Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FILSAFAT ILMU

s
BERNALAR ILMIAH

Disusun oleh :
dr. Abigail Pheilia Yumeisien T (NIM 012018066312)
dr. Hendra Boy Situmorang (NIM 012018176306)
dr. Albert Simon (NIM 012018066305)
dr. Ilham Ikhtiar (NIM 012018036302)
dr. Dandy Hertriwibowo (NIM 012018136307)
dr. Krismanto (NIM 01201809305)
dr. Dewi Sartika Ari Wanda (NIM 012018146303)
dr. Yudi Agustinus Allositandi (NIM 012018156308)
dr. Putri Ayu Madedi Budiawan (NIM 012018166305)
dr. Eden (NIM 012018186304)

Dosen Pengajar:
Dr. Rahadian Indarto Susilo, dr., Sp.BS(K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya tim penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Bernalar Ilmiah” dengan baik.

Tim penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu tim penulis menyelesaikan makalah ini:

1. dr. Rahadian Indarto S., SpBS(K) selaku dosen pembimbing


2. Rekan-rekan penulis yang telah membantu dalam penyelesaian makalah

Tim penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam makalah ini. Tim penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Tim penulis juga memohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
sekalian.

Surabaya, 17 Januari 2021

Tim Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam kehidupan sehari-hari, sebagai manusia tentunya kita mengalami


berbagai macam peristiwa, masalah, dan pilihan yang harus dicari jalan keluarnya. Untuk
mencapai itu, kita membutuhkan informasi dari berbagai macam sumber, baik secara lisan
maupun tulisan. Sebagai dokter kita seharusnya dapat membedakan informasi mana yang
merupakan informasi ilmiah, mana yang tidak berdasarkan ilmiah. Sayangnya, hingga
sekarang masih banyak diantara kita yang masih pecaya terhadap fenomena atau informasi
yang belum tentu kebenarannya sehingga jalan keluaryang diperoleh pun tidak sesuai yang
seharusnya.
Untuk menghindari hal tersebut, kita membutuhkan penalaran sebagai bagian
dari proses berpikir. Sebab dengan penalaran, kita dapat berpikir secara logis dan sistematis s
sehingga kita dapat menarik kesimpulan yang dapat diperoleh melalui fakta,
informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli. Aplikasi penalaran dalam proses
inkuiri ilmiah dikenal sebagai penalaran ilmiah (scientific reasoning ) (Bao et al , 2009).
Penalaran ilmiah ini mencakup kegiatan pengembangan, pengujian dan proses revisi suatu
hipotesis (Zimmerman, 2000).
Dalam penalaran ilmiah, dikenal ada dua metode, yaitu metode penalaran deduktif
dan induktif. Penalaran deduktif merupakan cara berpikir yang bertolak dari sebuah asumsi
atau pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan dengan makna yang lebih
khusus, sebaliknya penalaran induktif adalah cara berpikir untuk menarik kesimpulan dari
hal-hal yang bersifat khusus yang kemudian digunakan untuk menarik kesimpulan yang
bersifat lebih umum (Mustofa, 2016).
Karena kami menyadari pentingnya bernalar secara ilmiah dan masih banyak
yang belum kami ketahui secara benar mengenai penalaran ilmiah ini, maka di dalam
makalah ini, kami mencoba membahas lebih dalam tentang penalaran ilmiah. Hal tersebut
mencakup definisi, ciri-ciri penalaran ilmiah, berbagai macam metode yang digunakan untuk
dapat menarik sebuah kesimpulan dengan contoh-contohnya, serta kesalahan apa saja yang
sering terjadi dalam proses penalaran ilmiah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan penalaran ilmiah?
1.2.2 Bagaimanakah ciri suatu pemikiran yang dapat disebut sebagai penalaran ilmiah?
1.2.3 Apa saja jenis-jenis penalaran ilmiah?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan penalaran deduktif?
1.2.5 Apa yang dimaksud dengan penalaran induktif?
1.2.6 Apa manfaat dari penalaran ilmiah?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memahami lebih dalam mengenai penalaran ilmiah

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui definisi dari penalaran ilmiah
b. Mengetahui ciri-ciri penalaran ilmiah
c. Dapat membedakan antara jenis - jenis penalaran, yaitu penalaran deduktif, induktif dan
reflektif disertai dengan contohnya
BAB 2

PENALARAN ILMIAH

2.1 Definisi Penalaran Ilmiah

Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa


ilmu pengetahuan. Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai ciri tertentu
dan bukan merupakan kegiatan perasaan. Kekuatan atas kemampuan untuk menalar
merupakan kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. (Putra S T, 2010). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penalaran (dari
kata dasar nalar) memiliki arti yaitu suatu proses mental dalam mengembangkan
pemikiran yang logis dari beberapa fakta atau prinsip untuk mencapai sebuah kesimpulan
(KBBI, 2019). Sedangkan kata ilmiah memiliki arti bersifat ilmu atau memiliki syarat-
syarat kaidah ilmu pengetahuan (KBBI, 2019).
Seorang penulis mengungkapkan penalaran dalam beberapa definisi (Widjono,2007),
yaitu:
1)   Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan
sampai dengan simpulan.
2)   Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan.
3) Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian
baru.
4) Dalam karangan terdiri dari dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji,
membahas, atau menganalisis dengan menghubungkan variabel yang dikaji sampai
menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan.
5) Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan atau pengertian baru.
Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penalaran adalah proses
pemikiran yang logis untuk memperoleh kesimpulan berdasarkan fakta yang relevan
(sebenarnya). Atau dengan kata lain, penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar
untuk menghasilkan dan menarik kesimpulan.

2.2 Ciri-Ciri Penalaran Ilmiah


Penalaran ilmiah memiliki ciri-ciri yaitu:
1. Logis
suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara
objektif dan didasarkan pada data yang shahih.
2. Analitis
berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam
merangkai, menyusun, atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke
dalam suatu pola tertentu.
3. Rasional
artinya adalah apa yang sedang dinalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang
memang dapat dipikirkan secara mendalam (Wardhana, 2016)
Berdasarkan pola pikir yang luas yakni logika yang digunakan, maka penalaran dibagi
menjadi logika induktif dan logika deduktif. Sedangkan pola pikir bersifat analitik adalah
berpikir logis berdasar atas langkah tertentu. Sehingga penalaran ilmiah merupakan suatu
kegiatan yang menggunakan logika ilmiah. (Putra, 2010) Penalaran ilmiah memiliki ciri-
ciri yaitu:
1. Sumber ilmiah adalah acuan pernyataan
Apabila sumbernya bersifat teori maka syaratnya harus merupakan teori ilmiah yang
sahih yakni berasal dari kepustakaan ilmiah. Apabila sumbernya adalah suatu fakta
maka seharusnya merupakan fakta ilmiah yakni fakta yang dihimpun dan diolah sesuai
dengan kaidan metode ilmiah.
2. Sistematik dan runtut
Sistematik adalah sesuai dengan kaidan penalaran yang sahih, sedangkan runtut artinya
antar komponen terdapat keselarasan.
3. Objektif
Objektif merupakan kesimpulan yang diambil berdasarkan pada objeknya dan bukan
hasil tafsiran subjektif dari orang yang menyimpulkan.
4. Skeptik
Skeptik adalah pola pikir yang menganggap benar suatu kebenaran yang bersifat relatif
serta pragmatis, sampai ditemukan kesimpulan baru yang dianggap lebih benar secara
sahih.
5. Bersifat apa adanya
Apa adanya artinya usaha untuk menemukan kebenaran apa adanya yang manfaat baik
maupun keburukannya diserahkan pada pihak pemangku kepentingan atau stake holder
seperti pakar, filosof, agamawan, serta pemangku kepentingan lain.

2.2 Macam Metode Penalaran Ilmiah

Bermacam-macam cara atau metode yang ditempuh dalam proses mencapai


kebenaran ilmiah, tergantung kepada objek atau sifat dan jenis ilmu itu sendiri. Tetapi
secara garis besarnya, metode ilmiah biasanya terbagi kepada dua macam yaitu:
a. Metode penalaran induktif
b. Metode penalaran deduktif
c. Metode penalaran reflekstif

2.2.1 Metode penalaran induktif


Yakni suatu cara penganalisaan ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat
khusus (individual) menuju kepada hal-hal yang bersifat umum (universal), metode ini
berdasarkan fakta-fakta yang dapat diuji kebenarannya (Wardhana, 2016). Dikenal tiga
jenis pola penalaran induktif yaitu analogi, hubungan sebab akibat dan generalisasi.
Karena premisnya merupakan fakta empiric kebenaran induktif juga disebut sebagai
kebenaran korespondensi. Kebenaran induktif bersifat tidak mutlak, tetapi hanya bersifat
probabilistik atau peluang (Putra S T, 2010).
a. Penalaran induktif analogi
Penalaran analogi adalah adalah suatu penalaran induktif dimana penarikan
kesimpulan didasarkan pada factor kesamaan pada premisnya.
Contoh:
Si A orang Solo bertutur kata halus
Si B orang Solo juga bertutur kata halus
Si C orang Solo juga bertutur kata halus
Si D adalah orang Solo juga bertutur kata halus (kesimpulan)
b. Penalaran induktif sebab akibat

Penalaran induktif sebab akibat adalah suatu penarikan kesimpulan berdasarkan


hubungan sebab akibat dimana suatu peristiwa menjadi sebab yaitu sebagai pendahulu
terjadinya peristiwa lain (akibat). Terdapat dua jenis kondisi sebab yaitu kondisi
mutlak dan kondisi memadai. Kondisi mutlak adalah suatu peristiwa yang bila tidak
ada, tidak akan terjadi peristiwa akibat akan tetapi bila ada belum tentu peristiwa
akibat terjadi. Sedangkan kondisi memadai adalah suatu peristiwa yang bila terjadi
akan menimbulkan peristiwa-akibat.
Contoh:
Sebuah stasiun pompa bensin meledak akibat terbakarnya bensin oleh api rokok
seorang sopir.
Bensin merupakan kondisi mutlak.
Bensin terbakar merupakan kondisi memadai.
Meledak merupakan akibat.
c. Penalaran generalisasi

Penalaran generalisasi adalah proses mengambil kesimpulan yang bersifat umum dari
pernyataan terbatas atau individual. Pola penalaran jenis ini banyak digunakan dalam
penelitian ilmiah yang menggunakan sistem sampling.

2.2.2. Metode penalaran deduktif


Metode penalaran deduktif yakni suatu cara penganalisaan ilmiah yang
bergerak dari hal-hal yang bersifat umum (universal) kemudian atas dasar itu
ditetapkan hal-hal yang bersifat khusus (individual). Pembuktian yang menggunakan
penalaran deduktif biasanya menggunakan kalimat implikatif yang berupa pernyataan
jika ..., Maka ..
Kemudian, dikembangkan dengan menggunakan pola pikir yang disebut
silogisme, yaitu sebuah argumen yang terdiri atas tiga bagian. Di dalamnya terdapat
dua pernyataan yang benar (premis) yang menjadi dasar dari argument itu, dan sebuah
kesimpulan (konklusi) dari argument tersebut. Di dalam logika, sebagai cabang (inti)
matematika yang banyak membahas tentang silogisme terdapat beberapa aturan yang
menyatakan apakah silogisme itu valid (sahih) atau tidak.
Contoh 1
Premis Mayor : Semua serangga termasuk vertebrata
Premis Minor : Semua semut termasuk serangga
Konkusi : Jadi, semua semut termasuk vertebrata
Contoh 2
Premis Mayor : Jumlah ketiga sudut segitiga besarnya 1800
Premis Minor : Dua pasang sudut segitiga ukurannya sama besar
Konklusi : Jadi, pasangan sudut ketiga dari dua segitiga itu sama.
Cara penalaran dengan deduktif di antaranya dapat dilakukan secara aturan
inferensi, bukti langsung, bukti tidak langsung, dan induksi matematika. Berikut
beberapa contoh sederhana tentang beberapa aturan dalam penalaran deduktif.
Inferensi argumen yang tepat tanpa berdasar kemungkinan disebut inferensi deduksi.
Contoh 3
Premis mayor : Semua manusia akan meninggal
Premis minor : Ratna adalah seorang manusia
Konklusi : Jadi, Ratna juga akan meninggal dunia
Dalam metode ilmiah, penelitian dituntun dalam proses berpikir yang
menggunakan analisa. Karena itu, dalam metode ilmiah hipotesis juga diperlukan.
Hipotesis berguna untuk memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai
atau ingin dibuktikan, sehingga hasil yang hendak diperoleh akan mencapai sasaran
dengan tepat. (Wardhana, 2016)

2.2.3 Metode Penalaran Reflekstif


Penalaran reflekstif merupakan penalaran yang menggabungkan antara penalaran
deduktif dan induktif. Penalaran reflekstif berkembang berdasarkan aliran kritisme yang
berpendapat bahwa kebenaran yang meyakinkan adalah kebenaran yang didapat berdasar
fakta dan rasio.

2.3. Manfaat Penalaran Ilmiah


2.3.1 Sebagai Problem Solving

Salah satu manfaat primer dari penalaran ilmiah adalah untuk memberikan
kerangka berpikir yang melingkupi proses pemahaman untuk pikiran ilmiah
(scientific mind). Penalaran ilmiah membantu pola pikir yang luas dan terbuka untuk
menganalisis dan menyelesaikan permasalahan.
2.3.2 Sebagai Pengujian Hipotesis

Agar dapat dipastikan kebenarannya, maka suatu hipotesis harus diuji atau
dibuktikan kebenarannya. Pengujian hipotesis atau yang dikenal sebagai hypothesis
testing diartikan sebagai proses mengevaluasi sebuah proposisi yang diperoleh dari
pengumpulan data mengenai sebuah kebenaran (Dunbar, K., & Klahr, D. 2012).
Untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis, seorang peneliti dapat dengan sengaja
menciptakan suatu gejala, yakni melalui percobaan atau penelitian.
BAB 3
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Bernalar adalah suatu kegiatan untuk menarik kesimpulan dan digunakan sebagai
salah satu langkah menemukan titik kebenaran. Manfaat dari penalaran ilmiah adalah sebagai
problem solving dan untuk pengujian hipotesis. Dalam hakikatnya manusia merupakan sosok
pemikir. Sehingga dalam proses berpikirnya diperlukan ilmu pengetahuan yang luas dan
kemampuan bernalar yang baik. Dengan ilmu pengetahuan dan kemampuan bernalar yang
baik ini, diharapkan manusia dapat menghasilkan kesimpulan yang benar dan dapat
dibuktikan kebenarannya dengan metode- metode ilmiah yang ada.

3.2. SARAN
Diharapkan pembaca dapat melatih pola berpikir secara logis dan sistematis dalam
setiap proses mendalami berbagai macam pengetahuan. Hal ini penting mengingat filsafat
ilmu adalah akar berbagai keilmuan yang terus berkembang pesat seiring waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Dunbar,K.,& Klahr,D.(2012).Scientific Thinking and Reasoning. The Oxford


Handbooks of Thinking and Reasoning.
doi:10.1093/oxfordhb/9780199734689.001.0001

Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. https://kbbi.web.id/nalar-2 diakses pada


tanggal 10 Januari 2020

Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di


Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.

Putra ST, 2010. Filsafat Ilmu Kedokteran. Surabaya: Airlangga University

Press Made Wardhana, 2016. Filsafat Kedokteran. Vaikuntha International


Publication

Anda mungkin juga menyukai