17

= 0,0225
B.2 Menghitung Fraksi Massa Yang Lolos
1. Fraksi Massa Yang Lolos Run 1
a.
X1 pada mesh 20
Massa Yang Lolos
X1 =
Total Massa Sampel
14,87
=
107,93

= 0,1377

b.
X2 pada mesh 80
Massa Yang Lolos
X2 =
Total Massa Sampel
1,75
=
107,93

= 0,0162
c.
X3 pada mesh 100
Massa Yang Lolos
X3 =
Total Massa Sampel
0,28
=
107,93

= 0,0025

2. Fraksi Massa Yang Lolos Run 2


a.
X1 pada mesh 20
Massa Yang Lolos
X1 =
Total Massa Sampel
18,06
=
115,68

= 0,1561

b.
X2 pada mesh 80
Massa Yang Lolos
X2 =
Total Massa Sampel
3,38
=
115,68
= 0,0292
c.
X3 pada mesh 100
Massa Yang Lolos
X3 =
Total Massa Sampel
0,39
=
115,68

= 0,0033

3. Fraksi Massa Yang Lolos Run 3


a.
X1 pada mesh 20
Massa Yang Lolos
X1 =
Total Massa Sampel
16,15
=
100,17

= 0,1612

b.
X2 pada mesh 80
Massa Yang Lolos
X2 =
Total Massa Sampel
2,82
=
100,17
= 0,0281

c.
X2 pada mesh 100
Massa Yang Lolos
X2 =
Total Massa Sampel
0,30
=
100,17
= 0,0029
B.III Menghitung Dpi
Rumus = Nomor Mesh A → Nomor Mesh B
Bukaan Ayakan A + Bukaan Ayakan B
Dpi =
Diketahui : Bukaan Ayakan Mesh 20 = 0,850
Bukaan Ayakan Mesh 80 = 0,180
Bukaan Ayakan Mesh 100 = 0,106

a. Mesh 20 dan Mesh 80


Bukaan Ayakan 20 + Bukaan Ayakan 80
Dpi =
2
0,850 + 0,180
=
2
= 0.515

b. Mesh 80 dan Mesh 100


Bukaan Ayakan 80 + Bukaan Ayakan 100
Dpi =
2
0,180 + 0,106
=
2
= 0,143

c. Mesh 100
Bukaan Ayakan 100
Dpi =
2
0,106
=
2
= 0,053

B.IV Menghitung Dpm


1. Untuk Fraksi Massa
Tertahan Diketahui ϕs= 1

Dpm 1
= X1 X2 X3 X4 X5
+ + + +
ϕs.Dpi1 ϕs.Dpi2 ϕs.Dpi3 ϕs.Dpi4 ϕs.Dpi5

a. Run 1
1
Dpm = 0,7061
0,1188 0,0100
1 .0,515 + 1 .0,143+ 1 .0,053
1
=
0,3636 + 0,0169 + 0,0005
1
=
0,3810

= 2,6246
b. Run 2

Dpm = 0,6502
1
0,1256 0,0184
1 .0,515 + 1 .0,143+ 1 .0,053

1
=
0,3348+0,0179+ 0,0009
1
=
0,3536

= 2,8280
c. Run 3

Dpm = 0,6295
1
0,1306 0,0225
1 .0,515 + 1 .0,143+ 1 .0,053

1
=
0,3241 + 0,0186 + 0,0011
1
=
0,3438

= 2,9086

2. Untuk Fraksi Massa Yang Lolos


a. Run 1
1
Dpm = 0,1377 0,0162 0,0025
1 .0,515 + 1 .0,143+ 1 .0,053
1
=
0,0709 + 0,0023 + 0,0001
1
=
0,0733

= 13,642

b. Run 2

Dpm = 0,1561
1
0,0292 0,0033
1 .0,515 + 1 .0,143+ 1 .0,053

1
=
0,0803 + 0,0041 + 0,0001
1
=
0,0845

= 11,834
c. Run 3

Dpm = 0,1612
1
0,0281 0,0029
1 .0,515 + 1 .0,143+ 1 .0,053

1
=
0,0830 + 0,0040 + 0,0001
1
=
0,0871

= 11,481
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

No. Gambar Alat Fungsi Alat


1. Neraca Digital Neraca Digital berfungsi membantu
mengukur berat serta cara kalkulasi
fecare otomatis harganya dengan
harga dasar satuan banyak kurang

2. Stopwatch Alat yang digunakan untuk


mengukur lamanya waktu yang
diperlukan dalam suatu kegiatan

3. Crusher Untuk memperkecil ukuran atau


mengubah bentuk
4. Ayakan Digunakan untuk memisahkan bagian
yang tidak diinginkan berdasarkan
ukurannya, dari dalam bahan
curah dan bubuk yang memiliki
ukuran partikel kecil dan bahan
adonan atau campuran dari cairannya

5. Oven Untuk mengeringkan


bahan/mengurangi kadar air.

Anda mungkin juga menyukai