Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FILSAFAT ILMU

Struktur ilmu pengetahuan


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu :
Tedhi Setiadhi, M.Sos

Disusun Oleh Kelompok 8 :


Adl rafii dhaulhaq
M Hazmi Ibnu Zein
Rean Agustian

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DAARUT TAUHIID


KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
2022/2023
Jl. Gegerkalong Girang No. 67 Bandung
Telp : 022 200 3238 Website : http//www.stai-dt.ac.i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok dalam mata kuliah Filsafat Ilmu. Shalawat beserta salam kami sampaikan kepada
junjungan kita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam yang selalu kita nantikan syafa’atnya
kelak di hari kiamat.
Alhamdulillah wa syukurillah. Penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu, meskipun dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman kami yang masih
terbatas. Semoga pembahasan mengenai struktur ilmu pengetahuan dapat menambah
wawasan dan memberikan manfaat bagi semua pihak. Kami mohon maaf apabila masih
terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Saran dan kritik dari pembaca kami harap
dapat membangun makalah ini lebih baik lagi. Terima kasih.

Bandung, 20 Desember 2022

Pemakalah

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………........... 2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………........ 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………….............. 4


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………................. 4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………................ 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 metode ilmiah ………… ……………………………………………….......... 6

2.2 teori ……………………………………………………………………......... 7

2.3 hipotesis……………………………………..……………………................. 9

2.4 Logika …………………………………………..…….……………............. 10

2.5 Data informasi………………………………………………………….........


11

2.6 Pembuktian…………………………………………………..………….......
12

2.7 Evaluasi……………………………………………………………………...
13

2.8 Paradigma……………………………………………………………………
14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………..............
15

3.2 Saran……………………………………………………………...................
15

Daftar pustaka……………………………………………………………….................
16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia telah mampu mewujudkan prestasi ilmiahnya secara teori dan praktik di
abad ke-20 ini, yang 10% atau bahkan 0,1% dari prestasi-prestasi ilmiah itu belum mampu di
wujudkan pada abad-abad sebelumnya (Yusuf Qardhawi, 2001: 20) dalam buku “filsafat ilmu
pengetahuan, Jalaluddin”. Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk
tahu. Berbedanya cara dalam mendapatkan pengetahuan tersebut serta tentang apa yang dikaji
oleh pengetahuan tersebut membedakan antara jenis pengetahuan yang satu dengan yang
lainnya.

Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, Pertama,


manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran
yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua adalah kemampuan berpikir menurut suatu
alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar
kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui suatu cara tertentu. Suatu
penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikannya dilakukan
menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika
secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih (yang
benar)”.

Pengetahuan banyak jenisnya, salah satunya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan yang objek telaahnya adalah dunia empiris dan proses pendapatkan
pengetahuannya sangat ketat yaitu menggunakan metode ilmiah. Ilmu menggabungkan logika

4
deduktif dan induktif, dan penentu kebenaran ilmu tersebut adalah dunia empiris yang
merupakan sumber dari ilmu itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa struktur ilmu pengetahuan?
2. Apa saja metode ilmiah yang termasuk kedalam struktur ilmu pengetahuan ?
3. Dan bagaimana teorinya?
4. Bagaimana hipotesis penelitian nya?
5. Dan bagaimana pembuktian
1.3 Tujuan
1. Memahami tentang struktur ilmu pengetahuan
2. Memahami metode secara ilmiah
3. Mengetahui hipotesis
4. Memahami kaitan antara nilai dan fakta
5. Mengetahui aliran-aliran dalam Aksiologi
6. Mengetahui bagian-bagian dalam Aksiologi

5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aksiolog
Struktur Ilmu Pengetahuan
ilmu pengetahuan ini Terdapat suatu anggota yang luas bahwa ilmu pada dasarnya
adalah metode induktif-empiris dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Memang terdapat
beberapa alasan untuk mendukung penilaian yang populer ini karena ilmuwan
mengumpulkan fakta-fakta tertentu, melakukan pengamatan dan mempergunakan data
indrawi. Walaupun begitu analisis yang mendalam terhadap metode keilmuwan menyatakan
kenyataan bahwa apa yang dilakukan ilmuwan dalam usahanya mencari pengetahuan lebih
tepat digambarkan sebagai kombinasi antara prosedur empiris dan rasional. Epistimologi
keilmuan adalah rumit dan penuh dengan kontrofersi.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metode keilmuwan adalah suatu cara dalam
memperoleh pengetahuan. Suatu rangkaian prosedur tertentu harus diikuti untuk
mendapatkan jawaban tertentu dari pertanyan tertentu pula. Mungkin epistimologi dari ilmu
pengetahuan akan lebih mudah dibicarakan jika kita mengarahkan perhatian kita kepada
sebuah rumus yang mengatur langkah-langkah proses berfikir sekaligus menjadi unsur-unsur
dalam ilmu pengetahuan yang diatur dalam urutan tertentu. Kerangkah dasar prosedur dalam
struktur ilmu pengetahuan ini dapat diurutkan dalam 8 rangkah:

2.1 Metode ilmiah

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut


ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Tidak
semua pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkan
harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Metode merupakan suatu prosedur atau cara
mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.

6
Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam memplajari peraturan-peraturan
dalam metode trsebut. Jadi metodlogi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan
yang terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi ini secara filsafat termasuk dalam apa yang
dinamakan epistimologi. Epistimologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita
mendapat kan pengetahuan. Apakah sumber-sumber pengetahuan ?, apa hakikat pengetahuan
apakah manusia di mungkinkan mendapatkan pengetahuan ?, sampai tahapan manakah
pengetahuan yang mungkin ditangkap manusia ? Seperti diketahui berfikir adalah kegiatan
mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara
bekerja pikiran, dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan
mempunyai karakteristik tertentu yang diminta oleh ilmu pengetahuan yaitu sifat rasional dan
teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disususnya merupakan pengetahuan
yangdapat diandalkan. Dalam hal ini maka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara
berfikir deduktif dan cara berfikir induktif dalam menggabungkan tubuh pengetahuannya.

Secara garis besar metode ilmiah dibagi menjadi 2 :

Metode ilmiah yang bersifat umum

Metode ilmiah yang bersifat umum dibagi dua, yaitu metode analitiko-sintesis dan
metode nondeduksi. Metode analitiko-sintesis merupaka gabungan dari metode analisi dan
metode sintesis. Metode nondeduksi merupakan gabungan dari metode deduksi dan metode
induksi.

Metode penyelidikan ilmiah

Metode penyelidikan ilmiah dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode penyelidikan yang
berbentuk daur/ metode siklus empiris dan metode vertikal atau yang berbentuk garis
lempeng atau metode linier.

Yang dinamakan metode siklus-empiris adalah suatu cara penanganan terhadapsuatu


obyek ilmiah tertentu biasanya bersifat empiris-kealamaan dan penerapanya terjadi ditempat
yang tertutup, misalna seperti di dalam laboratorium.Metode vertikal atau berbentuk garis
tegak lurus atau metode linier atau berbentuk garis lempeng digunakan dalam penyelidikan
yang pada umumnya mempunyai objek materialnya hal-hal yang pada dasarnya bersifat
kejiwaan, yaitu lazimnya berupa atau terjelma dalam tingkah laku manusia dalam berbagai
bidang kehidupan seperti dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Penerapan
metode seperti ini apabila dikatakan mengambil bentuk-bentuk garis tegak lurus berarti suatu

7
proses yang bertahap dan apabila dikatakan mengambil bentuk garis lempeng berarati proses
yang bersifat setapak demi setapak.Penerapan metode ini diawali dengan pengumpulan bahan
penyelidikan secukupnya, kemudian bahan itu dikelompokkan menurut satu pola atau satu
bagian tertentu. Dalam babak terakhir kita menarik kesimpulan yang umum berdasarkan atas
pengelompokan bahan semacam itu dan apabila di pandang perlu kita dapat pula mengadakan
peramalan atau prediksi yang menyangkut obyek penyelidikan yang bersangkutan.
Penyelidikan semacam ini biasanya dilakukan di alam bebas atau dialam terbuka, yaitu
kelompok manusia tertentu.

2.2 Teori Nilai

Apa sebenarnya nilai itu? nilai sebagai sesuatu yang menarik bagi seseorang, sesuatu
yang menyenangkan, sesuatu yang dicari, sesuatu yang disukai dan diinginkan. Pendeknya,
nilai adalah sesuatu yang baik. Lawan dari nilai adalah non-nilai atau disvalue. Ada yang
mengatakan disvalue sebagai nilai negatif. Sedangkan sesuatu yang baik adalah nilai positif.
Hans Jonas, seorang filsuf Jerman-Amerika, mengatakan nilai sebagai the addresse of a yes.
Sesuatu yang ditujukan dengan ya.
Masalah kebenaran memang tidak terlepas dari nilai, tetapi nilai adalah menurut nilai
logika. Teori nilai adalah menyelesaikan masalah etika dan estetika.Teori nilai dalam filsafat
mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika memiliki dua arti yaitu kumpulan
pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia, dan predikat yang dipakai
untuk membedakan perbuatan,tingkah laku, atau yang lainnya. Nilai itu bersifat objektif, tapi
kadang-kadang, bersifat subjektif. Dikatakan objektif, jika nilai-nilai tidak tergantung pada
subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan,berada pada objeknya, bukan
pada subjek yang melakukan penilaian.
Kebenaran, tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada,
objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam
memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai
subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti
perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

2.3 Teori

8
Teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam
dunia fisik tersebut. Teori merupakan suatu absraksi intelektual dimana pendekatan secara
rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya, teori ilmu merupakan sesuatu
penjelasan rasional yang bersesuaian dngan obyek yang dijelaskannya.

Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu


faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Sebenarna tujuan akhir dari setiap disiplin
keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang bersifat utuh dan kosisten,
namun hal ini baru dicapai oleh beberapa disiplin keilmuan saja seperti umpamanuya fisika.
Bila dalam fisika saja keadaannya sudah seperti ini maka dapat dibayangkan bagaimana
situasi perkembangan penjelasan teoritis pada disiplin-disiplin keilmuan dalam bidang sosial.
Ilmu sosial pada kenyataanyaterdiri berbagai teori yang tergabung dalam suatu disiplin
keilmuan satu sama lain belum membentuk suatu perspektif teoritis yang bersifat umum.

Suatu teori biasanya terdiri dari hukum-hukum. Hukum pada hakiatnya merupakan
pernyataan yang menyatakan hubungan variabel atau llebih dallam satu kaitan sebab akibat
yang mencakup hubungan sebab akibat ini, atau dengan perkataan lain hubungan kasualitas,
memungkinkan kita untuk meramalkan apa yang terjadi sebagai akibat dari sebuah sebab.
Secara mudah maka dapat kita katakan bahwa teori adalah pengetahuan ilmiah yang
memberikan penjelasan tentang “mengapa” suatu gejala-gejala terjadi. Sedsngkan hukum
memberikan kemampuan kepada kita untuk meramalkan tentang “apa” yang mungkin terjadi.
Pengetahuan ilmiah yang berbentuk teori dan hukum ini harus mempunyai tingkat keumuman
yang tinggi, atau secara idealnya, harus bersifat universal.

2.4 Hipotesis
Fakta tidak berbicara untuk diri mereka sendiri. Dalam dunia yang telaah ilmu,
sekelompok molekul atau sel tidak meloncat-loncat, melambaikan tangan, bersuit-suit, dan
mengatakan. “hai, lihat saya! Disini! Saya adalah batu,atau pohon, atau kuda.” Apanya suatu
benda yang tergantung kepada merek yang diberikan pada manusia kepada benda tersebut.
Kenyataan ini membawah kita kepada segi yang paling sulit dari metodologi keilmuan yakni
peranan dari hipotesis.
Hipotesis adalah pernyatan sementara tentang hubungan antara variabel. Hubungan
hipotesis ini diajuhkan dalam bentuk dugaan kerja atau teori, yang merupakan dasar dalam
menjelaskan kemungkinan hubungan tersebut. Hipotesis diajuhkan secara khas dengan dasar
coba-coba. Hipotesis berfungsi untuk mengikat data sedemikian rupa sehingga hubungan
yang diduga dapat kita gambarkan dan penjelasan yang mungkin dapat kta ajukan. Oleh
karena itu maka sebelum teruji kebenarannyasecara empiris semua penjelasan rasional yang
diajuhkan statusnya hanyalah bersifat sementara. Sekiranya menghadapi suatu masalh
tersebut kita dapat memajuhkan hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah
9
tersebut. Dari sekian hipotesis yang diajuhkan hanya satu yang diterima berdasarkan kriteria
kebenaran korespondensi yakni hipotesis yang didukung oleh fakta empiris.

2.Logika
Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan. Agar
pengetahuan dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses bergikir itu
harus dilakukan dengan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid kalaw
proses penarikan kesimpulan itu dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan
ini disebut logika, dimana logika secara luas didefinisikan sebagai ” pengkajian berfikir
secara valid”.
Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tempat
dahn sehat. Logika menurut The Liang Gie digolongkan menjadi 5 macam yakni:
i. Logika dalam pengertian luas dan sempit

ii. Logika deduktif dan induktif

iii. Logika formal dan material

iv. Logika murni dan terapan

V. Logika filsafati dan matematik

2.6 Data-Informasi
Tahapan ini merupakan suatu yang dikenal dalm metode keilmuan. Disebab oleh
banyaknya kegiatan keilmuan yang diarahkan kepada pengumpulan data, maka banyak orang
yang menyamakan keilmuan dengan pengumpulan fakta. Hasil observasi ini kemudian
dituangkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Penyusunan dan klasifikasih data tahapan
metode keilmuan ini menekankan kepada penyusunan kata dalam kelompok-kelompok, jenis-
jenis dan kelas-kelas. Dalm sebuah cabang ilmu usaha untuk mengidentifikasi, menganalisia,
membadingkan, dan membedakan fakta-fakta yang tergantung kepada adanya klasifikasi
yang disebut taksonomi dan ilmuan modern terus berusaha untuk menyempurnakan
taksonomi untuk bidang keilmuan mereka.
2.7 Pembuktian
Langka selanjutnya setelah menyusun hipotesis adalah menguji hipotesis tersebut
dengan mengonfrontasikannya dengan dunia fisik yang nyata. Sering kali dalam hal ini kita
harus melakukan perantara yakni menentukan faktor yang kita uji dalam langka melakukan
verifiasi terhadap keseluruan hipotesis tersebut. Kadang-kadang kita membutuhkan instrumen
10
yang membantu panca indra kita umpamanya teleskop atau mikroskop. Tidak jarang pula
beberapa pembuktian ilmiah membutuhka alat yang rumit sekali sehingga terjadi bahwa
hipotesis baru dapat dibuktikan beberapa lama setelah ditemukan alat yang dapat membantu
mengumpulkan fakta yang dibutuhkan.
Pengujian kebenaran dalam ilmu berarti mengetes alternatif-alternatif hipotesis
dengan pengamatan kenyatan sebenarnya. Dalam hubungan ini maka keputusan terakhir
terletak pada fakta. Jika fakta satu hipotesis, maka hipotesis yang lain dipilih dan diperoses
ulang.
2.8 Evaluasi
Evaluasi dalam hal ini adalah menarik kesimpulan yang merupakan penilaian apakah
sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses menguji
hipotesis tidak terdapat fakta yang cukup mendukung maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis
yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebelumnya serta
telah teruji kebenarannya.
Evaluasi dapat berupa penjelasan dari seluruh rangakaian metode ilmiah. Setelah ilmuan
melakukan pengamatan membuat deskriptis yang menurut dia adalah relevan dengan
masalahnya, dia menghadapi salah satu terpenting dari usahanya, yakni memberikan
penjelasan. Penjelasan ilmu pada dasarnya adalah mejawab pertanyaan “mengapa”. Terdapat
empat cara berbeda ynag digunakan dalam ilmu untuk menjawab pertanyaan ini yakni,
dekduktif probabilistik, genetis, dan fungsional.
2.9 Pragdigma
ilmu pengetahuan yang harus diketahui yang terakhir adalah terkait dengan
paradigma. Secara umum pengertian pradigma adalah seperangkat kenyakinan atau dasar
yang menuntut seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut
Guba pradigma ilmu pengetahuan mempunyai definisi bahwa seperangkat kenakinan
mendasar yang memandu tidakan-tindakan manusia dalam keseharian atau penyelidikan
ilmiah. Pandangan tetntang pradigma ilmu pengetahuan berubah antar waktu. Perubahan
pradigma dalam ilmu pengetahuan mencakaup seluruh aspek pradigma.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam teknologi informasi
dan komunikasi, telah membawa dampak luas dan perubahan yang begitu cepat terhadap
semua aspek pendidikan. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting. Melalui
pendidikan yang dikelola dengan baik dan melahirkan sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi dan kualitas yang tinggi. Pembinaan dan pengembangan pendidikan perlu terus
dikembangkan dan diwujudkan melalui proses berkesinambungan. Penyelenggaraan
pendidikan luar biasa pada dasarnya bertujuan untuk membantu peserta didik yang
menyandang kelainan fisik, mental, dan perilaku, agar mampu mengembangkan sikap
11
pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta
dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjut.

DAFTAR PUSAKA
https://www.rangkumanmakalah.com/struktur-ilmu-pengetahuan/
#B_Struktur_Ilmu_Pengetahuan

12

Anda mungkin juga menyukai