TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Skoliosis
Skoliosis Non-struktural
Pada skoliosis non-struktural, lengkung dari tulang belakang yang abnormal
dapat dikoreksi dengan membungkuk ke samping atau posisi supinasi4. Kondisi
ini dapat berlangsung sementara, dan tidak ada perubahan struktural. Skoliosis
non-struktural dapat dikelompokkan berdasar etiologinya menjadi:
I. Skoliosis Postural
II. Skoliosis Histerikal
III. Iritasi akar saraf
IV. Inflamasi
V. Keadaan leg length disrepancy
VI. Keadaan kontraktur sekitar sendi panggul
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
Skoliosis Struktural
Jika masih awal, deformitas mungkin dapat diperbaiki, tetapi jika deformitas
telah mencapai titik tertentu dari kestabilan mekanis, vertebra akan melengkung
dan berotasi mencapai deformitas yang bersifat menetap dan tidak dapat hilang
dengan perubahan postur tubuh. Kelengkungan sekunder yang terbentuk untuk
mengimbangi deformitas primer lebih mudah untuk diperbaiki, tetapi makin lama
dapat menetap. Menurut etiologinya, skoliosis dapat diklasifikasikan menjadi2,14:
I. Skoliosis Idiopatik
I. Infantile skoliosis (0-3 tahun)
II. Juvenile skoliosis (3-10 tahun)
III. Adolescent skoliosis (> 10 tahun)
II. Skoliosis Neuromuskular
I. Neuropathic / neurogenic (karena penyakit atau anomali pada
jaringan saraf)
i. Upper motor neuron
1. Cerebral palsy
2. Degenerasi spinocerebellar
3. Syringomelia
4. Tumor medulla spinalis
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
5. Trauma medulla spinalis
6. Lainnya.
ii. Lower motor neuron
1. Poliomyelitis
2. Viral myelitidies lainnya
3. Trauma
4. Spinal muscular atrophy
5. Meningomyelocele (paralitik)
iii. Disautonomia
iv. Lainnya
II. Miopatik
i. Arthrogryposis
ii. Muscular dystrophy
iii. Fiber type disproportion
iv. Congenital hypotonia
v. Myotonia dystrophica
vi. Lainnya.
III. Skoliosis Kongenital
i. Kegagalan pembentukan
ii. Kegagalan segmentasi
IV. Neurofibromatosis
V. Penyakit-penyakit mesenkim
VI. Penyakit rheumatoid
VII. Trauma L fraktur, pembedahan, irradiasi
VIII. Osteochondrodystrophies
IX. Infeksi Tulang
X. Penyakit metabolik
XI. Keadaan sendi lumbosacral
XII. Tumor pada columna vertebralis atau pada medulla spinalis.
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
2.1.3. Skoliosis Idiopatik
2.1.3.1.Epidemiologi
Karena skoliosis bukanlah suatu kondisi medis yang harus dilaporkan, maka
prevalensinya hanya bisa diperkirakan. Di Amerika sendiri, menurut National
Scoliosis Foundation, diperkirakan 6 juta orang memiliki skoliosis dan prevalensi
skoliosis idiopatik pada adolesen berada di rentang 2 – 4%. Prevalensi skoliosis
dengan derajat kelengkungan lateral lebih dari 10o mencapai 2%10. Sedangkan,
prevalensi skoliosis idiopatik berdasar derajat Cobb Angle adalah sebagai
berikut9:
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
Perbandingan jenis kelamin antara pria dan wanita adalah 1:1, tetapi derajat
kelengkungan yang lebih besar ditemukan pada wanita. Rasio pria dan wanita
pada derajat kelengkungan >20o menjadi 5:1, dan berkembang menjadi 10:1 pada
derajat kelengkungan lebih dari 30o 4
1. Faktor genetik
2. Peran melatonin
3. Abnormalitas jaringan ikat
4. Abnormalitas oto skelet
5. Abnormalitas Platelet
6. Mekanisme Neurologis
7. Peran pertumbuhan dan perkembangan
8. Faktor biomekanik
Faktor Genetik
Peran faktor genetik dalam skoliosis idiopatik belum diketahui secara jelas,
namun telah diterima secara luas15.Beberapa penelitian menyatakan bahwa
deformitas ini diturunkan secara autosomal dominan dan X-linked, sementara
lainnya menyatakan bahwa penyakit ini dapat diturunkan secara multifaktorial
atau poligenik, yang menjelaskan kenapa penyakit ini dapat tersebar luas di dalam
sebuah keluarga. Miller dkk melaksanakan analisis keturunan dan uji saring
genetik pada keluarga dengan skoliosis idiopatik pada tahun 2005. Dari analisis
yang telah dilaksanakan, ditemukan keterlibatan kromosom 6,9, 16, dan 17 pada
skoliosis idiopatik15,19.
10
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
Peran Melatonin
Abnormalitas Platelet
11
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
interaksi dengan aktin dan miosin. Meningkatnya kadar calmodulin di dalam
platelet berhubungan dengan perkembangannya skoliosis idiopatik adolesen15,18
Mekanisme Neurologis
Faktor Biomekanik
12
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
Jika deformitas mencapai tahap tertentu, maka deformitas dapat dirasakan.
Pada umumnya, pasien menyadari dan mengeluhkan gejala seperti “rib hump”
pada bagian thorakal, dan pinggang yang tampak tidak simetris, ketidak
simetrisan payudara, salah satu shoulder blade lebih tinggi dan menonjol
dibandingkan yang lain, salah satu bahu lebih tinggi, dan postur tubuh yang
kurang baik2-4.
Nyeri pada punggung adalah hal yang jarang terjadi, dan apabila ada harus
dipikirkan penyebab yang lain. Nyeri punggung yang non-spesifik memiliki
prevalensi sebesar 70% di populasi dan tidak harus langsung menduga skoliosis
sebagai penyebabnya. Penekanan pada akar – akar saraf tulang belakang di bagian
lumbal dapat menyebabkan sakit yang menjalar ke tungkai – tungkai bawah.
13
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
gangguan kardiopulmoner. Fungsi pulmoner cenderung berkurang pada skoliosis
yang terjadi pada regio thorakal dan dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas
vital paru dengan tingkat keparahan kelengkungan kurva.
2.1.3.4. Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Ada 3 hal penting yang harus diberikan perhatian lebih saat melakukan
pemeriksaan fisik: deformitas, penyebab, dan komplikasinya.
14
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
Keseimbangan tulang belakang antara thorak dengan pelvis dapat diperiksa
dengan cara plumb line. Cara ini dilakukan dengan menjatuhkan pendulum dari
processus spinosus yang paling menonjol, yaitu pada C7, kemudian lihat garis
vertikal yang dibentuk. Jarak dari garis vertikal dengan celah gluteal diukur dalam
satuan sentimeter dan dicatat. Pada vertebra yang normal, garis vertikal akan jatuh
tepat di celah gluteal, namun jika ada keasimetrisan pada tulang belakang, garis
vertikal akan jatuh di salah satu dari kedua sisi celah gluteal2.
15
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
Panjang kaki dilakukan dengan mengukur jarak antara anterior superior iliac
spines dengan medial malleoli pada posisi supinasi2.
Pemeriksaan Radiologis
Untuk mengukur derajat rotasi vertebra dapat digunakan teknik Nash dan
Moe. Pada teknik ini dilakukan pengamatan pada posisi – posisi processus
spinosus. Penggolongan derajat rotasi adalah: pada grade 0 tidak terdapat rotasi,
grade I pedikel telah mulai berputar mulai dari tepi corpus vertebra, grade II
pedikel hampir tidak terlihat, grade III pedikel terletak pada pertengahan dari
vertebra, grade IV pedikel telah melewati garis tengah2,21.
16
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
berlanjut ke arah posterior yaitu spina iliaca posterior superior. Pada Risser 0,
tidak terdapat osifikasi pada apofisi iliaka. Pada Risser 1, telah terjadi osifikasi
pada seperempat anterior. Risser 2, telah terjadi osifikasi dari setengah dari krista
iliaka. Pada Risser 3, telah terjadi osifikasi pada tiga perempat anterior krista
iliaka, dan pada Risser 4 telah terjadi osifikasi sepenuhnya. Apofisis iliaka mulai
terosifikasi segera setelah pubertas dan ketika krista iliaka telah terofisikasi
sepenuhnya, progresi skoliosis minimal22. Pada sebuah penelitian, subjek dengan
23
umur lebih dari 18 tahun memiliki Risser .
Deteksi dini skoliosis idiopatik telah menjadi fokus perhatian dan komitmen
dari para ortopedis sejak tahun 1960. Tes uji saring yang dilakukan di sekolah –
sekolah merupakan satu-satunya metode untuk mengevaluasi semua anak. Telah
dikemukakan bahwa dengan mendeteksi skoliosis secara dini, terjadi peningkatan
3 kali jumlah pasien yang akan membutuhkan penanganan konservatif sehingga
mengurangi presentasi pasien yang membutuhkan penanganan operatif.
2.1.3.6. Penatalaksanaan
17
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
Sementara ada yang membagi kelompok penanganan menjadi observasi, orthosis,
dan operatif7.
Observasi
Orthotik
Penggunaan spinal brace dilakukan full time yaitu 22 jam sehari atau part
time yaitu 16 jam sehari atau hanya dipakai pada malam hari. Kurva yang lebih
dari 30˚ dan kurva yang progresif membutuhkan pemakaian full time.
Kontraindikasi dari penanganan orthotik adalah jika pasien telah mengalami
maturitas skeletal, pasien dengan lordosis di regio thorakal, pasieng dengan
lengkung kurva lebih dari 45˚, dan pasien yang mengalami gangguan
kepribadian7.
Operatif
Penanganan operatif dilakukan apabila kurva telah lebih dari 30˚ yang
secara kosmetik tidak baik, dan untuk deformitas yang ringan namun tidak
18
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
membaik setelah menjalankan penanganan konservatif. Tujuan dari penanganan
operatif adalah untuk meluruskan kurva termasuk komponen vertebra yang telah
berotasi8.
19
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
IV. Risser 4 – 5
a. Cobb >25 : outpatient physical medicine
b. Cobb > 30 : outpatient physical medicine dan SIR
V. Dewasa dengan sudut Cobb > 30: outpatient physical medicine dan SIR
VI. Remaja dan dewasa dengan skoliosis (derajat berapapun ) disertai nyeri
yang kronis : outpatient physical medicine, SIR + program khusus
penanganan nyeri, dan pemakaian brace.
2.1.3.7. Prognosis
Kurva kurang dari 30˚ saat maturitas cenderung tidak memiliki progresifitas
saat dewasa. Sedangkan kurva dengan derajat yang lebih besar, yaitu 30-50˚
cenderung mengalami peningkatan 10-15˚ pada saat dewasa. Beberapa faktor
yang berhubungan dengan progresi kurva adalah jenis kelamin, umur, usia
menarche, tanda Risser, pola dan besar kurva.
Progresi derajat kurva lebih umum meningkta dan menjadi lebih buruk pada
wanita, pada onset grwoth spurt adolesen, dan seiring dengan besarnya kurva
awal. Semakin tinggi level tulang belakang pada kurva primer yang mengalami
kelainan dan semakin muda onset umur pasien ketika pertama kali didiagnosis,
maka prognosis akan semakin buruk4.
2.2. Punggung
20
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
Columna vertebra: terdiri dari vertebra, Discus intervertebralis, dan
ligamen-ligamen yang terkait.
Rusuk (di regio thorakal): terutama bagian posterior dari rusuk, medial
dari sudut rusuk.
Medulla spinalis dan lapisan meningeal.
Berbagai segmen dari saraf dan pembuluh darah.
21
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
serta menahan berat tubuh. Semakin ke bawah, besar dari corpus membesar
karena berfungsi untuk menahan bagian tubuh yang semakin ke bawah semakin
berat.
Arcus vertebralis adalah bagian vertebra yang terletak pada bagian belakang
(posterior) dan terdiri dari 2 pediculus dan laminae. Pediculus adalah tonjolan di
bagian belakang dari corpus vertebra yang menyatu pada bagian tengah di
posterior vertebra dan membentuk laminae. Corpus dan arcus vertebra
melingkupi foramen vertebralis. Canalis vertebralis dibentuk dari foramen
vertebralis, dan di dalam dari canalis vertebralis, terdapat medulla spinalis, yang
merupakan akar daru saraf-saraf spina, meninges, lemak, dan pembuluh darah.
Foramina intervertebralis adalah foramen-foramen yang terlihat dari sisi lateral
yang terbentuk dari superior dan inferior vertebral notch dan discus
intervertebralis.
22
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
2.3.2. Karakteristik Regional Vertebra
Vertebra-vertebra memiliki karakter-karakternya tersendiri tergantung dari
di regio mana vertebra tersebut berada pada columna vetebralis. Namun, ada juga
vertebra yang memiliki karakteristik tersendiri, contohnya C7 vertebra yang
memiliki processus spinosus yang paling panjang dan menonjol di bawah kulit,
dapat diraba dan dirasakan perbedaannya terutama ketika leher seseorang sedang
dalam posisi fleksi.
Pada regio Cervicalis, kedua vertebra paling atas disebut sebagai vertebra
yang atipikal. Vertebra Cervicalis yang pertama disebut sebagai atlas. Atlas
merupakan vertebra yang unik karena tidak memiliki corpus maupun processus
spinosus. Atlas memiiliki bentuk seperti cincin dan massa lateralnya berfungsi
untuk menopang berat dari kranium serta arcus anterior dan arcus posterior.
23
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
Vertebra kedua disebut sebagai aksis dan merupakan yang paling kuat dari semua
vertebra servikal. Vertebra aksis berfungsi sebagai tempat rotasi dari atlas karena
memiliki dua facet articularis.
Vertebra pada C3-C7 adalah vertebra yang tipikal yang artinya mereka
memiliki karakter umum vertebra Cervicalis. C7 karena memiliki tonjolan
processus spinosus yang paling menonjol, oleh karena itu disebut sebagai
vertebra prominens.
24
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
transversus yang panjang dan ramping, processus spinosus yang pendek, rata,
tebal, dan berbentuk segiempat memanjang lurus ke belakang. Processus
articularis superior memiliki facet yang menghadap ke belakang dan lateral,
namun pada bagian inferior facet yang dimiliki menghadap ke depan dan medial,
sehingga dapat terjadi gerakan fleksi dan ekstensi, serta fleksi lateral, namun tak
dapat terjadi gerakan rotasi.
2.3.2.4. Sacrum
Sacrum adalah tulang yang besar, berbentuk segitiga, dan teridir dari 5
buah vertebra sakralis yang tergabung menjadi satu. Sebelumnya, pada masa
kanak-kanak, kelima vertebra sakralis ini dihubungkan oleh kartilago hialin dan
dipisahkan oleh discus intervertebralis dan mulai bergabung menjadi satu setelah
usia 20 tahun. Tulang Sacrum terletak antara tulang pinggul dan membentuk atap
dan dinding posterosuperior rongga pelvis. Salah satu fungsi dari Sacrum adalah
memberikan kekuatan dan stabilitas bagi pelvis serta meneruskan beban tubuh ke
pelvic girdle. Sacrum memiliki kemampuan untuk berartikulasi dengan L5
vertebra pada angulus lumbosacralis dengan sudut 130-160 derajat.
Canalis sacralis adalah lanjutan dari canalis vertebralis dan juga terdapat
cauda equina. Di tulang Sacrum terdapat empat pasang foramina sacralis yang
dilewati oleh nervus spinalis rami anterior dan posterior. Basis dari Sacrum
dibentuk dari bagian superior dari S1. Anterior dari corpus S1 vertebra yang
menonjol ke depan disebut sebagai sacral promontory. Apeks dari Sacrum adalah
bagian inferior yang bentuknya mengecil dan berartikulasi dengan coccyx. Selain
itu, terdapat perbedaan pada tekstur Sacrum, yaitu, permukaan pelvisnya halus
dan cekung sementara permukaan dorsalnya kasar dan cembung.
25
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
2.3.2.5. Coccyx
Coccyx atau yang sering dikenal sebagai tulang ekor adalah tulang yang
terdiri dari 4 ruas vertebra yang berfusi menjadi satu. Vertebra coccygeus yang
pertama dapat terpisah dari vertebra coccygeus yang ekdua dan adalah vertebra
coccygeus yang paling luas dan lebar dibandingkan yang lainnya. Co1
mempunyai processus transversus yang pendek dan terhubung ke Sacrum dan
memiliki processus articularis rudimenternya membentuk cornu coccygeus.
Coccyx tidak memiliki peran untuk menyokong berat badan tubuh, namun
ketika duduk, coccyx fleksi ke arah anterior dan turut berperan untuk menahan
berat badan pada posisi duduk.
Setiap discus terdiri dari bagian luar yang terdiri atas serabut – serabut
konsentris fibrokartilago yang lebih padat, disebut sebagai annulus fibrosus dan
bagian dalam yang lebih lunak, disebut sebagai nucleus pulposus. Nucleus
pulposus aadalah struktur yang setengah cair, sehingga memungkinkan
fleksibilitas dan daya tahan dari discus intervertebralis dan tulang belakang secara
keseluruhan. Nucleus ini tidak terletak di tengah discus, namun lebih ke arah
posterior.
26
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
Lengkung thorakal dan sakral berbentuk kifosis, yaitu konkaf pada bagian
anterior. Lengkung servikal dan lumbal berbentuk lordosis yaitu konkaf pada
bagian posterior.
27
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
50% atau lebih, seiring dengan bertambahnya usia. Mobilitas dari columna
vertebralis terjadi akibat adanya tekanan dan elastisitas oleh discus
intervertebralis. Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan oleh columna vertebralis
adalah gerakan fleksi, ekstensi, fleksi lateral, ekstensi lateral, dan rotasi.
Dari semua gerakan, gerakan fleksi, ekstensi, fleksi lateral, dan rotasi leher
disebut bebas karena discus intervertebralis lebih tebal pada bagian ini,
permukaan yang artikuler zygapophyseal lebih besar, kapsul sendi zygapophyseal
relatif longgar, dan leher lebih ramping. Pada daerah thorakal, discus
intervertebralis lebih kecil dibandingkan dari ukuran corpus vertebra. Gerakan
fleksi, ekstensi, dan fleksi lateral terjadi pada daerah servikal dan lumbal, namun
terbatas di daerah thorakal. Gerakan rotasi terjadi di sendi craniovertebral dan
daerah thorakal.
28
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
Otot - otot punggung ekstrinsik: otot – otot punggung superfisial dan
intermedia yang fungsinya untuk mengatur gerakan ekstrimitas dan
pernapasan
Otot - otot punggung intrinsik: otot – otot yang fungsinya untuk
mengatur gerakan columna vertebralis dan mempertahankan postur tubuh.
29
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
Lapisan profunda dari otot – otot punggung intrinsik adalah kelompok otot
musculi transversaspinales (musculus semispinalis, musculus multifudus, dan
musculus rotatores), musculus interspinales adalah otot yang membantu gerakan
ekstensi dan rotasi columna vertebralis. Musculus intertransversarii adalah otot
yang membantu gerakan fleksi lateral columna vertebralis, dan musculus
levatores costarum adalah otot yang menaikkan tulang iga dan membantu
pergerakkan fleksi lateral1.
Indeks massa tubuh adalah indeks mengenai perbandingan dari tinggi per
berat badan yang sering digunakan untuk mengklasifikan berat ke dalam kategori:
kurang, lebih, normal, ideal, dan obesitas pada orang dewasa. Didefinisikan
dengan berat (dalam satuan kilogram) dibagi dengan tinggi (dalam satuan m2),
dalam satuan kg/m2.
Indeks massa tubuh bervariasi dalam setiap individu dan tidak membedakan
antara massa otot dan lemak. Keseimbangan antara intake dan output energi yang
menentukan IMT diatur oleh sistem saraf otonom11.
IMT menurut WHO pada tahun 2000 untuk orang Asia dibagi menjadi
kriteria sebagai berikut24:
Underweight (IMT<18.50)
Normal range (IMT 18.50-22.90)
Overweight:
o At risk (IMT 23.00-24.90)
o Obese I (IMT 25.00-29.90)
o Obese II (IMT ≥30.00)
30
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan
2.5.1. Indeks massa tubuh rendah dan skoliosis
Lemak tubuh, IMT, usia pertama kali mens, dan asimetri trunkal mempunyai
mekanisme yang sama ketika masih berkembang. IMT bisa menjadi pengganti
terhadap pengukuran lemak tubuh dan kadar leptin yang beredar dalam darah.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa asimetri trunkus yang parah bisa disebabkan
oleh sensitivitas hipotalamus yang meningkat secara selektif terhadap leptin
melalui sistem saraf simpatis sebagai respons yang dieksaserbasikan oleh kadar
leptin dalam darah yang rendah, kemungkinan berkaitan dengan IMT yang
rendah. Asimetri fungsi hipotalamus ini dieksprsikan secara fenotip melalui
sistem saraf simpatis yang beraksi secara bilateral untuk menciptakan asimetri
vertebra atau iga yang mengakibatkan asimeri trunkus yang parah.
31
Hubungan antara indeks massa tubuh dengan skoliasis pada mahasiswa diatas 18 tahun
Adrian Pradipta Setiawan