DISUSUN OLEH :
ODO SEMSON JULIO PARDEDE
178320298
MANAJEMEN F
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MEDAN
2019
JURNAL 1
RESUME 1
Nama / Nim ODOSEMSON JULIO PARDEDE / 178320337
Tanggal 25 Maret 2019
Topik Pengembangan Bisnis
Mutu pendidikan merupakan salah satu tema sentral yang menyedot perhatian dalam
berbagai diskusi pendidikan di Indonesia selama ini. Paradigma globalisasi sebagai produk
kemajuan sains dan teknologi khususnya teknologi informasi–sebagai bentuk kelanjutan
modernisasi (Azizi, 2003: viii). Akbar S. Ahmed dan Hastings Donnan juga
menggambarkan globalisasi sebagai era yang secara substansial mengacu kepada
perkembangan yang sangat cepat dalam bidang teknologi, komunikasi, transformasi dan
informasi yang mampu mengantarkan bagian-bagian dunia yang jauh menjadi sesuatu hal
bisa dijangkau dengan mudah (Ahmed dan Hastings Donnan, 1994: 1).
B. METODE PENELITIAN
Jurnal tersebut menggunakan metode penelitan kuantitatif, dimana metode kuantitatif itu
adalah ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-
hubungannya.Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-
model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena
alam. Pengumpulan data juga menggunakan pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif
melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta
menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan
persentase tanggapan mereka
C. RESPONDEN
D. KAJIAN TEORI
Manajemen secara etimologi berasal dari bahasa Inggris to manage yang berarti
memerintah, mengatur, mengurus, mengemudikan. Kemudian dalam perkembangannya,
kata to manage mengalami perubahan menjadi manajement yang berarti pimpinan,
pengurusan dan pengelolaan (Willy dkk., 1997: 319). Dalam bahasa Arab, kata
manajemen identik dengan tadbir (دتEEE)ريب, idarah ( )ةرادإyang berarti mengelola,
pengelolaan (Alkalali, 1987: 247-248). Term manajemen dalam aplikasinya sering
diartikan sama dengan administrasi, termasuk dalam dunia pendidikan. Alasan mereka
menyamakan keduanya dengan dasar bahwa secara fungsional dan operasional. Memang
harus diakui bahwa para ahli hingga kini belum ada kesepakatan dalam dua hal itu, namun
demikian ada juga yang berpendapat bahwa manajemen dan administrasi merupakan dua
hal yang berbeda sebab manajemen merupakan inti dari administrasi (Burhanuddin, 1994:
30-31).
Strategik menurut etimologi berasal dari kata strategic (Inggris) yang berarti kiat, cara,
taktik utama (Nawawi, 2003: 147). Secara historis kata strategik berawal dari dunia militer
dan secara populer diartikan sebagai kiat yang digunakan oleh para komandan militer
(jenderal) untuk memenangkan peperangan. Ralph Taylor dalam Websters’s World
University Dictionary mengemukakan ”strategic mean of great or vital importance within
an integrated whole” (Taylor, 1965: 989) Namun kata strategik, kemudian dipergunakan
juga oleh hampir seluruh organisasi untuk menentukan pilihan dalam memenangkan
”peperangan” tertentu guna mencapai tujuan (Siagian, 2001: 15).
Dari pengertian di atas, maka yang dimaksud manajemen strategik adalah serangkaian
keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat untuk manajemen puncak dan
diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian suatu
tujuan organisasi tersebut. Definisi lain tentang manajemen strategik adalah usaha
manajerial menumbuhkembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang
yang muncul guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai misi yang telah ditetapkan
(Nawawi, 2003: 148). Kemudian R. Edward Freeman mendefinisikan manajemen strategik
adalah suatu proses terus menerus dan walaupun pada waktunya harus dipilih titik-titik
yang berlainan dengan maksud untuk mengambil keputusan dalam rangka mencapai tujuan
(Edward Freeman, 1996: 97).
Berdasarkan hal di atas, metode penelaah dan pemecahan masalah didasarkan atas
kerangka ini mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.
7. Berlandaskan kebijakan.
9. Mempunyai pada input, proses, output dengan informasi umpan balik (Fattah,
2008: 58).
6. Identifikasi proyek.
14. Penyelesaian DIP dari konsep DIP yang telah disetujui (Fattah, 2008: 60-61).
JURNAL/CASE 4(kelompok)
Salah satu Perusahaan Multinasional yang bergerak di bidang kafe ataupun gerai-gerai
pangan adalah Dunkin’ Donuts, atau yang lebih akrab disingkat dengan sebutan DD. Dunkin’
Donuts sendiri mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1985, dengan gerai pertamanya di Jl.
Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Sebenarnya, Dunkin’ Donuts bukan merupakan perusahaan
donut multinasional pertama yang masuk ke Indonesia. Di tahun 1968, American Donut
merupakan perintis donat pertama yang digoreng dengan mesin otomatis di Pekan Raya
Jakarta. Selain membuka gerainya di pekan raya, American Donut juga membuka gerainya
di berbagai tempat di Jakarta. Selain itu, masih ada perusahaan-perusahaan multinasional
donut lainnya yang juga berusaha mengimbangi gerak Dunkin’ Donuts, seperti Country Style
Donuts asal Kanada, Donuts Xpress asal Australia, Krispy Kreme yang juga berasal dari AS,
serta masih banyak lagi perusahaan-perusahaan donut lainnya.
Meskipun demikian, Dunkin’ Donuts-lah yang dinilai paling berhasil dalam
meluaskan jaringan pasarnya di Indonesia, bahkan di dunia. Dunkin’ Donuts telah berhasil
membuka lebih dari 8.800 gerai donatnya di lebih dari 35 negara di berbagai benua. Di
Indonesia sendiri Dunkin’ Donuts telah membuka 200 gerai lebih di kota-kota besar di
seluruh Indonesia, seperti Medan, Yogyakarta, Bandung, Bali, Surabaya, Makassar, Jakarta,
dan kota-kota lainnya di Indonesia. Dunkin’Donuts telah berhasil menjadi model dalam hal
pelayanan serta konsep gerai yang dimilikinya. Bahkan Dunkin’Donuts terkadang dianggap
sebagai bayang-bayang bagi perusahaan donut lainnya. Di Jogjakarta, Dunkin’ Donuts telah
merambah ke mall-mall, swalayan serba ada, jalan-jalan di malioboro, hingga ke bookstore-
bookstore seperti Gramedia.
Kembali kepada isu mengenai MNC yang mengundang banyak polemik dari berbagai
kalangan, terutama mengenai kehadirannya di Negara-Negara Dunia Ketiga. Perusahaan-
perusahaan Multinasional dianggap sebagai ancaman bagi usaha-usaha lokal di negara tempat
ia berada. Namun, meskipun demikian, pemerintah negara-negara tersebut tetap saja saling
berlomba-lomba (bidding wars) untuk menarik investor agar mau menanamkan modalnya di
negara mereka dalam bentuk Foreign Direct Investment.Kehadiran MNC terkadang memang
membawa keuntungan dan kerugian. Hal inilah yang menjadi perdebatan antara pihak-pihak
yang pro dan kontra atas kehadiran Perusahaan Multinasional di negara mereka.
Dengan menggunakan studi kasus yang ada, tulisan ini diarahkan untuk menjawab
beberapa pertanyaan berikut: “Bagaimana masuknya Dunkin’Donuts di Indonesia?” Apa dan
bagaimana pengaruh kehadirannya di Indonesia? Serta bagaimana dampak Dunkin’Donuts
terhadap pertumbuhan dan perkembangan usaha-usaha lokal?” Dengan mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas, tulisan ini berusaha memberikan pemikiran yang positif
bahwa kesempatan untuk memperoleh keuntungan Ekonomi-Politik Internasional melalui
kegiatan Multinational Corporations tidak hanya dimiliki oleh negara-negara ekonomi maju.
Akan tetapi, negara-negara berkembang juga dapat mengupayakan hal yang sama melalui
MNC.
Sebelumnya, dengan mengacu pada UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing, mari kita lihat terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan penanaman modal asing:
“Pengertian penanaman modal asing di dalam undang-undang ini hanyalah meliputi
penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan … berdasarkan ketentuan-ketentuan
undang-undang …. dan yang digunakan untuk menjalankan Perusahaan di
Indonesia…”Sedangkan yang dimaksud dengan Modal Asing dalam undang-undang tersebut
adalah: “Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa
Indonesia, yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk pembiayaan Perusahaan di
Indonesia.” Salah satu bentuk pembiayaan yang dilakukan oleh Perusahaan Multinasional di
Indonesia adalah dalam bentuk pajak (taxation).
Di Indonesia sendiri, Dunkin’ Donuts mulai merambah pasarnya pada tahun 1985
dengan gerai pertama didirikan di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Khusus wilayah
Indonesia, master franchise Dunkin’Donuts dipegang oleh Dunkin’ Donuts Indonesia. Saat
pertama kali Dunkin’Donuts membuka gerai pertamanya di Indonesia (pada tahun 1980-an),
tidak ada reaksi keras dari masyarakat yang menentang perusahaan tersebut untuk masuk.
Masyarakat cenderung menganggap positif atas upaya perusahaan tersebut dalam
memperluas jaringan pasarnya. Mereka justru cenderung merasa senang atas hadirnya
Dunkin’Donuts di Indonesia.
Secara sosial, pengaruh yang dibawa oleh perusahaan Dunkin’Donuts tidak membawa
dampak yang signifikan bagi pola kehidupan masyarakat. Ada yang berpendapat bahwa
kehadiran MNC dapat mengubah pola hidup masyarakat menjadi lebih konsumtif.
Masyarakat dinilai akan saling berlomba-lomba dalam menggunakan (mengonsumsi) produk
dari Perusahaan Multinasional tersebut untuk menunjukkan strata sosial mereka dalam
kehidupan bermasyarakat.
Di samping itu, saat ini pun sudah mulai banyak perusahaan-perusahaan donut lokal
yang mampu menghasilkan produk-produk donut berkualitas. Bahkan sebagian dari mereka
sudah mempunyai nama ataupun membuka gerai berkonsep resto donut dan kopi seperti
halnya Dunkin’Donuts. Sebut saja donut I-Crave, Java Donut, J.CO, Donut Oishii, Mister
Donut, dan lain sebagainya. Donut-donut lokal ini juga tidak kalah digemarinya oleh para
penikmat donut.
OPINI
1. Strategi Pertumbuhan
Strategi pertumbuhan adalah strategi yang dirancang untuk mencapai pertumbuhan
dalam
penjualan, aktiva, laba atau kombinasi dari semuanya. Pertumbuhan yang berkelanjutan
artinya penjualan yang meningkat, dan dengan pengalamannya akan dapat melakukan
a. Perusahaan yang sedang tumbuh dapat menutupi kesalahan dan ketidak efisienan dengan
Ada 2 (dua) strategi dasar pertumbuhan yaitu : konsentrasi pada satu industri dan
diversifikasi pada industri lain. Apabila perusahaan memilih strategi konsentrasi, maka
perusahaan dapat berkembang melalui integrasi vertikal dan horizontal. Integrasi vertikal ,
yaitu mengambil alih fungsi yang semula dilakukan oleh pemasok (integrasi ke belakang/
backward integration) atau oleh distributor (integrasi ke depan/ forward integration). Strategi
ini menarik untuk perusahaan yang kuat dalam posisi bersaingnya. Integrasi horizontal , yaitu
berbeda dan atau menambah rentang produk atau jasa yang ditawarkan kepada pasar. Apabila
dilakukan apabila perusahaan memiliki posisi kompetitif yang kuat tetapi daya tarik industri
rendah, sehingga perusahaan dapat melakukan diversifikasi pada industri yang berkaitan.
Diversifikasi konglomerat , ini merupakan strategi perusahaan yang cocok apabila posisi
kompetitif perusahaan rata-rata dan daya tarik industrinya rendah, sehingga perusahaan
melakukan diversifikasi keluar dari sebuah industri dan mauk kedalam industri yang tidak 13
berkaitan.
2. Strategi Stabilitas
Stratagi stabilitas adalah strategi dimana organisasi mempertahankan ukuran
organisasinnya dan level operasi bisnisnya sekarang. Strategi ini diterapkan ketika industri
berada pada fase pergolakan dengan beberapa industri kunci dan tekanan dari luar yang
secara dastris berubah menyebabkan situasi masa depan menjadi sangat tidak dapat
diprediksi. Dalam situasi seperti ini, organisasi bisa menggunakan strategi stabilitas dengan
menjadi penonton sementara untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Strategi stabilitas bukanlah strategi berjalan mundur ataupun berjalan maju. Strategi stabilitas
dijalankan organisasi untuk mempertahankan posisinya seperti saat ini (stabil). Strategi ini
cocok untuk perusahaan yang berada pada industri dengan daya tarik yang sedang-sedang
saja, artinya industri tersebut menghadapi pertumbuhan yang biasa-biasa saja atau bahkan
tidak ada pertumbuhan dan kekuatan-kekuatan utama dalam lingkungan tersebut berubah dan
masa depannya tidak pasti. Strategi stabilitas pertama yang dapat dilakukan adalah berhenti
sejenak atau berlanjut dengan waspada, artinya strategi untuk sementara waktu perusahaan
melakukan konsolidasi sumber dayanya untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti.
Strategi stabilitas yang kedua, yaitu strategi tidak berubah atau stabilitas laba, hal ini karena
perusahaan pada posisi di industri yang dengan daya tarik sedang-sedang saja dan perusahaan
hanya memiliki posisi kompetitif rata-rata. Hal yang perlu diingat adalah bahwa strategi
stabilitas merupakan strategi jangka pendek. Lingkungan akan selalu berubah walaupun
organisasi menggunakan strategi stabilitas. Oleh karena itu strategi ini tidak digunakan
organisasi dalam jangka waktu yang lama.
Salah satu Perusahaan Multinasional yang bergerak di bidang kafe ataupun gerai-gerai
pangan adalah Dunkin’ Donuts, atau yang lebih akrab disingkat dengan sebutan DD. Dunkin’
Donuts sendiri mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1985, dengan gerai pertamanya di Jl.
Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Sebenarnya, Dunkin’ Donuts bukan merupakan perusahaan
donut multinasional pertama yang masuk ke Indonesia. Selain itu, masih ada perusahaan-
perusahaan multinasional donut lainnya yang juga berusaha mengimbangi gerak Dunkin’
Donuts, seperti Country Style Donuts asal Kanada, Donuts Xpress asal Australia, Krispy
Kreme yang juga berasal dari AS, serta masih banyak lagi perusahaan-perusahaan donut
lainnya.
Kemampuan J.CO untuk hadir sebagai pesaing Dunkin’ Donuts tentu patut untuk
dipelajari. Pasalnya, jika dilihat dari segi usia J.CO jelas lebih muda dibandingkan merek
waralaba asal Amerika Serikat itu. J.CO resmi meluncur pada 2005 di kawasan Supermal
Karawaci, Tangerang. Sementara Dunkin’ Donuts sudah ada sejak 1950 silam dan hadir di
Indonesia pada 1968 di Djakarta Fair (sekarang disebut Pekan Raya Jakarta/PRJ). Gerai
pertamanya berdiri pada 1985 dan terletak di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta.
Persaingan antara J.CO dan Dunkin’ Donuts secara kasat mata bisa dilihat dari
banyaknya gerai yang dipunya. Setidaknya, gerai-gerai itu dibuka dan dapat bertahan karena
adanya pasar yang berhasil direngkuh. Dan bila menilik dari jumlah, kedua merek ini sama-
sama sudah membuka lebih dari 200 gerai di Indonesia.
Selain di Indonesia, J.CO sendiri sudah merambah sampai ke luar negeri sejak
ekspansi pertamanya pada 2007 silam. Diketahui negara-negara tetangga seperti Filipina
dengan 20 gerai, Malaysia 11 gerai, Singapura 4 gerai, serta China 2 gerai dan Arab Saudi.
Setelah berdirinya Dunkin’ Donuts sebagai pemain donat satu-satunya yang besar selama 55
tahun di Indonesia, J.CO yang baru muncul pada pertengahan 2005 tentu tak bisa melepas
dari bayang-bayang merek asal Amerika tersebut. Sudah pasti, konsumen di Indonesia akan
membanding-bandingkan produk J.CO dengan Dunkin’ Donuts. Namun, nyatanya J.CO bisa
mengambil pasar dari Dunkin’ Donuts sehingga membuatnya menjadi penantang kuat bisnis
donat.
Sebab sekarang pasar donat terkesan dikuasai oleh dua merek ini, maka tak heran jika banyak
yang membanding-bandingkan keduanya. Bahkan, sebuah poling secara daring pernah
dilakukan di Forum Kaskus untuk mengetahui yang manakah yang lebih dipilih oleh
penikmat donat Tanah Air. Hasilnya, banyak yang lebih memilih J.CO dengan presentase
58%, sedangkan yang memilih Dunkin’ Donuts hanya 19%, dan sisanya sebesar 22%
mengaku suka keduanya.
Teknologi yang dipakai ini bernama “Radio Flavor” dan telah dipasang pada bus,
yang diprogram untuk melepaskan bau kopi Dunkin’ Donutssetiap jingle radio Dunkin’
Donuts diputar. Lebih dari 350. 000 penumpang naik bus tersebut setiap harinya, dan
Dunkin’ Donuts mendorong mereka untuk membeli kopi dengan cara baru. Penggunaan
teknologi dalam strategi pemasaran Dunkin sangat membantu dan sangat potensial dalam
menarik konsumen untuk datang membeli produk tersebut. Dengan semakin inovatif dan
kreatifnya pihak perusahaan dalam mengenalkan produknya kepada masyarakat.
STRATEGI YANG DITERAPKAN J.CO
Meski mencoba menggarap pasar yang sama dengan Dunkin’ Donuts, tapi tak
membuat J.CO mencoba berjalan dengan cara yang sama. Merek berlogo burung merak
dengan warna merah ini justru memberikan perbedaan. Bila ditelisik, J.CO telah mengusung
konsep boutique bakery dan coffee shop sehingga jelas berbeda dengan kompetitornya. J.CO
bahkan mengusung konsep open kitchen layaknya BreadTalk, perusahaan
waralaba bakery yang juga dikelola oleh Jhonny Andrean.
Selain konsep tempat yang diusung J.CO, inovasi dari segi rasa dan topping donat
juga menjadi kuncinya. Memang, syarat agar bisa menjadi pemimpin pasar di kelasnya,
sebuah merek harus berani berinovasi. Hal itu setidaknya sudah diterapkan oleh J.CO. Bicara
soal inovasi sendiri sebetulnya pernah diungkap oleh Jhonny. Kendati pada satu kesempatan
ia berbicara soal bisnis bakery lewat BreadTalk-nya, tapi secara garis besar hal itu juga
menjadi poin yang diimplementasikan oleh J.CO. Yang unik, J.CO tak hanya berinovasi dari
segi produk donatnya, melainkan juga dari varian menunya.
Setidaknya, selain donat, kopi J.CO juga menjadi andalan dan banyak diminati
konsumen setianya. Bahkan, di kesempatan yang sama saat perayaan 10 tahun J.CO, Jhonny
mengungkapkan bahwa kopi yang terjual sudah mencapai 52 juta cup. J.CO pun tak berhenti
hanya pada menu donat dan kopi, sebab muncul menu-menu baru seperti sandwich serta
yogurt yang cukup diminati konsumen setianya. Dengan hadirnya menu-menu baru tersebut,
tentu membuat posisi J.CO di benak konsumen setianya masih menjadi pilihan utama. Dan
bukan tak mungkin pada beberapa tahun mendatang akan kembali hadir menu baru di J.CO.
Inilah jati diri yang dibangun J.CO; gerai donat modern yang bisa disinggahi bukan hanya
oleh penikmat donat.
JURNAL 5
RESUME 5
Tahun 2016
Judul ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK DENGAN
METODE ANALISIS MATRIK BCG, SWOT DAN
BENCHMARKING PADA PERUSAHAAN RUBBY HIJAB
Jurnal Analisis
Vol/Halaman 1/15
Manipulasi/Rekayasa
Instrumen Metode yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian adalah
benchmarking. Setelah variabel-variabel yang akan di
benchmarking maka selanjutnya adalah benchmarking :
a. Menentukan apa yang akan di benchmarking Pada langkah
yang pertama, akan ditentukan apa yang menjadi
permasalahan yang pada produk Rubby Hijab yaitu masalah
strategi pemasaran.
b. Menentukan apa yang akan diukur
Untuk langkah kedua yaitu menetukan fungsi-fungsi atau
variabel-variabel yang menjadi tolak ukur untuk dijadikan
benchmarking.
c. Menentukan kepada siapa akan dilakukan benchmarking
Pada langkah ketiga adalah menetukan Pesaing yang akan
menjadi objek benchmarking dari Rubby Hijab.
d. Pengumpulan data
Pada langkah keempat melakukan pengumpulan data
mengenai hasil variabel-variabel yang sudah di
benchmarking.
Hasil Data yang digunakan untuk matriks BCG (Boston
Consulting Group) adalah data volume penjualan Rubby Hijab dan
total volume penjualan pesaing, tahap selanjutnya untuk menentukan
letak produk pada kuadran matriks BCG dengan menghitung tingkat
pertumbuhan pasar dan pangsa relative.
1. Perhitungan Tingkat Pertumbuhan Pasar (Market Grow Rate)
Tingkat pertumbuhan pasar dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut. (Suwarsono, 1996 : 117)
Keterangan:
TPP = Tingkat pertumbuhan pasar VP N = Volume
penjualan perusahaan
tahun terakhir
VP N-1 = Volume penjualan perusahaan
tahun sebelumnya.
= 13%
Keterangan :
PPR= Pangsa pasar relative
VP N = Volume penjualan tahun terakhir VPP N = Volume
penjualan tahun terakhir
pesaing.
= 0,34 < 1
Kelebihan Jurnal ini menjelaskan secara terinci adalah data volume penjualan
Rubby Hijab dan total volume penjualan pesaing lengkap disajikan
dengan berbagai analisis, seperti analisis swot, BGC, dll. sehingga
kita dapat mengetahui jumlah keuntungan perusahaan itu dan
keadaan para pesaing.