Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

LOGIKA DEDUKTIF

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu

Dedy Nugroho, M.Pd.

Disusun Oleh :

Faris Mujahid 1910112310005

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Logika Deduktif tepat waktu.

Makalah “Logika Deduktif” yang disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah
Filsafat Ilmu. Selain itu, saya juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Logika Deduktif.

Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin , 25 Maret 2021

(Faris Mujahid)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................................... 4
B. FOKUS MASALAH ....................................................................................................... 5
C. TUJUAN ......................................................................................................................... 5
D. MANFAAT ..................................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
KAJIAN TEORI ........................................................................................................................ 6
A. KAJIAN TEORI ............................................................................................................. 6
B. PERTANYAAN PENELITIAN ..................................................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................ 10
A. PENGERTIAN LOGIKA DEDUKTIF ........................................................................ 10
B. JENIS PENDEKATAN DEDUKTIF ........................................................................... 12
C. PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN STRATEGI PENGAJARAN SECARA
DEDUKTIF .......................................................................................................................... 12
BAB IV .................................................................................................................................... 14
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................ 14
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 14
B. SARAN ......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Setiap makluk hidup di dunia ini, manusia dan binatang, memiliki otak.
Karena memiliki otak maka manusia dan binatang mampu berpikir. Karena mampu
berpikir maka manusia dan binatang mampu menghasilkan pengetahuan, dimana
pengetahuan ini digunakan untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Kemampuan menalar yang dimiliki manusia menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuan jauh lebih maju dari pada binatang. Bahkan manusia
adalah satu-satunya makluk yang mengembangkan pengetahuannya secara sungguh-
sungguh di bumi ini. Manusia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah,
mana yang baik dan mana yang buruk, serta mana yang indah dan mana yang jelek.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan
kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Meskipun demikian patut kita sadari
bahwa tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi
penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakter meristik tertentu
dalam menemukan kebenaran.
Semua penalaran yang menggunakan pikiran sudah tentu berpangkal pada
logika. Dengannya, dapat diperoleh hubungan antar pernyataan. Namun, tidak semua
anggapan atau pernyataan berhubungan dengan logika. Hanya yang bernilai benar
atau salahlah yang bisa dihubungkan dengan logika.
Maka sudah menjadi sebuah keniscayaan bagi dunia keilmuan untuk
menjadikan sebuah diskursus tentang metode berfikir yang cocok dengan logika
sebagai sebuah pembahasan yang mendalam. Sehingga tepat atau tidaknya penentuan
pilihan dari metode atau cara yang mungkin diambil, akan menentukan hasil akhir
dari wacana tersebut. Maka dari itu akhirnya timbul pertanyaan tentang seperti apa
dan kapankan sebuah metode dalam logika berfikir ilmiah dapat diterima dan
digunakan sejalan dengan wacana tersebut. Pertanyaan itu akhirnya menawarkan
sistem induktif sebagai jawaban, sehingga pada pembahasan selanjutnya hal inilah
yang menjadi pokok pembicaraan dalam wacana kali ini.
B. FOKUS MASALAH
Manusia fitrahnya berkemampuan menalar, yaitu mampu untuk berpikir
secara logis dan analistis, dan diakhiri dengan kesimpulan. Kemampuan ini
berkembang karena didukung bahasa sebagai sarana komunikasi verbalnya, sehingga
hal-hal yang sifatnya abstrak sekalipun mampu mereka kembangkan, hingga akhirnya
sampai pada tingkatan yang dapat dipahami dengan mudah. Karena hal inilah
mengapa dalam istilah Aristoteles manusia ia sebut sebagai animal rationale. Oleh
sebab itu seorang Cendekiawan seharusnya bekerja secara sistematis, berfikir, dan
berlogika serta menghindari diri dari subyektifitas pertimbangannya, meskipun hal ini
tidak mutlak.
Ketidakpuasan atas keilmuan yang dibangun diatas pemikiran awam terus
mendorong berbagai disiplin keilmuan, salah satunya adalah filsafat. Filsafat
mengurai kembali semua asumsi tersebut guna mendapatkan sebuah pengetahuan
yang hakiki. Setiap kepala memiliki pemikirannya masing- masing, begitu pula
dengan para ilmuan, setiap individu merujuk pada filsatat yang sama, yaitu
penggunaan metode Ilmiah dalam menyelesaikan sebuah problematika keilmuan yang
mereka hadapi. Karena penggunaan metode ilmiah dalam sebuah wacana keilmuan
dapat meringankan ilmuan dan pengikutnya dalam melacak kebenaran wacana mereka
tersebut. Sehigga akhirnya lahirlah sebuah asumsi bahwa dalam pengetahuan ilmiah
semua kebenaran dapat dipertanggung jawabkan, meskipun hanya atas nama logika.
Karena pada hakekatnya setiap kebenaran ilmiah selalu diperkuat dengan adanya
bukti-bukti empiris maupun indrawi yang mengikutinya.
Disebut logika bilamana ia secara luas dapat definisikan sebagai pengkajian
untuk berpikir secara benar, yang bermuara pada kesimpulan yang benar.

C. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari logika ilmu.
2. Mengetahui macam-macam logika ilmu.
3. Mengetahui pengertian dari penalaran.
4. Mengetahui prinsip-prinsip penggunaan penalaran deduktif.

D. MANFAAT
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.
BAB II

KAJIAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Logika
a. Pengertian Logika

Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan
dalam bahasa. Nama logika untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero
(abad ke -1 sebelum Masehi), tetapi dalam arti “seni berdebat”, Alexander
Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi adalah orang
pertama yang mempergunakan kata “logika” dalam arti ilmu yang
menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.
Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika
disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika
(ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara
lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional
untuk mengetahui dan kecakapan yang mengacu pada kesanggupan akal
budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang
dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Logika
secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara
valid.
Manusia fitrahnya berkemampuan menalar, yaitu mampu untuk
berpikir secara logis dan analistis, dan diakhiri dengan kesimpulan.
Kemampuan ini berkembang karena didukung bahasa sebagai sarana
komunikasi verbalnya, sehingga hal-hal yang sifatnya abstrak sekalipun
mampu mereka kembangkan, hingga akhirnya sampai pada tingkatan yang
dapat dipahami dengan mudah. Karena hal inilah mengapa dalam istilah
Aristoteles manusia ia sebut sebagai animal rationale. Oleh sebab itu
seorang Cendekiawan seharusnya bekerja secara sistematis, berfikir, dan
berlogika serta menghindari diri dari subyektifitas pertimbangannya,
meskipun hal ini tidak mutlak.
Ketidakpuasan atas keilmuan yang dibangun diatas pemikiran awam
terus mendorong berbagai disiplin keilmuan, salah satunya adalah filsafat.
Filsafat mengurai kembali semua asumsi tersebut guna mendapatkan
sebuah pengetahuan yang hakiki. Setiap kepala memiliki pemikirannya
masing-masing, begitu pula dengan para ilmuan, setiap individu merujuk
pada filsatat yang sama, yaitu penggunaan metode Ilmiah dalam
menyelesaikan sebuah problematika keilmuan yang mereka hadapi

2. Logika Deduktif
Penalaran Deduktif adalah suatu kerangka atau cara berfikir yang bertolak dari
sebuah asumsi atau pernyataan yang bersifat umum untuk mencapai sebuah
kesimpulan yang bermakna lebih khusus. Ia sering pula diartikan dengan istilah
logika minor, dikarenakan memperdalami dasar-dasar pensesuaian dalam
pemikiran dengan hukum, rumus dan patokan-patokan tertentu. Pola penarikan
kesimpulan dalam metode deduktif merujuk pada pola berfikir yang disebut
silogisme. Yaitu bermula dari dua pernyataan atau lebih dengan sebuah
kesimpulan. Yang mana kedua pernyataan tersebut sering disebut sebagai premis
minor dan premis mayor. Serta selalu diikuti oleh penyimpulan yang diperoleh
melalui penalaran dari kedua premis tersebut. Namun kesimpulan di sini hanya
bernilai benar jika kedua premis dan cara yang digunakan juga benar, serta
hasilnya juga menunjukkan koherensi data tersebut. Contoh dari penggunaan
premis dalam deduksi: Premis Mayor: Perbuatan yang merugikan orang lain
adalah dosa. Premis Minor: Menipu merugikan orang lain. Kesimpulan: Menipu
adalah dosa. Selain itu, matematika sebagai salah satu disiplin keilmuan yang
yang menerapkan prinsip koherensi di dalam pembuktian kebenarannya.
Penalaran deduktif merupakan salah satu cara berfikir logis dan analistik, yang
tumbuh dan berkembang dengan adanya pengamatan yang semakin intens,
sistematis, dan kritis. Juga didukung oleh pertambahan pengetahuan yang
diperoleh manusia, yang akhirnya akan bermuara pada suatu usaha untuk
menjawab permasalahan secara rasional sehingga dapat dipertanggung jawabkan
kandungannya, tentunya dengan mengesampingkan hal-hal yang irasional.
Adapun penyelesaian masalah secara rasional bermakna adanya tumpuan pada
rasio manusia dalam usaha memperoleh pengetahuan yang benar. Dan paham
yang mendasarkan dirinya pada proses tersebut dikenal dengan istilah paham
rasionalisme. Metode deduktif dan paham ini saling memiliki keterikatan yang
saling mewarnai, karena dalam menyusun logika suatu pengetahuan para ilmuan
rasionalis cenderung menggunakan penalaran deduktif.
Lebih jauh lagi deduksi sering lahir dari sebuah persangkaan mayoritas orang.
Sehingga hampir bisa dikatakan bahwa setiap keputusan adalah deduksi, Dan
setiap deduksi diambil dari suatu generalisasi yang berupa generalisasi induktif
yang berdasar hal-hal khusus yang diamati. Generalisasi ini terjadi karena adanya
kesalahan dalam penafsiran terhadap bukti yang ada. Generalisasi induktif sering
terjadi dari banyaknya tumpuan pada pengamatan terhadap hal-hal khusus yang
kenyataanya tidak demikian. seperti halnya kesalahan dokter dalam mendiagnosis
penyakit pasien, hal ini terjadi karena tanda-tandanya sama namun bisa jadi ada
penyakit lain dengan tanda-tanda seperti itu, ataupun kasus polisi yang
menyelidiki barang bukti di tempat tindakan kriminal.
Logika Formal atau disebut juga Logika Minor mempelajari asas, aturan atau
hukum-hukum berfikir yang harus ditaati, agar orang dapat berfikir dengan benar
dan mencapai kebenaran. Sedangkan Logika Material atau Mayor mempelajari
langsung pekerjaan akal serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya
dengan kenyataan praktis yang sesungguhnya, mempelajari sumber-sumber dan
asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan
akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu.
Kelebihan model ini adalah terletak pada faktor kebutuhan fokus yang intens
dalam menganalisa suatu pengertian dari segi materinya, sehingga penggunaan
waktu bisa lebih efisien. Bahkan dari segi lain keterampilan yang digunakan bisa
tersusun lebih rapi, hal ini bisa terjadi karena poin-poin yang ingin dicapai sudah
jelas. Terlebih pendekatan ini sesuai untuk digunakan dalam proses pembelajaran,
seperti halnya guru memberikan penerangan sebelum memulai pembelajaran.
Selain itu pada deduksi, kesimpulannya merupakan suatu konsekuensi logis dari
premis-premisnya. Sehingga pada suatu penalaran yang baik, kesimpulan dapat
menjadi benar manakala premis-premisnya benar. Adapun kelemahannya terletak
pada aktifitas penarikan kesimpulan yang dibatasi pada ruang lingkup tertentu.
Serta jika salah satu dari kedua premisnya, atau bahkan keduanya salah maka
kesimpulan yang didapat berdasarkan premis tersebut akan salah pula. Kelemahan
lainnya adalah kesimpulan yang diambil berdasarkan logika deduktif tak mungkin
lebih luas dari premis awalnya, sehingga sulit diperoleh kemajuan ilmu
pengetahuan jika hanya mengandalkan logika deduktif. Selain itu manakala
argumennya diuji kebenarannya, maka yang mungkin teruji hanya bentuk atau
pola penalarannya tapi bukan materi premisnya, jadi benar salahnya premis
tersebut tidak dapat diuji.

B. PERTANYAAN PENELITIAN
Dalam makalah ini saya akan menelaah permasalahan-permasalahan sebagai
berikut:

1. Apa pengertian logika?


2. Apa itu Logika Dedutif?
3. Apa saja Jenis Pendekatan Deduktif?
4. Bagaimana prinsip-prinsip penggunaan strategi pengajaran secara deduktif?
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN LOGIKA DEDUKTIF


Dalam kenyataan sehari-hari sering kita jumpai sejumlah guru yang
menggunakan metode tertentu yang kurang atau tidak cocok dengan isi dan tujuan
pengajaran. Akibatnya, hasilnya tidak memadai, bahkan mungkin merugikan semua
pihak terutama pihak siswa dan keluarganya, walaupun kebanyakan mereka tidak
menyadari hal itu.

Agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan dapat mencapai
tujuan pembelajaran, guru sebaiknya menentukan pendekatan dan metode yang akan
digunakan sebelum melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu pendekatan
dan metode tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang
akan menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan banyak
metode akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih bermakna.

Ketika mengajar di kelas 3 A Pak Mamat merasa ragu apakah persiapan


mengajar untuk konsep persilangan di SLTP yang sudah disiapkannya dapat
digunakan di kelas ini. Berdasarkan pengalamannya kelas 3 B agak berbeda dengan
kelas 3 lainnya. Karena sebagian besar siswa di kelas tersebut mempunyai
kemampuan belajar lebih rendah daripada rata – rata kemampuan kelas 3 di
sekolahnya. Pak Mamat merencanakan materi pelajarannya dibagi menjadi beberapa
kali pertemuan sehingga memerlukan waktu lebih banyak dibandingkan dengan kelas
3 yang lainnya. Metode yang digunakannya masih serupa dengan di kelas lain, hanya
ditambah metode bermain peran. Pak Mamat merasa gembira karena siswa yang
diperkirakan akan mengalami kesulitan belajar ternyata terbantu dengan cara yang
ditempuhnya.

Pendekatan deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari hal yang umum
menjadi kasus yang khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
menggunkan pola berfikir yang disebut silogisme. Ini terdiri dari dua macam
pernyataan yang benar dan sebuah kesimpulan (konklusi). Kedua pernyataan
pendukung silogisme disebut premis (hipotesis) yang dibedakan menjadi premis
mayor dan premis minor. Kesimpulan diperoleh sebagai hasil penalaran deduktif
berdasarkan macam premis itu.

Dalam pelaksanaannya, mengajar dengan pendekatan induktif akan lebih


banyak memerlukan waktu daripada mengajar denan menggunakan pendekatan
deduktif. Tetapi baik kelas yng rendah atau kelas yang lemah akan lebih baik
mengajar dengan menggunakan pendekatan induktif. Sebaliknya kelas yang kuat akan
merasakan pengajaran dengan pendekatan induktif bertele-tele. Kelas ini lebih cocok
diberi pengajaran dengan pendekatan deduktif.

Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan


para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya,
menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan
bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu
ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika
panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.

Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah


mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat
juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. Alternatif dari penalaran
deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat
disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis dari bukti-bukti
umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi,
dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan
khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip
yang dianggap dapat berlaku secara umum.

Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai


kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji
informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang
spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umu. Dengan memikirakan fenomena
bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, Isaac Newton
menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan LeVerrier menerapkan
teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi,
dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi)
dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).
B. JENIS PENDEKATAN DEDUKTIF
Dalam Pendekatan Deduktif terdapat beberapa jenis diantaranya:

1. Untuk Penyelesaian Masalah

Pendekatan deduktif banyak digunakan untuk menyelesaikan


masalah. Contoh : setelah murid mempelajari imbuhan “ber” peserta didik
disuruh membuat beberapa ayat dengan imbuhan “ber”.

2. Untuk Membuat Generalisasi Baru

Boleh digunakan untuk membuat generalisasu baru. Contohnya,


setelah murid mempelajari rumus luas segiempat tepat,mereka dibimbing
menggunakan rumus itu untuk mendapat rumus luas segitiga bersudut
tegak.

3. Untuk Membukti Hipotesis

Boleh digunakan untuk membuat hipotesis melalui prinsip atau


hokum yang telah dipelajari. Contohnya, setelah murid mempelajari
teorema sudut-sudut bersebelahan atau garis lurus mereka dibimbing
menggunakan teorema ini untuk membuktikan hasil tambah tiga sudut
dalam sebuah segitiga.

C. PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN STRATEGI PENGAJARAN SECARA


DEDUKTIF
1. Pada peringkat permulaan, masalah atau hipotesis harus didedahkan terlebih
dahulu.
2. Murid-murid harus dibimbing mengingat kembali rumus, generalisasi, prinsip,
teorem atau teori agar membolehkan mereka menyelesaikan masalah atau
hipotesis yang telah didedahkan.
3. Generalisasi, prinsip atau teori yang digunakan untuk menyelesaikan masalah atau
membukti hipotesis haruslah diketahui serta telah difahamkan secara mendalam.
4. Pendekatan Deduktif haruslah dilaksankan mengikuti prosedur dengan tepat.
5. Proses menyelasaikan masalah atau untuk membuktikan hipotesis tidak terhadap
kepada menggunakan satu generalisasi, prinsip, rumus, hokum atau teori yang
dipelajari.
6. Guru sendiri tidak perlu menunjukkan cara menyelesaikan masalah atau
menguraikan cara membukti hipotesis, tetapi membimbing murid melalui aktifitas
soal-jawab sehingga mereka menjalankan aktifitas penyelesaian masalah sendiri.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari makalah, saya dapat menyimpulkan bahwa dalam mempelajari suatu nilai
kebenaran, manusia dituntut untuk bisa memanfaatkan wahana berpikir yang
dimilikinya, manusia juga harus mampu memposisikan dirinya diposisi kebenaran.
Hal yang harus dilakukan manusia adalah menempatkan penalaran. Penalaran sebagai
salah satu langkah menemukan titik kebenaran. Pengetahuan inilah yang disebut
dengan ilmu dan ilmu inilah yang membuat manusia bisa berpikir.

B. SARAN
Diharapkan pembaca dapat dituntut untuk memikirkan secara mendalam
mengenai logika ilmu dan berpikir ilmiah untuk itu diharapkan memiliki referensi
keilmuan yang mencukupi guna menguasai cabang filsafat tersebut. Hal ini amat
penting mengingat filsafat ilmu adalah akar dari berbagai keilmuan yang terus
berkembang pesat dewasa ini.
DAFTAR PUSTAKA

Salam, Burhanuddin. 1997, ”Logika Material (Filsafat Ilmu Pengetahuan)”, Bandung : PT


Rineka Cipta
Poespoprodjo, W. 1999,”logika scientifika (Pengantar dialektika dan ilmu )”,Bandung :
Pustaka Grafika
Semiawan, R.conny, Putrawan,l.made. dan setiawan,l. 1988,”Dimensi Kreatif Dalam Filsafat
Ilmu”.Bandung : : CV Rrmadja karya.
Rurajiyo, Astanto,Sugeng.2006,”Dasar-dasar Logika”.jakarta : Bumi Aksara
Sumbus, Sukriadi.2000.”Mantik Kaidah Berfikir Islam”,Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Bagir, Zainal Abidin. Integrasi Ilmu dan Agama: Interpretasi dan Aksi. T.t.: Mizan Pustaka,
2005.
Bahm, Archie J. Filsafat Perbandingan. Yogyakarta: Kanisius, t.th.
Bakar, Oesman. Hierarki Ilmu. Bandung: Mizan, 1997.
Bakry, Noor Ms. Logika Praktis Dasar Filsafat dan Sarana Ilmu. Yogyakarta: Liberty, 2001.
LOGIKA
DEDUKTIF
L O Logika berasal dari kata Yunani kuno
(logos) yang berarti hasil pertimbangan
akal pikiran yang diutarakan lewat kata
dan dinyatakan dalam bahasa. Nama

G K logika untuk pertama kali muncul pada


filsuf Cicero (abad ke -1 sebelum Masehi),
tetapi dalam arti “seni berdebat”,
Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan
I A abad ke-3 sesudah Masehi adalah orang
pertama yang mempergunakan kata
“logika” dalam arti ilmu yang menyelidiki
lurus tidaknya pemikiran kita.
Apa itu Logika Deduktif?
Penalaran Deduktif adalah suatu kerangka atau
cara berfikir yang bertolak dari sebuah asumsi
atau pernyataan yang bersifat umum untuk
mencapai sebuah kesimpulan yang bermakna
lebih khusus. Ia sering pula diartikan dengan
istilah logika minor, dikarenakan memperdalami
dasar-dasar pensesuaian dalam pemikiran dengan
hukum, rumus dan patokan-patokan tertentu.
Pola penarikan kesimpulan dalam metode
deduktif merujuk pada pola berfikir yang disebut
silogisme..
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-
prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-
kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran
induktif menguji informasi yang spesifik, yang
mungkin berupa banyak potongan informasi yang
spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umu.
Dengan memikirakan fenomena bagaimana apel
jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, Isaac
Newton menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad
ke-19, Adams dan Le Verrier menerapkan teori
Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan
keberadaan, massa, posisi,
dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan
khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam
orbit Uranus yang diamati (data spesifik).
Jenis Pendekatan Deduktif
• Untuk Penyelesaian Masalah
• Untuk Membuat Generalisasi Baru
• Untuk Membukti Hipotesis
Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pengajaran Secara Deduktif
• Pada peringkat permulaan, masalah atau hipotesis harus didedahkan terlebih dahulu.
• Murid-murid harus dibimbing mengingat kembali rumus, generalisasi, prinsip, teorem atau
teori agar membolehkan mereka menyelesaikan masalah atau hipotesis yang telah
didedahkan.
• Generalisasi, prinsip atau teori yang digunakan untuk menyelesaikan masalah atau membukti
hipotesis haruslah diketahui serta telah difahamkan secara mendalam.
• Pendekatan Deduktif haruslah dilaksankan mengikuti prosedur dengan tepat.
• Proses menyelasaikan masalah atau untuk membuktikan hipotesis tidak terhadap kepada
menggunakan satu generalisasi, prinsip, rumus, hokum atau teori yang dipelajari.
• Guru sendiri tidak perlu menunjukkan cara menyelesaikan masalah atau menguraikan cara
membukti hipotesis, tetapi membimbing murid melalui aktifitas soal-jawab sehingga mereka
menjalankan aktifitas penyelesaian masalah sendiri.
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai