Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEBENARAN LOGIKA DALAM ILMU FILSAFAT

Dosen pengampu:
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
FILSAFAT
Disusun Oleh:
MUHAMMAD NUR HIDAYATULLAH
HASYIM ASSYIRKA
SAHRUL
RINI ANDINI
EKA PUTRI ANI
NITA S
NUR HAWANI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IAI AL-AMANAH JENEPONTO
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
C. Tujuan....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Ideologi.................................................................................... 2
1. Pengertian Ideologi....................................................................... 2
2. Fungsi Ideologi................................................................................ 2
3. Kekuatan Ideologi.......................................................................... 2
4. Makna Ideologi................................................................................ 2
5. Jenis-Jenis Ideologi........................................................................ 2
B. Hakikat Pancasila sebagai Ideologi Terbuka............................ 2
C. Gagasan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka........................... 2
1. Nilai Dasar......................................................................................... 2
2. Nilai Instrumen............................................................................... 2
3. Nilai Praktis...................................................................................... 2
D. Sikap Positif terhadap Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
................................................................................................................... 2
1. Sikap Positif terhadap Nilai-nilai Pancasila........................ 2
2. Perilaku yang Sesuai dengan Nilai-nilai Pancasila sebagai
Ideologi Terbuka............................................................................ 2
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 2
B. Saran.......................................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nyasehingga makalah kebenaran ideologi
dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran
filsafat. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah kebenaran ideologi dalam ilmu
filsafat. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang
akan menjadi bahan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan
makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah kebenaran ideologi dalam
ilmu filsafat ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha
Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia.
Semoga makalah kebenaran ideologi dalam ilmu filsafat ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.
Indonesia, 20 Desember 2021
Penyusun

Kelompok 3
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling tinggi, dianugerahi oleh
akal pikiran yang berguna bagi manusia dalam mencari dan menemukan
jawaban atas berbagai permasalahan. Berpikir dikatakan menjadi bagian
dari kehidupan manusia (Suwardi Endraswara, 2012: 175). Dengan kata
lain semua orang sudah, sedang, dan akan melakukannya sepanjang waktu
selama hidup. Dengan berpikir kita dapat mampu menarik sebuah
kesimpulan atau menemukan jawaban atas permasalahan yang terjadi.

Sejak kecil manusia sudah mulai berpikir tetang segala sesuatu


disekitarnya, sebagai contoh: anak kecil akan selalu bertanya: apa ini? Atau
apa itu? Kepada orang tuanya tentang sesuatu yang sedang dilihat
dan/atau dipikirkannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga sering
mendengar ungkapan “omonganmu tidak logis” atau “kalau ngomong yang
logis dong”. Kedua ungkapan tersebut menimbulkan pertanyaan apakah
tidak logis sama dengan tidak masuk akal? Atau apakah yang tidak logis itu
sama dengan tidak benar? Kalau berbeda apakah yang dimaksud tidak logis
tersebut? Apakah yang dimaksud dengan benar itu sendiri? Apakah yang
logis itu selalu benar? Bagaimana sesuatu dikatakan benar?
Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, seputar
kelogisan dan kebenaran sesuatu, maka makalah ini disusun untuk
memaparkan dan memberikan pengertian serta pemahaman yang jelas
tentang logika dan kebenaran meliputi: pengertian logika dan kebenaran,
macam-macam logika dan kebenaran, manfaat logika dalam
pengembangan ilmu, dan cara penemuan kebenaran, serta kebenaran
ilmiah dan non-ilmiah.

B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah tentang Pancasila sebagai Ideologi Terbuka ini
adalah sebagai berikut:
1.Arti penting dari Logika dan Kebenaran
2.
PEMBAHASAN

A. LOGIKA
1. Pengertian Logika
Dalam filsafat ilmu, logika sangat dibutuhkan untuk menjelaskan dan
memahami sebuah gejala keilmuan. Hadiatmaja dan Kuswa Endah  melalui
Suwardi Endraswara (2012: 174) menyatakan bahwa logika adalah cabang
filsafat umum yang membicarakan masalah berpikir tepat, yaitu mengikuti
kaidah-kaidah berpikir yang logis.
Logika berasal dari kata Yunani yaitu “logos” yang berarti ucapan, kata,
akal budi, dan ilmu (Suwardi Endraswara, 2012: 173). Secara
leksikal, Oxford Advanced Learner’s Dictionary mendefinisikan logika
sebagai (1) the science of thinking about or explaining the reasons for
something, (2) a particular method or system of reasoning, dan (3) a way of
thinking or explaining something, whether right or wrong. Hal senada juga
ditegaskan oleh Karomani (2009: 14) yang mendefinisikan logika sebagai
suatu kajian tentang bagaimana seseorang mampu untuk berpikir dengan
lurus.
Logika adalah ilmu tentang metode dan prinsip yang memelajari
segenap asas, aturan dan tata cara mengenai penalaran yang benar untuk
membedakan yang benar dan yang salah. Logika merupakan ilmu sekaligus
keterampilan berpikir guna memeroleh argumentasi yang nalar ketika
digunakan untuk memandang sebuah fenomena (Suwardi Endraswara,
2012: 175).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa logika adalah ilmu atau cara
tertentu yang digunakan seseorang dalam rangka berpikir lurus guna
mencari alasan, penjelasan, dan jawaban atas sebuah permasalahan.

2.Macam-macam Logika
Logika sebagai sarana berpikir manusia apabila dipandang dari aspek
waktu, maka logika dapat dibedakan menjadi dua, meliputi:
a. Logika tradisional atau logika naturalis atau logika
kodratiah/alamiah (second order), yaitu cara berpikir sederhana
berdasarkan kodrat atau naluri fitrah manusia yang sejak lahir sudah
dilengkapi alat berpikir, sebagai contoh:
Makan tidak sama dengan minum.
Seseorang yang lapar pasti ingin makan.
Seseorang yang haus pasti ingin minum.
Logika tradisional ini sering disebut juga logika bahasa atau logika
linguistik karena logika jenis ini sering berfungsi untuk menganalisa
bahasa (Suwardi Endraswara, 2012: 178). Menurut Noeng Muhadjir
(2011: 23-24) logika tradisional terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Logika formil deduktif Aristoteles.
Disebut deduktif karena pembuktian diambil dari premis mayor yang
dipandang mutlak benar, untuk membuktikan kasus (yang disebut
premis minor) dan apabila terdapat kecocokan (dalam makna implisit)
dengan premis mayor, maka kesimpulan kasus itu benar. Sedangkan
disebut formil karena kebenaran diuji berdasarkan sinkrunnya
proposisi-proposisi mayor-minor dan term tengahnya, bukan diuji
berdasarkan kebenaran materiil. Contoh:

        Semua manusia (subyek mayor) dapat mati (predikat mayor)


        Si Ali (term tengah) itu manusia (subyek mayor)
        Jadi: Si Ali (term tengah) dapat mati (predikat mayor)

2.Logika materiil axiomatik Euclides.


Logika jenis ini disebut materiil karena pembuktian kebenaran
berdasarkan bukti empiris. Kebenarannya didasarkan pada cocoknya
rasio dengan bukti empiris. Logika ini juga disebut axiomatik karena
pembuktian kebenaran berdasar axioma atau kebenaran universal.
Contohnya:
        Matahari terbit dari dari Timur dan terbenam di Barat.

b.  Logika Modern atau logika artifisialis atau logika


matematika/simbolik atau logika ilmiah (first order), yaitu jenis
logika yang menerapkan prinsip-prinsip matematik terhadap logika
tradisional dengan menggunakan lambang-lambang (non-bahasa).
Dengan kata lain logika jenis ini menggunakan cara berpikir matematis.
Fakta yang dipakai adalah fakta-fakta obyektif yang andal, sehingga daya
tahan logika ini agak lama. Dengan kata lain logika jenis ini mempelajari
hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan bentuk-bentuk pikiran manusia
yang jika dipatuhi akan membimbing manusia untuk mencapai
kesimpulan-kesimpulan yang lurus dan sah (Suwardi Endraswara: 2012:
181-186). Sebagai contoh:
A > B (A lebih besar dari B)
A = C (A sama dengan C)
    C > B (C lebih besar dari B) atau B < C (B lebih kecil dari C)

c.  Logika Linguistik atau Logika Bahasa


Telah dipaparkan sebelumnya bahwa logika bahasa/linguistik (second
order) digunakan untuk mengambil kesimpulan fakta-fakta bahasa dan
sastra. Terdapat dua teori terkait pemahaman bahasa dan sastra yaitu:
(1) formal thinking yaitu teori bahasa platonik, bahwa manusia
sebenarya dapat bepikir formal sehingga menghasilkan subyek, predikat,
dan objek, dan (2) subjective thinking, yaitu teori bahasa chomsky, bahwa
sesuatu yg diekspresikan berada dalam pikiran manusia (Suwardi
Endraswara, 2012: 181).
Logika bahasa adalah cara berpikir menggunakan gagasan yang diawali
dengan hal-hal atau fakta yang bersifat khusus yang dituangkan dalam
beberapa kalimat atau berupa kalimat penjelasan berdasarkan
penjelasan itu berakhir pada kesimpulan umum yang dinyatakan dengan
kalimat topik. Dengan kata lain logika bahasa menggunakan alur berpikir
induktif. Contohnya:

Kuda Sumba punya sebuah jantung        (Penjelasan)


Kuda Australia punya sebuah jantung     (Penjelasan)
Kuda Amerika punya sebuah jantung     (Penjelasan)
Kuda Inggris punya sebuah jantung         (Penjelasan)
Setiap kuda punya sebuah jantung          (Kalimat Topik)
Bahasa yang baik dan benar dalam praktik kehidupan sehari-hari hanya
dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar dari setiap
orang untuk berpikir logis. Sebaliknya, suatu kemampuan berpikir logis
tanpa kemampuan bahasa yang baik, maka ia tidak akan dapat
menyampaikan isi pikiran kepada orang lain.

d.Logika Matematis
Logika matematika seperti telah dibahas di atas, adalah sebuah alat
berpikir yang menggunakan pernyataan-pernyataan (statements)
majemuk termasuk di dalamnya:
1.Bahasa untuk merepresentasikan pernyataan.
2.Notasi yang tepat untuk menuliskan sebuah pernyataan.
3.Metodologi untuk bernalar secara objektif untuk menentukan nilai
benar-salah dari sebuah pernyataan.
4.Dasar-dasar untuk menyatakan pembuktian formal dalam semua
cabang matematika.

e. Logika Filosofis
Menurut Russell melalui Suwardi Endraswara (2012: 183-185)
membagi logika ke dalam tiga tipe yaitu: logika tradisional klasik, logika
evolusionisme, dan logika atomisme.
1. Logika tradisional klasik
Perhatian utama adalah para filsuf Yunani yang menekankan pasa
rasio sebagai perhatian utamanya. Dengan kata lain rasio merupakan
satu-satunya keabsahan yang sahih. Metode deduksi apriori digunakan
dalam tipe ini untuk mengkaji fenomena yang ada. Semua realitas
adalah suatu kesatuan dan tidak ada perubahan. Logika dalam bentuk
ini dikonstruksikan melalui proses negasi. Dunia dibentuk oleh logika
dan disempurnakan oleh pengalaman.
2.Logika evolusionisme
Logika tipe ini menekankan dan mendasarkan pada ilmu pengetahuan.
Evolusionisme bukan ilmu pengetahuan yang sesungguhnya dan juga
bukan metode untuk memecahkan masalah. Filsafat sesungguhnya
adalah suatu yang lebih kuat sekaligus lebih longgar, menguak harapan-
harapan tentang keduniaan dan membutuhkan beberapa disiplin ilmu
supaya berhasil dalam mempraktikkannya.
3.Logika atomisme
Logika tipe ini mempunyai tujuan untuk mengupas habis struktur
hakiki bahasa dan dunia. Tujuan ini dicapai melalui jalan analisis.
Logika tipe ini, didasarkan pada pemikiran matematis.

f. Logika Pragmatik
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar
adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan
melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara
praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan
yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan
kepada individu-individu.
Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang
ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta
individual, konkret, dan terpisah satu sama lain. Dunia ditampilkan apa
adanya dan perbedaan diterima begitu saja. Representasi realitas yang
muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan
fakta-fakta umum.  Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan
dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau
direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih
yang bersifat metafisik.
3.Manfaat Logika
Jenis-jenis logika yang telah dipaparkan satu-persatu di atas, secara
historis tentu ada makna dan manfaatnya bagi manusia. Menurut Suwardi
Endraswara (2012: 178) memaprakan secara singkat manfaat logika yang
dapat dikategorikan sebagai berikut:
a.Logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-prinsip
abstrak yang dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan
bahkan seluruh lapangan kehidupan.
b.Logika menambah daya berpikir abstrak dan dengan demikian melatih
dan mengembangkan daya pemikiran dan menimbilkan disiplin
intelektual.
c.Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu yang kita peroleh
berdasarkan otoritas, emosi, dan prasangka.
d.Logika membantu kita untuk mampu berpikir sendiri dan tahu
membedakan yang benar dan yang salah.
e.Logika membantu orang untuk dapat berpikir lurus, tepat dan teratur
karena dengan berpikir demikian seseorang dapat memeroleh
kebenaran dan menghindari kesalahan.

B.KEBENARAN
1. Pengertian Kebenaran
Maksud hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Kebenaran ini menurut kam
us besar Bahasa Indonesia adalah keadaan (hal dsb) yang cocok dengan keadaan
(hal) yang sesungguhnya. Sementara menurut Syafi’i dikutip oleh Marwar didalam
artikelnya, “Kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu”
mengatakan bahwa kebenaran itu adalah kenyataan.  Kenyataan yang dimaksud itu
tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk
ketidakbenaran (keburukan). Jadi, ada dua pengertian kebenaran, yaitu kebenaran
yang berarti nyata-nyata di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari
keburukan (ketidakbenaran).

Kebenaran adalah kenyataan yang benar-benar terjadi. Pernyataan ini


pasti, dan tidak dapat dipungkiri lagi. Manusia selalu ingin tahu
kebenaran, karena hanya kebenaranlah yang bias memuaskan rasa ingin
tahu, dengan kata lain tujuan pengetahuan ialah mengetahui kebenaran.
Kita manusia bukan hanya sekedar ingin tahu, tetapi ingin mengetahui
kebenaran. Kita juga selalu ingin memiliki pengetahuan yang benar.
Kebenaran ialah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya.
Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan
obyeknya.

2. Macam-macam Kebenaran
Terdapat banyak pandangan mengenai teori  kebenaran dalam
kaitannya dengan pengembangan ilmu, di antaranya adalah
kebenaran empiris, kebenaran rasional, kebenaran ilmiah,
kebenaran intuitif,dan kebenaran relegius.
a. Kebenaran empiris.
Empiris adalah suatu keadaan yang bergantung bukti atau konsekuensi
yang teramati oleh indera. Data empiris yang
dihasilkan dari percobaan atau pengamatan
(Wikipedia).Jadi, empiris itu artinya kelihatan jelas, ada pembuktiannya,
bias kita dengar, sentuh, berdasarkan pada hal-hal yang
kelihatan dan sudah diuji kebenarannya. Merupakan hal yang
dapat diinderawi, hal yang
dirasakan oleh manusia dengan inderanya. Secara lebih jelas dengan conto
h berikut ini:

1. Api itu panas.
2.Es itu dingin
3. Daun itu hijau.
b.Kebenaran Rasional.
Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan yang logis;
menurut pikiran yang sehat; cocok dengan akal. Rasionalisme adalah
pandangan bahwa kita mengetahui apa yang kita pikirkan dan bahwa
akal mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran dengan
diri sendiri, atau bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan cara
membandingkan ide dengan ide Basman (2009: 30).
Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir,
sehingga kemampuannya tersebut dapat menangkap ide
atau prinsip tentang sesuatu yang
pada akhirnya sampai kepada kebenaran,
yaitu kebenaran rasional. Sebagaicontohberikut:
Ketika TV kita tidak berfungsi dengan baik maka dapat dipikir bahwa
dan dipastikan kalau ada komponen di dalam TV yang rusak atau sudah
perlu diganti. Pemikiran tentang ada sesuatu yang tidak beres ini
merupakan suatu hal rasional yang timbul dari fenomena TV dan dapat
dipastikan pikiran rasional ini benar.

c.Kebenaran Ilmiah.
Kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang muncul dari hasil
penelitian ilmiah dengan melalui prosedur baku berupa tahap-tahapan
untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang berupa metodologi ilmiah
yang sesuai dengan sifat dasar ilmu.
Oleh karena itu, kebenaran ilmiah sering disebut sebagai kebenaran nis
bi atau relatif. Sifat kebenaran ini sesuai dengan sifat keilmuan itu
sendiri yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan hasil
penelitian, karena suatu teori pada masa tertentu bisa jadi merupakan
kebenaran, tetapi pada masa berikutnya bisa jadi sebuah kesalahan
besar. Contoh kebenaran ilmiah:
1.Bumi itu bulat dan tidak datar.
2. Air mendidih pada 100°C

d .Kebenaran Intuitif.
Intuitif merupakan suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan 
seketika. Unsur utama bagi pengetahuan adalah kemukinan adanya sesu
atu bentuk penghayatan langsung (intuitif) Bergson dalam Muslih (2004:
68). Pendekatan ini merupakan pengetahuan yang
diperoleh tanpa melalui proses penalaran tertentu.
Intuisi bersifat personal dan tidak bias diramalkan.
Bahwa intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau tidak
bisa dijelaskan, dan tidak bisa dipelajari atau ditiru oleh orang
lain. Bahkan seseorang yang
pernah memperoleh intuisi sulit atau bahkan tidak bias mengulang peng
alaman serupa, misalnya, seorang yang
sedang menghadapi suatu masalah secara tiba-tiba menemukan jalan pe
mecahan dari masalah yang dihadapi atau secara tiba-
tiba seseorang memperoleh informasi mengenai peristiwa yang
akan terjadi.
e. Kebenaran Religius.
Kebenaran religius ialah kebenaran Ilahi, kebenaran yang
bersumber dari Tuhan. Kebenaran ini disampaikan melalui wahyu. Manu
sia bukan semata makhluk jasmani yang
ditentukan oleh hokum alam dan kehidupan saja,
ia juga makhluk rohaniah sekaligus, pendukung nilai.
Kebenaran tidak cukup diukur dengan interes  dan rasio individu,
akan tetapi harus bisa menjawab kebutuhan dan memberi keyakinan pa
da seluruh umat. Karena itu kebenaran haruslah mutlak,
berlaku sepanjang sejarah manusia. Contoh kebenaran religius:
1.Tentang madu.
2.Alkitab atau Alquran.
PENUTUP

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa logika dan


kebenaran dalam filsafat ilmu sangat dibutuhkan dan menjadi tujuan dalam
menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Logika, filsafat, dan
ilmu saling berkaitan satu dengan yang lainnya guna memperoleh sebuah
kebenaran yang sahih. Dengan kata lain, ketiga-tiganya merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Ilmu seharusnya bermain di
atas logika dan didukung oleh data (konfirmasi). Tanpa logika ilmu kurang
bermakna. Logika akan mengarahkan seorang peneliti ketika mencari
kebenaran. Logika mengutamakan kesadaran dan dan nalar yang jernih
dalam segala hal. Logika yang nalar harus didukung oleh konfirmasi,
artinya ada penjelasan dan pemahaman mendalam. Konfirmasi dapat
menjadi jalan mencapai kebenaran ketika didukung oleh strategi berpikir
logis.
Kebenaran menjadi cita-cita tertinggi yang dikejar oleh filsafat ilmu.
Kebenaranpun perlu didukung oleh fakta-fakta (data). Kebenaran yang
didukung oleh fakta (data), diperoleh melalui aplikasi berpikir
metodologis. Dengan kata lain, fakta (data) merupakan modal untuk
menemukan kebenaran yang logis. Kebenaran dan fakta selalu
menggunakan logika.
DAFTAR PUSTAKA

Basman. 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gusepa.


Depdiknas.2007. Kamus Besar Bahasa   Indonesia Pusat Bahasa.Edisi III.
Jakarta: Balai Pustaka.
Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Ilmu, Konsep, Sejarah, dan
Pengembangan Metode Ilmiah. Yogyakarta: PT. Buku Seru.

Muhadjir, Noeng. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Axiologi First


Order, Second Order & Third Order of Logics dan Mixing Paradigms
Implementasi Methodologik (Edisi IV). Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.
Mawardi, Imam. 2008. Kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu. Diunduh
pada tanggal 1 November 2012
dari http://mawardiumm.wordpress.com/2008/06/02/kebenaran-dalam-
perspektif-filsafat-ilmu/.
http://miazart.blogspot.com/2011/02/teori-tentang-kebenaran.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Empiris.
Muslih, Mohammad. 2004. FilsafatIlmu: Kajian atas Asumsi Dasar,
Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Belukar.
Susmanto, Daryo. 2012. Kebenaran Ilmiah dan Kebenaran Akal. Diunduh
pada tanggal 1 November 2012 dari
http://daryosusmanto.blogspot.com/2012/06/kebenaran-ilmiah-dan-
kebenaran-akal.html.

Anda mungkin juga menyukai