Anda di halaman 1dari 35

Kepanduan Hizbul Wathan | 132

BAB I
SEJARAH GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN

A. DETIK-DETIK PERISTIWA LAHIRNYA HIZBUL WATHAN


Pada suatu hari dipanggilnya oleh K.H.Ahmad Dahlan beberapa guru
Muhammadiyah : Bapak Somodirjo (mantri guru Standard School
Suronatan, sekarang menjadi SD Suronatan), bersama seorang
pembantunya : Bapak Syarbini dari sekolah Muhammadiyah Bausasran dan
seorang lagi dari sekolah Muhammadiyah Kotagede.
Hari tersebut bertepatan pada hari Ahad siang. Pertemuan diadakan
bukannya merupakan suatu rapat yang akan memperbincangkan sesuatu
masalah, melainkan merupakan suatu pertemuan anak dengan bapak atau
antara murid dengan guru atau bagaikan antara Santri dengan Kyai.

Dengan secara kekeluargaan K.H.Ahmad Dahlan sedikit mempersoalkan perjalanannya bertabligh


ke Solo, ialah kedatanganya tiap hari Sabtu malam (malam minggu) di pengajian S.A.T.V (Sidik
Amanat Tabligh Vatonah) di pendopo rumah Kyai Imam Muchtar Buchori di Kauman Solo.
Selanjutnya Kyai berkata kepada para guru tersebut : "Saya tadi pagi di Solo pulang dari Tabligh,
sampai di muka Pura Mangkunegaran di alun-alun, melihat anak banyak berbaris, setengahnya
sedang bermain-main, semuanya berpakaian seragam. Baik sekali! Itu apa?".
Rupanya bapak mantri guru Somodirjo telah memahami apa yang dimaksud oleh Kyai.
Diuraikannya, bahwa yang dilihat oleh Kyai itu ialah anak-anak Padvinder Mangkunegaran yang
namanya J.P.O (Javaansche Padvinderij Organisatie). Diterangkan selanjutnya, bahwa Padvinderij
itu suatu gerakan pendidikan anak-anak di luar sekolah dan di luar rumah. Mendengar
keterangan tersebut Kyai menyambut : "Alangkah baiknya, kalau anak-anak keluarga
Muhammadiyah juga dididik semacam itu untuk melayani (Jawa : leladi) menghamba
kepada Allah".
Selanjutnya kepada guru-guru tersebut diharapkan oleh Kiyai supaya dapat mencontoh gerakan
pendidikan itu. Sejak setelah diadakan pertemuan itu, guru-guru Muhammadiyah dengan dipelopori
terutama oleh Bp. Somodirjo, Bp. Syarbini mengadakan persiapan- persiapan akan mengadakan
gerakan untuk anak-anak di luar sekolah dan rumah. Mula-mula yang akan digerakkan para guru
sendiri terlebih dahulu.
Pendaftaran dimulai. Latihan diadakan tiap Ahad sore di halaman sekolah
Muhammadiyah Suronatan. Terutama yang dilatih ialah berbaris dan olahraga. Kian hari kian
bertambah yang mengikutinya. Tiada lagi terbatas pada para guru saja, juga banyak para pemuda
dari Kauman yang ikut berlatih. Yang sangat menarik kepada masyarakat ialah adanya
barisan yang dipimpin oleh Bapak Syarbini seorang pemuda yang telah cukup mendapat latihan-
latihan kemiliteran (Militer Belanda), seorang pemuda bekas "onder officer". Tentu sajalah
segala gerak dan sikapnya sangat menarik dalam lingkungan pemuda yang memang sama haus
kepada pimpinan keprajuritan. Segala aba-aba dan cara-cara berbaris diberikan secara militer
dan masih dengan bahasa Belanda.
Tiap Ahad sore sekitar Kauman menjadi ramai. Anak-anak kecil yang semula hanya melihat,
kemudian menggabung, turut juga berbaris. Maka oleh karena itu lalu diadakan dua golongan, ialah
golongan dewasa dan golongan anak-anak. Selain latihan berbaris dan olah raga diadakan latihan
pertolongan pertama pada kecelakaan (P.P.P.K). Tiada ketinggalan pula latihan kerohanian. Bagi
golongan yang dewasa diadakan pengajian tiap hari Selasa malam (malam Rabu). Kapan dan
tanggal berapa gerakan tersebut dimulai? Hal itu perlu dapat kita ketahui berhubung akan
mengetahui detik peristiwa lahirnya "HW". Akan tetapi sayang tiada seorang pun yang sekarang
masih ada dan pernah mengalami peristiwa-peristiwa tersebut, yang ingat kapan saat-saat itu
terjadi; maka untuk mengetahui saat-saat kapan, perlu dicari peristiwa-peristiwa yang dapat
sebagai pegangan. Dalam hal ini kiranya peristiwa yang dialami oleh Bapak Syarbini sendiri,
dapat kita gunakan sebagai titik pegangan.
Pada tahun 1915 pemuda Syarbini keluar dari dinas militer. Sebagai bekas militer merasa dirinya
sebagai pemuda yang tak layak lagi kembali begitu saja di tengah masyarakat. Dalam telinga, kata
"Bekas Sedadui" mendapat kesan yang tiada baik. Maka untuk seakan-akan menebus sejarah yang
sudah, bertekadlah pemuda Syarbini akan "nyantri" di pondok Kyai Dahlan. Terus ia betempat

Kepanduan Hizbul Wathan | 133


tinggal di langgar, di muka rumah Kyai Dahlan. Tahun 1916 pemuda Syarbini diangkat menjadi guru
Muhammadiyah di sekolah Muhammadiyah Bausasran. Hal ini terjadi karena ternyata, bahwa
pemuda Syarbini sebelum masuk dinas militer telah lulus ujiannya masuk Kweekschool di Ungaran,
jadi memang ada bakatnya menjadi pendidik. Lama kelamaan rupanya pemuda Syarbini
menarik perhatian para pemimpin Muhammadiyah, terutama K.H. Fachruddin. Oleh beliau akan
diusahakan supaya menjadi warga Kauman. Dalam hari-hari akan adanya peralatan itu
dirundingkan, pemuda Syarbini ini tengah aktip-aktipnya dalam memimpin barisan-barisan sebagai
perintis Hizbul Wathan.
Saat yang bersejarah bagi pemuda Syarbini telah sampai ialah pada tanggal 16 Januari 1919
atau bertepatan dengan 13 Rabi'ullawal 1337 H, pernikahannya telah dilangsungkan. Mengingat
peristiwa tersebut nyatalah bahwa dalam tahun 1918-lah gerakan Hizbul Wathan melangkahkan
langkah yang pertama, meskipun nama Hizbul Wathan baru kemudian diberikan kepada
gerakan itu.
Gerakan berbaris semakin ramai. Oleh umum dinamakan "Padvinder Muhammadiyah". Nama
Padvinder Muhammadiyah menjadi populer, juga dalam lingkungan Muhammadiyah. Oleh karena
itu oleh hoofbestuur Muhammadiyah pengawasan terhadap Padvinderij itu diserahkan kepada
Muhammadiyah bg. Sekolahan. Oleh Bg. Sekolahan dibentuklah pengurusnya :
Ketua : H. Muchtar
Wakil Ketua : H. Hadjid
Sekretaris : Somodirdjo
Keuangan : Abd. Hamid
Organisasi : Siradj Dahlan
Komando : Sjarbini, Damiri
Untuk memajukan gerakan Padvinderij itu direncanakan akan mengambil pelajaran dari Solo
kepada J.P.O. Persiapan dikerjakan. Untuk meriahkan keberangkatan ke Solo, maka telah
diputuskan oleh Bg. Sekolahan, akan memberikan uniform dengan diangsur pembayarannya. H.
Nawawi diutus berbelanja ke Semarang. Dibelinya kain drill kuning, kain biru dan setangan leher.
Untuk setangan leher karena yang mudah didapat ialah kacu merah berbintik-bintik hitam (kacu
"kedele kecer"), maka kacu itulah yang dibelinya. Uniform disiapkan. Hari keberangkatan ke
Solo, berjamu kepada J.P.O telah ditetapkan. Yang boleh ikut hanyalah mereka yang telah
beruniform. Pada suatu sore uniform dibagikan. Paginya hari Ahad barisan "Padvinder
Muhammadiyah" dengan uniformnya yang baru itu pergi ke Solo, dengan diantarkan oleh Kiyai
H.Hisjam sebagai ketua bg. Sekolahan. Sampai di stasiun Tugu diantar sendiri oleh KH.A.Dahlan.
Di Solo mendapat sambutan hangat dari J.P.O dijemput dengan barisan sehingga menggemparkan
kota Solo. Di lapangan Mangkunegaran diadakan demonstrasi-demonstrasi dan macam-macam
permainan sebagai perkenalan. "Padvinder Muhammadiyah" mendapat banyak pelajaran dan
pengalaman. Pada hari itu juga sebagai tamu "Padvinder Muhammadiyah" dijamu pertunjukan-
pertunjukan dalam pendopo Mangkunegaran.
Pulang dari Solo terbukalah pikiran dari para pemimpin "Padvinder Muhammadiyah". Beberapa hal
menjadi persoalan. Di antaranya yang hangat nama. Dalam suatu sidang pengurus
dibentangkan mengenai nama, di rumah Bp. H. Hilal Kauman. Oleh R.H. Hadjid diajukan nama
yang sekiranya dapat sesuai dengan keadaan masa dan mengingat pula pergolakan-pergolakan di
luar negeri sehabis perang dunia I, ialah nama Hizbul Wathan yang berarti "Golongan yang cinta
tanah air". Dengan kata sepakat nama itulah yang dipakai untuk mengganti nama "Padvinder
Muhammadiyah".
Kejadian ini waktuya bertepatan dengan peristiwa akan turunnya dari tahta Paduka Sri Sultan VII di
Jogjakarta. Untuk turut menghormat dan akan ikut mengiringkan pindahnya Sri Sultan VII dari
Keraton ke Ambarukmo, diadakan persiapan-persiapan dan latihan-latihan. Pada tanggal 29
Jumadilawal 1851 bertepatan dengan 30 Januari 1921, barisan HW keluar turut mengiringkan Sri
Sultan pindah dari keraton ke Ambarukmo ("Jengkar Dalem dateng Ambarukmo").
Keluarga HW mendapat penuh perhatian dari khalayak ramai. Dari saat itulah HW mulai terkenal
pada umum. Hal ini ditambah lagi sesudah beberapa hari kemudian HW berbaris dalam perayaan
penobatan Sri Sultan VIII. Perayaan diadakan di alun-alun Lor. HW turut pula dengan
mengadakan demonstrasi di muka panggung dimana Sri Sultan VIII dengan para tamu
menyaksikan-nya. HW telah menjadi buah bibir masyarakat.
Demikianlah uniform HW mulai dikenal masyarakat. Maka tidak heranlah, kadang- kadang
kalau ada anak Belanda atau Tionghoa berpakaian Padvinder (N.I.P.V) dikatakannya: "Lo, itu ada

Kepanduan Hizbul Wathan | 134


HW Landa atau ada HW Cina", yang sebetulnya yang dimaksud adalah Padvinder N.I.P.V.
Pesatnya kemajuan HW rupanya mendapat perhatian dari pihak N.I.P.V ialah
perkumpulan padvinderij Hindia Belanda sebagai cabang dari padvinderij di Negeri Belanda
(N.P.V). Pada waktu itu gerakan padvinderij yang dapat pengakuan dari Internasional
hanyalah yang bergabung dalam N.I.P.V tersebut.
M. Raneff seorang pemimpin dari N.I.P.V dan yang memegang perwakilan N.P.V telah datang di
Jogja menemui HW, mengajak supaya HW masuk dalam organisasi N.I.P.V. Usaha- usaha
Komisaris N.I.P.V (Raneff) tiada hentinya untuk menarik HW menjadi anggota N.I.P.V sehingga
ketika Kongres Muhammadiyah tahun 1926 di Surabaya, ia mengambil inisiatip mengikuti HW
dalam Kongres Muhammadiyah dari semula sampai akhirnya. Selanjutnya diadakan pertemuan lagi
di Jogjakarta oleh Wakil N.I.P.V. mengajak HW masuk ke dalam organisasi N.I.P.V. Tetapi, HW
tetap ingin mempertahankan kedaulatannya, tiada dapat menerima tawaran dari M. Raneff tersebut,
karena HW adalah HW bukannya seperti biasanya disebut padvinder. HW mempunyai prinsip-
prinsip yang sukar diterima oleh "padvinder". Karena akan menyalahi prinsip-prinsip sebagai
padvinder. Adapun HW jika akan dikatakan "itu bukannya padvinder", bagi HW tiada akan
keberatan suatu apa, bagi HW adalah Hizbul Wathan, mau dikatakan itu padvinder terserah yang
mau mengatakannya.
MELACAK JEJAK SEJARAH
Bermula dari perjalanan dakwah yangdilakukan Kyai Ahmad Dahlan ke Surakarta pada tahun 1920,
berdirinya Hizbul Wathan merupakan inovasi terbuka dan kreatif untuk membina anak- anak muda
dalam keagamaan dan pendidikan mereka. Ketika melewati alun-alun Mangkunegaran, Kyai Dahlan
melihat anak-anak muda berseragam ( para anggota Javaannsche Padvinder Organisatie ), berbaris
rapi, dan metakukan berbagai kegiatan yang menarik. Mereka kelihatan tegap dan disiplin.
Sekembalinya di Yogyakarta, Kiai Dahlan memangit beberapa guru Muhammadiyah untuk
membahas metodologi baru dalam pembinaan anak-anak muda Muhammadiyah, baik di sekolah-
sekolah maupun di masyarakat umum. Kyai Dahlan mengungkapkan bahwa alangkah baiknya kalau
Muhammadiyah mendirikan padvinder untuk mendidik anak-anak mudanya agar memiliki badan
yang sehat serta jiwa yang luhur untuk mengabdi kepada Allah.
Metode padvinder diambil sebagai metode pendidikan anak muda Muhammadiyah di luar sekolah.
Hal ini sangat bermanfaat bagi metode pendidikan dan dakwah yang dilakukan Muhammadiyah,
yang semuanya merupakan tindakan strategis yang sangat erat dengan masa depan Islam,
pembaharuan masyarakat dan bangsa, serta kecepatan penyebaran gagasan-gagasan
pembaharuan dan da'wah Islam.
Gagasan Kyai A. Dahlan tersebut kemudian dikembangkan lagi, setelah diadakan pembahasan oleh
beberapa orang yang dipelopori oleh Soemodirdjo, dengan mendirikan Padvinder Muhammadiyah
yang terbentuk pada tahun 1921 (Almanak Muhammadiyah, 1924: 49, lihat juga Almanak 1357 H:
226-227) yang diberi nama nama Hizbul Wathan. Namun ada pendapat lain yang mengemukakan
bahwa Hizbul Wathan berdiri pada tahun 1919.
Aktivitas-aktivitas kepanduan di lingkungan Muhammadiyah segera dimulai. Syarbini, seorang bekas
anggota militer Belanda dan bekas order office, mengadakan latihan berbaris dan berolahraga setiap
hari Ahad sore di halaman Sekolah Muhammadiyah Suronatan. Kian hari kian bertambah
pengikutnya, tidak lagi terbatas pada guru saja, juga banyak para pemuda Kauman yang ikut
berlatih. Yang sangat menarik perhatian masyarakat ialah adanya barisan Padvinder
Muhammadiyah yang tegap, disiplin, dan rapi, yang merupakan hal yang sangat menarik bagi
masyarakat saat itu.
Semboyan Hizbul Wathan pada waktu itu ialah setia kepada ulil amri; sungguh berhajat akan
menjadi orang utama; tahu akan sopan santun dan tidak akan membesarkan diri; boleh dipercaya;
bermuka manis; hemat dan cermat; penyayang; suka pada sekalian kerukunan; tangkas, pemberani,
tahan, serta terpercaya; kuat pikiran menerjang segata kebenaran; ringan menolong dan rajin akan
kewajiban; menetapi akan undang-undang Hizbul Wathan (Almanak Muham-madiyah, 1924: 50).
Dari semboyan (kewajiban) Hizbul Wathan ini dapat diketahui semangat, cita-cita dan karakter yang
akan ditanamkan pada setiap anggota pandu Hizbul Wathan. Semboyan itu kemudian menjadi
Undang- Undang Hizbul Wathan, dan selalu diucapkan pada setiap latihan dan upacara, sehingga
meresap dalam kesadaran setiap anggota Hizbul Wathan, yang pada akhirnya akan membentuk
karakter dan kepribadian setiap anggota pandu Hizbul Wathan.
Pada perkembangan selanjutnya, Hizbul Wathan banyak mendapatkan sambutan hangat dari
masyarakat umum dan kepanduan lain. Di Solo, Hizbul Wathan mendapat tanggapan hangat dari

Kepanduan Hizbul Wathan | 135


Javaannsche Padvinder Organisatie. Hizbul Wathan juga banyak terlibat dalam berbagai aktivitas di
masyarakat umum, sehingga Hizbul Wathan akhirnya cepat dikenal di tengah masyarakat.
Dalam berbagai moment, seperti penghormatan atas pengiringan Sultan Hamengkubuwono Vll yang
pindah dari Keraton ke Amburukmo, Hizbul Wathan banyak mengambil peran dalam prosesi
tersebut. Dalam setiap kongres yang diselenggarakan Muhammadiyah dan Aisiyah, Hizbul Wathan
selalu siap untuk membantu menyelenggarakan, menjaga keamanan, menyemarakkan dengan
barisan tambur dan terompetnya. Demikian pula di setiap hari besar Islam dan hari besar nasional,
Hizbul Wathan selalu tampil dalam barisan 'elite' yang dengan gagah dan tegap berada di tengah-
tengah barisan organisasi kemasyarakatan yang lain. Juga, tidak jarang Hizbul Wathan tampil dalam
berbagai upacara jumenengan Sri Sultan Hamengkubuono Vill. Di situ Hizbul Wathan tampil dengan
barisan tambur dan terompetnya yang dipimpin langsung oleh KHA.Dahlan.
Hizbul Wathan juga sering tampil sendiri dengan acara dan kegiatan yang menarik dan menjadi
perhatian masyarakat. Pada giliranya banyak warga masyarakat, khususnya anak-anak dan
generasi mudanya tertarik untuk menjadi anggota Hizbul Wathan. Tidak sedikit dengan golongan
yang dulu tidak senang dengan Muhammadiyah tertarik kepada Hizbul Wathan-nya, bahkan dari
kalangan kaum 'abangan' pun tidak sedikit yang memasukan anak-anaknya kedalam pandu Hizbul
Wathan. Pesatnya kemajuan Hizbul Wathan rupanya mendapat perhatian pihak NIPV, yaitu
perkumpulan padvinder Hindia Belanda yang merupakan cabang dari padvinderij di negeri Belanda
(NPV). Pada saat itu, gerakan padvinderij Hindia Belanda (Indonesia) yang dapat pengakuan
internasional adalah yang bergabung dalam NIPV tersebut yang merupakan perwakilan NPV.
Pimpinan NIPV datang ke Yogyakarta untuk mengajak Hizbul Wathan bergabung ke dalam
organisasi NIPV. Usaha-usaha Comissaris NIPVReneff) tiada hentinya untuk mengajak Hizbul
Wathan menjadi anggota NIPV, sehingga ketika Kongres Muhammadiyah tahun 1926 di Surabaya,
mereka mengambil inisiatif mengikuti Hizbul Wathan dalam Kongres Muhammadiyah dari awal
sampai akhir. Pertemuan dilanjutkan lagi di Yogyakarta oleh wakil NIPV untuk mengajak Hizbul
Wathan masuk kedalam organisasi NIPV, tetapi Hizbul Wathan tetap ingin mempertahankan
kedaulatannya, tidak mau menerima tawaran dari Reneff (wakil NIPV) tersebut, arena Hizbul
Wathan mempunyai prinsip-prinsip tersendiri.
Kepanduan HW dalam perjalanan sejarahnya telah menjadi wadah pendidikan bagi generasi muda
Muhammadiyah yang berhasil, sekaligus menjadi sarana da'wah yang ampuh. Banyak anak- anak
muda yang tertarik memasuki kepanduan Hizbul Wathan. Mereka merasakan banyak mendapatkan
manfaat dan keuntungan menjadi pandu Hizbul Wathan. Tidak sedikit pemuda- pemuda anggota
pandu Hizbul Wathan menjadi orang yang percaya diri dan memiliki keperibadian yang baik
(memiliki akhlak utama, luhur budi pekertinya, beriman serta bertaqwa kepada Allah) serta menjadi
warga masyarakat yang berguna.
Kepanduan Hizbul Wathan melahirkan orang- orang yang kemudian tidak hanya menjadi tokoh
Muhammadiyah, tetapi juga menjadi tokoh nasional, seperti Soedirman (Panglima Besar TNI/Bapak
TNI), Soedirman Bojonegoro (Mantan Pangdam Brawijaya), Syarbini (Mantan Pangdam
Diponogoro/Menteri Veteran), M. Amien Rais (Ketua MPR), Soeharto (mantan Presiden RI II),
Daryadmo (Mantan Ketua MPR), Feisal Tanjung (mantan Menko Polkam), Hari Sabarno (Wakil
Ketua MPR), dan lain-lain.
Pertumbuhan Muhammadiyah di masa awal tidak dapat dilepaskan dari peranan HW yang selalu
menjadi pelopor dalam setiap perintisan berdirinya Cabang dan Ranting Muhammadiyah. Sebelum
Muhammadiyah berdiri di suatu daerah, biasanya lebih dahulu telah berdiri HW. Oleh karena itu, dari
HW ini kemudian lahir pemimpin, da'i, dan mubaligh yang ulet, percaya diri, dan disiplin, serta
mereka menjadi penggerak Muhammadiyah. Hizbul Wathan diakui sebagai wadah untuk mendidik
generasi muda menjadi generasi muda yang disiplin, jujur, berani,mandiri, dan terampil dan berjiwa
perwira sebagaimana ditanamkan datam kesadaran setiap anggota Hizbul Wathan metalui
perjanjian Hizbul Wathan dan Undang-undang Hizbul Wathan.
Perjalanan Hizbul Wathan terpotong oleh rasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun 1960
bahwa seluruh organisasi kepanduan harus melebur ke dalam pramuka. Dengan demikian,
perjalanan sejarah pandu Hizbul Wathan menjadi terhenti. Geliat untuk bangkit kembali muncul
setelah datangnya gelombang reformasi, yaitu keinginan untuk metahirkan kembali gerakan
kepanduan Hizbul Wathan. Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di Bandung pada tahun 2000
akhirnya diputuskan bahwa gerakan kepanduan Hizbul Wathan dilahirkan kembali sebagai
organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah.

Kepanduan Hizbul Wathan | 136


B. Peleburan HW dalam Satu Wadah Pramuka dan kebangkitan HW
Sejarah perkembangan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan mengalami hambatan bahkan terhenti
sama sekali, sejalan dengan perkembangan sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia.
Sistem Demokrasi Terpimpin pada zaman orde lama (Pemerintahan Presiden Sukarno) membentuk
adanya suatu sistem yang dikenal dengan Sentralisasi dalam segala aspek kehidupan, baik
kehidupan politik, ekonomi, maupun tatanan sosial lainnya dengan harus menggunakan satu-
satunya azas berbangsa dan bernegara yaitu Sistem Pancasila sebagai way of life.
Sistem Sentralisasi tersebut tak terkecuali di bidang pergerakan kaum muda termasuk di dalamnya
"gerakan kepanduan". Berbagai jenis gerakan kepanduan yang ada di Indonesia yang
menggabarkan suatu sistem demokrasi dengan "Bhineka Tunggal Ika", itu harus mengalami proses
"Peleburan" yang kemudian dengan Kep.Pres 238 tahun 1961, semua jenis kepanduan yang ada di
Indonesia harus meleburkan diri dalam "Pramuka" (Praja Muda Karana) yang secara struktural
dibawah komando pemerintah (Penguasa), dengan sistem dan aturan-aturan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah.
Sejak itulah eksistensi gerakan kepanduan di Indonesia hanya ada satu-satunya adalah "Pramuka".
Gerakan kepanduan yang lain termasuk di dalamnya "Hizbul Wathan" meleburkan diri dalam suatu
wadah yang dikenal "Gerakan Kepanduan Pramuka".
Dengan demikian Persyarikatan Muhammadiyah telah kehilangan salah satu media yang cukup
canggih dalam pembinaan kader umat melalui gerakan kepanduan Hizbul Wathan. Sekalipun secara
formal kepanduan HW tidak mati namun eksistensinya sudah tidak ada lagi.
Diantara aktivis/pemimpin HW mencoba memanfaatkan organisasi kepanduan yang baru (Pramuka)
dengan jalan mencoba mengisi Roh Pramuka dengan ke Islaman. Mereka mencoba membentuk
"PRACHUSI" Pramuka khusus untuk anggota-anggotanya yang beragama Islam. Dalam misinya
mengalami perkembangan yang pesat. Namun dari pihak atasan yang berwenang upaya ini dicurigai
dan akhimya mengalami hambatan dan "PRACHUSI" tidak diijinkan berkembang. Dengan alasan
Nasionalisme maka Pramuka untuk semua jenis pemuda dan agama dari berbagai latar belakang
sosial dan budaya.
Upaya pengembangan dan penyiapan kader umat lewat gerakan kepanduan kandas, dan perjalanan
gerakan kepanduan Hizbul Wathan terhenti sudah.

C. DOKUMEN PENTING
No Tahun Acara
1 1918 Atas perintah KH. Ahmad Dahlan agar Muhammadiyah mendirikan organisasi
kepanduan. Dipelopori oleh Bp. Syarbini dan Bp. Somodirjo (Yogya) didirikanlah
organisasi kepanduan dalam Muhammadiyah dengan nama Padvinder
Muhammadiyah
2 1920 Nama Padvinder Muhammadiyah diganti dengan Hizbul Wa than (Golongan
yang cinta tanah air).
3 1961 Ir. Sukarno (Presiden RI Pertama) menginstruksikan ± 60 or ganisasi
kepanduan di Indonesia untuk menjadi satu organisasi ke panduan yang
dinamakan dengan Pramuka, tepatnya tanggal 9 Maret 1961.
Tanggal 15 Maret 1961 : Maklumat Keputusan PP Muhammadiyah :
- Memenuhi dan mematuhi perintah Presiden
- Meniadakan organisasi Hizbul Wathan
Tanggal 11 April 1961 : Dibentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka
Tanggal 25 Mei 1961 : Kepres No. 238 – 1961 :
- Penyelenggaraan Pendidikan Kepanduan ditugaskan Gera kan Pramuka
adalah satu-satunya badan yang diperbolehkan menyelenggarakan pendidikan
kepanduan
Badan-badan yang sejenis (sama) sidfatnya atau menyerupai Gerakan Pramuka
dilarang.
Tanggal 8 Juni 1961 : Majelis HW Yogyakarta menyatakan bersedia meleburkan
diri dalam perkumpulan Gerakan Pramuka
- Tanggal 14 Agustus 1961 : Hari Pramuka
Pada Muktamar Muhammadiyah di Surabaya sudah terde ngar
4 1980 pembicaraan-pembicaraan mengenai kebangkitan kembali Gerakan Kepanduan
Hizbul Wathan.

Kepanduan Hizbul Wathan | 137


No Tahun Acara
5 1985 Pada Muktamar Muhammadiyah di Solo juga terdengar kembali pembicaraan-
pembicaraan mengenai kebangkitan kembali Gera kan Kepanduan Hizbul
Wathan.
6 1990 Pada Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta juga disertakan pawai alegoris pandu
HW
7 1995 Pada Muktamar Muhammadiyah di Aceh gencar lagi pembicaraan- pembicaraan
mengenai kebangkitan kembali Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
8 1996 Yaitu tanggal 21 sd 23 Maret 1996 sebagai tindak lanjut dari pembicaraan pada
Muktamar Muhammadiyah di Aceh terealisasi dengan diadakannya Reuni Nasional
Pandu Hizbul Wathan Wreda dan ada perwakilan dari Pandu NA.
9 1996 - Pertemuan-pertemuan rutin pandu HW Wreda dan Pandu NA yang membahas
1998 perlunya dibangkitkan nya kembali Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dengan
mempertimbangkan konsep baru yang selaras dengan kondisi generasi muda pada
saat ini.
10 1998 Sebagai hasil rumusan pertemuan rutin tersebut maka dibuatlah proposal Kebangkitan
Kembali Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan disampaikan dan di bicarakan dalam
siding Tanwir Muhammadiyah di Semarang pada bulan Juli 1998 dilanjutkan pada
bulan September 1998 pada sidang pleno PP Muhammadiyah yang membahas
perlunya Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibangkitkan.
11 1999 Pertemuan Pengurus Pandu HW dan NA dengan PP Mu hammadiyah pada bulan Mei
1999 sebagai persiapan segala sesuatunya untuk kebangkitan Gerakan Kepan duan
Hizbul Wathan.
12 1999 Sarasehan dan lokakarya Nasional pada tanggal 24-25 Juli 1999
bertepatan tanggal 11-12 Rabiuts sani 1420 H mebicarakan kebangkitan kembali
Gera kan Kepanduan Hizbul Wathan.
13 1999 Sebagai puncaknya pada tanggal 18 November 1999 bertepatan dengan 10
Sya‘ban 1420 H Gerakan Ke panduan Hizbul Wathan dideklarasikan Persyarikatan
Muhammadiyah di Yogyakarta

D. PANGLIMA BESAR JENDRAL SUDIRMAN


Nama : Jenderal Sudirman
Tempat/Tgl Lahir : Bodas Karangjaji, Prubalingga, 24 Januari 1916
Agama : Islam
Pendidikan Formal : Sekolah Taman Siswa HIK Muh Solo (tidak tamat)
Pendidikan Tentara : Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor

Pengalaman Organisasi : Kepanduan Hizbul Wathan


Jabatan Militer : Panglima Besar TKR/TNI (Pangkat Jenderal Panglima Divisi V/
Banyumas, dengan pangkat Kolonel
Komandan Batalyon di Kroya)
Tanda Kehormatan : Pahlawan Pembela Kemerdekaan
Meninggal : Magelang, 29 Januari 1950
Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta
Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah
dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal.
Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia
berlatarbelakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul
Wathan.
Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu
tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi
V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan
Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang
tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang
dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.

Kepanduan Hizbul Wathan | 138


Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh
pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang
tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat.
Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Kepanduan Hizbul Wathan ini
kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan
kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan
Perang.
Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air
(Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya.
Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang
berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya
itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil
merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca
kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian
diangkat menjadi Panglima Divisi V/ Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui
Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/
Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember
1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh
pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana
lazimnya, tapi karena prestasinya.
Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata
tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara
sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat
pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang
sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang
berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.
Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi
Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya
sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya
sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.
Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung
Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu,
walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota
untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya
untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai
pemimpin tentara.
Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang
lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung
ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir- hampir tidak ada.
Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak
merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi
memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.
Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan
koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang
tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun.
Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan
Pembela Kemerdekaan sekaligus tokoh besar HW.
Pustaka : Ensiklopedi Tokoh Indonesia

E. DASAR PEMIKIRAN KEBANGKITAN KEMBALI GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN


1. LATAR BELAKANG SEMANGAT KEBANGKITAN
Dibangkitkannya kembali Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan oleh Persyarikatan
Muhammadiyah yang dinyatakan dalam deklarasinya pada tanggal 18 Nopember 1999 atau

Kepanduan Hizbul Wathan | 139


tanggal 10 Sya‘ban 1420 H di Yogyakarta bukan tanpa alasan. Semangat kebangkitan kembali
ini telah lama terpèndam, bahkan gaungnya sudah muncul sejak Muktamar Muhammadiyah di
Surabaya (1980), di Solo (1985), di Yogyakarta dengan visualisasi pawai alegoris Pandu HW
(1990), hingga bergaung pula ketika Muktamar di Aceh (1995). Kemudian secara nyata
semangat kebangkitan ini tercurah pada saat diadakannya reuni nasional Pandu Hizbul Wathan
di pada tanggal 21. sd 23 Maret 1996 dihadiri oleh para Pandu HW Wreda dan ada pula
perwakilan dari mantan Pandu NA. Sernangat ini ditindaklanjuti dengan pertemuan-
pertemuan rutin para Pandu Wreda HW dan NA yang membahas perlunya dibangkitkannya
kembali Kepanduan HW dengan mempertimbangkan konsep baru yang selaras dengan
kondisi generasi muda masa kini. Akhirnya semangat kebangkitan kembali Pandu HW ini
melahirkan persiapan secara formal yang secara kronologis prosesnya sebagai berikut :
a. Proposal Kebangkitan Kembali Kepanduan HW disampaikan dan dibicarakan dalam Sidang
Tanwir Muhammadiyah di Semarang pada bulan Juli 1998.
b. Sidang Pleno PP Muhammadiyah bulan September 1998. membahas tentang perlunya
Kepanduan HW diaktifkan lagi.
c. Pengurus Pandu Wreda HW dan NA memenuhi undangan temu muka dengan
Pengurus PP Muhammadiyah bulan Mei 1999.
d. Sarasehan dan Lokakarya Nasional yang diselenggarakan di Kampus Universitas
Achmad Dahlan Yogyakarta pada tanggal 24 — 25 lull 1999 atau tanggal 11 — 12
Rabiu‘tsani 1420 H membicarakan kebangkitan kembali Gerakan Kepanduan HW.
e. Pertimbangan Kebangkitan
Semangat kebangkitan membuahkan pemikiran-pemikiran para anggota Pandu Wreda HW
dan NA yang direalisasikan dalam pertemuan-pertemuan memperbincangkan tentang
kemanfaatan, kendala, untung-rugi, sumber daya manusia, struktur organisasi, semangat
juang insan HW dan NA, respon warga Muhammadiyah dan masyarakat, serta pemikran
tentang apa yang harus dilakukan setelah bangkit kembali. Acuan pemikiran bersumber pada
bukti sejarah perjalanan. Kepaduan HW, rekaman pengalaman para pemeran Pandu HW
dan NA tempo dulu, fakta keberhasilan para tokoh mantan Pandu HW dan NA dalam
pemerintahan/ lembaga negara/ masyarakat/ bidang pendidikan pada saat ini serta
tantangan kehidupan kaum muda dewasa ini. Selain itu juga evaluasi terhadap eksistensi
Pramuka masa kini, khususnya di lingkungan pendidikan sekolah Muhammadiyah, melalui
basis pengamatan para pemerhati selama ini

2. KEBANGKITAN KEMBALI KEPANDUAN HW


Pertimbangan pemikiran tentang perlunya Gerakan Kepanduan HW dibangkitkan
(diaktifkan) kembali telah melalui proses yang cukup lama. Di situ perlu dikemukakan
beberapa hal sebagal hasil kajian pemikiran untuk menjawab beberapa permasalahan :
a. Tantangan Zaman bagi Generasi Penerus
Lajunya perkembangan IPTEK dan budaya globalisasi di samping memberikan
pengaruh pada kemajuan dunia secara positif, ternyata juga memberikan dampak negatif
pada kehidupan umat yang berimbas terhadap kehidupari kaum muda sebagai generasi
penerus bangsa. Kemajuan teknologi di satu sisi untuk menunjang kesejahteraan hidup
umat manusia ternyata dari sisi lain bahkan dapat membuat terpuruknya sebagian dari
masyarakat yang lain. Majunya dunia pendidikan untuk memberdayakan bangsa dalam
mengejar kemajuan zaman ternyata semakin mahal dan semakin sulit untuk dapat diraih
oleh golongan masyarakat bawah. Lapangan kerja yang tersedia ternyata tak mampu
menampung kaum muda yang telah menyelesaikan studinya di suatu jenjang pendidikan.
Corak kehidupan yang mengharuskan umat selalu dalam keadaan persaingan,
perebutan, dan perpacuan ternyata belum dapat memberikan keseimbangannya, dalam
memenuhi kebutuhan antara jasmani dan rohani, dunia dan akhirat, cita-cita dan
kenyataan, sehingga mengakibatkan kaum muda memiliki rasa kecemasan dan
kebimbangan untuk menghadapi masa depannya. Bagi kaum muda yang kurang memiliki
kepercayaan diri dan tidak memiliki sikap kemandirian (karena kurang banyak diperkenalkan
kepada latihan dan pengalaman hidup yang demikian) akan cenderung menempuh jalan
pintas untuk memperoleh kepuasan diri dengan tindakan melarikan diri dari alam nyata ke
alam maya, atau melakukan tindakantindakan penyelewengan yang tidak etis dan bahkan
dapat melakukan perilaku yang tidak bermoral.

Kepanduan Hizbul Wathan | 140


Kaum muda dari kalangan keluarga Muhammadiyah khususnya, dan kalangan kaum
muslimin pada umumnya akhirnya pun dapat terimbas oleh karakter kehidupan
masyarakat yang demikian apabila tidak memiliki keimanan dan ketaqwaan yang kuat.
Kesibukan kehidupan modern dewasa ini membuat orang tua kurang dapat mengawasi dan
membimbing anggota keluarganya secara rnaksimal. Pergaulan di luar rumah/ keluarga baik
itu di sekolah maupun di masyarakat kaum muda sudah demikian ragamnya sehingga
banyak memberikan pengaruh pada perilakunya. Hal ini apabila mereka tidak cermat dalam
mempertimbangkannya, dan tidak dengan kesadaran yang mapan niscaya akan dapat
mengakibatkan kesalahan dalam memilihnya Akibatnya mereka akan memperoleh
pengaruh yang tidak menguntungkan bagi kehidupannya kelak.
Dengan keadaan yang demikian maka terhadap kondisi generasi penurus tersebut
dapat diajukan beberapa pertanyaan untuk direnungkan bersama :
1) Masihkah mereka dapat diharapkan untuk menjadi generasi penerus kita ?
2) Masihkah mereka memiliki kebanggaan untuk menjadi kader Muhammadiyah dan
kader pemimpin umat ?
3) Masih adakah peluang untuk memberikan kesempatan bagi mereka belajar mencintai
Muhammadiyah, mengenal amal usaha Muhammadiyah, dan menyiapkan diri menjadi
kader Muhammadiyah ?
4) Bagaimana usaha membawa mereka kepada kesadaran dan kesiapan sebagai generasi
penerus kita ?
Jawabnya : ―Apa salahnya bila Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan yang mampu
melibatkan hampir semua kelompok usia, jeujang pendidikan, dan tingkat
golongan masyarakat, serta mampu memberikan pelatihan kemandirian bagi
kaum muda, dijadikan alternatif dalam melengkapi wahana
pendidikan kader tersebut‖.

b. Eksistensi Gerakan Pramuka di Sekolah Muhammadiyah


Sebenarnya keberadaan gerakan kepanduan seperti halnya Pramuka di pangkalan
sekolah tidaklah perlu dipersoalkan asalkan tidak meninggalkan karakter kepanduannya
(scouting). Apabila sekolah dipandang sebagal fasilitas arena/ tempat, dengan
pertimbangan sebagai sarana lahan yang dapat menampung kegiatan sejumlah anggotanya
untuk bergerak bermain, berlomba, berlatih keterampilan kepanduan (mengingat sarana
medan latihan di banyak daerah saat ini tidak selalu mudah didapat karena padatnya
pemukiman), serta menjadi fasilitas praktis untuk menghimpun dan menarik minat
anggotanya yang didasari oleh kesukarelaan, maka hal itu masih dinilai tidak merusak citra
kepanduan. Barulah kita menganggap hal itu menyeleweng dari asas kepanduan apabila
gerakan tersebut di sekolah telah terlibat dalam bidang akademiknya, administrasinya serta
birokrasinya, sehingga karakter kesukarelaanya menjadi luntur. Melihat kenyataan yang
ada pada saat ini kita semua dapat mencermatinya.
Oleh golongan masyarakat bawah. Lapangan kerja yang tersedia ternyata tak mampu
menampung kaum muda yang telah menyelesaikan studinya di suatu jenjang pendidikan.
Corak kehidupan yang mengharuskan umat selalu dalam keadaan persaingan,
perebutan, dan perpacuan ternyata belum dapat memberikan keseimbangannya, dalam
memenuhi kebutuhan antara jasmani dan rohani, dunia dan akhirat, cita-cita dan
kenyataan, sehingga mengakibatkan kaum muda memiliki rasa kecemasan dan
kebimbangan untuk menghadapi masa depannya. Bagi kaum muda yang kurang memiliki
kepercayaan diri dan tidak memiliki sikap kemandirian (karena kurang banyak diperkenalkan
kepada latihan dan pengalaman hidup yang demikian) akan cenderung menempuh jalan
pintas untuk memperoleh kepuasan diri dengan tindakan melarikan diri dari alam nyata ke
alam maya, atau melakukan tindakantindakan penyelewengan yang tidak etis dan bahkan
dapat melakukan perilaku yang tidak bermoral.
Kaum muda dari kalangan keluarga Muhammadiyah khususnya, dan kalangan kaum
muslimin pada umumnya akhirnya pun dapat terimbas oleh karakter kehidupan
masyarakat yang demikian apabila tidak memiliki keimanan dan ketaqwaan yang kuat.
Kesibukan kehidupan modern dewasa ini membuat orang tua kurang dapat mengawasi dan
membimbing anggota keluarganya secara rnaksimal. Pergaulan di luar rumah/ keluarga baik
itu di sekolah maupun di masyarakat kaum muda sudah demikian ragamnya sehingga

Kepanduan Hizbul Wathan | 141


banyak memberikan pengaruh pada perilakunya. Hal ini apabila mereka tidak cermat dalam
mempertimbangkannya, dan tidak dengan kesadaran yang mapan niscaya akan dapat
mengakibatkan kesalahan dalam memilihnya Akibatnya mereka akan memperoleh
pengaruh yang tidak menguntungkan bagi kehidupannya kelak.
Dengan keadaan yang demikian maka terhadap kondisi generasi penurus tersebut
dapat diajukan beberapa pertanyaan untuk direnungkan bersama :
1) Masihkah mereka dapat diharapkan untuk menjadi generasi penerus kita ?
2) Masihkah mereka memiliki kebanggaan untuk menjadi kader Muhammadiyah dan
kader pemimpin umat ?
3) Masih adakah peluang untuk memberikan kesempatan bagi mereka belajar mencintai
Muhammadiyah, mengenal amal usaha Muhammadiyah, dan menyiapkan diri menjadi
kader Muhammadiyah ?
4) Bagaimana usaha membawa mereka kepada kesadaran dan kesiapan sebagai generasi
penerus kita ?
Jawabnya : ―Apa salahnya bila Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan yang mampu
melibatkan hampir semua kelompok usia, jeujang pendidikan, dan tingkat
golongan masyarakat, serta mampu memberikan pelatihan kemandirian bagi
kaum muda, dijadikan alternatif dalam melengkapi wahana
pendidikan kader tersebut‖.

c. Eksistensi Gerakan Pramuka di Sekolah Muhammadiyah


Sebenarnya keberadaan gerakan kepanduan seperti halnya Pramuka di pangkalan
sekolah tidaklah perlu dipersoalkan asalkan tidak meninggalkan karakter kepanduannya
(scouting). Apabila sekolah dipandang sebagal fasilitas arena/ tempat, dengan
pertimbangan sebagai sarana lahan yang dapat menampung kegiatan sejumlah anggotanya
untuk bergerak bermain, berlomba, berlatih keterampilan kepanduan (mengingat sarana
medan latihan di banyak daerah saat ini tidak selalu mudah didapat karena padatnya
pemukiman), serta menjadi fasilitas praktis untuk menghimpun dan menarik minat
anggotanya yang didasari oleh kesukarelaan, maka hal itu masih dinilai tidak merusak citra
kepanduan. Barulah kita menganggap hal itu menyeleweng dari asas kepanduan apabila
gerakan tersebut di sekolah telah terlibat dalam bidang akademiknya, administrasinya serta
birokrasinya, sehingga karakter kesukarelaanya menjadi luntur. Melihat kenyataan yang
ada pada saat ini kita semua dapat mencermatinya.
Dari segi fisik tetapi masih memiliki semangat hidup yang tinggi untuk selalu berusaha
melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan amalan Muhammadiyah yang bersifat keikhlasan
sesuai dengan kondisi dan kemampuan bidangnya masing-masing. Walaupun ini berupa
kebanggaan nostalgia, tetapi ini adalah merupakan salah satu bukti keberhasilan
pendidikan dalam Kepanduan HW. Masih banyak di antara mereka yang saat ini masih
mampu menjabat salah satu bagian dari kepengurusan Muhammadiyah baik di tingkat yang
paling bawah, maupun di tingkat yang lebih tinggi.
Beberapa peristiwa yang dapat kita hayati dan ungkapan yang memberikan rasa haru serta
bangga yang pernah dilontarkan oleh beberapa orang anggota Pandu Wreda HW sebagai
bukti semangat juang hasil pendidikan Pandu HW antara lain :
―Meski kita telah wreda, tetapi harus tetap berdaya‖
Ungkapan terlontar ketika menjelang reuni oleh salah seorang anggota pada saat rembug
panitia. Yang akhirnya diabadikan dalam Hymne HW Wreda.
―Aku arep terus melu baris aku isih kuwat‖
―Aku akan terus ikut berbaris, akau rnasih kuat.‖
Ungkapan ini tercetus ketika menjawab himbauan saya, mengingat usia beliau sudah lebih
dari 75 tahun, untuk ikut naik kendaraan ketika diadekan pawai rnenyemarakkan reuni
nasional HW dari Stadion Mandala Krida ke Gedung PP Muhammadiyah, dan beliau
berhasil sampai finish. Beliau pada saat ini telah almarhum.
―Mumpung aku isih urip, aku cak tetep melu main genderang terompet‖ (Senyampang aku
masih hidup, aku tetap ikutbermian genderang terompet)
Ungkapan tercetus ketika minta diijinkan ikut dalam pawai alegoris dalam karnaval
peringatan HUT Kemerdekaan RI sebagai salah satu anggota Pasukan Genderang
Terompet HW Wreda. Beliau sudah berusia 80 tahun, dan saat makalah ini ditulis beliau

Kepanduan Hizbul Wathan | 142


masih hidup.
Siapa yang tidak kenal dengan sesepuh Pandu HW Bp. Donowardoyo (alm) yang dikenal
dengan narna populernya Pak Don dari Klaten, Jawa Tengah. Meski ketika HW telah
berusia sekitar 90 tahun tetapi justru rmasih bersemangat dan aktif membina kaum jompo
dengan memberikan ketrampilan untuk hidup.
Sudah barang tentu kami percaya masih akan banyak lagi dapat diungkapkan bukti
keberhasilan Muhammadiyah dalam mendidik kader-kadernya melalui Gerakari
Kepanduan HW seperti yang dapat kita lihat di Kudus, Ajibarang, Garut, Jakarta, Jawa
Timur, Ujung Pandang (Makasar), di wilayah Sumatera dan wilayah-wilayah lainnya.
Yang kita rindukan bukan sekedar kenangan Pandu HW dan NA tempo dulu, tetapi
bangkitnya kembali Gerakan Kepanduan HW masa kini dan masa depan.

d. Gerakan Kepanduan HW sebagai Bentuk Pendidikan Kader Muharnmadiyah


Dengan mencermati apa yang telah dikemukakan di depan, maka dalam
mengatitisipasi situasi dan kondisi umat pada saat ini sesuai dengan tugas amalan dan
usaha Muhamrnadiyah, maka dipandang perlu untuk menyelamatkannya kita lakukan
upaya. memperluas khasanah model pendidikan yang dipandang efektif. Apa yang pernah
kita miliki dan nampak jelas hasilnya, apa salahnya kita manfaatkan lagi dengan segala
modifikasinya sesuai dengan zaman sekarang.
Modal yang kita miliki masih adanya generasi tua (NW dan NA wreda) yang masih peduli
dalam gerakan ini. Selain itu secara fisik dan kemampuan kita memiliki angkatan muda
(keluarga Muhammadiyah maupun simpatisan) yang berketerampilan memandu, yang juga
memiliki keikhlasan (kesukarelaan) berbakti demi gcncrasi penerus kita. Karenanya maka
dengan dibangkitkannya kembali Gerakan Kepanduan HW, Muhammadiyah akan lebih
lengkap lagi memiliki wahana pcndidikannya.
Meski Kepanduan merupakan arena pendidikan di luar sekolab/ keluarga, tetapi
dengan modifikasi bentuk kerja sama tanpa meninggalkan karakter "secouting"-nya. Maka
Gerakan Kepanduan HW inasa kini dapat dijadikan media kelengkapan pendidikan
Muhammadiyah yang menghidupkan hubungan yang harmonis antara pendidikan
informal (keluarga) dan pendidikan formal (sekolah). Hal ini dapat menjadi acuan
pertimbangan dibangkitkannya kembali Gerakan Kepanduan HW bagi Muhammadiyah

F. Visi Dan Misi Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan


1. VISI Pandu HW
Gerakan kepanduan yang berkualitas, yang selalu dibutuhkan, dihormati dan dicintai oleh anak
didik, orang tua, guru, dan masyarakat di Indonesia , khususnya umat Islam dan warga
Muhammadiyah.

2. MISI Pandu HW
 Membentuk kader Muhammadiyah yang handal dan berakhalak mulia
 Membina remaja Muhammadiyah yang sehat jasmani dan rokhani
 Meningkatkan sumber daya manusia yang kreatif, cerdas, trampil dan percaya diri sendiri

G. TATA TERTIB KEGIATAN PANDU HW


1. Hubungan Pergaulan
Hubungan pergaulan antara sesama pandu (peserta, panitia, instruktur) dijiwai oleh kode
kehormatan, yaitu Janji dan Undang-undang Pandu HW.
2. Penggunaan Waktu
Alangkah bahagianya orang yang dapat menggunakan waktu. Mari kita gunakan waktu
untuk :
a. Melakukan tugas kwajiban agama
b. Meningkatkan kesehatan jasmani
c. Meningkatkan pengetahuan, kecakapan, ketrampilan dan pengalaman kita baik dengan
bertukar pikiran maupun mempelajari berkas yang ada.
3. Penggunaan Fasilitas
Tempat kegiatan ini bukan milik kita, tetapi kita diberi kesempatan menggunakannya. Yang
perlu kita perhatikan :

Kepanduan Hizbul Wathan | 143


a. Hemat air bersih
b. Jaga kebersihan alat, ruang tidur, ruang belajar, halaman dan sebagainya yang harus
menjadi kebiasaan kita.
c. Penempatan sesuatu dengan teratur adalah kebiasaan kita.
d. Penggunaan fasilitas lainnya harus seijin dan sesuai peraturan.
4. Keamanan
Sampai saat ini keamanan ditempat ini cukup terjamin. Walaupun demikian, seorang pandu
harus tetap selalu memperhatikan kewaspadaan.
5. Pakaian
Berpakaian sopan dan pantas serta rapi sudah kita biasakan sejak dini. Pemakaian kaos dan
sandal ke ruang belajar lebih baik kita singkiri.
- ―Aji ning diri ono ing lathi‖
- ―Aji ning raga ana ing busana‖
6. Makan dan Minum
Makan dilaksanakan pada jam-jam tertentu. Makan dilaksanakan bersama-sama dan
didahului & diakhiri dengan do‘a.
7. Kesehatan
Bila ada keluhan yang dirasakan pada tubuh anda, segeralah lapor. Hindari merokok saat
kegiatan karena mengganggu diri sendiri dan orang lain, ―Setiap kebebasan dibatasi
kebebasan orang lain‖.
8. Peminjaman
Apa yang kita pinjam dan dipinjamkan pada kita sangat mulia bila segera kita
kembalikan seperti sediakala.
9. Bermalam
Fasilitas yang sederhana, merupakan hikmah dari Allah SWT. Kesempatan bersama, sesama
pandu serta mengikuti secara penuh merupakan penghayatan sebagai seorang pandu sejati.

Kepanduan Hizbul Wathan | 144


BAB II
ASAS DAN TUJUAN GERAKAN KEPANDUAN HW

A. Ilmu jiwa dan budi pekerti luhur anak dan Remaja


Pada tahap pertama, dari usia 11-13 tahun, remaja memiliki kecemasan diri, terutama berkaitan
dengan aspek biologis mereka. Remaja memiliki kesulitan cukup besar untuk beradaptasi dengan
kecepatan kemasakan biologis yang dialami dan seringkali menimbulkan penarikan diri, perasaan
tidak aman, tidak tertarik dengan teman sebaya yang berlawan jenis, dan bahkan ada
kecenderungan untuk menghindari mereka.
Perilaku ini berubah pada usia 13 tahun, Perilaku ini berubah pada usia 13 tahun, Perilaku ini
berubah pada usia 13 tahun, sejalan dengan kemampuan remaja untuk berdaptasi dengan kondisi-
kondisi baru, mengembangkan konsep diri fisik yang utuh, serta mendapt rasa aman. Perubahan
dari kelompok teman berjenis kelamin sama kearah kelompok campuran kemudian muncul sejalan
dengan perkembangan mereka.
Pada laki-laki dan perempuan, perkembangan otot semakin cepat,sejalan dengan pertambahan
tinggi badan, dan mencapai titik tercepat ketika tinggi yang maksimal telah tercapai. Perkembangan
otot pada anak laki-laki lebih cepat dari pada anak perempuan. Perkembangan jaringan otot secara
keseluruhan juga lebih besar pada anak laki-laki, karakteristik yang berlanjut sampai masa dewasa.
Pemahaman tentang aspek ini sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam perkembangan
aktivitas edukatif, terutama ketika bekerja dengan kelompok campuran
Pada level fisik, kita harus mengingat bahwa percepatan pertumbuhan peningkatan pesat dalam
tinggi dan berat yang mengikuti kematangan seksual muncul pada saat yang berbeda pada anak
laki-laki dan anak perempuan.
Pada anak perempuan, perkembangan mulai dipercepat pada usia rata-rata 11-13 tahun. Mereka
tumbuh paling cepat pada usia sekitar 12 dan usia 13 tahun pertumbuhan melambat sampai pada
rata-rata sebelum munculnya percepatan pertumbuhan meskipun mereka akan terus bertumbuh
secara pelan dan mantap pada beberapa tahun sesudahnya. Sedangkan pertumbuhan pada anak
laki-laki biasanya akan dipercepat pada usianya 13 tahun, mencapai puncak pada usia 14 tahun,
dan segera sesudahnya pertumbuhan melambat, sampai rata-rata seperti sebelum percepatan
pertumbuhan.
Pada usia 13-15 tahun, secara umum, perkembangan kognitif yang berkaitan dengan perubahan
fisik, menemukan momentum. Remaja bergerak dengan lebih jelas dari tahap berfikir operasi formal
atau kongkrit, kearah pemikiran abstrak, yang terdiri dari kapasitas berfikir. Tentang afirmasi yang
tidak terkait obyek konkrit di dunia nyata. Pada usia ini, remaja menunjukan kapasitas piker yang
berkembang untuk merumuskan dan mencoba hipotesis, dan berfikir dapat menjadi apakah sesuatu,
disamping berfikir tentang, apakah sesuatu itu. Hal tersebut membuat remaja pada fase ini menjadi
lebih intropektif dan analitis. Hasrat mereka untuk menjukkan ketrampilan kognitif yang baru
diwujudkan dalam bentuk peningkatan penggunaan ironi, kemampuan untuk mengkritisi dan bahkan
memahami bahwa sesuatu itu dapat bermakna ganda.

B. Ibadah dalam Kehidupan Sehari-hari


Secara garis besar ibadah dapat dibagi menjadi dua macam, masing-masing ibadah khassah atau
ibadah mahdah, yakni ibadah yang ketentuan dan pelaksanaanya telah ditetapkan oleh nash dan
merupakan sari ibadah kepada Allah, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan ibadah
‗ammah‘ (umum), yakni semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan
niat yang ikhlas karena Allah semata, seperti minum, makan, bekerja (QS. At-Taubah : 105),
mencari nafkah (QS. An-naba: 11), dan berbisnis (QS Al-Furqan:47), sampai dengan kegiatan me-
manage pun merupakan kegiatan dari ibadah kepada Allah SWT (QS. Az-zukhruf: 32).
Jadi, jelaslah disini bahwa semua kegiatan manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan di dunia
ini adalah bentuk dari pengabdian kepada Allah semata yang diaplikasikan melalui ‘amal ibadah‘
yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hari akhir. Islam adalah agama yang dirahmati Allah.
Islam dikenal sebagai agama yang syaamil dan kaamil (lengkap dan sempurna). Agama samawi ini
tidak hanya memperdulikan kepentingan individu, tapi juga memperhatikan kebutuhan masyarakat.
Islam tidak hanya memfokuskan diri pada kesalehan individu, tetapi juga pada kesalehan sosial. Bila
kita perhatikan ibadah-ibadah yang kita lakukan sehari-hari, maka kita akan memahami bahwa

Kepanduan Hizbul Wathan | 145


seluruh ibadah itu mengandung unsur ibadah / kesalehan sosial dan ibadah / kesalehan individu.
Kita tidak diperkenankan hanya melakukan ritual individu, dan mengabaikan ritual sosial. Oleh sebab
itu, kedua ibadah ini tidak dapat dipisah-pisah. Kedua ibadah itu merupakan satu kesatuan yang
terpadu, yang kesemuanya adalah wujud dari pengabdian kepada Allah SWT dan telah diatur dalam
al-Qur‘an al karim.
Memang, bila kita berniat mengaplikasikan ajaran Islam haruslah berangkat dari pemahaman yang
benar terhadap Islam itu sendiri. Islam tidaklah dipahami sebagai agama dengan sejumlah upacara
ritual atau hanya sebagai sumber nilai luhur semata. Islam harus dipahami sebagai agama yang
menjadi ‗manhajul hayah‘ yang mengatur segala kehidupan manusia (ekonomi, politik, sosial, seni,
budaya, dan pendidikan). Tidak ada satu aspek kehidupan pun yang tidak diatur oleh Islam. Agama
Islam adalah sumber segala nilai yang abadi, universal dan komprehensif yang tidak bisa ditandingi
oleh nilai manapun di atas dunia ini.
Namun, kita sebagai pemeluk Islam dituntut untuk dapat menerjemahkan nilai-nilai Islam itu dan
mengaktualisasikannya dalam kehidupan, sehingga keistimewaan Islam sebagai rahmat bagi
seluruh alam betul-betul dapat dirasakan oleh umat manusia seluruhnya.

Kepanduan Hizbul Wathan | 146


BAB III
STRUKTUR ORGANISASI KEPANDUAN HW

Susunan organisasi Hizbul Wathan dibuat secara berjenjang dari tingkat Kwartir Pusat, Kwartir
Wilayah, Kwartir Daerah/Kota, dan Kwartir Cabang. Kwartir Pusat adalah kesatuan wilayah-wilayah
dalam ruang lingkup nasional. Kwartir Wilayah adalah kesatuan kwartir-kwartir daerah dalam satu
propinsi. Kwartir Daerah/Kota adalah kesatuan kesatuan kwartir-kwartir Cabang dalam satu
daerah/kota. Sedangkan Kwartir Cabang adatah kesatuan golongan-golongan (tempat pelatihan).

1. Struktur Organisasi
Susunan organisasi Hizbul Wathan dibuat secara berjenjang dari tingkat Kwartir Pusat, Kwartir
Wilayah, Kwartir Daerah/Kota, dan Kwartir Cabang. Kwartir Pusat adalah kesatuan wilayah-wilayah
dalam ruang lingkup nasional. Kwartir Wilayah adalah kesatuan kwartir-kwartir daerah dalam satu
propinsi. Kwartir Daerah/Kota adalah kesatuan kesatuan kwartir-kwartir Cabang dalam satu
daerah/kota. Sedangkan Kwartir Cabang adatah kesatuan golongan-golongan (tempat pelatihan).
 Kwartir Pusat berkedudukan di tingkat Pusat
 Kwartir Wilayah berkedudukan di tingkat Propinsi
 Kwartir Daerah berkedudukan di tingkat Kabupaten
 Kwartir Cabang berkedudukan di tingkat Kecamatan
 Qabilah berkedudukan di tingkat Desa atau sekolah

2. Organisasi
Kepanduan Hizbul Wathan adalah organisasi otonom Persyarikatan Muhammadiyah yang bergerak
dalam bidang pendidikan kepanduan putra maupun putri, merupakan gerakan Islam dan dakwah
amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumberkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Organisasi
ini didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai
Allah dengan jalan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam lewat jalur pendidikan
kepanduan.

Kepanduan Hizbul Wathan | 147


BAB IV
KODE KEHORMATAN PANDU HW

Kode Kehormatan merupakan landasan pembinaan anggota untuk mencapai maksud dan tujuan
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan. Kode Kehormatan juga merupakan Jiwa/ruh yang akan memberi
arah dan semangat juang, sehingga hidup terbiasa dalam berbuat kebajikan
Kode Kehormatan Pandu Hizbul Wathan terdiri atas ―Janji dan Undang – Undang‖.
Janji diucapkan secara suka rela oleh calon anggota ketika dilantik menjadi anggota dan merupakan
komitmen awal untuk mengikatkan diri dalam menetapi dan menepati janji tersebut.
Undang-undang pandu HW merupakan ketentuan moral/akhlaq untuk dijadikan kebiasaan diri dalam
bersikap dan berperilaku sebagai warga masyarakat yang berakhlaq mulia.

A. Janji HW
Diucapkan secara sukarela oleh calon anggota ketika dilantik menjadi anggot dan merupakan
komitmen awal untuk melibatkan diri dalam menepati janji tersebut. Pengucapan janji selalu diawali
dengan basmalah disambung dua kalimat syahadat berikut artinya.

B. Undang-Undang HW
Merupakan ketentuan moral untuk dijadikan kebiasaan diri dalam bersikap dan berperilaku sebagai
warga masyarakat yang berakhlak mulia dalam kepanduan Hizbul Wathan.

C. Teks Janji dan Undang-Undang Pandu HW


Janji HW
‫ا َّرال ْس َم ِب اَّر ِب ْس ِب‬ ‫ِب ِب ِب‬
‫ْس‬
‫َم ْسش َمه ُد َم ْسن الَم ِباهَم الَّرا َموَم ْسش َمه ُد َم َّرن ُم َم َّر ًد َمر ُس ْسو ُل ا‬
‫ِب‬

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
utusan Allah
Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh sungguh :
Satu, setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah, Undang-Undang dan Tanah Air.
Dua, menolong siapa saja semampu saya
Tiga, setia menepati Undang-Undang pandu HW

Undang-Undang HW
SATU Hizbul Wathan itu dapat dipercaya
DUA Hizbul Wathan itu setiawan
TIGA Hizbul Wathan itu siap menolong dan wajib berjasa
EMPAT Hizbul Wathan itu suka perdamaian dan persaudaraan
LIMA Hizbul Wathan itu mengerti adat, sopan santun dan perwira
ENAM Hizbul Wathan itu penyayang kepada semua makhluk
TUJUH Hizbul Wathan itu melaksanakan perintah tanpa membantah
DELAAN Hizbul Wathan itu sabar dan pemaaf
SEMBILAN Hizbul Wathan itu teliti dan hemat
SEPULUH Hizbul Wathan itu suci dalam hati, pikiran, perkataan dan perbuatan

D. Makna dalam Undang-undang Hizbul Wathan


UNDANG-UNDANG PANDU HIZBUL WATHAN
1. PANDU HW ITU DAPAT DIPERCAYA
Seseorang dapat dipercaya jika Suci dalam fikiran, perkataan dan perbuatan. Kepercayaan
adalah suatu ketulusan, kejujuran, dan keyakinan yang baik sedangkan lawannya dalah
kemunafikan ialah, kebohongan dan standar ganda, serta keyakinan yang buruk. Untuk bisa

Kepanduan Hizbul Wathan | 148


dipercaya kebenaran harus dipegang teguh. Kepercayaan berkaitan dengan nurani/suara hati,
fikran, perbuatan dalam kebenaran meskipun bisa menyebabkan penderitaan atau ketidak
beruntungan. Dalam kepercayaan kita tahu bahwa kesedihan yang jujuradalahlebih baik dari
pada kebahagiaan yang palsu.
Seorang Hizbul Wathan demi kehormatannya akan menjaga kepercayaan yang diberikan
kepadanya.. kehormatan mereka tidak dipertaruhkan demi uang., nama baik, popularitas, diri,
keberhasilan, kekuasaan atau hal lain yang menjebak seseorang untuk berbangga. Kehormatan
Hizbul Wathan itu berlandaskan pada kenyataan adanya kepercayaan yang diberikan oleh orang
lain yang disebabkan oleh kebenaran kata dan perbuatannya.

2. PANDU HW ITU SETIAWAN


Kesetiaan, atau ketaatan merupakan ketahanan keyakinan pada kebenaran. Keyakinan adalah
sikap pengabdian perlawanan terhadap pengingkaran. Kesetiaan menjadikan keberadaan dan
kepribadian seseorang stabil, mantap dan konsisten. Kesetiaan bukanla ketaatan pada sesuatau
yang secara otomatis dan penuh kepatuhan karena hal itu bukan merupakan kesetiaan tetapi
lebih mendekatkan pada rutinitas atau menghindari anggapan kemalasan. Kesetiaan didasarkan
pada nilai-nilai kebenaran yang harus ditaati.
Bagi Hizbul Wathan, dalam menanamkan kesetiaan dinyatakan dalam janji yang pada saat akan
di ucapkan didahului dengan mengucapkan ―basmalah dan syahadat beserta artinya‖ atas
dasar kesetiaan inilah identitas kesetiaan pribadi Seorang HW dibangun. Perubahan terus terjadi
demikian juga perubahan manusia, betapapun hebatnya perubahan ini, sebagai HW identitas
pribadinya didasarkan pada kesetiaan akan janji yang diucapkanya. Hanya melalui kesetiaan
maka memungkinkan membuat rencana hidup yang memproyeksikan komitmen gaya hidup yang
diinginkan.

3. PANDU HW ITU SIAP MENOLONG DAN WAJIB BERJASA


Manusia adalah makhluk social Karenanya akan selalu berhubungan/berinteraksi dengan yang
lain serta lingkungannya. Atas dasar hal-hal tersebut diatas hidup bermasyarakat tidak hanya
sekedar hidup berdampingan saja, namun juga harus saling peduli, saling menolong dan saling
membantu. HW yakin bahwa melakukan pengabdian merupakan suatu perbuatan yang sangat
baik, saling berbagi pengalaman satu dengan yang lainnya. Pengabdian berarti memberikan apa
yang kita dpat dan kita bisa agar orang yang kita jadikan objek merasakan kebahagiaan. Yang
tentunya dalam mengabdi jangan memandang pangkat ataupun status golongan, sifat ikhlas
harus kita kedepankan dengan diiringi rasa kasih sayang nyata, karena segala sesuatuyang kita
kerjakan untuk kebaikan /kebahagian orang lain akan mengembangkan ketahanan spiritual.
Itulah sebabnya mengapa HW mendorong anggota baik dari tingkat atfal-penuntun untuk
melakukan pengabdian atas dasar saling peduli dan saling menghormati dan sebagai bentuk
ketaqwaan kepada Allah SWT yang maha esa.

4. PANDU HW ITU SUKA PERDAMAIAN DAN PERSAUDARAAN


Sebagaimana Firman Allah SWT :
―Kita itu bersaudara tidak ada bedanya antara makhluk Allah baik yang terlahir di daratan eropa
maupun asia semuanya sama dan tentunya yang membedakan adalah ketaqwaannya‖.

5. PANDU HW ITU MENGERTI ADAT, SOPAN SANTUN DAN PERWIRA


Mengerti adat, sopan santun dan perwira adalah sesuatu hal yang harus ada pada diri setiap
anggota HW.

6. PANDU HW ITU PENYAYANG KEPADA SEMUA MAKHLUK


Seorang pandu HW tidak membeda-bedakan antara yang kaya ataupun yang miskin, pandu HW
harus menyayangi semua makhluk tampa membeda-bedakan.

7. PANDU HW ITU MELAKSANAKAN TUGAS TANPA MEMBANTAH


Kadang-kadang ada yang beranggapan bahwa ketrampilan berorganisasi secara tertib nilainya
lebih rendah, harus bekerja sesuai perintah orang yang berwenang. Tertib dan melaksanakan
tugas sampai tuntas adalah ajakan untuk menggunakan kapasitas kita bagi komitmen. Bila

Kepanduan Hizbul Wathan | 149


seorang HW membuat komeitmen, ia bertindak untuk memenuhinya. Itu berarti ia telah
memenuhi Janji dan Undang-undang Hizbul Wathan.
Seorang yang membuat komitmen mengatur waktu mereka guna mencapai tujuan yang
diusulkan dengan ikhlas. Secara tidak langsung ia telah menghorati dirinya sendiri maupun orang
lain, dengan senang hati ia akan membawa tugas yang ia emban.

8. PANDU HW ITU SABAR DAN PEMAAF


Sabar adalah kunci utama keberhasilan manusia dalam berusaha beramal dan beribadah,
mengapa demikian? Ketika manusia mengedepankan sifat keegoisannya belaka, dan lebih
mengedapankan nafsunya saja sudah bisa dipastikan usaha yang ia kerjakan akan berantakan.
Dengan demikian HW harus memiliki sifat sabr disetiap langkahnya, perbutannya dan
pengabdiannya, dan tak lupa selalu menunjukkan cirri-ciri orang yang sehat (anak sehat) yaitu
berteriak lantang kegirangan saat mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Kegembiraan hidup
tidaklah menghalangi kesungguhan sikap terhadap kewajiban dan hubungan. Tetapi keseriusan
ini tidak boleh keliru dengan kemuraman. Kehidupan yang dijalani dengan kegembiraan
keceriaan, mempunyai cita rasa kemenangan tertentu dan menyebarkan perasaan yang luar
biasa akan keberadaannya.
Tidak ada alasan sedikitpun untuk merasa sedih atau marah, dan ada banyak alasan untuk
merasa malu atau kadang-kadang merasa putus asa. Kesedihan kemarahan, kebingungan, dan
keputusasaan berakar pada rasa takut. Takut akan masa depan, atau merasa takut tidak bisa
mengendalikan segala sesuatu yang mungkin akan terjadi.

9. PANDU HW ITU TELITI DAN HEMAT


Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk melestarikan dan mengembangkan ciptaannya di
dunia. Untuk tujuan ini harus digali potensinya dan menggunakannya untuk berperan dalam
membangun dunia. Dengan member yang terbaik yang dapat diberikan secara kreatif dengan
kesadaran penuh akan keragaman keterampilan dan ekspresi manusia.
Sejarah kemajuan usaha manusia, bentuk perubahan social dan ekonomi, ilmiah dan teknologi
yang luar biasa, telah member kesan yang salah bahwa kemajuan dan perkembangan itu terdiri
dari kemajuan ilmu dan penguasaan teknologi, termasuk teknologi informasi. Tentu saja bila
dimanfaatkan dengan baik ilmu dan teknologi seperti halnya cabang ilmu pengetahuan lain, akan
membantu kita eningkatkan kualitas kehidupan. Tetapi hal ini tidak akan berarti tanpa ada usaha
manusia.
Perubahan kemajuan dan perkembangan yang berkembang dari hasil pemikiran, nurani dan
tangan manusia. Tanpa karya dan usaha manusia sangat sedikit yang mungkin terjadi adalah
karya manusia mengatasi penyakit membangun kota, menciptakan bentuk komunikasi yang
cepat dan efesien dan menjadikan proses produksi ke sistem teknis. Dengan kata lain
menjadikan kemajuan menjadi kenyataan dan meningkatkan kualitas kehidupan.
HW tidak hanya sekedar tertarik pada tumpukan barang, karena tahu semua itu tidaklah cukup
untuk kebahagiaan manusia. Mereka tidaklah membiarkan diri terperangkap di dalam masyarakat
yang konsumtif, karena tahu bahwa integritas manusia tidak terletak pada punya apa tetapi pada
keberadaannya.

10. PANDU HW SUCI DALAM PIKIRAN, PERKATAAN, DAN PERBUATAN


Bagian dari Undang-undang HW ini, yang mengacu pada integritas dan kesucian, adalah
pengembangan bahan tulisan asli yang dibuat kemudian Kita sering menghubungkan kesucian
dengan masalah seksual. Dan ini memang bisa di pahami, karena kesucian berkaitan dengan
cinta. Namun, cinta, atau ketidak adaannya, dan kesucian atau ketidak murnian berdampak lebih
jauh ketimbang seks. Sesuatu dikatakan suci bila ia bebas dari segala seuatu yang mengubah
atau mencampuri sifat dasarnya. Maka kesucian yang di pahami sebagai kebersihan hati atau
perbuatan tak tercela sesuai hati nurani, adalah lawan dari kepentingan, keegoisan, ketamakan
dan sesuatu yang kotor yang bisa mencemari ucapan atau perbuatan kita.
Sesuatu yang kita kerjakan dengan enggan atau dengan maksud jahat adalah kotor, sesuatu
yang murtad, rendah, busuk atau menjadi hina adalah kotor, dan sesuatu yang memutar balik
rasa dari apa yang kita pikirkan atau kerjakan. Adalah hal yang kotor mengatakan yang
sebenarnya hanya bila itu akan menyenangkan diri sendiri, berpura-pura setia, memanfaatkan

Kepanduan Hizbul Wathan | 150


orang lain sambil berpura-pura membantu mereka, mau berbagi dengan mereka yang bisa
menguntungkan diri, menyamarkan ejekan dalam humor, mengerjakan sesuatu karena terpaksa.
Dalam kehdupan seksual kita, kesucian bukan berarti tidak adanya nafsu, yang jika hal ini terjadi
berarti penyakit, juga bukan berarti sama dengan ketidak pedulian atau kenaifan. Bukan hal yang
buruk untuk saling mencintai tetapi adalah buruk kalau hanya mencintai diri sendiri, mencintai
orang lain seolah-olah dia adalah objek, mencari kenikmatan bukannya cinta, engambil
kesenangan bukannya memberi kegembiraan, menikmati seperti seseorang menikmati makanan
atau anggur, memiliki dan menghabiskan.
Kesucian adalah mencintai orang lain dengan kesungguhannya seperti seseorang
menghormatinya, menjaganya, meskipun berlawanan dengan keinginan kita. Cinta yang
memberi dan melindungi, cinta dari persahabatan, kebijakan , cinta dari kemurahan hati, adalah
cinta yang murni.
Oleh karena itulah HW untuk melihat dengan baik diri sendiri, secara terus menerus menanyakan
integritas jiwa, pikiran, perkataan dan perbuatan.

Kepanduan Hizbul Wathan | 151


BAB V
PELANTIKAN PANDU HIZBUL WATHAN

Sebuah pelantikan diadakan penyeledikan batin diri sendiri yang disebut “vigillie” atau renungan jiwa.
Vigillie dilakukan di tempat yang tenang dan penuh kenangna. Isinya bebebrapa pertanyaan untuk
dirinya sendiri dan yang harus di jawab oleh dirinya sendiri, bagi dirinya sendiri vigillie di buat dalam
bentuk kecil yang sewaktu-waktu dapat dibaca lagi bila penghela mendapatkan kesulitan.

A. Upacara pembukaan latihan Athfal


No. Acara Keterangan
1. Ramanda/Ibunda datang ke arena, memberi Tangan ditepuk sekali, membuat isyarat
isyarat sembunyi pada Athfal. berpencar. Athfal sembunyi dibalik pohon,
dinding atau mendekam.
2 Ramanda/Ibunda berseru, ―Aulaaaadiiii.....!‖ Sambil memberi isyarat lingkaran besar.
3 Semua Athfal menjawab, ―Ya Ramanda/Ibunda‖ sambil lari membuat lingkaran dengan
bergandeng tangan.
4 Ramanda/Ibunda memberi isyarat siap semua Athfal menurunkan tangannya dengan
(menurunkan tangan) cepat, tetapi tidak berbunyi. Kalau berbunyi
diulang.
5 Ramanda/Ibunda memegang tiang bendera Bendera rumpun dipasang di totem.
rumpun.
6 Athfal merentangkan tangannya, telapak tangan Sesudahnya tangan diturunkan, sikap siap.
dihadapkan kepada Ramanda/Ibunda, dada
terbuka/dibusungkan, kepala agak ke atas;
kemudian semua Athfal berseru, ―Ya
Ramanda/Ibunda, mi slu tap giat.‖
7 Ramanda/Ibunda berkata, ―Giat, giat, giat, giat kesatu sampai ketiga dengan suara
giatlah!‖ perlahan, keempat dengan suara yang keras.
8 Semua Athfal berkata, ―Mi kan giat, tap giat, Pada teriakan terakhir, tangan kanan
giaaat.‖ dikepalkan, kaki kiri maju selangkah, pada akhir
kata ―aaat‖ kaki kanan maju (sikap siap)
9 Athfal bersikap hormat, Ramanda/Ibunda Pemimpin rumpun juga harus memberikan
mengucapkan ―Assalamu‘alaikum wr. wb.‖, salam
Athfal menjawab ―Wa‘alaikumussalam wr. wb.‖
10 Ramanda/Ibunda mengucapkan terima kasih
atas perhatian dan kedatangan semua Athfal
11 Ramanda/Ibunda memanggil salah seorang Menyebut namanya
Athfal untuk membacakan Undang-Undang
Athfal
12 Athfal yang dipanggil menjawab, ―Ya kemudian lari ke hadapan Ramanda/Ibunda,
Ramanda/Ibunda‖ setelah berhenti, memberi salam,
Ramanda/Ibunda membalasnya.
13 Ramanda/Ibunda menyuruh Athfal yang Ucapan tidak perlu ditirukan
bersangkutan supaya balik kanan, kemudian
disuruh membaca Undang-Undang Athfal.
14 Setelah selesai, anak yang bersangkutan Ramanda/Ibunda menyuruh anak itu kembali ke
menghadap Ramanda/Ibunda dan memberi lingkaran.
salam kepada Ramanda/Ibunda.
15 Ramanda/Ibunda memanggil seorang lahi untuk Sama dengan cara Undang-Undang Athfal.
membaca perjanjian, kalau perlu seorang lagi
untuk memimpin do‘a.
16 Pemimpin rumpun yang lain segera menyiapkan Perhatikan alat-alat sudah siap sebelumya
kegiatan

B. Upacara penutupan latihan Athfal


No. Acara Keterangan
1. Ramanda/Ibunda datang ke arena, memberi Tangan ditepuk sekali, membuat isyarat
isyarat sembunyi pada Athfal. berpencar. Athfal sembunyi dibalik pohon,

Kepanduan Hizbul Wathan | 152


dinding atau mendekam.
2 Ramanda/Ibunda berseru, ―Aulaaaadiiii.....!‖ Sambil memberi isyarat lingkaran besar.
3 Semua Athfal menjawab, ―Ya Ramanda/Ibunda‖ sambil lari membuat lingkaran dengan
bergandeng tangan.
4 Ramanda/Ibunda memegang tiang bendera
rumpun, sambil berkata, ―cepat, cepat, cepat!‖.
5 Ramanda/Ibunda memberi isyarat siap semua Athfal menurunkan tangannya dengan
(menurunkan tangan) cepat, tetapi tidak berbunyi. Kalau berbunyi
diulang.
6 Athfal merentangkan tangannya, telapak tangan Sesudahnya tangan diturunkan, sikap siap.
dihadapkan kepada Ramanda/Ibunda, dada
terbuka/dibusungkan, kepala agak ke atas;
kemudian semua Athfal berseru, ―Ya
Ramanda/Ibunda, mi slu tap giat.‖
7 Ramanda/Ibunda berkata, ―Giat, giat, giat, giat kesatu sampai ketiga dengan suara
giatlah!‖ perlahan, keempat dengan suara yang keras.
8 Semua Athfal berkata, ―Mi kan giat, tap giat, Pada teriakan terakhir, tangan kanan
giaaat.‖ dikepalkan, kaki kiri maju selangkah, pada akhir
kata ―aaat‖ kaki kanan maju (sikap siap)
9 Athfal bersikap hormat, Ramanda/Ibunda Pemimpin rumpun juga harus memberikan
mengucapkan ―Assalamu‘alaikum wr. wb.‖, salam
Athfal menjawab ―Wa‘alaikumussalam wr. wb.‖
10 Ramanda/Ibunda memberikan
sambutan/nasehat sesuai dengan tema latihan,
dilanjutkan dengan do‘a.
11 Pengumuman-pengumuman, timbang terima Barisan dibubarkan, Athfal minta diri kepada
petugas, dll. pemimpin Athfal sambil bersalaman.

C. Syarat-syarat pelantikan
1. Ada yang dilantik
2. Ada yang melantik
3. Ada berita acara pelantikan

D. Persiapan pelantikan
Sebelum pelantikan, pemimpin satuan harus mengadakan pertemuan dengan anggota yang akan
dilantik untuk menjelaskan maksud pelantikan, kewajiban apa yang harus dipenuhi sesudah
pelantikan, sanksi/kemadharatan apabila kewajiban tidak ditepati keuntungan di dunia dan di akhirat
apa yang akan diperoleh bila perjanjian ditepati.

E. Proses pelantikan
1. Pelantikan Athfal
a. Semua Atfhal berdiri dalam lingkaran besar
b. Bendera rumpun dalam standar terletak di tengah lingkaran. Rumbai rumpun sudah dipasang
tanda ada pelantikan
c. Athfal yang akan di lantik maju selangkah
d. Ramanda/ibunda berdiri di tengah-tengah dekat bendera
e. Pet/topi diletakan di atas meja/tanah di depan kaki ramanda/ibunda
f. Ramanda/ibunda memanggil nama anak yang akan di lantik
g. Anak menjawab dan lari ke hadapan ramanda/ibunda serta berdiri tegak
h. Ramanda/ibunda bertanya
 Rmd/Ibnd : sungguh kamu akan menjadi HW
 Calon Athfal : Ya Rmd/Ibnd
 Rmd/Ibnd : Tahukah kamu arti Al-Amin?
 Calon Athfal : Ya,Rmd/Ibnd
 Rmd/Ibnd : Sebutkanlah !
 Calon Athfal : Al-Amin adalah gelarNabi Muhammad saw padasaatbeliau masih kecil,
sebab beliau senantiasa dapat dipercaya
 Rmd/Ibnd : mengertikah kamu akan undang-undang Athfal?
 Calon Athfal : Ya Rmd/Ibnd

Kepanduan Hizbul Wathan | 153


 Rmd/Ibnd : sebutkanlah !
 Calon Athfal : satu, Athfal itu selalu setia dan berbakti pada Ayah dan Bunda, dua,
Athfal itu selalu beranidan teguh hati
 Rmd/Ibnd : Sanggupkah kamu berjanji ?
 Calon Athfal : Ya Rmd/Ibnd. Semua Athfal memberi hormat, Bismillahir Rahmanir
Rahim (dengan artinya)
Asyhadu alla ilaha illallah waasyhadu anna Muhammadar Rasulullah
(dengan artinya) mengingat harga pernyataan saya, maka saya berjanji
dengan sungguh-sungguh, satu, mengerjakan kewajiban saya
terhadap Allah, dua, selalu menurut undang-undang Athfal setiap hari
berbuat kebajikan.
 Rmd/Ibnd : Ya, saya percaya kepadamu dengan sungguh-sungguh bahwa kamu
akan menepati perjanjian ini, danundang-undang Athfal dengan baik.
Hari ini kamu telah menjadi anggota kepanduan HW khususnya dan
persaudaraan pandu sedunia padaumumnya. Kemudian pet di
pakaikan bersama dengan ucapan, pet/topi dapat kamu gunakan
sebagai alatyang dapat melindungi kamu ketika panasdan hujan‖
(sekadarnya). Setelah itu kacu di pasang dengan ucapan, ―kacu ini
menunjukan bahwa kamu adalah pandu, warna hijau bergambar
matahari ―
Maka dari itu jagalah nama baik organisasimu dan mudah-mudahan kamu dapat menolong
teman-temanmu sekadarnya, seperti pet/topi yangdapatsekadarnya melindungi kamu.
Memberi salam kepada Rmd/Ibnd. Sambil mengambil tanda melati dengan tangan kiri,
kemudian di pasang sendiri (berarti aku telah berani meletakan kehormatanku dan aku berani
menyelesaikan urusanku sendiri). Setelah selesai memasang lalu balik kanan, memberi
hormat kepadateman-temanya. Setelah selesai memberi hormat beriap berdiri tegak.
Rmd/Ibnd kemudian memegang bahu anak itu dari belakang sambil berkata, ―sekarang kamu
saya pegang dansaya lepaskan, masukanlah ke dalam lingkaran (sambil didorong agar Athfal
tadi lari ke dalam lingkaran)‖

2. Pelantikan Athfal Melati Satu, Dua, Tiga


 Semua Athfal berdiri dalam lingkaran.
 Bendera dipasangdi tengah lingkaran, pada sandaran. Bendera tergulung ditutup dengan
sarung putih.
 Pemimpin Kuntum Utama maju diiringi oleh dua orang Pemimpin Kuntum Utama (PKU)
mengambil bendera dari sandarannya, dua orang PK membuka sarung putih, kemudian
bendera disimpan lagi pada sandarannya. Padasaat ini Rmd atau Ibnd bersembunyi. Setelah
bendera berkibar, Rmd/Ibnd, baru datang.
 Rmd/Ibnd berdiri di depan bendera dan memberi salam kepada PKU dan dua orang PK, lalu
menyuruh kembali kedalam lingkaran, semua athfal memberi salam.
 Anak yang akan dilantik maju selangkah dari lingkaran. Rmd/Ibnd memanggilnya. Rmd/Ibnd
berkata, ―Saya telah tahu kegiatanmu dalam Rumpun. Sekarang kamu akan saya lantik
menjadi Athfal Melati Satu/Dua/Tiga.
 Rmd/Ibnd memberi salam kepada Anak. Anak membalas salam tadi. Kemudian Rmd/Ibnd
memegang tiang bendera dengan tangan tiri diikuti dengan ucapan ,‖Ulangilah janjimu! ―
 Calon melati Satu/Dua/Tiga, ―Saya mengulangi janji saya, mengingat......................sampai
tamat.
 Pembantu Rmd/Ibnd maju memasang tanda Melati Satu/Dua/Tiga.
 Setelah selesai upacara Rmd/Ibnd memberi nasehat seperlunya.

3. Pelantikan Pemimpin Kuntum, Pemimpin Kuntum Muda dan Pemimpin Kuntum Utama.
 Semua Athfal berdiri dalam lingkaran.
 Urutan acara sama dengan pelantikan Athfal Melati.
 Pada waktu mengucapkan janji memegang rumbai rumpun dengan tangan kiri, tangan kanan
hormat kepada Rmd/Ibnd.Rmd/Ibnd membalas salam yang dilantik. Tangan kanan Rmd/ Ibnd
diletakan di atas tangan yang dilantik.
 Rmd/Ibnd memasang tanda jabatan.

Kepanduan Hizbul Wathan | 154


4. Persiapan pelantikan
Sebelum pelantikan, pemimpin satuan harus mengadakan pertemuan dengan anggota yang
akan dilantik untuk menjelaskan maksud pelantikan, kewajiban apa yang harus dipenuhi sesudah
pelantikan, sanksi/kemadharatan apabila kewajiban tidak ditepati keuntungan di dunia dan di
akhirat apa yang akan diperoleh bila perjanjian ditepati.

5. Proses pelantikan
a. Pemimpin regu sambil membawa Pengenal yang akan naik tingkat lapor kepada pemimpin
pasukan bahwa dari regunya ada anggota yang menempuh SKT purwa, SKP dan siap untuk
menerima tanda kenaikan tingkat /TKP (sebut nama TKP-nya).
b. Pemimpin pasukan menerima dengan baik laporan tersebut dan memberikan pengantar
seperlunya.
c. Pengenal yang bersangkutan disuruh maju satu langkah.
d. Pemimpin pasukan meminta agar Pengenal berjanji sebagai berikut : ―Saya berjanji dengan
sungguh-sungguh akan mengerjakan kewajiban saya sebagai HW tingkat...... dan bersedia
dicabut tanda tersebut apabila saya melanggar perjanjian tetapi saya akan berusaha agar
saya tidak melanggar perjanjian.‖
e. Pembawa acara mengomando penghormatan.
f. Setelah selesai disematkan kepada Pengenal yang bersangkutan.
g. Upacara selamat dari pemimpin pasukan dan pembantunya, serta pemimpin regunya.
h. Pemimpin regu lapor kepada pemimpin pasukan bahwa upacara kenaikan tingkat/penyerahan
TKT/TKP selesai. Pemimpin regu membawa Pengenal yang bersangkutan ke regunya.
i. Upacara selesai. Ucapan selamat dari Pengenal yang ikut upacara kepada yang menerima
TKT/TKP, dilanjutkan dengan kegiatan lain.

6. Pelaksanaan Upacara :
a. Para penghela berdiri berjajar dalam bentuk V saling berhadapan, pemimpin kerabat (kafilah)
berdiri dekat sudut V, kemudian ia membuka pertemuan
b. Setelah memberi kata pengantar ia menyuruh seorang penghela untuk menjemput Rimata
supaya hadir di tempat upacara.
c. Setelah Rimata datang kafilah menyerahkan pimpinan pertemuan kepada Rimata
d. Setelah dibacakan kata Sandi Rimata membuka pertemuan secara resmi ditandai dengan
menancapkan kapak dsb
e. Rimat mempersilahkan para penanggung untuk menjemput calon yang akan dilantik
f. Setelah diizinkan masuk tempat pertemuan calon yang diapit oleh dua orang penanggung
masuk tempat pertemuan dan berdiri di dalam V di tengah-tengah menghadap Rimata
g. Rimata menjelaskan maksud tujuan dan makna pelantikan beratnya tanggung jawab
penghela secara singkat. Kemudian Rimata memberi kesempatan kepada calon untuk berfikir
dan memutuskan apakah ia sanggup dilantik atau belum. Rimata dan yang hadir
membelakangi calon supaya dapat berfikir dengan tenang
h. Kalau calon tetap berdiri di tempatnya berarti ia sanggup dilantik
i. Rimata mempersilahkan yang hadir menghadap kearah semula dan pelantikan dilanjutkan.
j. Skema pelantikan

O
Rimata
X
Meja

O ` O O
Penanggung Calon Penanggung

Contoh tanya jawab :


Rimata : calon penghela ...apakah kedatanganmu disini telah kamu
pertimbangkan masak-masak dengan hati ikhlas untuk dilantik sebagai
penghela pembela Islam sejati?
Calon : ya, Sudah

Kepanduan Hizbul Wathan | 155


Rimata : namun demikian kepadamu aku masih memberi kesempatan untuk
berfikir lagi sebelum saatmu dilantik sebagai penghela tiba, karena
mengingat beratnya tanggung jawabmu, lebih-lebih kepada Allah.
Rimata : hadirin kami persilahkan membelakangi calon penghela untuk
memberi kesempatan kepadanya mengundurkan diri bila ia tidak
sanggup dilantik.
Rimata : terimakasih atas keteguhan niatmu. Engkau insaf betapa beratnya
tanggung jawabmu sebagai penghela.
Rimata : penanggung kejiwaan .... apakah pertanggung jawabanmu akan calon
penghela ..... (sebut namanya) ini tentang akhlaq budi pekertinya?
Penanggung Jiwa : Rimata saya sebagai penaggung kejiwaaan menyatakan bahwa akhlaq
calon penghela.... dapat saya pertanggung jawabkan.
Rimata : Terima kasih
Rimata : penanggung teknik... apakah tanggung jawabmu akan calon penghela
... tentang ketangkasan tekniknya?
Penanggung teknik : Rimata saya penanggung teknik calon penghela.... menyatakan bahwa
ketangkasan tekniknya tidak mengecewakan.
Rimata : Terima kasih calon penghela....kamu sekarang telah memasuki pintu
kepenghelaan suatu pendidikan yang membangunkan kebaktian dalam
ajarannya. Maukah kamu berbakti dengan ikhlas sekalipun tak ada
orang yang melihatmu?
Calon : ya, sanggup Insya Allah
Rimata : apakah kerelaan dan kebaktianmu itu?
Calon : saya rela bertuhan Allah, beragamakan Islam, dan ber-Nabi-kan
Muhammad SAW
Rimata : Terima kasih kami telah mendengar akan kerelaan yang engkau
ikrarkan dalam majlis ini. Semoga menjadikan semangatmu dalam
menunaikan baktimu. Engkau telah mulai melangkah ke depan tetapi
apakah engkau bersedia menghilangkan noda-noda pada waktu
lampau, meninggalkan nafsumu yang jelek?
Calon : ya, bersedia
Rimata : penanggung suruhlah calon membersihkan tangan, mulut hidung, dan
wajah engan alat yang tersedia. Kemudian penanggung dan calon
maju dua langkah.
Rimata : kehormatan adalah suci tetapi tiadalah yang terlemah padamu, kecuali
kehormatan janganlah kehormatan ini baik-baik. Rimata lalu menampar
pipi calon (tidak keras)
Rimata : kemudian memegang bahu calon sambil berkata ―bangunlah kesatria
muda pembela islam sejati, jadilah engkau pembela bagi setiap
kebenaran! Berat, berat sekali apa yang engkau hadapi. Bersediakah
engkau mengulangi janjimu, janji pandu, kami saksikan, dan engkau
ucapkan dengan ikhlas mengingat kehormatan?
Calon : ya bersedia
Rimata berjanjilah! Calon mengucapkan janji
Rimata : Terima kasih atas janjimu itu, saya yakin akan keikhlasanmu. Kini
engkau telah menjadi penghela yang seluas-luasnya. Para
penanggung kami minta kalian memasang tanda-tandanya, melati
menandakan ke HW-an. Topi melambangkan tanggung jawab yang
besar, kacu leher hijau menandakan kepanduan HW. Tongkat
bercabang menunjukkan bakti dan hidup di luar, selamatlah kesatria
muda, pembela islam sejati. Selamat datang di dunia kepenghelaan
dan kepanduan HW, selamat memandu, semoga Allah selalu
menyertaimu. Aaamiin.

Kepanduan Hizbul Wathan | 156


BAB IV
PERATURAN SALAM HW

1. Cara memberikan dan menerima salam :


Salam/hormat lima jari kanan rapat.
Mencucapkan ―Assalamu‘alaikum warahmatullah wabarakatuh‖

2. Ketentuan memberikan salam


a. Dalam keadaan tidak berjalan (berhenti). Sikap sempurna, angkat tangan kanan, jari tangan
kanan dirapatkan pada kening atau ujung topi.
b. Waktu berjalan tidak usah berhenti, angkat tangan kanan, lima jari rapat, ujung jari telunjuk pada
kening/ujung topi. Bila jaraknya jauh tak usah mengucapkan salam.
c. Bila membawa barang dengan kedua belah tangan, cukup dengan menganggukkan kepala,
barang tak usah diletakkan.
d. Dalam parade/barisan, yang memberi hormat cukup pemimpinnya.
e. Bila membawa tongkat pada tangan kiri, kita hormat dengan tangan kanan. Bila tongkat pada
tangan kanan, tongkat dipindahkan ke tangan kiri, baru memberi hormat dengan tangan kanan.
f. Hormat dan jabat tangan dijalankan berurutan, yaitu hormat dulu baru jabat tangan dengan
tangan kanan (dengan yang sejenis).
g. Yang dahulu melihat, dialah yang terlebih dahulu memberi salam.
h. Hormat diberikan ketika beruniform dan pada waktu tidak beruniform.

3. Waktu dan tempat memberikan salam


a. Hormat kepada jenazah, dilakukan sebagai berikut :
1) Ketika berjumpa, berhenti dulu, lalu memberi hormat.
2) Pada waktu jenazah sejalan/sejurusan dengan kita, sedangkan kita ingin mendahuluinya, beri
salam sebelum kita mendahului ke arah jenazah itu.
3) Setelah kita berada di depannya, bantulah (bila perlu) sekadarnya mengatur kelancaran
perjalanan.
b. Dalam pelantikan hormat diberikan bersama-sama dengan aba-aba/isyarat yang diberikan oleh
pembawa acara.

4. Orang-orang yang diberikan salam


a. Teman sendiri dan para pemimpin atasannya
b. Kepanduan lain
c. Jenazah
d. Upacara-upacara yang di dalamnya terdapat pembacaan/ulang janji

Kepanduan Hizbul Wathan | 157


BAB VII
ORGANISASI QABILAH

1. Pendahuluan
Qabilah merupakan wadah untuk menghimpun anggota Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, baik
peserta didik, anggota pembina, maupun anggota kehormatan. Dan sebagai ujung tombak dalam
kesatuan organik, karena proses pendidikan progresif diselenggarakan disatuan-satuan. Untuk itu
qabilah Putra terpisah dengan qabilah putri yang masing-masing dipimpin oleh seorang Pemimpin
qabilah

2. Tujuan dibentuk Qabilah


a. Efesiensi dan efektivitas pengelolaan dalam tujuan organisasi
b. Efesiensi dan efektivitas serta menjamin pelaksanaan proses terjadinya pendidikan progresif
secara utuh dan bermutu
c. Terjaminnya pelaksanaan Sistem Kepanduan sebagai pendidikan yang sehat, terencana, dan
praktis
d. Sebagai wahana terjadinya interaksi sesama anggota dewasa berukhuwah islamiyah

3. Bentuk Kelompok
a. Satu Rumpun Athfal terdiri dari 12-40 anak berusia 6-10 tahun.
b. Satu Pasukan Pengenal terdiri dari 12-40 remaja berusia 11-15 tahun.
c. Satu Kerabat Penghela terdiri dari 4-40 pemuda berusia 16-20 tahun
d. Satu Kafilah Penuntun terdiri dari 4-40 pemuda dewasa berusia 21-25 tahun.

4. Ketentuan
a. Tiap Rumpun terdiri dari 4 Kuntum.
Setiap Kuntum memakai nama warna yang dipilihnya sendiri, misalnya : Merah, Putih, Biru,
Kuning, Hijau, dan sebagainya.
b. Tiap Pasukan terdiri dari 4 Regu.
Setiap Regu memakai nama yang dipilihnya sendiri, untuk putra memakai nama hewan, untuk
putri memakai nama bunga atau tumbuhan. Tiap regu ditandai dengan sebuah benderaa regu
c. Tiap Kerabat terdiri dari 4 Ikhwan/Akhwat.
Satuan Ikhwan/Akhwat memakai nama lambang sesuai dengan aspirasinya dengan ketentuan
nama lambang tidak sama dengan lambang yang dipakai oleh organisasi lain

5. Pemimpin
a. Qabiah dipimpin oleh seorang Pemimpin Qabiah, yang dipilih melalui Musyawarah Qabilah
b. Rumpun dipimpin oleh 4 orang dewasa
c. Pasukan dipimpin oleh 3 orang dewasa
d. Kerabat dipimpin 0leh 2 orang dewasa

6. Struktur Organisasi

Kepanduan Hizbul Wathan | 158


7. Buku-buku yang seharusnya ada dalam suatu qabilah
a. Persiapan pelatihan
Perangkat persiapan pelatihan dalam bentuk administrasi disebut juga administrasi
penyelenggaraan pelatihan, yaitu :
1) Usulan kegiatan pelatihan
2) Keputusan kwartir tentang pengesahan pelatihan
3) Daftar nama panitia penyelenggara pelatihan
4) Daftar nama pelatih atau trainer penceramah, narasumber, instruktur
5) Daftar nama pustaka
6) Evaluasi panitia penyelenggara
7) Laporan pelatihan
8) Sertifikat pelatihan atau surat tanda selesai pendidikan dan pelatihan
9) Daftar riwayat hidup, pekerjaan dan pengabdian
10) Ucapan terimakasih
11) Piagam pengabdian
12) Buku induk peserta pendidikan dan pelatihan
b. Administrasi pelaksanaan pelatihan
1) Tata tertib pelatihan
2) Daftar hadir peserta pelatihan
3) Rekapitulasi daftar hadir peserta atau pelatih atau panitia
4) Jadwal kegiatan model format
5) Jadwal kegiatan model matrik
6) Jadwal kelompok kerja
7) Perlengkapan kelompok pelatih
8) Persiapan atau rencana mengajar
9) Lembar penugasan
10) Rekapitulasi hasil tugas, presensi,dll, dari peserta pelatihan
11) Penilaian peserta yang praktik paparan oleh peserta lain
12) Penilaian pelatih pendamping kepada peserta pelatihan di kelompoknya
13) Rekapitulasi hasil skor test awal dan test akhir
c. Penyelesaian pelatihan
1) Laporan singkat pelaksanaan pelatihan
2) Serifikat atau surat keterangan atau STTP atau ijazah
3) Pengembangan dan pemantapan
d. Administrasi yang lain :
1) Bentuk Stempel Kop Surat Kwartir dan Qabilah
2) Form Pendaftaran Anggota
3) Contoh Bikin Proposal Kegiatan
4) Papan Nama Kwartir / Qabilah
5) Form Buku Daftar Induk
6) Laporan Data semester Qqabilah
7) Form Buku Catatan Penting Log Book
8) Form Buku Kerja Tahunan
9) Form Buku Kas Keuangan Satuan / Qabilah
10) Form Buku Daftar Infventaris
11) Form Buku Tamu
12) Form Catatan Pribadi anggota
13) Form Pelaporan Data Potensi Qabilah
14) Form Surat Masuk Surat Keluar
15) Pengelolaan Administrasi dan Keuangan Qabil;ah
16) Menyusun Berita Acara Pengukuhan Dewan Satuam
17) Bikin Laporan Kegiatan
18) Form Program Latihan
19) Tata cara pemberian Nomor Surat Kwartir dan Qabilah
20) Form Absen Latihan Regu
21) Struktur Pasukan, Dewan Satuan, Qabilah & Kwartir

Kepanduan Hizbul Wathan | 159


BAB VIII
LAMBANG, SIMBOL, BENDERA, MARS,
DAN HIMNE GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN

A. Lambang
Lambang HW adalah lingkaran dengan gambar matahari bersinar utama dua belas
dengan monogram HW di tengahnya. Sinar matahari berjumlah dua belas bermakna
bahwa setiap pandu HW diharapkan mampu memancarkan sinar pribadi muslim
sehari penuh kepada masyarakat, bangsa, dan negara.

B. Simbol
Simbol HW sebagai jati diri adalah lingkaran dengan gambar sekuntum bunga
melati yang di dalamnya terdapat pita bertuliskan ―Fastabiqul Khairat‖ dengan huruf
arab yang bermakna berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan.
Kuncup bunga melati dengan daun mahkota berwarna putih berarti suci, berjumlah
lima helai bermakna rukun Islam. Daun kelopak berjumlah enam bermakna rukun
Iman. Dua lembar daun bermakna dua kalimat syahadat, bunga melati menunjuk ke
atas berarti setiap pandu bercita-cita tinggi, ditopang oleh selembar pita berbentuk
mulut tersenyum, artinya setiap pandu selalu senyum dalam keadaan suka dan
duka

C. Motto
Fastabiqulkhairat yang berarti berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan ( Q.S. 2:148; Q.S.5:48)

D. Bendera
Bendera resmi HW berbentuk empat persegi panjang dengan perbandingan lebar
dan panjangnya dua berbanding tiga. Di dalamnya berisi enam garis hijau yang
bermakna rukun Iman dan lima garis kuning yang bermakna rukun Islam. Garis
hijau dan kuning diletakkan berselang-seling.
Di sudut sebelah kiri atas terdapat lambang HW berwarna putih di atas dasar persegi panjang hijau,
dengan ukuran lebar dan panjangnya masing-masing sepertiga lebar dan sepertiga panjang
bendera.
Ukuran bendera resmi sama untuk seluruh tingkatan dan qabilah, yaitu 135 x 90 cm. Bendera
Penghela, Pengenal, dan Athfal disesuaikan dengan ciri khas dan kebanggaan masing-masing.

E. Mars dan Himne


Mars resmi HW adalah ―Mars HW‖ dan Himne HW adalah ―Hizbul Wathan Pandukku‖

Kepanduan Hizbul Wathan | 160


BAB IX
ATRIBUT HIZBUL WATHAN

A. ATHFAL
1. Tanda dan atribut pandu Athfal
a. Tutup Kepala (topi ) Putra-Putri
Keterangan topi pandu Athfal :
 Tutup kepala pandu Athfal berbentuk setengah lingkaran dengan
belahan 5,warna hijau diantara belahan plipit warna kuning medium, dari
titik atas melengkung kearah bawah (lihat gambar di atas)
 5 Belahan mengandung arti 5 rukun Islam
 Lencana topi pandu Athfal melatih dalam lingkaran
b. Jilbab(putri)
Keterangan jilbab pandu Athfal :
 Jilbab warna khaki berbentuk mukena dengan tali melingkar dari
samping kanan kearah samping kiri.
 Lingkar jilbab bawah dimasukkan dalam baju (lihat gambar diatas)
c. Tanda topi ( Putra-putri)
Keterangan lencana topi pandu Athfal :
 Lencana topi pandu Athfal, berbentuk bulat dengan dasar warna kuning tua.
 Melati atau daun warna kuning emas ( muda)
 Lencana dibuat bahan plastik, logam, kain, bordir atau sablon (lihat gambar diatas)
 Diameter 4,5 cm
d. Duk(Sal leher ) Putra-putri
Keterangan duk (sal leher) :
 Warna dasar hijau tua dengan plisir kuning muda (medium) lebar
maksimal 1 cm
 Lambang matahari HW diameter lingkaran maksimal 8 cm diletakkan diantara ujung runcing
pelisir kuning dengan jarak dari bawah maksimal 2,5 cm (lihat pada gambar)
 Pemakaian duk digulung rapi.
e. Ikat Pinggang pandu Athfal Putra-putri
Keterangan ikat pinggang :
 Ikatan pinggang pandu Athfal warna hitam dengan timang kepanduan HW
 Timang warna kuning emas atau putih perak
f. Kemeja (hem) Athfal putri
Keterangan kemeja (hem) pandu Athfal putri
 Kemeja dengan saku 4, dua saku diatas ikat pinggang dua saku
dibawahnya, warna kemeja khaki tua.
 Ujung lengan dengan manset ( kancing) atau tidak
 Kemeja dipakai diluar pinggang celana
g. Kemeja atau hem untuk putera
Keterangan :
 Kemeja dengan saku dua,warna kemeja khaki tua.
 Ujung lengan dengan manset(kancing) atau tidak.
 Kemeja di dalam (dimasukkan) pinggang celana
h. Celana Pandu Athfal putra putri
Keterangan :
 Celana pandu Athfal putri dengan 2 saku di samping kanan dan kiri

i. Kaos kaki dan sepatu putra putri


Keterangan :
 Warna kaos kaki hitam, panjang kaos kaki sampai dengan betis
 Warna sepatu hitam bertali
 Bahan sepatu kain atau kulit(lihat gambar)

Kepanduan Hizbul Wathan | 161


2. Tanda Kelengkapan Pandu
a. Badge kwartir wilayah(provinsi) Putra-putri

b. Lokasi Kwartir Daerah(kota atau kabupaten) (putra-putri)

c. Nomor Pangkalan Qabilah (putra-putri)


Keterangan :
 Dasar warna nomor Qabilah hijau muda,warna nomor kuning medium
 Ukuran angka tinggi 1 cm(lihat gambar)
Arti nomor :
03 = kode kwarcab 02 = kode pangkalan ( asrama, sekolah) 45 = nomor urut qabilah
d. Nama anggota pandu Athfal (putra-putri)
Keterangan nama (dada) :
Dasar khaki tua dengan huruf warna hitam dengan ukuran
maksimal lebar 2 cm, panjang 10 cm (lihat gambar)
e. Tanda kenaikan tingkat pandu Athfal (putra-putri)
Keterangan tanda kenaikan tingkat :
Penempatan tanda kenaikan tingkat pandu Athfal diatas nama dada (saku
kanan atas)
f. Tanda jabatan (putra-putri)
Keterangan tanda jabatan pandu Athfal :
Tanda jabatan pandhu Athfal ada 3
 Pemimpin Kuntum Utama (pita 3) warna kuning ukuran
maksimal 4x6 cm
 Pemimpin Kuntum (pita 2) warna kuning ukuran maksimal 2,5x6 cm
 Wakil Pemimpin Kuntum (pita 1) warna kuning ukuran maksimal 2 x6 cm
g. Tanda pelantikan umum pandu Athfal (putra-putri)
Keterangan :
 Tanda pelantikan dengan ukuran 5x5 cm, dasar lambang kuning
tua,dengan gambar lambang kuning muda.
 Penempatan tanda pelantikan umum, ditengah-tengah saku kiri atas.
h. Tanda penghargaan (putra-putri)
Keterangan :
 Tanda penghargaan tahunan,bentuk lingkaran dengan ukuran 1,5 cm
bintang sudut 5 (1 tahun) dasar kuning tua bintang kuning emas.
 Penempatan lencana penghargaan tahunan diatas saku kiri
i. Tanda Kuntum (putra-putri)
Keterangan :
 Tanda kuntum dengan warna dasar 5 macam, merah, putih, kuning,
hijau,hitam.
 Ditengah-tengah segitiga tumpul lambang melati dan daun warna kuning emas, dasar
lingkaran cokelat
 Penempatan lambang kuntum di lengan kiri atas, 3 cm dari jahitan pangkal lengan
j. Tanda kecakapan pandu Athfal(putra-putri)
Keterangan :
 Pemasangan TKP (tanda kecakapan pandu) di lengan sebelah kiri
dan kanan di bawah tanda kuntum, tanda regu, tanda kawan
 Tiap-tiap lengan maksimum 5 buah TKP selebihnya ditempel pada lembar kain prestasi
k. Tali peluit dan peluit (putra-putri )
Keterangan :
Tali peluit warna hitam, dikalungkan pada leher , Peluit pandu adalah peluit
morse

Kepanduan Hizbul Wathan | 162


B. PENGENAL
1. Tanda dan atribut Pandu Pengenal
a. Tutup Kepala (topi ) Putra-Putri
Keterangan topi pandu Pengenal :
 Tutup kepala Pandu Pengenal putri berbentuk pet, warna hijau.
 Baret warna hijau (infanteri) dipakai miring ke kanan, lencana baret di
sisi kiri.
b. Jilbab(putri)
Keterangan jilbab pandu Pengenal :
Jilbab warna khaki berbentuk mukena dengan tali melingkar dari samping
kanan kearah samping kiri.Lingkar jilbab bawah dimasukkan dalam baju.

c. Tanda topi ( Putra-putri)


Keterangan lencana topi pandu Pengenal :
 Lencana topi pandu Pengenal Putri, segi empat tumpul ukuran 4.5 x 5.5
cm dasar merah terang
 Gambar Melati dan daun dalam lingkaran matahari dengan ujung utama 10 diapit 2 sayap,
berpangkal pada pita
d. Duk(Sal leher) dan Ring ( Pengikat duk )Putra-putri
Keterangan duk (sal leher) :
 Warna dasar hijau tua dengan plisir MERAH PUTIH lebar maksimal
1 cm
 Lambang matahari HW diameter lingkaran maksimal 8 cm diletakkan diantara ujung runcing
pelisir kuning dengan jarak dari bawah maksimal 2,5 cm (lihat pada gambar)Pemakaian duk
digulung rapi
e. Ikat Pinggang pandu Pengenal Putra-putri
Keterangan ikat pinggang :
 Ikatan pinggang pandu Pengenal warna hitam dengan timang
kepanduan HW
 Timang warna kuning emas atau putih perak
f. Kemeja (hem) putri
Keterangan kemeja ( hem) dan celana pandu Pengenal putri
 Kemeja dengan saku 4, dua saku diatas ikat pinggang dua saku
dibawahnya, warna kemeja khaki tua.
 Ujung lengan dengan manset ( kancing) atau tidak
 Kemeja dipakai diluar pinggang celana
g. Kemeja atau hem untuk putera
Keterangan :
 Kemeja dengan saku dua,warna kemeja khaki tua.
 Ujung lengan dengan manset(kancing) atau tidak.
 Kemeja di dalam (dimasukkan) pinggang celana
h. Celana Pandu Pengenal putra putri
Keterangan :
Celana pandu Pengenal putra putri dengan 2 saku di samping kanan dan kiri

i. Kaos kaki dan sepatu putra putri


Keterangan :
 Warna kaos kaki hitam, panjang kaos kaki sampai dengan betis
 Warna sepatu hitam bertali
 Bahan sepatu kain atau kulit(lihat gambar)
2. Tanda Kelengkapan Pandu
a. Badge kwartir wilayah(provinsi) Putra-putri

Kepanduan Hizbul Wathan | 163


b. Lokasi Kwartir Daerah(kota atau kabupaten) (putra-putri)

c. Nomor Pangkalan Qabilah (putra-putri)


Keterangan :
 Dasar warna nomor Qabilah hijau muda,warna nomor kuning
medium
 Ukuran angka tinggi 1 cm(lihat gambar)
Arti nomor :
03= kode kwarcab 02= kode pangkalan ( asrama, sekolah) 45= nomor urut qabilah
d. Nama anggota pandu Pengenal (putra-putri)
Keterangan nama (dada) :
Dasar khaki tua dengan huruf warna hitam dengan ukuran
maksimal lebar 2 cm, panjang 10 cm (lihat gambar)
e. Tanda kenaikan tingkat pandu Pengenal (putra-putri)
Keterangan tanda kenaikan tingkat :
Penempatan tanda kenaikan tingkat pandu Pengenal diatas nama
dada (saku kanan atas)
f. Tanda jabatan (putra-putri)
Keterangan tanda jabatan pandu Pengenal :
Tanda jabatan pandu Pengenal ada 3 :
 Pemimpin Regu Utama (pita 3) warna merah ukuran
maksimal 4x6 cm
 Pemimpin Regu (pita 2) warna merah ukuran maksimal 2,5x6 cm
 Wakil Pemimpin Regu (pita 1) warna merah ukuran maksimal 2 x6 cm
g. Tanda pelantikan umum pandu Pengenal (putra-putri)
Keterangan :
 Tanda pelantikan dengan ukuran 5x5 cm, dasar lambang
merah,dengan gambar lambang kuning muda.
 Penempatan tanda pelantikan umum, ditengah-tengah saku kiri atas.
h. Tanda penghargaan (putra-putri)
Keterangan :
 Tanda penghargaan tahunan ,bentuk lingkaran dengan ukuran 1,5
cm bintang sudut 5 (1 tahun) dasar merah bintang kuning emas.
 Penempatan lencana penghargaan tahunan diatas saku kiri
i. Tanda Reguputri
Keterangan :
 Tanda regu dengan warna hitam dan putih, dengan lambang
bunga dalam lingkaran
 Bunga yang ditentukan 8 macam (lihat gambar)
 Penempatan lambang regu di lengan kiri atas, 3 cm dari jahitan pangkal lengan
j. Tanda Regu putra
Keterangan :
 Tanda regu dengan warna hitam dan putih, dengan lambang
hewan dalam lingkaran
 Bunga yang ditentukan 8 macam (lihat gambar)
 Penempatan lambang regu di lengan kiri atas, 3 cm dari jahitan pangkal lengan
k. Tanda kecakapan pandu Pengenal (putra-putri)
Keterangan :
 Pemasangan TKP (tanda kecakapan pandu) di lengan
sebelah kiri dan kanan di bawah tanda kuntum, tanda
regu, tanda kawan
 Tiap-tiap lengan maksimum 5 buah TKP selebihnya
ditempel pada lembar kain prestasi

Kepanduan Hizbul Wathan | 164


l. Tali peluit dan peluit (putra-putri )
Keterangan :
Tali peluit warna hitam, dikalungkan pada leher , Peluit pandu adalah
peluit morse
C. PENGHELA
1. Tanda dan atribut pandu Penghela
a. Tutup Kepala (topi ) Putra-Putri
Keterangan topi pandu Penghela:
 Tutup kepala Pandu Penghela putri berbentuk pet, warna hijau.
 Baret warna hijau (infanteri) dipakai miring ke kanan, lencana
baret di sisi kiri.
b. Jilbab(putri)
Keterangan jilbab pandu Penghela :
Jilbab warna khaki berbentuk mukena dengan tali melingkar dari samping kanan
kearah samping kiri. Lingkar jilbab bawah dimasukkan dalam baju.

c. Tanda topi ( Putra-putri)


Keterangan lencana topi pandu Penghela :
 Lencana topi pandu Penghela Putri, segi empat tumpul ukuran 4.5 x 5.5
cm dasar hijau
 Gambar Melati dan daun dalam lingkaran matahari dengan ujung utama 10 diapit 2 sayap,
berpangkal pada pita
d. Duk (Sal leher) dan Ring (Pengikat Duk) Putra-putri
Keterangan duk (sal leher) :
 Warna dasar hijau tua dengan plisir PUTIH lebar
maksimal 1 cm
 Lambang matahari HW diameter lingkaran maksimal 8 cm diletakkan diantara ujung runcing
pelisir kuning dengan jarak dari bawah maksimal 2,5 cm (lihat pada gambar)Pemakaian duk
digulung rapi
e. Ikat Pinggang pandu Penghela Putra-putri
Keterangan ikat pinggang :
 Ikatan pinggang pandu Penghela warna hitam dengan timang
kepanduan HW
 Timang warna kuning emas atau putih perak
f. Kemeja (hem) putri
Keterangan kemeja ( hem) dan celana pandu Penghela putri
 Kemeja dengan saku 4, dua saku diatas ikat pinggang dua saku
dibawahnya, warna kemeja khaki tua.
 Ujung lengan dengan manset ( kancing) atau tidak
 Kemeja dipakai diluar pinggang celana
g. Kemeja atau hem untuk putera
Keterangan :
 Kemeja dengan saku dua,warna kemeja khaki tua.
 Ujung lengan dengan manset(kancing) atau tidak.
 Kemeja di dalam (dimasukkan) pinggang celana
h. Celana Pandu Penghela putra putri
Keterangan :
 Celana pandu Penghela putra putri dengan 2 saku di samping kanan
dan kiri

i. Kaos kaki dan sepatu putra putri


Keterangan :
 Warna kaos kaki hitam, panjang kaos kaki sampai dengan
betis
 Warna sepatu hitam bertali
 Bahan sepatu kain atau kulit(lihat gambar)

Kepanduan Hizbul Wathan | 165


2. Tanda Kelengkapan Pandu
a. Badge kwartir wilayah(provinsi) Putra-putri

b. Lokasi Kwartir Daerah(kota atau kabupaten) (putra-putri)

c. Nomor Pangkalan Qabilah (putra-putri)


Keterangan :
 Dasar warna nomor Qabilah hijau muda,warna nomor kuning
medium
 Ukuran angka tinggi 1 cm(lihat gambar)
Arti nomor :
03= kode kwarcab 02= kode pangkalan ( asrama, sekolah) 45= nomor urut qabilah
d. Nama anggota pandu Penghela (putra-putri)
Keterangan nama (dada) :
Dasar khaki tua dengan huruf warna hitam dengan ukuran
maksimal lebar 2 cm, panjang 10 cm (lihat gambar)
e. Tanda kenaikan tingkat pandu Penghela (putra-putri)
Keterangan tanda kenaikan tingkat :
Penempatan tanda kenaikan tingkat pandu Penghela di kedua bahu
f. Tanda jabatan (putra-putri)
Keterangan tanda jabatan pandu Penghela :
Tanda jabatan pandu Penghela ada 3 :
 Pemimpin Regu Utama (pita 3) warna hijau ukuran maksimal 4x6
cm
 Pemimpin Regu (pita 2) warna hijau ukuran maksimal 2,5x6 cm
 Wakil Pemimpin Regu (pita 1) warna hijau ukuran maksimal 2 x6 cm
g. Tanda pelantikan umum pandu Penghela (putra-putri)
Keterangan :
 Tanda pelantikan dengan ukuran 5x5 cm, dasar lambang hijau, dengan
gambar lambang kuning muda.
 Penempatan tanda pelantikan umum, ditengah-tengah saku kiri atas.
h. Tanda penghargaan (putra-putri)
Keterangan :
 Tanda penghargaan tahunan ,bentuk lingkaran dengan ukuran 1,5 cm
bintang sudut 5 (1 tahun) dasar hijau bintang kuning emas.
 Penempatan lencana penghargaan tahunan diatas saku kiri
i. Tanda Kawan
Keterangan :
 Tanda kawan dengan warna hitam dan putih, dengan lambang
hewan dalam lingkaran
 Bunga yang ditentukan 8 macam (lihat gambar)
 Penempatan lambang kawan di lengan kiri atas, 3 cm dari
jahitan pangkal lengan
j. Tanda kecakapan pandu Penghela (putra-putri)
Keterangan :
 Pemasangan TKP (tanda kecakapan pandu) di lengan sebelah
kiri dan kanan di bawah tanda kuntum, tanda regu, tanda kawan
 Tiap-tiap lengan maksimum 5 buah TKP selebihnya ditempel
pada lembar kain prestasi
k. Tali peluit dan peluit (putra-putri )
Keterangan :
Tali peluit warna hitam, dikalungkan pada leher , Peluit pandu adalah peluit
morse

Kepanduan Hizbul Wathan | 166

Anda mungkin juga menyukai