Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Indah Fatmawati, S.E., M.Si

Budiyanto
20222030003

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI DOKTOR MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2023
Efek Market Orientation dan Learning Orientation terhadap Performance
dengan Innovativeness sebagai Variabel Mediasi Pada IKM

A. Latar Belakang
Industri Kecil dan Menengah (IKM) dituntut untuk mengembangkan konsep
market orientation dalam organisasinya agar selaras dengan perubahan
lingkungan bisnis. Era Revolusi Industri 4.0 sangat penting untuk dipahami
bagaimana industri kecil dan menengah (IKM) dapat menginternasionalkan
bisnisnya agar tumbuh kuat dan tetap kompetitif, (Mac dan Evangelista 2016).
Persaingan yang meningkat, turbulensi tanpa henti, perubahan dan ketidakpastian
membuat organisasi untuk meningkatkan inovasi secara kontinu sebagai bagian
dari strategi perusahaan (Keskin, 2006).
Pertumbuhan ekspor IKM memiliki peran strategis dalam pertumbuhan
ekonomi nasional, penyerapan tenaga kerja, pemerataan pendapatan dan
kesejahteraan. IKM memiliki peluang untuk meningkatkan percepatan
pertumbuhan ekonomi domestik dan global (Lisboo et al., 2013). Selain sebagai
penggerak ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, UMKM juga menciptakan ide
ide baru melalui proses kegiatan inovasi (Cronin dan Gilmore, 2012). Pencapaian
yang ditunjukkan melalui kemampuan inovatif memungkinkan perusahaan
mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Al-Ansari et al., 2013).
Market orientation dipandang penting sebagai faktor yang mempengaruhi
performance perusahaan. Dalam market orientation produsen akan mengetahui
keinginan pelanggan, pesaing terkait produk yang diciptakan dan ketertaikan antar
fungsi dalam industri. Narver dan Slater (1990) mengemukakan bahwa “market
orientation adalah budaya organisasi yang paling efektif untuk menciptakan
perilaku penting dalam penciptaan nilai unggul bagi pembeli dan performance
dalam bisnis”.
Uncles (2000) menyatakan bahwa ”market orientation merupakan suatu
proses dan aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan dan pemuasan
pelanggan dengan cara terus menilai kebutuhan dan keinginan pelanggan secara
berkesinambungan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung
market orientation dan pembelajaran terhadap inovasi perusahaan (Farrell dan
Oczkowski, 2002; Sinkula dan Baker, 1999; Slater dan Narver, 1995).
Tidak hanya market orientation, learning orientation juga dipandang penting
dalam kemampuan perusahaan untuk melakukan inovasi produk. Perusahaan yang
menekankan pembelajaran dalam suatu organisasi lazimnya menganut filosofi
learning orientation. Learning orientation tersebut akan berkembang dengan baik
didalam suatu organisasi yang melaksanakan pembelajaran. Menurut Schein
(1996) “didalam organisasi yang memiliki learning orientation akan terjadi proses
pengembangan kemampuan yang sifatnya terus menerus untuk menciptakan masa
depan yang lebih baik”.
Geus (1998) menekankan kemampuan untuk belajar lebih cepat dari persaing
sebagai sumber keunggulan kompetitif perusahaan. Baker dan Sinkula (1999)
merekomendasikan sinergi market orientation dan learning orientation. Mereka
mengatakan bahwa perusahaan dengan sedikit kemampuan untuk belajar harus
lemah dan kurang dapat beradaptasi dalam hal kelincahan pasar. Perusahaan yang
ingin belajar tidak hanya memperoleh dan menyebarluaskan informasi pasar atau
menggunakan informasi pasar untuk menemukan metode layanan pelanggan baru,
tetapi juga dapat terus mempelajari perkembangan pasar. Slater dan Narver (1995)
menjelaskan bahwa memaksimalkan keterampilan bisnis dalam pembelajaran
pasar dan menciptakan market orientation merupakan awal yang memerlukan
proses lebih lanjut dalam bentuk pembelajaran berkelanjutan. Hardley dan
Mavondo (2000) pernah menyebutkan bahwa learning orientation memiliki
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap orientasi pelanggan dan kompetitif.
Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa derajat learning
orientation berpengaruh terhadap hubungan antara market orientation dengan
performance perusahaan.
Inovasi merupakan salah satu pilihan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menghadapi persaingan pasar dan pengelolaan yang berkelanjutan. Freeman
(2004) menyatakan bahwa “Inovasi adalah pekerjaan suatu perusahaan
menggunakan teknologi dan pengetahuan untuk mengembangkan, memproduksi
dan memasarkan produk-produk inovatif untuk industri”. Dengan kata lain,
inovasi adalah menemukan ide atau perubahan untuk terus memperbaiki dan
mengembangkan produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Teori lainnya dikemukakan oleh Farrel (2000), orientasi belajar merupakan
sumber keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus
memfasilitasi proses learning organization sebagai prioritas utama dalam bisnis.
Sikap dan tindakan manajemen seharusnya memfasilitasi pembelajaran dan
market orientation. Lebih jauh keduanya pada hakekatnya membutuhkan
semangat inovasi. Pemikiran tersebut didasarkan pada pemahaman bahwa
implementasi pasar bergantung pada kemampuan perusahaan untuk membedakan
baik produk maupun aktivitas pasarnya selangkah lebih maju dari pesaing
sehingga akan tercipta sikap inovatif. Ada dampak positif dari keseluruhan market
orientation pada tingkat inovasi dan performance inovasi perusahaan asuransi di
pasar AS dan UE (Nora Lado dan Olivares, 2001). Han et al (1998) dalam
penelitiannya menemukan bahwa sifat inovasi memberikan hubungan mediasi
antara market orientation dan performance perusahaan.
Sensus Ekonomi (SE) 2016 di D.I. Yogyakarta menunjukkan jumlah usaha
industri pengolahan di wilayah DIY sebanyak 146.440 unit dan meningkat 92%
dibandingkan dengan SE 2006. Populasi industri mikro kecil (UMK) sangat
dominan dengan proporsi 99,5%. Sementara industri menengah dan besar (IMB)
hanya sebesar 0,5%, persen (BPS D.I.Yogyakarta, 2022). Jumlah usaha industri
yang berskala mikro dan kecil di DIY berdasarkan hasil Survei Industri Mikro dan
Kecil (IMK) tahun 2020 sebanyak 137.499 unit dan mampu menyerap 271.524
orang tenaga kerja. Struktur usaha IMK didominasi oleh industri makanan dengan
proporsi 43,68% dari total usaha IMK di D.I. Yogyakarta. Jumlah tenaga kerja
yang terserap oleh industri makanan mencapai 48,21%. Golongan industri lain
yang cukup dominan dalam struktur IMK adalah industri kayu dan anyaman
(16,50 persen) serta pakaian jadi (13,44%). Rata-rata jumlah tenaga kerja yang
terserap pada setiap usaha IMK adalah 2 orang. Rata-rata jumlah tenaga kerja
tertinggi pada IMK terdapat pada golongan industri karet dan plastik (3,43
orang/usaha), percetakan (3,40 orang/usaha), kendaraan bermotor (3,00 orang/
usaha), serta mesin dan perlengkapan (2,93 orang/usaha) (BPS D.I.Yogyakarta,
2022). Distribusi persentase produk domestik regional bruto (PDRB) menurut
lapangan usaha tahun 2021, terbesar pada kategori industri pengolahan 12,36
persen, diikuti informasi dan komunikasi 10,72 persen, serta konstruksi 10,14
persen (BPS D.I.Yogyakarta, 2022).
Penelitian sistematis terhadap market orientation, learning orientation,
innovation dan performance IKM. Banyak penelitian telah dilakukan untuk
mengungkap apakah market orientation menciptakan performance di organisasi
(Kara, 2005). Beberapa hasil penelitian juga membuktikan hubungan yang lebih
kuat antara market orientation dan performance (Matsuno et al., 1994, Greenley,
1995, Ghosh et al., 19944, Speed dan Smith, 1993). Signifikansi hubungan empat
variabel di perusahaan besar tidak dapat digeneralisasi untuk UKM (Keskin,
2006). Oleh karena itu penelitian untuk mengungkapkan hubungan di antara
mereka dalam UKM harus dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menguji hubungan
antara market orientation dan learning orientation serta dampaknya terhadap
peningkatan inovasi dan performance IKM di Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian
1. Apakah market orientation berpengaruh terhadap learning orientation
IKM.
2. Apakah market orientation berpengaruh terhadap innovativeness?
3. Apakah learning orientation berpengaruh terhadap innovativeness?
4. Apakah market orientation berpengaruh terhadap performance?
5. Apakah learning orientation berpengaruh terhadap performance?
6. Apakah innovativeness berpengaruh terhadap performance?
C. Tinjauan Pustaka
1. Market Orientation (Orientasi Pasar)
Orientasi pasar adalah budaya bisnis dimana suatu organisasi memiliki
komitmen untuk terus berinovasi dalam menciptakan nilai unggul bagi
konsumen. Narver dan Slater (1990) berpendapat “orientasi pasar adalah
budaya organisasi yang paling efektif dalam menciptakan perilaku penting
dalam penciptaan nilai unggul bagi konsumen serta kinerja dalam bisnis”.
Sedangkan menurut Uncles (2000) tercantum pada literaturnya “orientasi
pasar merupakan suatu proses dan aktivitas yang berhubungan dengan
penciptaan dan pemuasan konsumen dengan cara terus menarik informasi
mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen”.
Narver dan Slater (1990) menyatakan “orientasi pasar terdiri dari tiga
komponen yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing, dan koordinasi
interfungsional”. Orientasi pelanggan dan orientasi pesaing termasuk
semua aktivitasnya yang dilibatkan dalam memperoleh informasi tentang
pembeli dan pesaing pada pasar yang dituju dan menyebarkan melalui
bisnis, sedangkan koordinasi interfungsional didasarkan pada informasi
pelanggan serat pesaing dan terdiri dari usaha bisnis yang terkoordinasi.
Secara prinsip orientasi pelanggan dan orientasi pesaing merupakan
dimensi yang saling terakit, tidak terpisahkan, dan merupakan kesatuan
dalam konsep orientasi pasar. Orientasi pelanggan dan orientasi pesaing
akan memberikan dimensi yang berbeda sehingga perusahaan akan dapat
meningkatkan apa yang dibutuhkan oleh pelanggan dan pesaing.
2. Learning Orientation (Orientasi Pembelajaran)
Orientasi pembelajaran menunjukkan bahwa kapabilitas organisasi
yang mendasarkan pada asumsi lama di pasar yaitu perusahaan yang
berfokus pada kejadian atau perubahan lingkungan, yang mana akan
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memberikan kepuasan
kepada pelanggan” (Hardley dan Mavondo, 2000).
Schein (1996) berpendapat “dalam organisasi yang berorientasi
pembelajaran akan terjadi proses pengembangan kemampuan yang
dilakukan secara terus menerus guna untuk menciptakan masa depan yang
lebih baik”. Konsep orientasi pembelajaran menurut Baker dan Sinkula
(1999) adalah meningkatkan sekumpulan nilai organisasi yang
mempengaruhi kecenderungan perusahaan untuk menciptakan serta
menggunakan pengetahuan proses budaya yang berorientasi pasar dan
pembelajaran tersebut. Sujan et al., (1994) menyatakan bahwa
pembelajaran dipandang sebagai investasi yang akan memberikan
keuntungan jangka panjang dari pada jangka pendek, sehingga perusahaan
jarang melakukan pengembangan ini.
3. Capabilities Innovation (Kemampuan Inovasi)
Freeman (2004) berpendapat “inovasi adalah upaya dari perusahaan
melalui penggunaan teknologi dan informasi untuk mengembangkan,
memproduksi, dan memasarkan produk yang baru untuk industri”. Dengan
kata lain, inovasi adalah modifikasi atau penemuan ide untuk perbaikan
secara terus-menerus serta pengembangan untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan. Han et al., (1998) dan Hurley et al., (1998) menyatakan inovasi
dan keberhasilan produk baru merupakan hasil dari penetrasi pasar.
Mereka berpendapat bahwa inovasi adalah sebagai media keberhasilan
bisnis dalam membentuk pengetahuan organisasi dan proses pengambilan
keputusan.
Bharadwaj, Varadarajan, dan Fahy (1993) menyatakan “inovasi
tersebut berdasarkan perbedaan yang tidak dimiliki oleh para pesaing”.
Oleh karena itu inovasi dapat membuat produk yang ditawarkan oleh suatu
perusahaan memiliki daya tarik tinggi dan nilai yang tinggi. Inovasi yang
baik akan memperluas pasar karena daya tariknya yang tinggi.
4. Performance
Kinerja perusahaan merupakan suatu ukuran yang dipakai untuk
mengukur keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Atkinson et al., (2012) berpendapat “pengukuran kinerja
adalah alat yang kuat untuk mengkomunikasikan dengan jelas dan tanpa
ada ambigu apa yang dimaksud perusahaan terkait pernyataan tujuan, misi,
dan visi strategisnya”. Kinerja inovasi menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk mengadopsi ide, proses, kebijakan, produk baru, dan
layanan baru. Kinerja inovasi adalah fungsi dari kesuksesan produk baru
yang mempengaruhi kinerja bisnis secara keseluruhan termasuk volume
penjualan, market share, dan profitabilitas (Padilha dan Gomes, 2016).

D. Kerangka Pemikiran

Market
Orientation H4
(X1) H2
Innovativeness H6 Performance IKM
H1 (M) (Y)
H3

Learning
Orientation
H5
(X2)
E. Hipotesis
1. Hubungan market orientation terhadap learning orientation
Farrel (2000) Slater dan Narver (1995) menyatakan, organisasi yang
berorientasi pasar akan memberikan kerangka budaya dari orientasi
pembelajaran yang akan dikembangkan oleh perusahaan. Baker dan
Sinkula (1999) menyatakan bahwa orientasi pasar akan memfasilitasi
pembelajaran adaptif bagi perusahaan. Dalam kondisi ekstrim learning
organization merupakan fundamental market orientation, karena
pendekatan yang diarahkan pada pasar dapat muncul ketika perusahaan
belajar untuk belajar (Day, 1994). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Market Orientation berpengaruh terhadap Learning
Orientation

2. Hubungan market orientation terhadap innovativeness


Orientasi pasar pada hakikatnya berhubungan dengan menciptakan
sesuatu yang baru atau berbeda dalam merespon kondisi pasar (Jaworski
dan Kohli, 1993). Pernyataan itu disebut sebagai inovasi. Han et al.,
(1998) dan Hurley et al., (1998) menyatakan inovasi dan keberhasilan
produk baru merupakan hasil dari penetrasi pasar. Mereka berpendapat
bahwa inovasi adalah sebagai media keberhasilan bisnis dalam
membentuk pengetahuan organisasi dan proses pengambilan keputusan.
Deshpande et al., (1993) menemukan pengaruh orientasi pasar terhadap
inovasi perusahaan. Kitchell (1995), melaporkan tentang penyelidikan
informasi secara aktif oleh organisasi akan menciptakan inovasi. Slater
dan Narver (1994), memandang inovasi sebagai salah satu kemampuan
untuk menciptakan nilai inti dalam mendukung orientasi pasar dan kinerja
perusahaan. Secara empiris Henard dan Szymanski (2001) menegaskan
bahwa orientasi pasar berkontribusi terhadap kesuksesan produk baru.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H2: Market Orientation berpengaruh terhadap Innovativeness

3. Hubungan learning orientation terhadap innovativeness


Orientasi pembelajaran seperti keterbukaan pikiran, komunikasi
terbuka dan berbagi informasi merupakan prediktor keberhasilan inovasi
(Calisir et al., 2013). Dickson (1996), menyatakan bahwa lingkungan
belajar yang baik dalam organisasi akan meningkatkan penggunaan
sumber daya perusahaan secara efektif. Lebih lanjut dikemukakan Mulen
dan Lyles (1993), menyatakan bahwa orientasi dalam pembelajaran
organisasi secara simultan akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
kegiatan inovasi perusahaan. Perusahaan seharusnya memaksa karyawan
untuk menyerap pengetahuan secara terus menerus dan mengelola sistem
pengetahuan internal ketika menjadi faktor kunci yang mampu
menggabungkan pembelajaran organisasi dan aktivitas inovasi (Drucker,
1993). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H3: Learning Orientation berpengaruh terhadap Innovativeness

4. Hubungan market orientation, learning orientation, innovativeness


terhadap performance
Inovasi adalah perubahan dalam organisasi. Merupakan respon untuk
beradaptasi dari perubahan lingkungan atau sebagai upaya
mengantisipasi pengaruh lingkungan, dan mencapai keunggulan
kompetitif serta peningkatan kinerja perusahaan (Hult et al., 2004).
Praktik inovasi administrasi dapat diintegrasikan ke dalam model operasi
bisnis untuk meningkatkan kinerja bisnis (Han et al., 1998).
Bharadwaj et al., (1993) mengemukakan bahwa kemampuan
perusahaan untuk terus berinovasi pada produknya akan menjaga agar
produk tetap sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan. Verhess
dan Meulenberg (2004) menyatakan bahwa inovasi produk memiliki
hubungan positif dengan daya tarik produk yang beragam. Menurut Slater
(1997) perusahaan yang menggunakan keunggulan diferensiasi dan
keunggulan biaya akan terus menerus menciptakan nilai tambah bagi
pelanggan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga
kinerja relatif perusahaan akan lebih baik dari pesaingnya melalui
kepuasan dan loyalitas pelanggan. Orientasi pasar merupakan sekumpulan
perilaku dan aktivitas sebagai dasar pengambilan keputusan atau bagian
dari budaya
organisasi (Hurley dan Hult, 1998). Secara umum orientasi pasar
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (Despahande, 1999;
Pelham, 2000; Behesti, 2004 dan Bose, 2004). Pada tahun 2004 Verhees
dan Meulenberg meneliti hubungan antara orientasi pasar dan kinerja
perusahaan dengan perlakuan inovasi sebagai variabel instrumental. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa orientasi pasar berpengaruh terhadap
peningkatan kinerja perusahaan.
Selanjutnya perusahaan dengan orientasi pembelajaran tingkat tinggi
akan memicu karyawannya untuk menjadi inovatif (Perrin dan Sampaio,
2003). Di sisi lain akan membawa perkembangan perusahaan menuju
kinerja tertinggi (Hurley dan Hult, 1998). Oleh karena itu orientasi pasar
dan orientasi pembelajaran akan berpengaruh langsung terhadap kinerja
bisnis atau secara tidak langsung melalui inovasi. Berdasarkan penjelasan
tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4: Orientasi pasar berpengaruh terhadap kinerja
H5: Orientasi pembelajaran berpengaruh positif terhadap kinerja
bisnis
H6: Inovasi berpengaruh positif terhadap kinerja

F. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen:
a. Orientasi Pasar (X1)
b. Orientasi Pembelajaran (X2)
2. Variabel Mediasi:
a. Kemampuan Inovasi (M)
3. Variabel Dependen:
a. Performance (Y)

G. Definisi Operasional Variabel


1. Orientasi Pasar
Orientasi pasar merupakan budaya bisnis dimana suatu organisasi
mempunyai komitmen untuk terus berkreasi dalam menciptakan nilai
unggul bagi pelanggan. Narver dan Slater (1990) mendefinisikan
“orientasi pasar adalah budaya organisasi yang paling efektif dalam
menciptakan perilaku penting untuk penciptaan nilai unggul bagi
pembeli serta kinerja dalam bisnis”. Sedangkan menurut Uncles
(2000) “orientasi pasar adalah suatu proses dan aktivitas yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemuasan pelanggan dengan cara
terus menilai kebutuhan dan keinginan pelanggan”. Narver dan Slater
(1990) juga menyatakan “orientasi pasar terdiri dari tiga komponen
yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing, dan koordinasi
interfungsional”.
Orientasi pelanggan dan orientasi pesaing termasuk semua
aktivitasnya yang dilibatkan dalam memperoleh informasi tentang
pembeli dan pesaing pada pasar yang dituju dan menyebarkan melalui
bisnis, sedangkan koordinasi interfungsional didasarkan pada
informasi pelanggan, pesaing, dan terdiri dari usaha bisnis yang
terkoordinasi. Terdapat 3 komponen orientasi pasar yaitu
pengumpulan dan penggunaan informasi pasar, pengembangan
strategi berorientasi pasar, dan implementasi strategi berorientasi
pasar yang memiliki indikator sebagai berikut (Halit, 2006):
a. Pengumpulan dan penggunaan informasi pasar memiliki indikator
meliputi:
1. Mendengarkan pendapat pelanggan
2. Menggunakan informasi pelanggan untuk meningkatkan
kualitas produk dan layanan
3. Menggunakan informasi pelanggan untuk mengembangkan
produk dan layanan baru
4. Menggunakan data riset pasar dalam segmentasi pasar
5. Mendapatkan ide dari pelanggan untuk memperbaiki
produk dan layanan
6. Perusahaan memiliki informai yang memadai tentang
pelanggan dan pesaing
7. Mendengarkan keluhan pelanggan terkait produk yang
ditawarkan
b. Pengembangan strategi berorientasi pasar memiliki indikator
meliputi:
1. Menentukan harga produk sesuai dengan permintaan
konsumen
2. Perusahaan berusaha memenuhi permintaan pasar
c. Implementasi strategi berorientasi pasar memiliki indikator
meliputi:
1. Kebutuhan pelanggan mendorong pengembangan kebijakan
penetapan harga yang ditawarkan
2. Kebutuhan pelanggan mendorong persaingan antar
pedagang
3. Perusahaan menjual produk yang ditawarkan memiliki
standar sesuai kebutuhan pelanggan
2. Orientasi Pembelajaran
Orientasi pembelajaran akan berkembang baik di dalam suatu
organisasi yang melakukan pembelajaran. Schein (1996)
menyimpulkan “didalam organisasi yang berorientasi pembelajaran
akan terjadi proses pengembangan kemampuan yang dilakukan secara
terus menerus guna untuk menciptakan masa depan yang lebih baik”.
Terdapat empat komponen orientasi pembelajaran yaitu komitmen
untuk belajar, visi bersama, keterbukaan pikiran, sharing pengetahuan
intraorganisasional yang memiliki indikator sebagai berikut (Halit,
2006):
a. Komitmen untuk belajar memiliki indikator meliputi:
1. Manajer pada dasarnya setuju bahwa kemampuan belajar
terkait produk baru yang diciptakan oleh IKM adalah kunci
untuk keunggulan kompetitif
2. Pembelajaran karyawan adalah investasi untuk menciptakan
produk
3. Kemampuan belajar mengenai hal-hal baru terkait produk
yang ditawarkan bisa meningkatkan kelangsungan hidup
organisasi
b. Visi bersama memiliki indikator meliputi:
1. Ada kesamaan tujuan dalam suatu organisasi
2. Semua karyawan dalam organisasi selalu bekerjasama antar
sesama divisi seperti bagian pemasaran, produksi dan lain-
lain
3. Semua karyawan berkomitmen terhadap tujuan organisasi
4. Karyawan ikut serta dalam memajukan UKM
c. Keterbukaan pikiran memiliki indikator meliputi:
1. Tidak takut untuk merefleksikan secara kritis terkait produk
yang ditawarkan kepada pelanggan
2. Karyawan di UKM menyadari bahwa mereka harus
mengikuti permintaan pasar
d. Sharing pengetahuan intra organisasional memiliki indikator
meliputi:
1. Terus menerus menilai kualitas keputusan dan aktivitas dari
waktu ke waktu
2. Selalu belajar kesalahan dari masa lalu untuk meningkatkan
kemampuan
3. Selalu menganalisa usaha IKM yang tidak berhasil dan
melakukan diskusi untuk memperbaiki produk yang
ditawarkan
3. Inovasi
Kemampuan inovasi yang didefinisikan sebagai kemampuan
organisasi untuk mengadopsi atau menerapkan gagasan, proses, atau
produk baru, diukur sebagai faktor orde kedua yang mencakup
kemampuan pengembangan produk dan kemampuan penginderaan
pasar (Silva et al., 2014). Kemampuan untuk berinovasi adalah salah
satu faktor terpenting yang akan membantu perusahaan mencapai dan
mempertahankan keunggulan kompetitifnya (Hult et al., 2004).
Inovasi adalah salah satu pilihan korporasi dalam menghadapi
persaingan pasar dan pengelolaan yang berkelanjutan. Freeman (2004)
mengemukakan ”inovasi adalah upaya dari perusahaan melalui
penggunaan teknologi dan informasi untuk mengembangkan,
memproduksi, dan memasarkan produk yang baru untuk industri”.
Dengan kata lain, inovasi adalah modifikasi atau penemuan ide untuk
perbaikan secara terus-menerus serta pengembangan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Terdapat dua komponen kemampuan inovasi
yaitu: penginderaan pasar dan pengembangan produk yang memiliki
indikator sebagai berikut (Silva et al., 2014):
a. Penginderaan pasar memiliki indikator meliputi:
1. Mengidentifikasi calon konsumen
2. Selalu mengamati keadaan pasar untuk melakukan
inovasi
3. Memperoleh informasi terkait pasar ekspor yang tertarik
produk yang ditawarkan
4. Mempunyai relasi untuk menawarkan produk di pasar
ekspor
b. Pengembangan produk memiliki indikator meliputi:
1. Melakukan penjualan produk baru untuk di impor
2. Memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan
3. Metode atau ide baru dalam proses pembuatannya

4. Variabel Kinerja IKM


Kinerja perusahaan merupakan faktor yang umum digunakan untuk
mengukur dampak dari sebuah strategi perusahaan. Ferdinand (2000)
juga berpendapat sebagai berikut “strategi perusahaan selalu
diarahkan untuk menghasilkan kinerja baik berupa kinerja perusahaan
maupun kinerja keuangan”. Kinerja perusahaan memiliki indikator
sebagai berikut:
a. Kinerja perusahaan memiliki indikator meliputi:
1. Produk yang ditawarkan memiliki kualitas yang baik
2. Produk yang ditawarkan memiliki manfaat bagi konsumen
3. Produk yang ditawarkan memiliki harga yang sesuai dengan
kualitas

H. Metode Penelitian
Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Ini adalah
penelitian konfirmasi; karena penelitian ini diawali dengan penelitian
hipotesis atau pertanyaan dan melibatkan prosedur yang pasti dan sumber
data tertentu (Hartono, 2004). Pengumpulan data dilakukan dengan survei.
Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini termasuk dalam penelitian ini
karena hanya dilakukan satu kali (Hartono, 2004). Unit analisis penelitian ini
adalah IKM.
Populasinya adalah IKM yang ada di Provinsi D. I. Yogyakarta. Metode
pengambilan sampel adalah non probability sampling dengan metode
convenience sampling. Jumlah sampel sebanyak 200 IKM. Angka tersebut
sudah memenuhi syarat sampel minimal untuk dianalisis dengan SEM
(Structural Equation Modeling) yaitu lima observasi untuk setiap estimasi
parameter. Untuk penelitian ini jumlah estimasinya adalah 30 sehingga
sampel minimal adalah 150. Peneliti menggunakan sumber utama langsung
dari sumber penelitian (Cooper dan Schinder, 2006). Pengumpulan data
diperoleh dari survei dengan menyebarkan kuesioner kepada para pemilik
IKM di Provinsi D.I. Yogyakarta dan dilakukan pada bulan Januari hingga
Maret 2023.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ansari, Yahya, Simon Pervan, and Jun Xu. (2013). “Innovation and Business
Performance of SMEs: The Case of Dubai.” Education, Business and
Society: Contemporary Middle Eastern Issues 6(3): 162–80.

Baker, W.E. and Sinkula, J.M. (1999). The synergistic effect of market orientation
and learning organization and organizational performance. Journal of the
Academy of Marketing Science, Vol. 27, No. 3, pp. 411-27.

Baker, W.E. and Sinkula, J.M. (2002). Market orientation, learning orientation
and product innovation: delving into the organization’s black box. Journal of
Market-Focused Management. Vol. 5, No. 1, pp. 5-23.

Bharadwaj, Sundar G., Varadarajan, P. R., Fahy, J., 1993, “Sustainable


competitive advantage in service industries: A conceptual model and
research propositions”, Journal of Marketing, Vol. 57 No. 4, pg. 83-99

Cronin-Gilmore, Julia. (2012). “Exploring Marketing Strategies in Small


Businesses.” Journal of Marketing Development and Competitiveness 6(1):
96–107.

Farrell, M.A. (2000). Developing a market-oriented learning organization.


Australian Journal of Management, Vol. 25, No. 2, pp. 201-23.

Geus, A.P.D. (1998). Why some companies live to tell about change. The Journal
for Quality and Participation, Vol. 21, No. 4, pp. 17-21.
Ghosh, B. C., H.P. Schoch, D.B. Taylor, W. W. Kwan and T.S. Kim, (1994). Top
Performing Organization of Australia, New Zealand and Singapore:
Comparative Study of Their Marketing Effectiveness. Marketing Intelligence
and Planning, Vol. 12, No. 7. pp. 39-48.

Han, J.K., Kim, N. and Srivastava, R.K. (1998), “Market orientation and
organizational performance: is innovation a missing link?”, Journal of
Marketing, Vol. 62, pp. 30-45.

Hardley, F. and Mavondo, F. (2000). The relationship between learning


orientation, market orientation and organisational performance, paper
presented at the Australian & New Zealand Marketing Academy Conference,
Queensland, Australia.

Hartono, Jogiyanto. (2004). Metodologi Penelitian Bisnis. Salah Kaprah dan


Pengalaman-Pengalaman. BPFE, Yogyakarta.

Kara, Ali John E. Spillan and Oscar W. Deshields, Jr. (2005). An Empirical
Investigation of The Effect of A Market Orientation on Business
Performance: A Study of Small-Sized Service Retailers Using MARKOR
Scale. Journal of Small Business Management, Vol. 43, No. 2, pp.105-118.

Keskin, Halit. (2006). Market Orientation, Learning Orientation, and Innovation


Capabilities in SMEs. European Journal of Innovation Management Vol.9,
No.4.

Lado, Nora and Olivares, Albert M, (2001). Exploring the Link Between Market
Orientation and Innovation In The European and US Insurance Markets.
International Marketing Review, Vol. 18. No. 2, pp. 130-144.

Lisboa, Ana, Dionysis Skarmeas, and Carmen Lages. (2013). “Export Market
Exploitation and Exploration and Performance: Linear, Moderated,
Complementary and Non-Linear Effects.” International Marketing Review
30(3): 211–30.

Mac, Lancy, and Felicitas Evangelista. (2016). “Intensity and Diversity of


Internationalization among Small and Medium-Sized Exporters in China.”
Multinational Business Review 24 (3): 229-48.

Matsuno, K. and Mentzer, J.T. (2000). The Effects of Strategy Type on The
Market Orientattion-Performance Relationship. Journal of Marketing, Vol.
64, (October). pp. 1-16.

Narver, J. and Slater, S. (1990), “The effect of a market orientation on business


profitability”, Journal of Marketing, Vol. 54, pp. 20-35.
Padilha, Carolina Klein, and Giancarlo Gomes. (2016). “Innovation Culture and
Performance in Innovation of Products and Processes: A Study in Companies
of Textile Industry.” RAI Revista de Administração e Inovação 13(4): 285-
94.

Schein, E. H. (1996). Culture: The missing concept in organization


studies. Administrative Science Quarterly, 41(2), 229–240.

Sinkula. J.M, Baker. M. R and Noordewier. T. (1997). A Framework For Market-


Based Organizational Learning: Linking Values, Knowledge, and Behaviour.
Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 25, No. 4, pp. 305-318.

Sujan, Harish, Weitz, Barton A. and Kumar Nirmala. (1994). Learning


Orientation, Working Smart, and Effective Selling. Journal of Marketing, Vol.
58. (July) pp.39-52.

Slater, S.F. and Narver, J.C. (1995). Market orientation and the learning
organization. Journal of Marketing, Vol. 59, No. 3, pp. 63-74.

Speed, R., and Smith. (1993). Customers, Strategy and Performance.


International Journal of Bank Marketing, Vol. 11, No. 5, pp. 3-11.

Uncles, M. (2000), “Market Orientation”, Australian Journal of Management,


Vol. 25, pp. 1-9.

Anda mungkin juga menyukai