IDAYANTI NURSYAMSI i
HASNAWIYA HASAN
ABDUL RAZAK MUNIR
ANDI RENI SYAMSUDDIN
LEADERSHIP TECHNOLOGICAL INNOVATION
Idayanti Nursyamsi
Hasnawiya Hasan
COPYRIGHT © 2023
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
ii
DAFTAR ISI
PROLOG
BAB I Leadership
BAB II Teknological
a...... Technological Innovation Capabilities
b...... Organizational Learning
c...... Teknologi Digitalisasi
PROLOG
DAFTAR PUSTAKA
iii
PROLOG
Di dunia saat ini, teknologi berkembang pesat, persaingan menjadi global dan
lebih sulit, kebutuhan dan harapan konsumen terus meningkat dan berubah, dan siklus
hidup produk menjadi lebih pendek. Perusahaan harus beradaptasi dengan struktur
pasar yang dinamis dan merespon dengan output yang inovatif agar dapat bertahan,
mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar mereka. Dalam kondisi ini, inovasi
informasi telah mengubah perilaku konsumen dan juga cara berbisnis. Gencarnya
digitalisasi ini juga diharapkan bisa membawa imbas yang cukup signifikan dari sisi
yang memasuki berbagai bidang kehidupan, mengikuti tren yang terjadi dalam lingkup
global. Disaat yang sama, era digital menawarkan peluang-peluang ekonomi baru yang
sebelumnya belum terlihat, melalui berbagai cara kreatif yang berbasis layanan digital.
Model bisnis dalam bertransaksi juga bergerak cepat dari sistem pasar konvensional
menuju pasar bertema e-commerce, yang tidak lagi mengenal batas-batas wilayah
dan meningkatkan posisi kompetitif industri. Untuk mencapai tujuan ini, penting bahwa
iv
semua yang terlibat dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi peningkatan
kompleks yang bekerja di dalam dan di antara organisasi dan individu yang juga terlibat
keputusan dan mengolah sumber daya yang dimiliki. Baik segi manufaktur maupun non
dengan lingkungan bisnis yang dinamis dan tidak bisa diprediksi ini sangat
munculnya inisiatif untuk menghasilkan metode-metode kerja yang lebih efektif dan
upaya terkoordinasi dari berbagai aktor dan integrasi kegiatan di seluruh fungsi
berinovasi adalah prasyarat bagi keberhasilan pemanfaatan sumber daya inovatif dan
v
Saat ini teknologi digital telah merambah hampir setiap aspek kehidupan manusia
dan telah membuka peluang bisnis baru yang besar dan cepat dalam pertumbuhannya.
ketat, perubahan teknologi, dan siklus hidup produk yang berkurang, untuk mencari
cara terbaru dan terbaik dalam berbisnis. Membangkitkan dan mengembangkan produk
baru yang dipasarkan telah lama dianggap sebagai keunggulan strategis utama bagi
perekonomian Indonesia yang kurang stabil, hal ini bisa saja menjadi sumber, kendala
yang efektif bisa membantu organisasi untuk bisa bertahan dalam situasi
ketidakpastian di masa datang (Koh dkk., 1995). Seorang pemimpin yang efektif harus
mempunyai optimisme yang lebih besar, rasa percaya diri, serta komitmen kepada
tujuan dan misi organisasi (Yukl, 1994). Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap
vi
membina, menggerakkan dan mengarahkan seluruh potensi karyawan di
produktivitas yang berorientasi pada tujuan organisasi. Leadership yang efektif menjadi
teknis yang memungkinkan proses inovasi yang sukses. Setelah produk baru dipikirkan,
perusahaan yang sukses, dan inovasi adalah faktor kunci dalam pertumbuhan.
menciptakan produk, sistem, dan layanan yang inovatif dan departemen sesuai dengan
tuntutan pelanggan (Bergman dkk, 2012). Perusahaan dengan kemampuan yang lebih
Tidak jarang bahwa perusahaan harus melakukan transformasi bisnis agar dapat
secara optimal bermain di dalam arena ekonomi digital. Hal ini disebabkan karena
vii
Statistik menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan lama yang ingin
viii
BAB I
LEADERSHIP
merupakan faktor kunci keberhasilan dari suatu organisasi. Semakin kompetensi dan
alat yang digunakan dirancang untuk meraih keberhasilan organisasi, maka organisasi
Pengetahuan dan tantangan yang berhubungan teknologi dan proses dalam suatu
tingkat pendidikan yang semakin baik, kualitas sumber daya manusia, fasilitas pension
signifikan secara signifikan pada kinerja perbankan (Pasaoglu, Didem. 2015), peran
1
memberikan kontribusi bahwa dengan adanya komitmen berupa kemauan, keinginan
B.Leadership
menyetujui hal-hal yang perlu dilakukan dan cara melakukannya (Yukl, 2006).
mendorong sikap complaisance, latihan pengaruh, jenis tindakan atau perilaku tertentu,
pencapaian tujuan dengan dan melalui orang. Weihrich dan Koontz (1994)
berusaha dengan kehendak dan antusiasme mereka sendiri untuk mencapai tujuan
2
kelompok. Dengan cara ini, leadership, bersama dengan stimulan dan insentif,
mempromosikan motivasi orang untuk mencapai tujuan bersama, memiliki peran yang
(Senge, 1990).
apa yang dibutuhkan di dalam situasi dan memiliki fleksibilitas serat keterampilan untuk
2012). Meski ada banyak gaya kepemimpinan yang dibahas dalam literatur akademis,
salah satu perbedaan paling mendasar adalah sejauh mana seorang pemimpin
memberikan gambaran ke masa depan dan membantu orang lain. Kedua, adalah
(Bass, 1997).
3
Salah satu format yang paling menonjol untuk mengklasifikasikan dan
(yang didasarkan pada inspirasi dan karisma perilaku) (Bass dan Avolio, 1993).
dikenal luas yang dikenal sebagai Managerial Practices Survey (MPS). Praktik-praktik
ini adalah perilaku umum yang berlaku untuk semua jenis manajer dan organisasi, dan
4
BAB II
TECHNOLOGICAL
adalah berbagi ide yang mengimplikasikan adopsi ide atau perilaku baru.
Inovasi adalah proses teknologi, sosial, dan ekonomi yang kompleks. Oleh
karena itu, kesuksesan tidak diukur hanya melalui satu atau dua faktor dan tidak ada
faktor yang bisa efektif sendirian. Dengan demikian, tidak ada manajemen atau alat
atau instrumen teknis yang dapat membentuk lingkungan yang efisien untuk inovasi.
Bahkan, apa yang kita peroleh dalam penelitian adalah kumpulan faktor-faktor yang
berbeda yang harus secara teratur membangun dan meningkatkan lingkungan inovasi
Inovasi teknologi secara luas dilihat sebagai komponen penting daya saing,
tertanam dalam struktur organisasi, proses, produk dan layanan dalam suatu
untuk memasuki pasar baru, untuk meningkatkan pangsa pasar yang ada dan untuk
menciptakan produknya menjadi lebih baik atau lebih inovatif. Keunggulan diferensiasi
5
produk memiliki pengaruh yang sangat besar, terutama pada perusahaan yang
berteknologi tinggi, dimana hal ini ditunjukkan oleh beberapa keunggulan yang berbeda
produk baru. Keunggulan teknologi suatu produk dapat menarik minat beli konsumen
untuk mengadakan pembelian pada produk baru yang dihasilkan. Dengan adanya
dalam memproduksi teknologi tinggi dan produk dengan teknologi terapan sangat
atau sumber daya khusus yang mencakup teknologi, produk, aset, atau pengetahuan,
pengalaman, dan organisasi (Guan dan Ma, 2003). Lall (1992) mendefinisikan
diperlukan untuk menyerap, menguasai, dan meningkatkan teknologi yang ada secara
efektif, dan untuk menciptakan yang baru. Evangelista dkk. (1997) menganggap
kegiatan R&D sebagai komponen utama dari kegiatan inovasi teknologi perusahaan
dan sebagai pengeluaran inovasi intangible yang paling penting. Tidak hanya inovasi
teknologi yang sukses bergantung pada kemampuan teknologi, tetapi juga memerlukan
perencanaan strategi, pembelajaran, dan alokasi sumber daya (Yam dkk., 2004).
6
Menurut Adler dan Shenbar (1990), empat jenis TIC diidentifikasi, termasuk: 1)
dan 4) Kapasitas untuk menanggapi aktivitas teknologi yang tidak terduga yang dibawa
baru yang penting untuk mendapatkan keunggulan kompetitif (Guan dan Ma, 2003).
menyesuaikan kondisi pasar dengan menggunakan output R & D (Yam dkk., 2004).
pemasaran untuk membedakan produk sendiri (Cheng dan Lin, 2012). R & D capability
pendekatan dan teknologi baru (Guan dan Ma, 2003). Resource allocation capability
adalah kemampuan untuk mengumpulkan sumber daya yang sesuai untuk proses
inovasi (Yam dkk., 2004). Organizing capability adalah kemampuan untuk mengatur
semua kegiatan untuk mempercepat proses inovasi (Guan dan Ma, 2003). Strategic
7
rencana strategis yang kompatibel dengan visi dan misi perusahaan dengan
B. Organizational Learning
Berbagi pengetahuan dan pengalaman secara teratur adalah cara diskusi internal
(Calantone dkk., 2002). Sirmon dkk. (2007), organizational learning sangat penting
anggota staf dan penerapan pengetahuan itu dalam pengambilan keputusan. Karena
penyesuaian untuk keyakinan fundamental, sikap & perilaku, dan pengaturan struktural
atau lembaga.
8
Celuch dkk. (2002) menyatakan bahwa organizational learning memiliki peran
yang sangat penting dan strategis dalam mendukung kemajuan perusahaan sebagai
meningkatkan kinerja.
Orientasi organizational learning yang dirancang dengan baik dan didukung oleh
tujuan pembelajaran, komitmen sumber daya yang berkelanjutan, dan berbagi budaya
informasi serta menjalankan tujuannya dengan baik (Beyene dkk., 2016). Wang (2008)
upaya untuk memahami pelanggan dan pesaing di pasar dan membantu organisasi
menjaga keunggulan kompetitif dan inovasi. Dalam hal ini, organisasi berdasarkan
pengalaman masa lalu, harus menyajikan potensi pembelajaran, tidak belajar, namun
belajar kembali. Organisasi adaptif adalah strategi serta aktivitas untuk beradaptasi
memperluas kemampuan, mengembangkan metode pemikiran baru dan luas, dan terus
belajar cara belajar (Phelps dkk, 2012). Chiu & Huang, (2013) menyatakan dalam
9
penelitian mereka bahwa karena globalisasi organisasi bergerak menuju zona
Organizational Learning dalam perusahaan menjadi dua tingkatan, yaitu tingkat individu
(Individual Level) dan tingkat organisasi (Organizational Level). Dua tingkat ini tidak
dapat dipisahkan karena setiap unsur atau tingkat punya pengaruh yang besar pada
meliputi:
B. Teknologi Digitalisasi
(TIK) atau teknologi digital selama satu dekade terakhir, berdampak pada bidang
10
ekonomi dan bisnis disebut sebagai masyarakat pasca industri (post industrial society),
conomy, dan ekonomi digital (Cohen dkk., 2000). Ekonomi digital adalah suatu hal yang
kompleks dan merupakan fenomena yang baru muncul terkait dengan aspek-aspek
ekonomi mikro, ekonomi makro, teori organisasi, dan administrasi. Ekonomi digital akan
datang.
sebagai sebuah ruang intelijen, meliputi informasi, berbagai akses instrumen informasi
dan pemrosesan informasi dan kapasitas komunikasi. Komponen ekonomi digital yang
berhasil diidentifikasi pertama kalinya adalah industri TIK, aktivitas e-commerce antar
perusahaan dan individu, distribusi barang digital dan jasa, dukungan pada penjualan
infrastruktur TIK (Zimmerman, 2000). Konsep ini sering digunakan untuk menjelaskan
dampak global teknologi informasi dan komunikasi, tidak hanya pada internet, tetapi
juga pada bidang ekonomi. Konsep ini menjadi sebuah pandangan tentang interaksi
antara perkembangan inovasi dan kemajuan teknologi dan dampaknya pada ekonomi
makro maupun ekonomi mikro. Ekonomi digital adalah sektor ekonomi meliputi barang-
11
BAB III
STUDI KASUS
dengan mempertimbangkan industri yang repsresentatif yang dipilih sebagai objek studi
capabilities, organizational learning, dan digitilisasi ekonomi pada industri tenun sutra di
Provinsi SULSELBAR.
Studi kasus ini, menggabungkan beberapa metode seperti survei, yaitu penelitian
merupakan suatu alat teknik pengumpulan data dengan meneliti responden penelitian,
pengumpulan data-data literatur dan hasil penelitian, studi kasus merupakan suatu
teknik penelitian, dengan cara mengungkapkan fakta terhadap hubungan sebab akibat.
Populasi pada studi kasus ini adalah industri tenun sutra di Provinsi SULSELBAR,
dengan desain teknik accidental sampling, yaitu teknik pegambilan sampel secara
aksidentil dengan mengacu kepada tujuan tertentu (purposive), yaitu siapa saja dapat
Jumlah populasi industri tenun sutra di Provinsi SULSELBAR belum diketahui secara
pasti, sehingga studi kasus ini bersifat infinite. Ketidakpastian pada jumlah populasi dan
sampling method (Sugiyono, 1999). Analisis data menggunakan taktik analisis statistik
12
deskriptif dan teknik analisis Path yang akan mengukur dan menganalisis hubungan
serta pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan pengaruh total antar variabel.
B. Analisis Data
Least Square (PLS) memerlukan 2 tahap untuk menilai Fit Model dari sebuah model
diestimasi dengan Software Smart-PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika
berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang diukur. Namun menurut Chin, 1998
(dalam Ghozali, 2006) untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala
pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup memadai. Dalam penelitian
Hasil pengolahan dengan menggunakan SmartPLS dapat dilihat pada nilai outer
model atau korelasi antara konstruk dengan variabel pada awalnya belum memenuhi
convergen validity karena masih ada indikator yang memiliki nilai loading factor di
memiliki nilai loading factor di bawah 0,50. Pada model modifikasi sebagaimana pada
tabel 5.9 tersebut menunjukkan bahwa semua loading factor memiliki nilai di atas 0,50,
sehingga konstruk untuk semua variabel sudah tidak ada yang dieliminasi dari model.
13
2. Mengevaluasi Reliability dan Average Variance Extracted (AVE)
Kriteria reliabilitas dapat dilihat dari nilai reliabilitas suatu konstruk dan nilai
memiliki reliabilitas yang tinggi jika nilainya 0,60 dan AVE beradapada nilai 0,50. Pada
tabel 5.11 akan disajikan nilai Composite Reliability dan AVE untuk seluruh variabel.
Nilai AVE untuk variabel Leadership sebesar 0,624 mempunyai makna bahwa
indikator dalam bloknya. Nilai AVE untuk variabel innovation culture sebesar 0,627,
validitas konvergen. Hal ini mempunyai pengertian bahwa variabel laten tersebut
sudah mewakili indikator-indikator dalam bloknya. Nilai AVE untuk variabel innovation
ini mempunyai pengertian bahwa variabel laten tersebut sudah mewakili indikator-
indikator dalam bloknya. Nilai AVE untuk variabel organization commitment sebesar
persyaratan validitas konvergen. Hal ini mempunyai pengertian bahwa variabel laten
konvergen. Hal ini mempunyai pengertian bahwa variabel laten tersebut sudah
14
mewakili indikator-indikator dalam bloknya. Nilai AVE untuk variabel innovation
bloknya. Nilai AVE untuk variabel penguatan Teknologi sebesar 0,606, mempunyai
konvergen. Hal ini mempunyai pengertian bahwa variabel laten tersebut sudah
standar 0,6. Hal ini mempunyai maksud pengukuran konsistensi internal variabel laten
berada diatas nilai standar. Nilai reliabilitas komposit untuk variabel innovation culture
sebesar 0,869 > reliabilitas standar 0,6. Hal ini mempunyai maksud pengukuran
konsistensi internal variabel laten berada diatas nilai standar. Nilai reliabilitas komposit
untuk variabel innovation capability sebesar 0,822 > reliabilitas standar 0,6. Hal ini
mempunyai maksud pengukuran konsistensi internal variabel laten berada diatas nilai
0,893 > reliabilitas standar 0,6. Hal ini mempunyai maksud pengukuran konsistensi
internal variabel laten berada diatas nilai standar. Nilai reliabilitas komposit untuk
variabel employee ownership sebesar 0,910 > reliabilitas standar 0,6. Hal ini
mempunyai maksud pengukuran konsistensi internal variabel laten berada diatas nilai
0,867 > reliabilitas standar 0,6. Hal ini mempunyai maksud pengukuran konsistensi
internal variabel laten berada diatas nilai standar. Nilai reliabilitas komposit untuk
15
variabel penguatan Teknologi sebesar 0,884 > reliabilitas standar 0,6. Hal ini
mempunyai maksud pengukuran konsistensi internal variabel laten berada diatas nilai
standar.
antara konstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian. Model struktural
sedangkan 61,07% dipengaruhi oleh variabel lain diluar yang diteliti. Nilai R-square
Dasar yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada
16
output path coefficients. output estimasi untuk pengujian model struktural. Dalam PLS
menggunakan simulasi. Dalam hal ini dilakukan metode bootstrap terhadap sampel.
terhadap Penguatan Teknologi tidak terbukti. Hal ini bisa dilihat dari hasil pengujian
menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,029 dengan nilai t sebesar 0,299. Nilai
tersebut lebih kecil dari t-tabel (1,643). Hal ini berarti bahwa Leadership berpengaruh
terhadap Innovation Performance tidak terbukti. Hal ini bisa dilihat dari hasil
Performance menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,003 dengan nilai t sebesar
0,032. Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel (1,643). Hal ini berarti bahwa Leadership
17
berpengaruh tidak signifikan terhadap Innovation Performance. Dengan demikian
hipotesis 1b ditolak.
terhadap Penguatan Teknologi terbukti. Hal ini bisa dilihat dari hasilpengujian hipotesis
nilai koefisien jalur sebesar 0,207 dengan nilai t sebesar 1,850. Nilai tersebut lebih
besar dari t-tabel (1,643). Hal ini berarti bahwa Innovation Culture berpengaruh
terhadap Innovation Performance terbukti. Hal ini bisa dilihat dari hasil pengujian
menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,144 dengan nilai t sebesar 1,839. Nilai
tersebut lebih besar dari t-tabel (1,643). Hal ini berarti bahwa Innovation Culture
2b diterima.
18
Pengujian Hipotesis H3a (Innovation Capability berpengaruh signifikan terhadap
Penguatan Teknologi)
signifikan terhadap Penguatan Teknologi terbukti. Hal ini bisa dilihat dari hasil pengujian
menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,330 dengan nilai t sebesar 3,112. Nilai
tersebut lebih besar dari t-tabel (1,643). Hal ini berarti bahwa Innovation Capability
diterima.
signifikan terhadap innovation performance terbukti. Hal ini bisa dilihat dari hasil
performance menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,184 dengan nilai t sebesar
2,066. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel (1,643). Hal ini berarti bahwa Innovation
hipotesis 3b diterima.
19
Pengujian Hipotesis H4a (commitment organizational berpengaruh signifikan
terhadap Penguatan Teknologi)
signifikan terhadap Penguatan Teknologi terbukti. Hal ini bisa dilihat dari hasil pengujian
Teknologi menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,144 dengan nilai t sebesar 1,718.
Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel (1,643). Hal ini berarti bahwa commitment
hipotesis 4a diterima.
signifikan terhadap innovation performance terbukti. Hal ini bisa dilihat dari hasil
innovation performance menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,316 dengan nilai t
sebesar 3,417. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel (1,643). Hal ini berarti bahwa
20
Pengujian Hipotesis H5a (Employee ownership berpengaruh signifikan terhadap
Penguatan Teknologi)
signifikan terhadap Penguatan T e k n o l o g i tidak terbukti. Hal ini bisa dilihat dari
Penguatan Teknologi menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar -0,348 dengan nilai t
sebesar 3,557. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel (1,643). Hal ini berarti bahwa
signifikan terhadap innovation performance terbukti. Hal ini bisa dilihat dari hasil
performance menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,210 dengan nilai t sebesar
2,276. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel (1,643). Hal ini berarti bahwa Employee
hipotesis 5b diterima
21
Pengujian Hipotesis H6 (Innovation Performance berpengaruh signifikan
terhadap Penguatan Teknologi)
signifikan terhadap Penguatan Teknologi terbukti. Hal ini bisa dilihat dari hasil pengujian
menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,236 dengan nilai t sebesar 2,317 Nilai
tersebut lebih besar dari t-tabel (1,643). Hal ini berarti bahwa Innovation Performance
diterima.
juga ditemukan pada analisis SEM PLS. Pengujian pengaruh tidak langsung dijelaskan
berikut ini:
sebesar 0,029 dan tidak signifikan. Hasil pemerikasaan tersebut memberikan bukti
bahwa nilai koefisien jalur pengaruh tidak langsung (Innovation performance) dalam
0,003 x 0,236 dan menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan dengan nilai t sebesar
22
1,100 < 1,643.
bukti bahwa nilai koefisien jalur pengaruh tidak langsung (Innovation performance)
sebesar 0,034 = 0,144 x 0,236 dan menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan nilai
bukti bahwa nilai koefisien jalur pengaruh tidak langsung (Innovation performance)
sebesar 0,043 = 0,184 x 0,236 dan menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan nilai
23
Pengujian Hipotesis H4c Efek mediasi Innovation Performance (Y1) pada
commitment organizational (X2) terhadap Penguatan Teknologi (Y2)
memberikan bukti bahwa nilai koefisien jalur pengaruh tidak langsung (Innovation
tersebut memberikan bukti bahwa nilai koefisien jalur pengaruh tidak langsung
Penguatan Teknologi sebesar 0,047 = 0,201 x 0,236 dan menunjukkan pengaruh yang
24
EPILOG
Hasil dari studi kasus pada buku ini, menunjukkan bahwa: a. Leadership
signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap Penguatan Teknologi;
Performance dan berpengaruh signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung
meningkatkan penguatan teknologi dan Teknologi pada usaha Industri Tenun Sutra di
Provinsi SULSELBAR. Untuk itu faktor yang sangat penting untuk menjadi perhatian
adalah budaya inovasi, kapabilitas inovasi, komitmen organisasi dan rasa kepemilikan
pelaku mikrofinance; b. Meskipun pada studi kasus ini, ditemukan bahwa Leadership
belum berpengaruh langsung terhadap penguatan teknologi dan Teknologi hal ini
25
SULSELBAR masih menggunakan manajemen sederhana yang belum menerapkan
human resource planning, manajemen kinerja dan manajemen reward serta teknologi.
Namun, perlu menjadi pertimbangan untuk diterapkan pada usaha Industri Tenun Sutra
Teknologi. c. Hasil studi kasus ini ini juga menunjukkan peran penting Kinerja teknologi
dan Inovasi dimana jika kinerja inovasi pelaku Teknologi di SulselBar tinggi maka akan
26
DAFTAR PUSTAKA
Adler, P.S. and Shenbar, A. 1990. Adapting your technological base: the
organizational challenge. Sloan Management Review, Vol. 25, pp.
25-37
Bergman, J. Z., Rentsch, J. R., Small, E. E., Davenport, S. W., & Bergman,
S. M. 2012. The shared leadership process in decision-making teams.
The Journal of Social Psychology, 152 (1), 17-42
Beyene, K.T., Shi, C.S., dan Wu, W.W. 2016. Linking Culture,
Organizational Learning Orientation, and Product Innovation
Performance: The Case of Ethiopian Manufatirung Firms. South
African Journal of Industrial Engineering May 2016 Vol 27(1), pp 88-
101
37
Cheng, Y. L. & Lin, Y. H. 2012. Performance evaluation of technological
innovation capabilities in uncertainty. Procedia-Social and Behavioral
Sciences, 40, 287-314
Evangelista, R., Perani, G., Rapiti, F., dan Archibugi, D. 1997. Nature and
impact of innovation in manufacturing: some evidence from the Italian
innovation survey. Research Policy, Vol. 26, pp. 521-536
Lau, Antonio K.W., Yam, Richard C.M., dan Tang, Esther P.Y. 2010. The
impact of technological innovation capabilities on innovation
performance an empirical study in Hong Kong. Journal of Science
and Technology Policy in China, 1(2), 163-186
38
Li, Tiger dan Calantone, Roger, J. 1998. The Impact of Market Knowledge
Competence on New Product Advantage: Conceptualization and
Empirical Examination, Journal of Marketing, Vol. 62, October
Liu, S. S., Luo, X., & Shi, Y. 2002. Integrating customer orientation in
organizations in transition: an empirical study. International. Journal
of Research in Marketing, 19, 367-382
Lubik, S., Garnsey, E., Minshall, T., & Platts, K. (2013). Value creation from
the innovation environment: partnership strategies in university
spin‐outs. R&D Management, 43(2), 136-150
Phelps, C., Heidl, R., & Wadhwa, A. (2012). Knowledge, networks, and
knowledge networks a review and research agenda. Journal of
Management, 38(4), 1115-1166
39
World Conference on Technology, Innovation and Entrepreneurship.
Procedia Social and Behavior Sciences 195 (2015) hal 1463-1470.
Voss, Glen. B dan Voss, Zannie, Giraud. 2000. “Strategic Orientation and
Firm
Performance in an Artistic Environment”, Journal of Marketing, Vol.
64
Yam, R.C.M., Guan, J.C., Pun, K.F., dan Tang, E.P.Y. 2004. An audit of
technological innovation capabilities in Chinese firms: some empirical
findings in Beijing, China. Research Policy, Vol. 33, pp. 1123-1140
Zawislak, P.A., Alves, A.C., Tello-Gamarra, J., Barbieux, D., dan Reichert,
F.M. 2013. novation Capability: From Technology Development to
Transaction Capability, Journal of Technology Management and
Innovation, Vol 7, Iss 2
40