Anda di halaman 1dari 3

1.

Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti - Nuclear Magnetic Resonance (NMR)


Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (NMR) terkait dengan sifat-sifat magnetik dari
inti atom tertentu; terutama inti atom hidrogen, proton, karbon, dan isotop karbon.
Spektroskopi NMR telah memungkinkan banyak peneliti untuk mempelajari molekul
dengan merekam perbedaan antara berbagai inti magnetik, dan dengan demikian
memberikan gambaran yang jelas tentang apa posisi inti-inti ini dalam molekul. Selain
itu, ia akan menunjukkan atom-atom mana yang ada di kelompok tetangga. Pada
akhirnya, itu dapat menyimpulkan berapa banyak atom yang hadir di masing-masing
lingkungan. Beberapa upaya telah dilakukan di masa lalu dengan menggunakan
kromatografi lapis tipis preparatif atau semi preparatif, kromatografi cair, dan
kromatografi kolom untuk mengisolasi masing-masing fenol, struktur yang ditentukan
selanjutnya oleh NMR secara off-line.
Contoh :

2. Fase farmakokinetik adalah fase atau tahapan yang dilalui obat setelah dilepas dari
bentuk sediaan. Fase farmakokinetik obat diawali dengan tahap absorpsi di usus,
dilanjutkan dengan tahap transportasi dalam darah, hingga tahap distribusi obat
kejaringan-jaringan dalam tubuh. Di dalam darah, obat mengikat protein darah dan obat
akan dimetabolisme, terutama ketika obat melewati hepar (hati) hingga pada akhirnya
obat diekskresikan dari tubuh. Faktor-faktor penentu proses farmakokinetik adalah :
a. Sistem kompartemen cairan dalam tubuh;
b. Protein plasma, protein jaringan dan berbagai senyawa biologis yang mungkin dapat
mengikat obat;
c Distribusi obat dalam berbagai sistem kompartemen;
d. Dosis dan sediaan obat, transport antar kompartemen seperti proses absorpsi,
bioaktivasi, dan ekskresi yang akan menentukan lama obat dalam tubuh.

Contoh :
Linkomisin

Uraian hubungan struktur molekul dan aktivitas antibiotik dari turunan linkomisin
diuraikan sebagai berikut:
 N-demetilasi memberikan aktivitas melawan bakteri gram negative.
 Bertambahnya panjang rantai substituent propil hingga n-heksil pada posisi C4 pada
gugus pirolidin meningkatkan aktivitas in vivo.
 Thiometil eter pada gugus thiolinkosamida adalah penting untuk aktivitas
antibakteri.
 Modifikasi struktur pada posisi C7 , seperti penambahan 7-S kloro, atau 7R-OCH3
akan mengubah sifat fisikokimia obat dan mempengaruhi sifat farmakokinetika dan
spektrum aktivitasnya. Efek samping yang umumnya terjadi adalah ruam kulit,
mual, muntah dan diare.

Anda mungkin juga menyukai