Rabu, 21 Mei 2014 Resistensi silang atau insensitivitas dari sel sel kanker terhadap fungsi sitostatik atau sitotoksik dari berbagai obat kemoterapi yang tidak sama dan mempunyai target target molekul yang berbeda. Kegagalan pasien kanker berespon terhadap terapi spesifik berasal dari satu atau dua penyebab utama: faktor host dan genetik spesifik atau perubahan epigenetic dari sel kanker.
Melalui 2 mekanisme : 1. Mekanisme MDR Non Seluler 2. Mekanisme MDR Seluler
Berlaku pada sel kanker yang menunjukkan resistensi intrinsik atau alami terhadap kemoterapi pada paparan awal oleh obat tersebut. angiogenesis tidak leluasa terjadi (Jain, 1987) miskinnya pembuluh darah menghambat aksesibilitas obat untuk sel-sel kanker dan membatasi sitotoksisitas dari obat. Kurangnya nutrisi dan hipoksia serta akumulasi asam laktat menimbulkan resistensi sel-sel kanker terhadap obat yang bekerja pada sel-sel aktif membelah atau uptake sel yang membutuhkan gradien pH (Demant et al., 1990)
1. Non klasik tidak berbasis transportasi Glutathione S transferase (GST) dikenal sebagai media biotransformasi berbagai obat kemoterapi dan konsentrasinya yang meningkat telah dilaporkan di berbagai sel kanker yang resisten seperti MCF 7 (Batist et al, 1986; Hao et al, 1994). Ekspresi berlebihan dari GST memodifikasi obat ke produk akhir dengan penurunan aktivitas dan peningkatan laju ekskresinya 2. Klasik berbasis tranportasi Terjadi pengeluaran obat dari sel oleh berbagai membran transport protein yang membutuhkan energi membatasi obat kemoterapi untuk mencapai konsentrasi terapeutik dalam sel (Gottesman, 2002). ATP binding cassete (ABC) transporter adalah famili dari protein yang memediasi MDR via ATP dependent drug efflux pumps (Leonard et al., 2003).
Berbagai protein transpor dari ABC superfamili telah ditandai dan termasuk P glycoprotein, multidrug resistence associated protein 1 (MRP1), homolognya MRP2 6 dan breast cancer resistence protein (BCRP) (Riordan et al, 1985; Doyle et al, 1998; Borst et al., 2000
Ekspresi P-gp tertinggi biasanya didapatkan pada tumor yang berasal dari jaringan yang mengekspresikan P-gp, menyebabkan penurunan konsentrasi obat intraselular yang menurunkan sitotoksisitas obat antitumor spektrum luas termasuk anthracyclines (DOX), alkaloid vinca (vincristine), podophyllotoxins (misalnya etoposid) dan taxanes (taxol) (Abolhoda et al., 1999). P-gp biasanya terdapat pada epitel dari ginjal, liver dan saluran pencernaan (Nakamura et al., 2000). kelas I : lapisan epitel usus, sel endotel, xenocells progenitor sumsum tulang, limfosit darah perifer dan NK cells kelas II : korteks adrenal kelas III : hepatosit, jantung dan otot lurik (Thiebaut et al, 1987;. Chaudhary et al, 1993) Senyawa yang memiliki kemampuan untuk meniadakan resistensi terhadap kemoterapi disebut inhibitor MDR, chemosensitizers atau modulator MDR (Kellen, 2003).
Generasi I Generasi II Generasi III verapamil (calcium channel blocker) kina (antimalaria) siklosporin A (imunosupresan) tamoxifen (anti steroid) eritromisin
valspodar (non imunosupresif analog siklosporin A) R verapamil (R enansiomer verapamil) tariquidar (turunan anthranilamide) biricodar (derivatif pipecolinate) Annamycin (turunan anthracycline) Mitotane (derivatif 2,4- dikloro diphenyldichloroethan e) zosuquidar (turunan dibenzosuberane) laniquidar (turunan benzazepine) ekstrak akar Stemona curtisiiin ekstrak rimpang dari Alisma orientalis flavonoid polifenol epigallocatechin gallate (EGCG) dari teh hijau Lobeline, senyawa alkaloid piperidin dari Lobelia inflata Curcumin, konstituen dari kunyit Polyphyllin D (PD) Honokiol
Terima kasih atas diskusi dan rekomendasi terapinya. Saya mengerti bahwa pengobatan harus tepat sasaran dan berdasarkan bukti. Semoga pasien dapat pemulihan yang baik