DOSEN PENGAMPU:
Dr. Indah Fatmawati, S.E., M.Si
Budiyanto
20222030003
A. Latar Belakang
Industri Kecil dan Menengah (IKM) dituntut untuk mengembangkan konsep
market orientation dalam organisasinya agar selaras dengan perubahan
lingkungan bisnis. Era Revolusi Industri 4.0 sangat penting untuk dipahami
bagaimana industri kecil dan menengah (IKM) dapat menginternasionalkan
bisnisnya agar tumbuh kuat dan tetap kompetitif, (Mac dan Evangelista 2016).
Persaingan yang meningkat, turbulensi tanpa henti, perubahan dan ketidakpastian
membuat organisasi untuk meningkatkan inovasi secara kontinu sebagai bagian
dari strategi perusahaan (Keskin, 2006).
Pertumbuhan ekspor IKM memiliki peran strategis dalam pertumbuhan
ekonomi nasional, penyerapan tenaga kerja, pemerataan pendapatan dan
kesejahteraan. IKM memiliki peluang untuk meningkatkan percepatan
pertumbuhan ekonomi domestik dan global (Lisboo et al., 2013). Selain sebagai
penggerak ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, UMKM juga menciptakan ide
ide baru melalui proses kegiatan inovasi (Cronin dan Gilmore, 2012). Pencapaian
yang ditunjukkan melalui kemampuan inovatif memungkinkan perusahaan
mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Al-Ansari et al., 2013).
Market orientation dipandang penting sebagai faktor yang mempengaruhi
performance perusahaan. Dalam market orientation produsen akan mengetahui
keinginan pelanggan, pesaing terkait produk yang diciptakan dan ketertaikan antar
fungsi dalam industri. Narver dan Slater (1990) mengemukakan bahwa “market
orientation adalah budaya organisasi yang paling efektif untuk menciptakan
perilaku penting dalam penciptaan nilai unggul bagi pembeli dan performance
dalam bisnis”.
Uncles (2000) menyatakan bahwa ”market orientation merupakan suatu
proses dan aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan dan pemuasan
pelanggan dengan cara terus menilai kebutuhan dan keinginan pelanggan secara
berkesinambungan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung
market orientation dan pembelajaran terhadap inovasi perusahaan (Farrell dan
Oczkowski, 2002; Sinkula dan Baker, 1999; Slater dan Narver, 1995).
Tidak hanya market orientation, learning orientation juga dipandang penting
dalam kemampuan perusahaan untuk melakukan inovasi produk. Perusahaan yang
menekankan pembelajaran dalam suatu organisasi lazimnya menganut filosofi
learning orientation. Learning orientation tersebut akan berkembang dengan baik
didalam suatu organisasi yang melaksanakan pembelajaran. Menurut Schein
(1996) “didalam organisasi yang memiliki learning orientation akan terjadi proses
pengembangan kemampuan yang sifatnya terus menerus untuk menciptakan masa
depan yang lebih baik”.
Geus (1998) menekankan kemampuan untuk belajar lebih cepat dari persaing
sebagai sumber keunggulan kompetitif perusahaan. Baker dan Sinkula (1999)
merekomendasikan sinergi market orientation dan learning orientation. Mereka
mengatakan bahwa perusahaan dengan sedikit kemampuan untuk belajar harus
lemah dan kurang dapat beradaptasi dalam hal kelincahan pasar. Perusahaan yang
ingin belajar tidak hanya memperoleh dan menyebarluaskan informasi pasar atau
menggunakan informasi pasar untuk menemukan metode layanan pelanggan baru,
tetapi juga dapat terus mempelajari perkembangan pasar. Slater dan Narver (1995)
menjelaskan bahwa memaksimalkan keterampilan bisnis dalam pembelajaran
pasar dan menciptakan market orientation merupakan awal yang memerlukan
proses lebih lanjut dalam bentuk pembelajaran berkelanjutan. Hardley dan
Mavondo (2000) pernah menyebutkan bahwa learning orientation memiliki
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap orientasi pelanggan dan kompetitif.
Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa derajat learning
orientation berpengaruh terhadap hubungan antara market orientation dengan
performance perusahaan.
Inovasi merupakan salah satu pilihan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menghadapi persaingan pasar dan pengelolaan yang berkelanjutan. Freeman
(2004) menyatakan bahwa “Inovasi adalah pekerjaan suatu perusahaan
menggunakan teknologi dan pengetahuan untuk mengembangkan, memproduksi
dan memasarkan produk-produk inovatif untuk industri”. Dengan kata lain,
inovasi adalah menemukan ide atau perubahan untuk terus memperbaiki dan
mengembangkan produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Teori lainnya dikemukakan oleh Farrel (2000), orientasi belajar merupakan
sumber keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus
memfasilitasi proses learning organization sebagai prioritas utama dalam bisnis.
Sikap dan tindakan manajemen seharusnya memfasilitasi pembelajaran dan
market orientation. Lebih jauh keduanya pada hakekatnya membutuhkan
semangat inovasi. Pemikiran tersebut didasarkan pada pemahaman bahwa
implementasi pasar bergantung pada kemampuan perusahaan untuk membedakan
baik produk maupun aktivitas pasarnya selangkah lebih maju dari pesaing
sehingga akan tercipta sikap inovatif. Ada dampak positif dari keseluruhan market
orientation pada tingkat inovasi dan performance inovasi perusahaan asuransi di
pasar AS dan UE (Nora Lado dan Olivares, 2001). Han et al (1998) dalam
penelitiannya menemukan bahwa sifat inovasi memberikan hubungan mediasi
antara market orientation dan performance perusahaan.
Sensus Ekonomi (SE) 2016 di D.I. Yogyakarta menunjukkan jumlah usaha
industri pengolahan di wilayah DIY sebanyak 146.440 unit dan meningkat 92%
dibandingkan dengan SE 2006. Populasi industri mikro kecil (UMK) sangat
dominan dengan proporsi 99,5%. Sementara industri menengah dan besar (IMB)
hanya sebesar 0,5%, persen (BPS D.I.Yogyakarta, 2022). Jumlah usaha industri
yang berskala mikro dan kecil di DIY berdasarkan hasil Survei Industri Mikro dan
Kecil (IMK) tahun 2020 sebanyak 137.499 unit dan mampu menyerap 271.524
orang tenaga kerja. Struktur usaha IMK didominasi oleh industri makanan dengan
proporsi 43,68% dari total usaha IMK di D.I. Yogyakarta. Jumlah tenaga kerja
yang terserap oleh industri makanan mencapai 48,21%. Golongan industri lain
yang cukup dominan dalam struktur IMK adalah industri kayu dan anyaman
(16,50 persen) serta pakaian jadi (13,44%). Rata-rata jumlah tenaga kerja yang
terserap pada setiap usaha IMK adalah 2 orang. Rata-rata jumlah tenaga kerja
tertinggi pada IMK terdapat pada golongan industri karet dan plastik (3,43
orang/usaha), percetakan (3,40 orang/usaha), kendaraan bermotor (3,00 orang/
usaha), serta mesin dan perlengkapan (2,93 orang/usaha) (BPS D.I.Yogyakarta,
2022). Distribusi persentase produk domestik regional bruto (PDRB) menurut
lapangan usaha tahun 2021, terbesar pada kategori industri pengolahan 12,36
persen, diikuti informasi dan komunikasi 10,72 persen, serta konstruksi 10,14
persen (BPS D.I.Yogyakarta, 2022).
Penelitian sistematis terhadap market orientation, learning orientation,
innovation dan performance IKM. Banyak penelitian telah dilakukan untuk
mengungkap apakah market orientation menciptakan performance di organisasi
(Kara, 2005). Beberapa hasil penelitian juga membuktikan hubungan yang lebih
kuat antara market orientation dan performance (Matsuno et al., 1994, Greenley,
1995, Ghosh et al., 19944, Speed dan Smith, 1993). Signifikansi hubungan empat
variabel di perusahaan besar tidak dapat digeneralisasi untuk UKM (Keskin,
2006). Oleh karena itu penelitian untuk mengungkapkan hubungan di antara
mereka dalam UKM harus dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menguji hubungan
antara market orientation dan learning orientation serta dampaknya terhadap
peningkatan inovasi dan performance IKM di Yogyakarta.
B. Tujuan Penelitian
1. Apakah market orientation berpengaruh terhadap learning orientation
IKM.
2. Apakah market orientation berpengaruh terhadap innovativeness?
3. Apakah learning orientation berpengaruh terhadap innovativeness?
4. Apakah market orientation berpengaruh terhadap performance?
5. Apakah learning orientation berpengaruh terhadap performance?
6. Apakah innovativeness berpengaruh terhadap performance?
C. Tinjauan Pustaka
1. Market Orientation (Orientasi Pasar)
Orientasi pasar adalah budaya bisnis dimana suatu organisasi memiliki
komitmen untuk terus berinovasi dalam menciptakan nilai unggul bagi
konsumen. Narver dan Slater (1990) berpendapat “orientasi pasar adalah
budaya organisasi yang paling efektif dalam menciptakan perilaku penting
dalam penciptaan nilai unggul bagi konsumen serta kinerja dalam bisnis”.
Sedangkan menurut Uncles (2000) tercantum pada literaturnya “orientasi
pasar merupakan suatu proses dan aktivitas yang berhubungan dengan
penciptaan dan pemuasan konsumen dengan cara terus menarik informasi
mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen”.
Narver dan Slater (1990) menyatakan “orientasi pasar terdiri dari tiga
komponen yaitu orientasi pelanggan, orientasi pesaing, dan koordinasi
interfungsional”. Orientasi pelanggan dan orientasi pesaing termasuk
semua aktivitasnya yang dilibatkan dalam memperoleh informasi tentang
pembeli dan pesaing pada pasar yang dituju dan menyebarkan melalui
bisnis, sedangkan koordinasi interfungsional didasarkan pada informasi
pelanggan serat pesaing dan terdiri dari usaha bisnis yang terkoordinasi.
Secara prinsip orientasi pelanggan dan orientasi pesaing merupakan
dimensi yang saling terakit, tidak terpisahkan, dan merupakan kesatuan
dalam konsep orientasi pasar. Orientasi pelanggan dan orientasi pesaing
akan memberikan dimensi yang berbeda sehingga perusahaan akan dapat
meningkatkan apa yang dibutuhkan oleh pelanggan dan pesaing.
2. Learning Orientation (Orientasi Pembelajaran)
Orientasi pembelajaran menunjukkan bahwa kapabilitas organisasi
yang mendasarkan pada asumsi lama di pasar yaitu perusahaan yang
berfokus pada kejadian atau perubahan lingkungan, yang mana akan
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memberikan kepuasan
kepada pelanggan” (Hardley dan Mavondo, 2000).
Schein (1996) berpendapat “dalam organisasi yang berorientasi
pembelajaran akan terjadi proses pengembangan kemampuan yang
dilakukan secara terus menerus guna untuk menciptakan masa depan yang
lebih baik”. Konsep orientasi pembelajaran menurut Baker dan Sinkula
(1999) adalah meningkatkan sekumpulan nilai organisasi yang
mempengaruhi kecenderungan perusahaan untuk menciptakan serta
menggunakan pengetahuan proses budaya yang berorientasi pasar dan
pembelajaran tersebut. Sujan et al., (1994) menyatakan bahwa
pembelajaran dipandang sebagai investasi yang akan memberikan
keuntungan jangka panjang dari pada jangka pendek, sehingga perusahaan
jarang melakukan pengembangan ini.
3. Capabilities Innovation (Kemampuan Inovasi)
Freeman (2004) berpendapat “inovasi adalah upaya dari perusahaan
melalui penggunaan teknologi dan informasi untuk mengembangkan,
memproduksi, dan memasarkan produk yang baru untuk industri”. Dengan
kata lain, inovasi adalah modifikasi atau penemuan ide untuk perbaikan
secara terus-menerus serta pengembangan untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan. Han et al., (1998) dan Hurley et al., (1998) menyatakan inovasi
dan keberhasilan produk baru merupakan hasil dari penetrasi pasar.
Mereka berpendapat bahwa inovasi adalah sebagai media keberhasilan
bisnis dalam membentuk pengetahuan organisasi dan proses pengambilan
keputusan.
Bharadwaj, Varadarajan, dan Fahy (1993) menyatakan “inovasi
tersebut berdasarkan perbedaan yang tidak dimiliki oleh para pesaing”.
Oleh karena itu inovasi dapat membuat produk yang ditawarkan oleh suatu
perusahaan memiliki daya tarik tinggi dan nilai yang tinggi. Inovasi yang
baik akan memperluas pasar karena daya tariknya yang tinggi.
4. Performance
Kinerja perusahaan merupakan suatu ukuran yang dipakai untuk
mengukur keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Atkinson et al., (2012) berpendapat “pengukuran kinerja
adalah alat yang kuat untuk mengkomunikasikan dengan jelas dan tanpa
ada ambigu apa yang dimaksud perusahaan terkait pernyataan tujuan, misi,
dan visi strategisnya”. Kinerja inovasi menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk mengadopsi ide, proses, kebijakan, produk baru, dan
layanan baru. Kinerja inovasi adalah fungsi dari kesuksesan produk baru
yang mempengaruhi kinerja bisnis secara keseluruhan termasuk volume
penjualan, market share, dan profitabilitas (Padilha dan Gomes, 2016).
D. Kerangka Pemikiran
Market
Orientation H4
(X1) H2
Innovativeness H6 Performance IKM
H1 (M) (Y)
H3
Learning
Orientation
H5
(X2)
E. Hipotesis
1. Hubungan market orientation terhadap learning orientation
Farrel (2000) Slater dan Narver (1995) menyatakan, organisasi yang
berorientasi pasar akan memberikan kerangka budaya dari orientasi
pembelajaran yang akan dikembangkan oleh perusahaan. Baker dan
Sinkula (1999) menyatakan bahwa orientasi pasar akan memfasilitasi
pembelajaran adaptif bagi perusahaan. Dalam kondisi ekstrim learning
organization merupakan fundamental market orientation, karena
pendekatan yang diarahkan pada pasar dapat muncul ketika perusahaan
belajar untuk belajar (Day, 1994). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Market Orientation berpengaruh terhadap Learning
Orientation
F. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen:
a. Orientasi Pasar (X1)
b. Orientasi Pembelajaran (X2)
2. Variabel Mediasi:
a. Kemampuan Inovasi (M)
3. Variabel Dependen:
a. Performance (Y)
H. Metode Penelitian
Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Ini adalah
penelitian konfirmasi; karena penelitian ini diawali dengan penelitian
hipotesis atau pertanyaan dan melibatkan prosedur yang pasti dan sumber
data tertentu (Hartono, 2004). Pengumpulan data dilakukan dengan survei.
Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini termasuk dalam penelitian ini
karena hanya dilakukan satu kali (Hartono, 2004). Unit analisis penelitian ini
adalah IKM.
Populasinya adalah IKM yang ada di Provinsi D. I. Yogyakarta. Metode
pengambilan sampel adalah non probability sampling dengan metode
convenience sampling. Jumlah sampel sebanyak 200 IKM. Angka tersebut
sudah memenuhi syarat sampel minimal untuk dianalisis dengan SEM
(Structural Equation Modeling) yaitu lima observasi untuk setiap estimasi
parameter. Untuk penelitian ini jumlah estimasinya adalah 30 sehingga
sampel minimal adalah 150. Peneliti menggunakan sumber utama langsung
dari sumber penelitian (Cooper dan Schinder, 2006). Pengumpulan data
diperoleh dari survei dengan menyebarkan kuesioner kepada para pemilik
IKM di Provinsi D.I. Yogyakarta dan dilakukan pada bulan Januari hingga
Maret 2023.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ansari, Yahya, Simon Pervan, and Jun Xu. (2013). “Innovation and Business
Performance of SMEs: The Case of Dubai.” Education, Business and
Society: Contemporary Middle Eastern Issues 6(3): 162–80.
Baker, W.E. and Sinkula, J.M. (1999). The synergistic effect of market orientation
and learning organization and organizational performance. Journal of the
Academy of Marketing Science, Vol. 27, No. 3, pp. 411-27.
Baker, W.E. and Sinkula, J.M. (2002). Market orientation, learning orientation
and product innovation: delving into the organization’s black box. Journal of
Market-Focused Management. Vol. 5, No. 1, pp. 5-23.
Geus, A.P.D. (1998). Why some companies live to tell about change. The Journal
for Quality and Participation, Vol. 21, No. 4, pp. 17-21.
Ghosh, B. C., H.P. Schoch, D.B. Taylor, W. W. Kwan and T.S. Kim, (1994). Top
Performing Organization of Australia, New Zealand and Singapore:
Comparative Study of Their Marketing Effectiveness. Marketing Intelligence
and Planning, Vol. 12, No. 7. pp. 39-48.
Han, J.K., Kim, N. and Srivastava, R.K. (1998), “Market orientation and
organizational performance: is innovation a missing link?”, Journal of
Marketing, Vol. 62, pp. 30-45.
Kara, Ali John E. Spillan and Oscar W. Deshields, Jr. (2005). An Empirical
Investigation of The Effect of A Market Orientation on Business
Performance: A Study of Small-Sized Service Retailers Using MARKOR
Scale. Journal of Small Business Management, Vol. 43, No. 2, pp.105-118.
Lado, Nora and Olivares, Albert M, (2001). Exploring the Link Between Market
Orientation and Innovation In The European and US Insurance Markets.
International Marketing Review, Vol. 18. No. 2, pp. 130-144.
Lisboa, Ana, Dionysis Skarmeas, and Carmen Lages. (2013). “Export Market
Exploitation and Exploration and Performance: Linear, Moderated,
Complementary and Non-Linear Effects.” International Marketing Review
30(3): 211–30.
Matsuno, K. and Mentzer, J.T. (2000). The Effects of Strategy Type on The
Market Orientattion-Performance Relationship. Journal of Marketing, Vol.
64, (October). pp. 1-16.
Slater, S.F. and Narver, J.C. (1995). Market orientation and the learning
organization. Journal of Marketing, Vol. 59, No. 3, pp. 63-74.