Djoko Subagyo,
Bajos71@yahoo.com
ABSTRACT
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menjelaskan pengaruh Entrepreneurial
Orientation dan Marketing Capabilities terhadap inovasi produk dan Business Performance
berdasarkan Perspektif Resource Based View. Penelitian ini menggunakan pendekatan
eksplanatori untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesis.
Data penelitian dikumpulkan menggunakan kuesioner yang disebar kepada 95 Pelaku usaha
yang tergabung dalam Small and Medium Enterprises binaan PLUT Jawa Timur. Analisis
data menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS). PLS adalah model persamaan
Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis komponen atau varian. Temuan
penelitian menunjukkan bahwa lima hipotesis yang diajukan, tiga hipotesis diterima yaitu
Entrepreneurial Orientation berpengaruh signifikan terhadap green innovation dan Business
Performance, green innovation berpengarh signifikan terhadap Business Performance. Dua
hipotesis yang ditolak adalah Marketing Capabilities tidaj berpengaruh signifikan terhadap
green innovation dan Business Performance.
INTRODUCTION
Secara nasional, Small and Medium Enterprises mempunyai kedudukan, potensi dan peranan
yang sangat penting dan strategis dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional
pada umumnya dan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya. Peranan penting bagi
pembangunan di bidang ekonomi antara lain : Small and Medium Enterprises memberikan
kontribusi bagi pertumbuhan lapangan kerja dengan kecepatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan besar, dan dalam jangka panjang, menyediakan
perekonomian dengan fleksibilitas yang lebih baik dalam menyediakan jasa dan pembuatan
variasi barang kebutuhan konsumen, meningkatkan daya saing dari marketplace dan
mencegah posisi monopolistik dari berbagai perusahaan besar, bertindak sebagai tempat
pengembangan kemampuan wirausaha dan inovasi. Dan memberkan kontribusi penting bagi
program pengembangan regional (Asian Development Bank, 2001).
Mengingat kontribusi penting Small and Medium Enterprises pada pembangunan nasional,
maka kinerja Small and Medium Enterprises menjadi hal penting untuk diperhatikan oleh
pemerintah dan masyarakat secara luas. Prioritas utama pemerintah dan dinas terkait demi
mendukung pencapaian kinerja yang baik pada Small and Medium Enterprises antara lain
dengan memberikan pembinaan dan pelatihan. Pembinaan dan pelatihan ditujukan untuk
mencapai peningkatan dan pertumbuhan kinerja Small and Medium Enterprises yang
berkesinambungan agar tetap eksis ditengah persaingan ekonomi global.
Zimmerer (2008) menjelaskan bahwa Business Performance adalah sebuah hasil yang dicapai
dari kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru
dalam melihat masalah dan peluang dan kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif
terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan
orang-orang. Business Performance Small and Medium Enterprises bisa terukur dari
kapasitas produksi dan pemasaran yang telah dilakukan. Lebih lanjut (Nurdasila, 2015)
menjelaskan Business Performance dipengaruhi oleh beberapa hal seperti lingkungan internal
yaitu orientasi kewirausahan. Faktor Entrepreneurial Orientation yang dimiliki Small and
Medium Enterprises akan menentukan tujuan dan fokus dalam bersaing. Semakin besar
Entrepreneurial Orientation yang dimiliki, maka akan mampu melakukan perubahan, dan
cepat bereaksi terhadap perubahan. Fairoz et al. (2010) menyatakan bahwa Entrepreneurial
Orientation yang terdiri dari dimensi proaktif, inovatif dan keberanian mengambil resiko
memiliki hubungan signifikan dengan kinerja bisnis. Lebih lanjut Musthofa et. Al (2017)
menyatakan bahwa entrepreneurial orientation yang diukur dengan proactive entrepreneurial
orientation berpengaruh tidak signifikan terhadap Business performance
Lumpkin dan Dess (1996), menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki orientasi
kewirausahaan yang kuat, akan lebih berani untuk mengambil risiko, dan tidak Cuma
bertahan pada strategi masa lalu. Pada lingkungan yang dinamis, orientasi kewirausahaan
jelas merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Day et al
(2006) menyatakan pada prinsipnya orientasi kewirausahaan merupakan sifat, ciri,dan watak
yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan yang inovatif ke dalam dunia nyata
yang dilakukan secara kreatif atau secara singkat dikatakan sebagai ability to create the new
and different thing Orientasi Kewirausahaan sebagai proses, dengan gaya manajemen
berorientasi- aksi yang menggunakan inovasi dan perubahan sebagai fokus pemikiran dan
perilaku.
Berdasarkan Resource Based View (RBV), Sumber daya merupakan input bagi proses
produksi sebuah perusahaan, perusahaan-perusahaan yang memiliki sumber daya yang
bernilai, jarang, tidak dapat ditiru dan tidak dapat disubstitusi, memiliki potensi untuk
mencapai keunggulan daya saing dan kinerja yang lebih superior (Barney,1991). Pendekatan
ini dilakukan untuk mempelajari perusahaan berdasarkan pada dua asumsi dasar, yaitu:
pertama, keanekaragaman sumber daya (Penrose, 1959) yang mengasumsikan bahwa setiap
perusahaan memiliki serangkaian ikatan sumber daya - sumber daya produktif yang berbeda-
beda, dan kedua, sumber daya yang tidak dapat berpindah, yang mengasumsikan bahwa
beberapa sumber daya ini sangat mahal bila diduplikasi atau penawarannya bersifat in-elastis
(Barney, 2001).
Faktor selanjutnya terkait dengan Business Performance adalah Marketing Capabilities. Hal
ini disebabkan karena Marketing Capabilities merupakan salah satu elemen penting yang
mempengaruhi keunggulan bersaing serta memperoleh keuntungan yang tinggi. Marketing
Capabilities (Marketing Capabilities) adalah seperangkat sumber daya dan keterampilan
dalam bidang pemasaran yang merupakan hasil dari proses akumulasi pengetahuan dan
integrasi dengan nilai-nilai dan norma-norma yang dikembangkan melalui proses organisasi
Marketing Capabilities dipandang berpotensi menjadi salah satu konsep pokok di dalam
disiplin Pemasaran yang dapat diandalkan untuk menghadapi peningkatan kompleksitas
fenomena bisnis masa depan. Kapabilitas pemasaran dapat diartikan sebagai proses
terintegrasi yang dirancang untuk menerapkan kumpulan pengatahuan, ketrampilan dan
sumber daya perusahaan bagi usaha yang terkait dengan kebutuhan pasar. Kapabilitas
pemasaran memungkinkan bisnis atau perusahaan memberikan nilai tambah dan menciptakan
nilai bagi pelanggan serta menjadi kompetitif. Sudut pandang berdasar sumber daya
perusahaan menganjurkan hasil yang diharapkan pencapaian kinerja yang unggul dan
bersaing.
Berdasarkan teori RBV (Barney,1991) yang menyatakan bahwa Salah satu cara dalam
menganalisis kekuatan dan kelemahan perusahaan (internal) yaitu dengan menggunakan
kerangka Resource-Based View (RBV) yang berfokus pada sumberdaya dan kapabilitas yang
dimiliki oleh perusahaan dimana eksploitasi sumberdaya dan kapabilitas tersebut dapat
menghasilkan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Lebih lanjut Resource Based View
(RBV) yang dikemukakan oleh Wernerfelt pada tahun (1984) menyatakan bahwa organisasi
atau perusahaan adalah sekumpulan sumberdaya (resources) untuk membangun kapabilitas
(capabilities) sebagai sumber untuk mencapai kinerja bisnis yang superior (superior
performance). Untuk mencapai kinerja pemasaran, perusahaan harus dapat mengelola sumber
daya dan kapabilitas pemasarannya dengan baik. Kapabilitas pemasaran (Marketing
Capabilities) adalah seperangkat sumber daya dan keterampilan dalam bidang pemasaran
yang merupakan hasil dari proses akumulasi pengetahuan dan integrasi dengan nilainilai dan
norma-norma yang dikembangkan melalui proses organisasi.
Inovasi produk juga menjadi perhatian dalam penelitian ini dikarenakan inovasi berkaitan
dengan bagaimana mendapatkan nilai tambah untuk mencapai keunggulan kompetitif dan
berBusiness Performance yang baik. Inovasi adalah kemampuan menerapkan solusi kreatif
terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan
manusia (Zimmerer, et al., 2008).
Inovasi merupakan fungsi utama dalam proses kewirausahaan. Han et al. (1998) menyatakan
bahwa inovasi menjadi semakin penting sebagai sarana bertahan, bukan hanya pertumbuhan
dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan dan kondisi persaingan bisnis yang semakin
meningkat. Dengan inovasi, wirausahawan dapat menciptakan baik sumberdaya produksi
baru maupun pengelolahan sumber daya yang ada. Dewasa ini inovasi produk sangat
dibutuhkan untuk survive di dalam dunia usaha, agar tidak terjadi kejenuhan produk
Menurut teori RBV Theory dari Grant (1991) bahwa Sumber daya dapat dianggap sebagai
input yang memungkinkan perusahaan untuk melakukan kegiatan mereka. Sumber daya dan
kemampuan internal menetukan pilihan - pilihan strategis yang dibuat oleh perusahaan saat
berkompetisi dalam lingkungan bisnis eksternal mereka. Kemampuan perusahaan juga
memungkinkan beberapa perusahaan untuk menambah nilai dalam customer value chain,
mengembangkan inovasi atau mengembangkan ke dalam pasar yang baru
Dewasa ini kampanye untuk menyelamatkan lingkungan semakin gencar dilakukan oleh
masyarakat sehingga sudah menjadi trend tersendiri ditengah - tengah kehidupan masyarakat.
Gerakan penyelamatan lingkungan ini merupakan wujud dari kesadaran masyarakat untuk
melestarikan lingkungan yang saat ini kerusakannya semakin parah bahkan sudah
menyebabkan semakin kacaunya pola cuaca di bumi. Produk-produk yang ramah lingkungan
dapat diidentifikasi memiliki kriteria 3R yaitu (1) Reduce yaitu mengurangi segala sesuatu
yang menyebabkan timbulnya sampah (2) Reuse (guna ulang), yaitu kegiatan penggunaan
kembali sampah yang masih dapat digunakan baik untuk fungsi yang sama ataupun fungsi
yang lain. (3) Recycle (mendaur ulang), yaitu mengolah sampah menjadi produk baru. Oleh
karena itu perlu adanya kemampuan dari Small and Medium Enterprises dalam menganalisis
peluang dari peningkatan kesadaran masyarakat dalam menggunakan produk-produk ramah
lingkungan. Perusahaan termasuk Small and Medium Enterprises perlu melakukan inovasi
dengan membuat produk-produk ramah lingkungan atau proses produksi yang dilakukan
tidak mengakibatkan dampak yang negatif pada masyarakat dan lingkungan.
Kanagal (2015) menemukan bahwa inovasi yang dinyatakan sebagai keterbaruan dan / atau
perbedaan (dengan produk lain/ dengan pesaing) memberikan manfaat unggul baik terhadap
konsumen maupun perusahaan. Adanya inovasi produk meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan. Penelitian tentang inovasi produk lainnya oleh Kaiser (2001), Andersson (2007),
dan Berends et al. (2012) yang menemukan bukti bahwa inovasi produk sebagai strategi
bersaing pada akhirnya akan memberikan dampak positif terhadap kinerja perusahaan baik
itu berupa kinerja keuangan maupun kinerja pemasaran
LITERATURE REVIEW
Entrepreneurial Orientation
Miller (2015) menjelaskan Entrepreneurial Orientation sebagai orientasi untuk menjadi yang
pertama dalam hal inovasi di pasar, memiliki sikap untuk mengambil risiko, dan proaktif
terhadap perubahan yang terjadi pasar. Entrepreneurial Orientation dapat ditentukan
berdasarkan pada tiga dimensi, yaitu proaktif (proactive), inovatif (innovative) dan
keberanian mengambil resiko (risk – taking). Kewirausahaan menjadi berbeda karena
memiliki titik berat pada inovasi produk baru. Hal ini ditandai oleh beberapa organisasi yang
mempunyai kemampuan berinovasi secara berani dan regular pada pengambilan risiko yang
cukup besar dalam strategi pemasaran produknya. Lebih lanjut Lumpkin dan Dess (2010)
memberikan pengertian bahwa Entrepreneurial Orientation mengacu pada suatu strategi
orientasi perusahaan untuk memperoleh gaya , praktek dan metode pengambilan keputusan.
Selanjutnya diungkapkan juga bahwa Entrepreneurial Orientation mencerminkan bagaimana
suatu perusahaan beroperasi dibandingkan dengan apa yang direncanakan
Entrepreneurial Orientation adalah kemampuan kreatif yang dijadikan dasar dan sumber daya
untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Indikator yang digunakan untuk mengukur
Entrepreneurial Orientation pada penelitian ini mengacu pada penelitian Pedro et al (2006),
Lumpkin dan Dess (2001), serta Tzokas et al (2001) dalam Halim et al (2012). Indikator
tersebut terdiri atas: perilaku inovasi, perilaku proaktif, pengambilan resiko, dan keberanian
dalam bersaing.
Marketing Capabilities
Vorhies & Morgan (2005) menyatakan Marketing Capabilities juga sebagai kemampuan
perusahaan untuk mendeteksi dan beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar. Marketing
Capabilities menurut pendekatan bauran pemasaran terdiri dari delapan kapabilitas yaitu
kapabilitas harga, kapabilitas produk, kapabilitas distribusi, kapabilitas promosi, kapabilitas
penjualan, kapabilitas sistem informasi pemasaran, kapabiltas perencanaan pemasaran dan
kapabilitas implementasi pemasaran
Pass dan Bryan (1994) menjelaskan bahwa inovasi merupakan sebuah pengembangan yang
dilakukan oleh setiap perusahaan berupa perbaikan-perbaikan praktis dari suatu penemuan
yang akan dipakai. Lebih lanjut Tjiptono dkk (2008) juga menjelaskan bahwa inovasi
merupakan sebuah implementasi dari sebuah gagasan ke dalam produk atau jasa. Hanaysha
dkk (2014) bahwa inovasi dari sebuah produk merupakan faktor dari suksesnya sebuah merek
atau produk yang akan dipasarkan. Pernyataan tersebut di dukung oleh Calantone dan Griffith
(2007) yang menyatakan bahwa sebuah inovasi produk akan mempengaruhi kesuksesan dari
sebuah perusahaan
Rennings (2000) menyatakan Green Innovation merupakan perubahan yang dilakukan
pada perusahaan yang dapat dilakukan di segala aspek dan dikembangkan secara
berkelanjutan akan tetapi pengembangannya harus dilihat dari aspek lingkungan. Lebih
lanjut Rennings dan Rammer (2009) menyatakan bahwa Green Innovation memiliki dua
dimensi yaitu Green Product Innovation dan Green Process Innovation. Green Product
Innovation mempunyai tujuan akhir untuk memperbaiki suatu produk agar dapat
meningkatkan konsumen dan pasar baru karena produknya di desain dengan ramah
lingkungan, sementara Green Process Innovation dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas dan efesiensi biaya karena proses produksinya di desain dengan proses
yang ramah lingkungan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur Green product innovation mengacu pada
penelitian oleh Murar (2012) yang meliputi bahan ramah lingkungan, kemasaan ramah
lingkungan,produk dapat di daur ulang dan penggunaan label ramah lingkungan.
Peletak dasar teori RBV adalah David Ricardo (1817) yang menjelaskan pentingnya
sumberdaya guna memberikan keunggulan ekonomi lebih kepada pemilik dengan
kepemilikan sumberdaya yang bersifat tetap maupun terbatas. Kekuatan teori RBV adalah
kemampuannya menjelaskan eksploitasi proses bisnis yaitu mengapa suatu perusahaan
memiliki kinerja yang tinggi dan keunggulan bersaing dibandingkan dengan pesaingnya,
karena perusahaan memiliki sumberdaya yang unik, langka, tidak dapat di gantikan dengan
yang lain.
Teori RBV menganggap perusahaan merupakan suatu ikatan berbagai sumberdaya yang akan
berpengaruh signifikan pada keunggulan kompetitif perusahaan dan berdampak pada kinerja
perusahaan. Perusahaan yang memiliki sumber daya unik,tidak dapat ditiru oleh perusahaan
lain, akan membuat perusahaan tersebut dapat bertahan dalam persaingan. RBV menekankan
pada strategi keunggulan kompetitif dan sumber daya internal perusahaan (Barney,1991).
Grant (1991) mengelompokkan sumber daya kedalam enam kelompok besar yaitu sumber
daya finansial, sumber daya fisik, sumber daya manusia, sumber daya teknologi, reputasi, dan
sumber daya organisasional. Lebih lanjut Grant (1999) menyatakan bahwa kelima dimensi
utama strategi resource-based yaitu, sumber keuangan untuk mengidentifikasi kemampuan
usaha melakukan perhitungan dana dan pendapatan, serta resiko kerugian secara internal
yang ditentukan berdasarkan keseluruhan proses pembuatan produk. Sumber daya fisik
menjelaskan, hasil produk usaha memiliki efisiensi, dan keakutratan penentuan biaya dan
pendapatan yang diharapkan sebagai petunjuk harga jual terhadap konsumen. Sumber daya
manusia ditujukan pencapaian efektifitas produksi, dengan memberikan tanggung jawab
karyawan untuk memperhitungkan biaya dan pendapatan produk selama produksi. Sumber
daya teknologi menujukan upaya pencapaian efektifitas proses pembuatan dan
pengembangan produk untuk mencapai kualitas lebih baik dengan mendasarkan kemampuan
yang dimiliki. Terakhir Sumber daya reputasi organisasi memberikan hubungan baik
konsumen atas hasil produk mampu diterima dan kepercayaan pemasok atas pembelian
berkelanjutan.
Resource Based View (RBV) proposed by Wernerfelt (1984), states that an organization or
company is a set of resources to build capabilities as a source to achieve superior business
performance. To achieve marketing performance, a company must be able to manage its
marketing resources and capabilities well. Marketing capabilities are a set of resources and
skills in the field of marketing which are the result of the process of accumulating knowledge
and integration with values and norms developed through organizational processes.
Kinerja merupakan tingkat keberhasilan pencapaian prestasi oleh perusahaan selama kurun
waktu tertentu. Hakekatnya setiap perusahaan senantiasa berupaya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dari aktivitas operasinya. Kinerja memiliki nilai penting bagi
perusahaan karena selain digunakan sebagai ukuran keberhasilan dalam periode tertentu
dapat juga dijadikan masukan untuk perbaikan atau peningkatan kinerja perusahaan di masa
yang akan datang. Kinerja masih merupakan sebuah konsep yang sulit, baik secara definisi
maupun dalam penilaiannya, selain itu masih adanya kontroversi mengenai pendekatan yang
tepat untuk konseptualisasi dan pengukuran kinerja perusahaan.
Atkinson et al (1995) menyarankan bahwa sistem pengukuran kinerja yang efektif sebaiknya
mengandung indikator-indikator kinerja, yaitu : 1) memperhatikan setiap aktivitas organisasi
dan menekankan pada perspektif pelanggan, 2) menilai setiap aktivitas dengan menggunakan
ukuran kinerja yang terkait dengan pelanggan, 3) memperhatikan semua aspek aktivitas
kinerja secara komprehensif yang dapat mempengaruhi pelanggan, 4) menyediakan informasi
berupa umpan balik untuk membantu anggota organisasi mengenali permasalahan dan
peluang untuk melakukan perbaikan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan ukuran
kinerja secara subyektif yang didasarkan pada persepsi manajer atau pun pemilik dari Small
and Medium Enterprises.
Indikator yang digunakan untuk mengetahui Business Performance mengacu pada indikator
yang digunakan oleh penelitian Karel et al (2013) yaitu meliputi: volume produk, nilai
tambah produk, peningkatan jumlah tenaga kerja, diversifikasi usaha, perluasan pasar, jumlah
penjualan, peningkatan modal.
THEORETICAL FRAMEWORK
Small and Medium Enterprises yang berupaya untuk meningkatkan kinerja perusahaannya
perlu untuk memperhatikan dua hal, yaitu Entrepreneurial Orientation dan strategi bisnisnya.
Lumpkin dan Dess (1996), menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki Entrepreneurial
Orientation yang kuat, akan lebih berani untuk mengambil risiko, dan tidak hanya bertahan
pada strategi masa lalu. Pada lingkungan yang dinamis, Entrepreneurial Orientation
merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Selain jiwa wirausaha, kemampuan pemasaran berdasarkan orientasi pasar menjadi sumber
inspirasi perusahaan dalam melakukan cara-cara inovatif serta menjadi sumber keunggulan
bersaing dalam meningkatkan kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Dengan inovasi,
wirausahawan dapat menciptakan baik sumberdaya produksi baru maupun pengelolahan
sumber daya yang ada. Dewasa ini inovasi produk sangat dibutuhkan untuk survive di dalam
dunia usaha, agar tidak terjadi kejenuhan produk.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari hasil penelitian sebelumnya terkait dengan
variabel yang merupakan penentu interaksi Entrepreneurial Orientation, Marketing
Capabilities, Green product innovation dan Business Performance. Model penelitian ini
dibangun atas dasar pengembangan model penelitian sebelumnya berdasarkan evolusi dari
model penelitian sebelumnya yang terkait dengan variabel yang diteliti. Dari uraian di atas,
dapat dijelaskan model konseptual dalam penelitian ini seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 1.
EntrepreneurialOrientation 1
3 Greenproductinnovation Kinerja
Usaha
5
4
MarketingCapabilities
HYPOTHESIS
RESEARCH METHODOLOGY
Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner.
Kepada pemilik atau manajer dari Small and Medium Enterprises sentra industri binaan
PLUT Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan skala dasar pengukuran memakai urutan
skala lima dengan kriteria: Sangat Setuju (ST)=5, Setuju (S)=4, Cukup=3, Tidak
Setuju(TS)=2, Sangat Tidak Setuju (STS)= 1.
Penelitian menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS). PLS adalah model
persamaan Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis komponen atau varian.
Pendekatan PLS didasarkan pada pergeseran analisis dari pengukuran estimasi parameter
model penelitian pada pengukuran prediksi yang relevan. Sehingga fokus pengukuran
seharusnya bergeser dari hanya penaksiran estimasi signifikansi parameter (structural path
dan loading factor) menjadi validitas prediksi. Dasar pengujian signifikansi parameter adalah
resampling (pengambilan sampel berulang) yang dikembangkan oleh Geisser dan Stone
dengan teknik predictive sample, yaitu sintesa cross-validation (validasi silang) dan
kesesuaian fungsi perspektif: pengamatan (observable) atau pengamatan potensial (potential
observable) jauh lebih relevan daripada estimasi parameter konstruk yang artifisial (Chin,
1997). Tujuan PLS terutama untuk estimasi varian konstruk endogenous beserta variabel
manifesnya, diistilahkan dengan indikator refleksif (reflective indicator), dengan kekhususan
lainnya adalah indikator konstruk dapat pula dibentuk dalam bentuk formatif, diistilahkan
dengan indikator formatif (formative indicator).
HYPOTHESIS TESTING
Koef. Jalur
Hubungan antar Variabel Kete-
No Pengaruh p-value
(Variabel Penjelas Variabel Respon) rangan
Langsung
Entrepreneurial Green Product
1 0.771 <0.001 Signifikan
Orientation Innovatiaon
Entrepreneurial
2 Business Performance 0.376 <0.001 Signifikan
Orientation
Marketing Green Product Tidak
3 0.140 0.080
Capabilities Innovatiaon Signifikan
Marketing Tidak
4 Business Performance 0.036 0.362
Capabilities Signifikan
Green Product
5 Business Performance 0.588 <0.001 Signifikan
Innovatiaon
Sumber : Data Primer ,diolah 2019
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Miller (2015) yang menjelaskan Entrepreneurial
Orientation sebagai orientasi untuk menjadi yang pertama dalam hal inovasi di pasar,
memiliki sikap untuk mengambil risiko, dan proaktif terhadap perubahan yang terjadi pasar.
Dalam pandangannya, Miller (2015) menyatakan bahwa Entrepreneurial Orientation dapat
ditentukan berdasarkan pada tiga dimensi, yaitu proaktif (proactive), inovatif (innovative) dan
keberanian mengambil resiko (risk – taking).
Lebih lanjut Covin dan Slevin (2015) mengemukakan bahwa organisasi dengan sikap
Entrepreneurial Orientation menunjukkan perilaku standar tertentu, tercermin dalam filosofi
strategis dalam praktek manajemen yang efektif. Selanjutnya dijelaskan bahwa
Entrepreneurial Orientation diukur dari tingkat dukungan manajer puncak terhadap perilaku
inovatif dalam mengambil keputusan bisnis berkaitan dengan resiko yang mungkin diterima
dan bersaing secara proaktif dengan perusahaan lain. Perilaku inovatif dianggap sebagai
kecenderungan perusahaan untuk terlibat dalam ide baru, eksperimen dan pengembangan
aktivitas.
Arah koefisien path Entrepreneurial Orientation yang positif dan signifikan sejalan dengan
penelitian Penelitian Mukarutesi (2018) tentang The Relationship between Entrepreneurial
Orientation , Government Policy and SME Performance : The Case of Small and Medium
Enterprises in Rwanda”, yang menemukan bukti bahwa Entrepreneurial Orientation (EO)
signifikan dan memiliki pengaruh positif di dalam keterkaitan dengan Business Performance
dan kebijakan pemerintah.
Pengelolaan usaha berbasis sumber daya (resources-based) merupakan salah satu alternatif
solusi bagi UKM, karena melalui pengelolaan tersebut mampu menciptakan kompetensi
khusus dan memberikan pilihan strategis untuk meraih keunggulan kompetitif berkelanjutan
(Barney, 2001; Grant, 2001).
Sumberdaya Strategis, Entrepreneurial Orientation, Dinamika Lingkungan, dan Strategi
Bersaing Serta Kinerja Usaha Keunggulan kompetitif dapat diwujudkan melalui optimalisasi
pemanfaatan sumber daya strategis yang dikendalikan perusahaan. Tidak ada satupun
perusahaan mempunyai kekuatan dan kelemahan yang sama, karena kompetensi inti
merupakan pembeda penting untuk diidentifikasi dan dikelola (Collis dan Montgomery,
2004)
Pengaruh Marketing Capabilities terhadap kinerja Small and Medium Enterprises Sentra
Binaan PLUT Jawa Timur yang tidak signifikan ini disebabkan Kendala yang dihadapi oleh
pengusaha kecil adalah: pertama kendala intern, yaitu: kualitas SDM yang masih rendah,
lemahnya peningkatan akses dan pengembangan pangsa pasar, lemahnya struktur pemodalan,
terbatasnya kemampuan penguasaan teknologi, lemahnya organisasi dan manajemen,
terbatasnya jaringan usaha dan kerjasama dengan pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Kedua
adalah kendala ekstern, yaitu: akses sarana dan prasarana ekonomi yang belum memadai dan
masih terpusat di pulau jawa, iklim usaha yang kurang kondusif karena masih banyaknya
persaingan yang kurang sehat, serta pembinaan yang belum terpadu dari pemerintah
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Santos (2012), yang melakukan penelitian
tentang “Marketing Capabilities Development in small and medium enterprises :
Implication for Performance”. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi secara empirik
positif dan memiliki dampak langsung bagi strategi pemasaran internal atas kinerja bisnis
perusahaan
Hasil penelitian ini bertentangan dengan pendapat Jin (2015) yang menyatakan bahwa
Marketing Capabilities merupakan kemampuan perusahaan dalam menetapkan harga ,
kemampuan dalam berkomunikasi untuk memasarkan produk, strategi distribusi dan
kemampuan untuk mengembangkan produk. Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Jin
et al, (2017) mengemukakan juga bahwa Marketing Capabilities juga digambarkan sebagai
kemampuan perusahaan untuk menjalankan aktivitas pemasaran seperti membangun posisi
dalam pasar , mempromosikan bisnis, melakukan analisis pasar, mengenali target pasar,
mengatur dan memenuhi target penjualan serta mengatur dan mencapai target laba / profit.
Kapabilitas sumber daya internal yang dimiliki dalam strategi resource-based, dapat
mencapai efektifitas keunggulan perhitungan biaya melalui konsep strategi inovasi yang
didasarkan pendekatan biaya selama proses pembuatannya (Mosakowski 1993). Lebih lanjut
McGrath, et al. (1996) menyatakan bahwa pencapaian efektifitas inovasi lebih akurat apabila
didasarkan kemampuan internal usaha manufaktur dalam memahami kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa nilai – nilai yang terkandung dalam Marketing
Capabilities belum mampu dipersepsikan dengan baik dan tidak berdampak nyata terhadap
Green Product Innovatiaon. Pelaku Usaha dalam melakukan pemasaran belum beriontasi
pada tujuan green marketing yaitu bertujuan ke arah untuk berkomunikasi bahwa merek atau
perusahaan adalah peduli lingkungan hidup, bertujuan selain untuk komersialisasi sebagai
tujuan utama perusahaan, juga untuk mencapai tujuan yang berpengaruh kepada lingkungan
hidup. Perusahaan mencoba merubah gaya konsumen mengkonsumsi atau memakai produk
dan perusahaan berusaha merubah budaya konsumen kearah yang lebih peduli lingkungan
hidup.
Hasil Penelitian sesuai dengan pendapat Triyuwono (1999) yang menyatakan bahwa UKM
di Jawa Timur measih memiliki kelemahan antara lain tidak memiliki kemampuan untuk
mengakses informasi pasar, dan kurangnya pemahaman terhadap tata-niaga dan prosedur
ekspor. Pada umumnya tidak mampu dalam mencari pemasok yang dapat menyediakan
bahan baku sesuai dengan timing yang dikehendaki, tidak mampu menentukan dan menilai
kualitas bahan baku. Tidak mampu membuat desain produk yang bersifat trendy, fashion,
dynamics, dan contemporary, lemah dalam pengendalian kualitas, dan inovasi produkproduk
baru.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Rennings dan Rammer (2009) menyatakan
bahwa Green Innovation memiliki dua dimensi yaitu Green Product Innovation dan
Green Process Innovation. Green Product Innovation mempunyai tujuan akhir untuk
memperbaiki suatu produk agar dapat meningkatkan konsumen dan pasar baru karena
produknya di desain dengan ramah lingkungan, sementara Green Process Innovation
dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan efesiensi biaya karena proses
produksinya di desain dengan proses yang ramah lingkungan
Arah koefisien path Green Product Innovatiaon yang positif dan signifikan sejalan dengan
pendapat Porter (1991) bahwa organisasi dapat mengurangi biaya produksi dan meningkatkan
efisiensi ekonomi dengan menerapkan inisiatif terkait lingkungan. Peningkatan penjualan
hijau, sebagai persentase dari total penjualan, adalah dicapai terutama dengan berfokus pada
produk dengan dampak lingkungan yang secara signifikan lebih rendah di seluruh siklus
hidupnya. Dalam hal ini, inovasi hijau menjadi semakin penting bagi perusahaan untuk
meningkatkan lingkungan mereka kesadaran dengan memproduksi produk yang tidak
mengandung zat berbahaya dan beracun (Chiou et al., 2011). Dengan Meningkatnya tren
lingkungan ini, inovasi hijau menjadi faktor penting bagi perusahaan untuk mendapatkan
pembangunan berkelanjutan (Lin dan Chang, 2009) dan berkontribusi pada transformasi
menuju berkelanjutan masyarakat (Carrillo -Hermosilla et al., 2010).
Menurut Larsen, and Lewis (2007) salah satu karakter yang sangat penting dari
wirausahawan adalah kemampuannya berinovasi. Tanpa adanya inovasi perusahaan tidak
akan dapat bertahan lama. Hal ini disebabkan kebutuhan, keinginan, dan permintaan
pelanggan berubah-ubah. Pelanggan tidak selamanya akan mengkonsumsi produk yang sama.
Pelanggan akan mencari produk lain dari perusahaan lain yang dirasakan dapat memuaskan
kebutuhan mereka. Untuk itulah diperlukan adanya inovasi terus menerus jika perusahaan
ingin berlangsung lebih lanjut dan tetap berdiri dengan usahanya. Selain Perusahaan yang
terus melakukan inovasi terhadap produknya adalah perusahaan yang telah siap menghadapi
persaingan dengan produk yang unggul. Semakin banyak inovasi produk yang dilakukan oleh
perusahaan, semakin tinggi tingkat keunggulan bersaing perusahaan tersebut.
Menurut teori RBV Theory dari Grant (1991) bahwa Sumber daya dapat dianggap sebagai
input yang memungkinkan perusahaan untuk melakukan kegiatan mereka. Sumber daya dan
kemampuan internal menetukan pilihan - pilihan strategis yang dibuat oleh perusahaan saat
berkompetisi dalam lingkungan bisnis eksternal mereka. Kemampuan perusahaan juga
memungkinkan beberapa perusahaan untuk menambah nilai dalam customer value chain,
mengembangkan inovasi atau mengembangkan ke dalam pasar yang baru. LaBahn and
Krapfel (1996) berpendapat bahwa kapabilitas inovasi produk, sangat diharapkan oleh usaha
kecil manufaktur untuk dapat menghasilkan kreasi dan pengenalan produk unggul, atau
modifikasi produk lainnya yang sudah ada.
Inovasi atas produk yang dihasilkan memberikan fokus perhatian untuk dapat
mengembangkan UKM di Indonesia atas pencapain keunggulan daya saing yang dapat
diwujudkan sama dengan inovasi produk (Salim, 1999). Kemampuan melakukan inovasi,
akan dihasilkan kemampuan dalam 2 (dua) hal yaitu; kemampuan mengidentifikasi pasar, dan
kemampuan menciptakan produk untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut. Dengan
kemampuan ini diharapkan pelanggan tidak meninggalkan dan memenuhi selera yang
diinginkan (Hariadi, 2002).
CONCLUSION
Hipotesis kedua yang menyatakan adanya pengaruh variabel Marketing Capabilities terhadap
kinerja Small and Medium Enterprises Binaan PLUT Jawa Timur tidak terbukti (tidak
terdapat pengaruh yang bermakna). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Marketing
Capabilities yang dilakukan melalui riset pasar, cakupan pasar, penetapan harga, sensitivitas
harga, kapasitas produksi dan keunikan produk tidak memberikan kontribusi terhadap
Business Performance
Hipotesis ketiga yang menyatakan Entrepreneurial Orientation berpengaruh signifikan
terhadap Green Product Innovation terbukti (ada pengaruh bermakna). Dari hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa Entrepreneurial Orientation berpengaruh signifikan terhadap Green
Product Innovation. Secara teoritis maupun studi empiris menunjukkan bahwa Green Product
Innovation akan terbentuk dengan baik jika para pelaku usaha khususnya para manajer atau
pemilik Small and Medium Enterprises binaan PLUT Jawa Timur dapat mengambil
keputusan dengan baik disertai dengan inovasi produk hijau dengan produk-produk yang
bahan ramah lingkungan, kemasaan ramah lingkungan,produk dapat di daur ulang dan
penggunaan label ramah lingkungan.
Hipotesis keempat yang menyatakan ada pengaruh variabel Marketing Capabilities terhadap
kinerja Green Product Innovatiaon UKM binaan PLUT Jawa Timur tidak terbukti ( tidak ada
ada pengaruh bermakna). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Marketing Capabilities
antara lain meliputi : riset pasar, cakupan pasar, penetapan harga, sensitivitas harga, kapasitas
produksi dan keunikan produk tidak memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan
Green Product Innovation.
Hipotesis kelima yang menyatakan ada pengaruh variabel Green Product Innovatiaon
terhadap Business Performance para manajer atau pemilik Small and Medium Enterprises
binaan PLUT Jawa Timur dapat terbukti (ada pengaruh bermakna) . Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Green Product Innovation dengan menggunakan bahan ramah
lingkungan, kemasaan ramah lingkungan,produk dapat di daur ulang dan penggunaan label
ramah lingkungan, secara kualitas dan kuantitas sehingga dapat meningkatkan standar dari
produk-produk produksi Small and Medium Enterprises Binaan PLUT Jawa Timur baik di
pasar lokal maupun pasar luar negeri.
RECOMMENDATION
Pelaku Small and Medium Enterprises sebaiknya memberikan nilai tambah atas produk/jasa
sesuai dengan kebutuhan pelanggan, dan untuk itu Small and Medium Enterprises diharapkan
lebih banyak berkomunikasi dengan pelanggan, meningkatkan inovasi pada usaha serta
mencari segmen pasar baru, memberikan pelatihan yang lebih baik dan memberikan insentif
kepada karyawan bagian pemasaran yang berprestasi dan perlu diciptakan suasana yang
kondusif dan kekeluargaan antara pimpinan / pemilik usaha dengan karyawan agar
menumbuhkan semangat kerja sehingga akan lebih memudahkan para karyawan untuk
berinovasi secara lebih maksimal.