ABSTRACT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lingkungan bisnis saat ini yang memengaruhi organisasi manufaktur
ditandai oleh persaingan yang ketat, perkembangan teknologi yang belum pernah
terjadi sebelumnya, dan pasar yang bergejolak. Beberapa faktor telah berkontribusi
terhadap situasi ini yang paling penting di antaranya adalah globalisasi, kemajuan
teknologi informasi, produksi, dan kebutuhan pelanggan yang berubah dengan
cepat. Sebagai akibatnya, perusahaan manufaktur semakin ditekan untuk
memanfaatkan sumber daya berbasis pengetahuan dengan lebih baik dengan cara
yang meningkatkan kinerja operasional mereka dan akan mempertahankan daya
saing mereka (Damanpour et al., 2009; Chen et al., 2010; Andreeva dan Kianto,
2011; Dahiyat, 2015).
Dalam konteks ini, Manajemen Pengetahuan (KM) dan inovasi dipandang
sebagai opsi utama, yang secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan
organisasi untuk merespons secara efektif kebutuhan pelanggan yang berubah-ubah
dan perubahan teknologi. Dengan demikian organisasi harus mempertahankan
kinerja kompetitif mereka dalam lingkungan bisnis yang berubah – ubah pada saat
ini (Damanpour et al., 2009; Chen et al., 2010; Andreeva dan Kianto, 2011;
Dahiyat, 2015). PT. d.gas Alam Semesta adalah sebuah perusahaan yang bergerak
1
Bima Anggara Widiyan Sakti, Universitas Trisakti Fakultas Ekonomi dan Bisnis
2
Dra. Ratna Darasih, MM
bim.wrk@gmail.com
pada kegiatan usaha bisnis CNG (Compresses Natural Gas) skala industri kecil, gas
pipa dan kelistrikan. PT. d.gas Alam Semesta berdiri pada tahun 2019 yang
berpusat di Jakarta. Pada awalnya PT. d.gas Alam Semesta dikenal sebagai PT.Iev
Gas bermula dari adanya corporate action dan keputusan bersama para pemegang
saham Iev Gas, untuk merubah nama Iev menjadi d.gas Alam Semesta.
Gas yang diproduksi oleh PT. d.gas Alam Semesta akan didistribusikan
langsung kepada konsumen – konsumen melalui beberapa cara. Dahulu di PT.
d.gas Alam Semesta hanya melakukan pengiriman melalui Gas pipa saja. Tetapi
seiring berjalannya waktu, PT. d.gas Alam Semesta melakukan berbagai cara untuk
memudahkan pendistribusian kepada konsumennya. Salah satu nya dengan cara
melakukan inovasi, yang dahulu pengiriman hanya melakukan Gas pipa, sekarang
dapat melalui Gas Mobile yaitu dengan cara mendistribusikannya menggunakan
truk. Pentingnya Knowledge Management terletak pada kemampuannya untuk
menyediakan cara-cara baru untuk mencapai berbagi pengetahuan yang eksplisit
dan implisit. Berbagi aset intelektual merupakan sumber yang berharga untuk
meningkatkan keunggulan kompetitif dan kinerja organisasi (Ndlela dan du Toit,
2001). Selain itu, organisasi dapat mempertahankan daya saing mereka jika mereka
secara efektif membuat, memperoleh, mendokumentasikan, mentransfer, dan
menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah dan memanfaatkan peluang
yang tersedia (Sambamurthy dan Subramani, 2005).
Beberapa penelitian juga menyelidiki hubungan Knowledge Management.
Kinerja dalam studi tersebut diukur dengan berbagai cara. Misalnya, Gold et al.
(2001) menunjukkan bahwa kemampuan Knowledge Management secara positif
mempengaruhi efektivitas organisasi Liu et al. (2004 menemukan hubungan positif
yang signifikan antara kemampuan Knowledge Management dan daya saing. Lin
dan Kuo (2007) menyimpulkan bahwa kemampuan Knowledge Management
berhubungan positif dengan kinerja organisasi secara keseluruhan.
Dalam hal ini, Knowledge Management(KM) dan inovasi dipandang
sebagai opsi strategis utama, yang dapat secara signifikan meningkatkan
kemampuan organisasi untuk merespons secara efektif kebutuhan pelanggan yang
berubah-ubah dan perubahan teknologi.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Manajemen Operasional
Produksi disebut juga dengan istilah operasi merupakan salah satu fungsi
pokok bisnis disamping fungsi pemasaran, keuangan dan personalia. Fungsi ini
berkaitan dengan penggunaan sumber daya organisasi untuk mengubah bahan baku
menjadi barang jadi atau jasa. Suatu perusahaan membutuhkan suatu sistem dalam
mengelola sumber-sumber daya agar dapat menghasilkan sesuatu yang sesuai
dengan tujuan perusahaan. Dengan manajemen operasi maka perusahaan dapat
mengelola sumber dayanya dengan baik dan benar.
Pengertian Knowledge Management
Knowledge Management adalah suatu cara bagi perusahaan untuk
mengidentifikasi, membuat, merepresentasikan, mendistribusikan, dan
memungkinkan pengadaptasian wawasan dan pengalaman. Wawasan dan
pengalaman tersebut terdiri dari pengetahuan, baik yang dimiliki oleh individu
maupun pengetahuan yang melekat pada proses atau standar prosedur perusahaan.
Tujuan utama Knowledge Management adalah untuk memelihara dan mentransfer
dengan efektif pengetahuan yang penting kepada para karyawan (Leung, Chan, &
Lee, 2003).
Produk
Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai
tujuan dari perusahaan, melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Para ahli mendefinisikan produk sebagai berikut: Menurut Kotler dan Keller (2012)
menyatakan bahwa: “Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar
untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan”, sedangkan definisi produk menurut
Saladin (2007): “Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar
untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan, atau dikonsumsi, dan yang
dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan”.
Kinerja Operasional
Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, dan misi organisasi (Moeheriono, 2009). Sedarmayanti (2008)
mengungkapkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral dan etika.
Rerangka Konseptual
Pengaruh Proses Manajemen Pengetahuan Terhadap Kinerja Operasional di
Melalui Inovasi Produk pada PT d.gas Alam Semesta
H1
H4
Gambar 2.1
Rerangka Konspetual
Pengembangan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang harus diuji kebenarannya dengan
adanya hipotesis diharapkan dapat memberikan jawaban sementara atas suatu
penelitian sehingga dapat mempermudah analisa. Penelitian ini menguji pengaruh
antara proses manajemen pengetahuan terhadap kinerja operasional melalui inovasi
produk.
Pentingnya Knowledge Management terletak pada kemampuannya untuk
menyediakan cara-cara baru untuk mencapai berbagi pengetahuan yang eksplisit
dan implisit. Berbagi aset intelektual merupakan sumber yang berharga untuk
meningkatkan keunggulan kompetitif dan kinerja organisasi (Ndlela dan du Toit,
2001). Selain itu, organisasi dapat mempertahankan daya saing mereka jika mereka
secara efektif membuat, memperoleh, mendokumentasikan, mentransfer, dan
menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah dan memanfaatkan peluang
yang tersedia (Sambamurthy dan Subramani, 2005).
Organisasi dengan tingkat Knowledge Management yang tinggi biasanya
lebih bersedia untuk belajar bagaimana meningkatkan kemampuan mereka dalam
menanggapi perubahan dan lebih berhasil dalam mengurangi redundansi,
mengembangkan ide-ide kreatif dan meningkatkan kinerja secara keseluruhan (Lee
et al., 2005). Selain itu, perolehan dan berbagi pengetahuan di antara individu dan
kelompok organisasi berdampak pada kualitas pengambilan keputusan.
Selanjutnya, sangat penting bagi organisasi untuk melibatkan karyawan mereka
dalam proses Knowledge Management untuk mengeksploitasi pengetahuan dan
keahlian untuk membangun nilai dan mendukung efektivitas organisasi
(Scarbrough, 2003; Gold et al., 2001). Tseng dan Lee (2014) berpendapat bahwa
keberhasilan program Knowledge Management tergantung pada kemampuannya
untuk mempengaruhi penampilan organisasi.
Beberapa penelitian menyelidiki hubungan Knowledge Management-
performance. Kinerja dalam studi tersebut diukur dengan berbagai cara. Misalnya,
Gold et al. (2001) menunjukkan bahwa kemampuan Knowledge Management
secara positif mempengaruhi efektivitas organisasi. Liu et al. (2004 menemukan
hubungan positif yang signifikan antara kemampuan Knowledge Management dan
daya saing. Lin dan Kuo (2007) menyimpulkan bahwa kemampuan Knowledge
Management berhubungan positif dengan kinerja organisasi secara keseluruhan
termasuk kinerja pasar dan kinerja sumber daya manusia. Ho (2008) menemukan
bahwa kemampuan Knowledge Management berhubungan langsung dengan kinerja
keuangan Demikian pula, Mohrman et al. (2003) menemukan bahwa pengetahuan
itu terkait dengan kinerja organisasi secara keseluruhan termasuk faktor keuangan.
Mazdeh dan Hesamamiri (2014) menggunakan sampel dari 254 organisasi di
Amerika Utara menemukan efek signifikan dari Knowledge Management pada
ukuran kinerja organisasi. (keuangan, proses, dan internal). Lee dan Lee (2007),
menggunakan sampel yang dikumpulkan dari 68 Knowledge Management-
mengadopsi organisasi Korea, menemukan hubungan yang signifikan antara
kemampuan, proses, dan kinerja Knowledge Management (dalam hal Balanced
Scorecard). dan Alegre (2012) menemukan bahwa proses Knowledge Management
secara langsung terkait dengan kinerja pasar dan secara tidak langsung terkait
dengan sirip kinerja tambahan di Spanyol
H1. Terdapat pengaruh antara Proses Manajemen Pengetahuan terhadap
Kinerja Operasional.
Dalam organisasi, Knowledge Management dianggap sebagai anteseden
penting dari inovasi (Darroch dan McNaughton, 2002; Nonaka dan Takeuchi,
1995; Andreeva dan Kianto, 2011; Dahiyat, 2015). Selain itu, Knowledge
Management mempromosikan keterlibatan dalam inovasi melalui pengembangan
ide-ide baru dan mengeksploitasi mereka modal intelektual organisasi (Huang dan
Li, 2009; Plessis, 2007; Darroch dan McNaughton, 2002). Lebih khusus, akuisisi
pengetahuan yang dihasilkan secara eksternal memberi individu kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan mereka untuk mengembangkan pengetahuan baru dan
mengubah pengetahuan yang tersedia menjadi pengetahuan baru (Chen dan Huang,
2009).
Akibatnya, pengetahuan yang diperoleh baru berkontribusi secara efisien
untuk memaksimalkan stok pengetahuan yang tersedia dan meminimalkan
ketidakpastian. Sebagai hasilnya, pengetahuan yang diperoleh baru memberikan
peluang untuk menciptakan lingkungan dan pemikiran inovatif yang menghasilkan
inovasi yang ditingkatkan (Lin dan Lee, 2005; Dahiyat dan Al-Zu'bi, 2012).
Berbagi pengetahuan memfasilitasi proses pertukaran pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman di antara karyawan, yang akan membentuk
penciptaan rutinitas baru dan model berpikir (Lin, 2007; Nonaka dan Takeuchi,
1995). Selain itu, berbagi dan bertukar pengetahuan berkontribusi untuk belajar dan
mendapatkan akses ke informasi pengetahuan baru, yang merupakan dasar untuk
difusi ide-ide inovatif (Chen dan Huang,2009). Aplikasi pengetahuan dianggap
bermanfaat pada dua tingkatan; pertama, ini terkait dengan penggunaan nyata dari
pengetahuan saat ini untuk menyelesaikan masalah (Gold et al., 2001).
Kedua, itu membuat pengetahuan lebih aktif dalam membangun nilai-nilai
yang relevan untuk suatu organisasi (Bhatt, 2001). Menerapkan pengetahuan secara
efisien meningkatkan kemampuan organisasi untuk mengelola berbagai sumber
pengetahuan, mengurangi kesalahan, dan mengubah pengetahuan kolektif menjadi
keuntungan bagi upaya inovatif organisasi (Huang dan Li, 2009; Alavi dan
Leidner, 2001; Bhatt, 2001; Gold et al., 2001). Selanjutnya, aplikasi pengetahuan
merupakan bagian penting dari peningkatan inovasi produk dalam organisasi (Sarin
dan McDermott, 2003).
Bahkan, organisasi akan menghadapi masalah serius tanpa aplikasi
pengetahuan; mereka tidak akan dapat menggunakan pengetahuan kolektif secara
efektif untuk meningkatkan kinerja inovasi mereka ke tingkat yang diinginkan
(Alavi dan Leidner, 2001). Meningkatnya minat organisasi pada Knowledge
Management disebabkan potensi manfaat yang diharapkan dari penerapannya
seperti memperluas kreativitas karyawan, menghasilkan ide-ide kreatif, dan
meningkatkan inovasi produk (Darroch, 2005; Borghini, 2005). Akibatnya, inovasi
dapat digambarkan sebagai hasil paling menonjol dari Knowledge Management
(Majchrzak et al., 2004). Lebih lanjut, dikatakan bahwa Knowledge Management
tidak hanya penting untuk menciptakan pengetahuan dan inovasi baru, tetapi juga
untuk mendapatkan manfaat berdasarkan inovasi (Zack et al., 2009).
Beberapa studi empiris telah menyelidiki efek dari proses Knowledge
Management pada inovasi produk. Kör dan Maden (2013) menemukan bahwa
proses Knowledge Management di Turki memiliki efek positif yang signifikan
terhadap inovasi, yang pada gilirannya meningkatkan inovasi organisasi. Bas et al.
(2015) secara empiris menemukan bahwa inovasi produk secara signifikan
dipengaruhi oleh Knowledge Management sedangkan inovasi proses dikaitkan
dengan organisasi tempat kerja di Indonesia Luksemburg. Donate dan Sánchez de
Pablo (2015) menggunakan sampel perusahaan teknologi dari Spanyol menemukan
bahwa Knowledge Management secara signifikan memediasi pengaruh
kepemimpinan yang berorientasi pengetahuan pada inovasi produk.
Andreeva dan Kianto (2011) menggunakan sampel 221 perusahaan dari
Finlandia, Rusia, dan Cina menyimpulkan bahwa proses Knowledge Management
secara positif mempengaruhi inovasi. Nielsen (2007) menemukan bahwa praktik
organisasi yang terkait dengan pembelajaran dan pengetahuan secara positif
mempengaruhi inovasi dan kinerja dinamis dalam organisasi Denmark. Lee et al.
(2013) memberikan bukti empiris dari perusahaan manufaktur Malaysia mengenai
pengaruh praktik Knowledge Management pada inovasi teknologi. Mereka
menegaskan bahwa praktik-praktik Knowledge Management berbagi pengetahuan,
aplikasi pengetahuan, dan penyimpanan pengetahuan secara positif dan signifikan
mempengaruhi inovasi produk. Islam et al. (2015) menunjukkan efek positif
Knowledge Management pada inovasi layanan di perpustakaan akademik. Oleh
karena itu, hipotesis berikut diusulkan:
H2. Terdapat pengaruh antara Proses Manajemen Pengetahuan terhadap
Inovasi Produk
Inovasi adalah kondisi penting untuk meningkatkan kinerja dan
meningkatkan nilai organisasi (Llore's Montes et al., 2005; Bowen et al., 2010).
Dengan demikian, organisasi inovatif menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi
dan produktivitas yang lebih tinggi daripada yang tidak inovatif (Cainelli et al.,
2004). Organisasi mencapai keunggulan dalam dimensi kinerja operasional seperti
biaya, kualitas, pengiriman, dan fleksibilitas sebagai akibat dari memfokuskan
sumber daya dan upaya mereka pada produk dan perbaikan. (Tan et al., 2007).
Beberapa studi empiris menunjukkan hubungan positif yang kuat antara inovasi
dan kinerja.
Kafetzopoulos dan Psomas (2015) menemukan bahwa tingkat inovasi
berhubungan positif dengan produktivitas dan kinerja. Hassan et al. (2013)
menyimpulkan bahwa inovasi (produk) berhubungan positif dengan kinerja
produksi karena metode operasional dan bisnis baru diterapkan. Demikian pula,
Saunila et al. (2014) menunjukkan bahwa organisasi yang lebih sukses dalam
inovasi memiliki kinerja operasional dan keuangan yang lebih tinggi daripada yang
lain.
Evangelista dan Vezzani (2010) menunjukkan bahwa inovasi produk
memberikan manfaat operasional bagi organisasi dengan menggunakan teknologi
baru untuk meningkatkan kinerja produk. Mereka lebih lanjut menunjukkan bahwa
inovasi proses meningkatkan kinerja melalui perolehan efisiensi-produktivitas yang
diperoleh dengan memperkenalkan lebih efektif cara-cara produksi yang mengarah
pada pengurangan waktu respons, peningkatan kualitas, dan pengurangan biaya.
Selain itu, inovasi produk meningkatkan kemampuan untuk menanggapi perubahan
secara efektif dengan mengembangkan kapasitas baru yang mengarah pada
peningkatan kinerja operasional Lloren-Montes et al. (2004). Dengan demikian,
kami mengusulkan hipotesis berikut:
H3. Terdapat pengaruh antara Inovasi Produk terhadap Kinerja
Operasional.
Efek mediasi dari Inovasi Produk pada hubungan antara Knowledge
Management dan Kinerja Operasional. Peran Knowledge Management dalam
meningkatkan Kinerja Operasional telah dibahas dalam Bagian 3.2. Efek positif ini
didukung oleh berbagai argumen dalam literatur. Selain itu, Knowledge
Management memungkinkan organisasi untuk berinovasi dalam produk. Efeknya
jenis inovasi pada kinerja operasional telah banyak dibahas dalam literatur.
Studi ini berpendapat bahwa pengaruh Knowledge Management pada kinerja
operasional akan lebih besar dalam organisasi yang terlibat dalam inovasi produk.
Ini berarti bahwa selain efek langsung Knowledge Management pada kinerja
operasional, efek tidak langsung ada melalui inovasi produk. Efek tidak langsung
ini ada karena eksploitasi nyata sumber daya organisasi (Lin dan Kuo, 2007).
Kemampuan pengetahuan memberi organisasi kemampuan untuk merancang
proses yang efisien dan inovatif yang berkontribusi untuk meningkatkan kualitas,
fleksibilitas, dan pengiriman serta mengurangi biaya.
Knowledge Management memungkinkan perusahaan untuk membangun
kapasitas untuk berinovasi dan, akibatnya, meningkat kinerja operasional dan
organisasi. Pasar yang dinamis saat ini memaksa produsen untuk terus
meningkatkan fleksibilitas mereka dan tanggapan terhadap pelanggan. Kompetensi
tersebut membutuhkan Knowledge Management efektif yang memfasilitasi
transformasi sumber daya organisasi menjadi kapabilitas dan organisasi
kompetensi dalam hal peningkatan hasil kinerja (Darroch, 2005; Chang dan Ahn,
2005).
Knowledge Management mengarah pada peningkatan inovasi dan
kreativitas dalam produk yang pada gilirannya, menghasilkan peningkatan kinerja
operasional. Inovasi produk yang ditingkatkan menghasilkan peningkatan kualitas
produk, peningkatan teknologi yang ditingkatkan, dan penciptaan produk baru
dengan kinerja yang lebih tinggi (Chang dan Ahn, 2005). Selanjutnya, Knowledge
Management efektif secara tidak langsung mempengaruhi kinerja operasional
melalui inovasi produk dengan mengaktifkan perusahaan manufaktur untuk
berkonsentrasi pada kegiatan nilai tambah.
Sejumlah penelitian membahas peran inovasi dalam hubungan Knowledge
Management-Performance. Ruiz-Jiménez dan Fuentes-Fuentes (2013)
mengeksplorasi dampak inovasi produk. Pada hubungan antara kemampuan
kombinasi pengetahuan dan kinerja organisasi di UKM Spanyol. Mereka
menemukan kombinasi pengetahuan itu kemampuan sangat mempengaruhi inovasi
produk.
Mafabi et al .(2012) meneliti efek Knowledge Management tentang inovasi
dan fleksibilitas organisasi dalam organisasi parastatal Uganda. Mereka
menemukan bahwa Knowledge Management secara signifikan mempengaruhi
inovasi dan secara signifikan mempengaruhi fleksibilitas. Mereka juga menemukan
efek mediasi penuh dari inovasi pada hubungan di antara keduanya Knowledge
Management dan fleksibilitas. López-Nicolás dan Mero˜no-Cerdán (2011)
menggunakan sampel dari 310 organisasi Spanyol menyimpulkan bahwa dua
strategi Knowledge Management, kodifikasi dan personalisasi secara langsung
mempengaruhi kinerja keuangan dan internal perusahaan dan secara tidak langsung
melalui inovasi. Meskipun efek mediasi dari inovasi produk pada kinerja
operasional Knowledge Management belum diselidiki secara eksplisit dalam
literatur, kami membangun argumen di atas dan mengusulkan hipotesis berikut:
H4. Terdapat pengaruh Proses Manajemen Pengetahuan berpengaruh
terhadap Kinerja Operasional melalui Inovasi Produk.
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Ahmad Faithi Al-Sa’di, Ayman Bahjat Abdallah, Samer Eid Dahiyat (2017)
dengan judul “The mediating role of product and process innovations on the
relationship between knowlegde management and operational performance in
manufacturing companies in Jordan” Berdasarkan tujuan penelitian, rancangan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pengujian Hipotesis (Hypothesis
Testing), Hypothesis Testing adalah penelitian yang mencoba untuk menjelaskan
sifat dari suatu hubungan atau pengaruh dan perbedaan-perbedaan dalam beberapa
kelompok variable dari dua faktor atau lebih pada suatu situasi (Hermawan dan
Kristaung , 2014).
Uji Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan pada kuesioner yang telah dilengkapi
oleh responden, kemudian selanjutnya hasil dari penelitian dapat ditentukan oleh
alat ukur yang digunakan untuk menguji instrumen penelitian setiap pernyataan
dalam kuesioner akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap penelitian.
Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui seberapa baik
sebuah item pernyataan penelitian dapat digunakan untuk mengukur variabel
penelitian (Sekaran dan Bougie, 2010). Uji validitas ini di lakukan untuk melihat
apakah pernyataan sesuai dengan instrumen yang ingin diukur dan juga untuk
mengetahui apakah responden memahami maksud dari pernyataan yang ada,
sehingga jawaban yang diberikan akan mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Agar item pernyataan yang digunakan dalam penelitian dinyatakan valid maka nilai
factor loading harus dapat mencapai ≥ 0,55 (Hair et al., 2010). Berdasarkan dari
EFA (Exploratory Factor Analysis) jumlah sampel sebanyak 100 responden
menggunakan factor loading sebesar 0,55. Dasar pengambilan keputusan uji
validitas adalah sebagai berikut :
Jika nilai factor loading > 0,55 data valid
Jika factor loading < 0,55 data tidak valid
Tabel 3.1
Hasil Uji Validitas dengan Factor Loading
Factor
No. Item Pernyataan Keputusan
Loading
Proses Manajemen Pengetahuan
Perusahaan secara teratur bertemu dengan pelanggan untuk
1 ,739 Valid
mengetahui kebutuhan di masa depan.
Perusahaan memiliki sistem untuk memperoleh pengetahuan
2 ,754 Valid
tentang pemasok kami.
Perusahaan memiliki sistem yang memungkinkan kami untuk
3 ,696 Valid
belajar dengan sukses dari organisasi lain
Kami memiliki proses untuk menghasilkan pengetahuan baru
4 ,667 Valid
dari pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
Ide-ide baru dan pendekatan pada kinerja kerja dicoba secara
5 ,768 Valid
terus menerus.
6 Rapat diadakan secara berkala untuk ,686 Valid
memberi tahu semua karyawan tentang inovasi terbaru di
perusahaan.
Perusahaan memiliki mekanisme formal untuk menjamin
7 ,708 Valid
pembagian praktik terbaik di antara berbagai departemen
Ada individu dalam organisasi yang berpartisipasi dalam
8 beberapa tim atau divisi dan yang juga bertindak sebagai ,735 Valid
penghubung di antara mereka.
Karyawan memiliki komitmen yang tinggi untuk kesuksesan
9 ,688 Valid
perusahaan kami
Factor
No. Item Pernyataan Keputusan
Loading
10 Perusahaan cukup fleksibel untuk menerapkan pengetahuan baru ,744 Valid
Manajemen kami menekankan pentingnya dan pentingnya
11 ,697 Valid
memanfaatkan pengetahuan baru.
Perusahaan kami dapat menemukan dan menerapkan
12 ,727 Valid
pengetahuan yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing
Inovasi Produk
Perusahaan kami secara teratur meningkatkan kualitas
1 komponen dan bahan yang digunakan dalam pembuatan produk ,727 Valid
saat ini.
Perusahaan secara teratur mengurangi biaya komponen dan
2 ,807 Valid
bahan yang digunakan dalam pembuatan produk saat ini.
Perusahaan meningkatkan menambahkan komponen baru ke
3 produk- produknya saat ini untuk meningkatkan kemudahan ,761 Valid
penggunaan dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Perusahaan kami mengembangkan produk baru dengan
4 ,675 Valid
spesifikasi teknis dan fungsi yang berbeda dari yang sudah ada.
Perusahaan kami mengembangkan produk baru yang mencakup
5 komponen dan bahan baru yang berbeda dari apa yang saat ini ,695 Valid
digunakan.
Kinerja Operasional
Perusahaan kami dikenal dengan kinerja pengiriman tepat waktu
1 ,724 Valid
yang sangat baik
Waktu tunggu untuk memenuhi pesanan pelanggan (waktu
2 antara penerimaan pesanan pelanggan dan pemenuhannya) ,782 Valid
singkat dibandingkan dengan pesaing utama kami.
Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
pengukuran tanpa bias (bebas kesalahan) dan karena itu menjamin pengukuran
yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrumen Sekaran,
2015). Untuk menguji reliabilitas atau keandalan alat ukur atau instrumen dalam
penelitian ini digunakan koefisien Alpha Cronbach.
Menurut Sekaran (2015), besarnya nilai Cronbach Coefficient yang cukup
dan dapat diterima adalah yang bernilai 0.60, jika besarnya nilai Cronbach
Coefficient Alpha bernilai 0.60 maka hal ini menunjukkan bahwa alat ukur yang
digunakan reliabel atau dengan kata lain jawaban responden cenderung sama
walaupun diberikan dalam bentuk pernyataan yang berbeda. Dasar pengambilan
keputusan uji reliabilitas ini adalah sebagai berikut :
Jika koefisien Cronbach Coefficient Alpha ˃ 0,6 maka Cronbach Alpha
acceptable (construct reliable).
Jika koefisien Cronbach Coefficient Alpha ˂ 0,6 maka Cronbach Alpha poor
acceptable (construct reliable).
Tabel 3.2
Uji Reliabilitas
Jumlah item
No. Konstruk Cronbach’s Alpha Keputusan
pertanyaan
Proses Manajemen
1 12 ,902 Reliable
Pengetahuan
2 Produk Inovasi 5 ,748 Reliable
3 Kinerja Operasional 4 ,686 Reliable
Sumber : data diolah dengan menggunakan SPSS versi 24 (terlampir)
Pada Tabel diatas, koefisien Cronbach’s Alpha untuk masing-masing variabel memenuhi
kriteria reliabilitas yang direkomendasikan oleh Sekaran (2012), yaitu lebih besar dari 0,60. Oleh
sebab itu jawaban responden terhadap pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk mengukur
masing-masing konstruk tersebut dapat dikatakan bahwa semua item pernyataan yang
digunakan reliable.
Hipotesis 1
Tabel 4.2
Hasil Analisa Pengujian Hipotesis 1
Hipotesis Estimate P-Value Kesimpulan Keputusan
Terdapat pengaruh antara proses manajemen
0,566 0,000 H0 ditolak H1 didukung
pengetahuan terhadap kinerja operasional.
Sumber : Pengolahan data menggunakan AMOS (terlampir)
Hipotesis 1 menguji apakah pengaruh Proses Manajemen Pengetahuan terhadap
Kinerja Operasional.
Hipotesis null (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) adalah sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat pengaruh Manajemen Pengetahuan terhadap Kinerja
Operasional
H1: Terdapat pengaruh Manajemen Pengetahuan terhadap Kinerja
Operasional.
Tabel 4.3
Hasil Analisa Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis Estimate P-Value Kesimpulan Keputusan
Terdapat pengaruh antara proses manajemen
0,697 0,000 H0 ditolak H2 didukung
pengetahuan terhadap inovasi produk.
Sumber : Pengolahan data menggunakan AMOS (terlampir)
Hipotesis 3
Tabel 4.4
Hasil Analisa Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis Estimate P-Value Kesimpulan Keputusan
terdapat pengaruh antara inovasi produk
0,210 0,015 H0 ditolak H3 didukung
terhadap kinerja operasional.
Sumber : Pengolahan data menggunakan AMOS (terlampir)
Tabel 4.5
Hasil Analisa Pengujian Hipotesis 4
Hipotesis Estimate P-Value Kesimpulan Keputusan
Terdapat pengaruh antara proses
manajemen pengetahuan terhadap
0,394 0,012 H0 ditolak H4 didukung
pengetahuan terhadap kinerja
operasional melalui inovasi produk
Sumber : Pengolahan data menggunakan AMOS (terlampir)
Hipotesis 1
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1, dapat disimpulkan bahwa
Terdapat pengaruh Proses Manajemen Pengetahuan terhadap Kinerja Operasional.
Dari hasil pengujian ini telah disimpulkan bahwa Proses Manajemen Pengetahuan
memiliki pengaruh terhadap Kinerja Operasional pada PT.d.gas. Oleh karena itu,
dapat di artikan bahwa Proses Manajemen Pengetahuan dengan adanya sumber
pengetahuan yang tersturktur dengan baik dan di aplikasikan dengan maksimal
pada perusahaan maka organisasi akan mudah menggunakan pengetahuan tersebut
untuk meningkatkan Kinerja Operasional pada PT. d,gas Alam Semesta
Penelitian sebelumnya menyelidiki hubungan Proses Manajemen
Pengetahuan. Kinerja dalam studi tersebut diukur dengan berbagai cara. Misalnya,
Gold et al. (2001) menunjukkan bahwa kemampuan Proses Manajemen
Pengetahuan secara positif mempengaruhi efektivitas organisasi. Liu et al. (2004
menemukan hubungan positif yang signifikan antara kemampuan Manajemen
Pengetahuan dan daya saing. Lin dan Kuo (2007) menyimpulkan bahwa
kemampuan Manajemen Pengetahuan berhubungan dengan Kinerja Organisasi
secara keseluruhan termasuk kinerja pasar dan kinerja sumber daya manusia.
Hipotesis 2
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh Proses Manajemen Pengetahuan terhadap Inovasi Produk. Dari hasil
pengujian ini telah disimpulkan bahwa Proses Manajemen Pengetahuan memiliki
pengaruh terhadap Inovasi Produk pada PT.d.gas. Oleh karena itu, sumber
pengetahuan akan memberikan kemudahan kepada karyawan untuk
memanfaatkannya, sehingga proses pemanfaatan pengetahuan di lingkungan
organisasi akan meningkat, yang akhirnya proses kreatifitas dan inovasi akan
terdorong lebih luas dan setiap karyawan dapat meningkatkan hasil Inovasi.
Beberapa studi empiris telah menyelidiki efek dari Proses Manajemen
Pengetahuan pada inovasi produk. Kör dan Maden (2013) menemukan bahwa
Proses Manajemen Pengetahuan di Turki memiliki efek positif yang signifikan
terhadap inovasi, yang pada gilirannya meningkatkan inovasi organisasi. Bas et al.
(2015) secara empiris menemukan bahwa Inovasi Produk secara signifikan
dipengaruhi oleh Proses Manajemen Pengetahuan. Donate dan Sánchez de Pablo
(2015) menggunakan sampel perusahaan teknologi dari Spanyol menemukan
bahwa Proses Manajemen Pengetahuan secara signifikan memediasi pengaruh
kepemimpinan yang berorientasi pengetahuan pada Inovasi Produk.
Hipotesis 3
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 3, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh Inovasi Produk terhadap Kinerja Operasional. Dalam hal ini berarti
Inovasi adalah kondisi penting untuk meningkatkan kinerja operasional. Seperti
contoh, jika hasil produk yang di produksi oleh PT. d.gas Alam Semesta bagus dan
tidak ada yang gagal maka dari itu akan memaksimalkan Kinerja Operasional,
karena perusahaan tidak perlu melakukan re-work.
Penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan positif yang kuat antara
inovasi dan kinerja operasional. Kafetzopoulos dan Psomas (2015) menemukan
bahwa tingkat inovasi berhubungan positif dengan produktivitas dan kinerja
operasional.
Hipotesis 4
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 4 yaitu, Proses Manajemen
Pengetahuan berpengaruh terhadap Kinerja Operasional melalui Inovasi Produk di
PT. d.gas. Dari hasil uji data dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini sesuai
dengan harapan, yaitu teradapat pengaruh dari Proses Manajemen Pengetahuan
terhadap Kinerja Operasional melalui Inovasi Produk di PT. d.gas Alam Semesta.
Jika perusahaan melakukan Inovasi Produk seperti mengembangkan produk yang
sudah ada untuk memudahkan akses bagi pengguna-nya maka akan mempengaruhi
Kinerja Operasional di perusahaany PT. d.gas Alam Semesta. Oleh karena itu,
dapat diartikan bahwa Inovasi Produk dapat memediasi Kinerja Operasional
dengan Proses Manajemen Pengetahuan dan menghasilkan pengaruh yang
signifikan. Studi ini berpendapat bahwa pengaruh Knowledge Management pada
kinerja operasional akan lebih besar dalam organisasi yang terlibat dalam inovasi
produk. Ini berarti bahwa selain efek langsung Knowledge Management pada
kinerja operasional, efek tidak langsung ada melalui inovasi produk. Efek tidak
langsung ini ada karena eksploitasi nyata sumber daya organisasi (Lin dan Kuo,
2007).
Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat implikasi
manajerial yang dapat menjadi masukan bagi manajer PT. d.gas, antara lain :
1. Untuk meningkatkan Proses Manajemen Pengetahuan pada Kinerja
Operasional, diperlukan sumber pengetahuan yang tersturktur dengan baik dan
di aplikasikan dengan maskimal pada perusahaan, maka organisasi akan mudah
untuk menggunakan pengetahuan tersebut untuk meningkatkan Kinerja
Operasional
2. Untuk meningkatkan Proses Manajemen Pengetahuan pada Inovasi Produk
maka perusahaan memerlukan pengetahuan, yang akan memberikan kemudahan
kepada setiap karyawan untuk memanfaatkannya, sehingga proses pemanfaatan
pengetahuan di lingkungan organisasi akan meningkat yang akhirnya proses
kreatifitas dan inovasi akan terdorong lebih luas dan setiap karyawan dapat
meningkatkan hasil Inovasi.
3. Untuk meningkatkan Inovasi Produk pada Kinerja Operasional, maka
perusahaan harus memaksimalkan Kinerja Operasional, agar perusahaan tidak
perlu melakukan re-work.
4. Untuk meningkatkan Proses Manajemen Pengetahuan pada Kinerja Operasional
melalui Inovasi Produk, perusahaan harus mengembangkan produk yang sudah
ada untuk lebih memudahkan pengguna-nya yang mana akan mempengaruhi
Kinerja Operasional di Perusahaan PT. d.gas Alam Semesta.
Keterbatasan
Pada setiap penelitian, terdapat keterbatasan dalam melakukan suatu
penelitian termasuk penelitian ini, antara lain:
1. Penelitian berfokus pada satu perusahaan, dan penelitian ini hanya memiliki 100
sampel.
2. Responden, dan penelitian ini hanya berfokus pada pengaruh antara Proses
Manajemen Pengetahuan terhadap Kinerja Operasional melalui Inovasi Produk.
3. Penelitian ini hanya membahas pada Perusahaan di sektor barang.
Saran
Adapun saran – saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya
guna untuk memperbaiki kekurangan – kekurangan dalam penlitian ini, yakni :