Anda di halaman 1dari 63

MAKALAH KUMPULAN JURNAL DAN

RESUME MANAJEMEN STRATEGI

DISUSUN OLEH :
ODO SEMSON JULIO PARDEDE
178320298
MANAJEMEN F
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MEDAN
2019
JURNAL 1
RESUME 1
Nama / Nim ODOSEMSON JULIO PARDEDE / 178320337
Tanggal 25 Maret 2019
Topik Pengembangan Bisnis

Penulis Delly Dewantara dan Ratih Indriyani


Tahun 2016
Judul ANALISA PENGEMBANGAN BISNIS PADA PT. SENTOSA ADI
MAKMUR SURABAYA (STUDI KASUS PADA ASPEK PEMASARAN)
Jurnal Analisis
Vol/Halaman 3/ 8

Landasan Teori Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan


kegiatan mengubah suatu barang dasar mekanis, kimia, atau
dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi dan atau
barang jadi, kemudian barang yang kurang nilainya menjadi
barang yang lebih nilainya dan sifatnya lebih kepada
pemakaian akhir.
dua manfaat jika
suatu perusahaan menjalankan manajemen strategis. Dua
manfaat tersebut yaitu
1.Keuntungan keuangan
Riset menunjukkan bahwa organisasi yang menggunakan
konsep-konsep manajemen strategis lebih menguntungkan dan
berhasil daripada yang tidak. Bisnis yang menggunakan
berbagai konsep manajemen strategis menunjukkan perbaikan
yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas, dan
produktivitas dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan
yang tanpa aktivitas perencanaan strategis yang sistematis.
2.Keuntungan non keuangan
Selain membantu perusahaan menghindari masalah
keuangan, manajemen strategis menawarkan keuntungankeuntungan
nyata lain, seperti :
- Meningkatnya kesadaran akan ancaman eksternal
- Membaiknya pemahaman akan strategi pesaing
- Naiknya produktivitas karyawan
- Menurunnya resistensi pada perubahan
- Pemahaman yang lebih jelas akan relasi kinerja-imbalan

Kekuatan dalam lingkungan internal perusahaan terdiri dari :


pemasaran, keuangan, produksi, dan manajemen sumber daya
manusia.
Metode Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif deskriptif, yaitu jenis penelitian yang memiliki
tujuan untuk memberikan penjelasan mengenai fenomena
yang terjadi pada masa sekarang. (Umar,2005). Manfaat yang
dimiliki oleh jenis penelitian kualitatif tersebut tentu sesuai
dengan tujuan penelitian, yakni : untuk mendeskripsikan
fungsi-fungsi bisnis PT. Sentosa Adi Makmur, untuk
menganalisa lingkungan internal dan eksternal PT. Sentosa
Adi Makmur dan untuk merencanakan strategi pengembangan
bisnis pada PT. Sentosa Adi Makmur. Melalui pemahaman dan
data-data yang telah diperoleh peneliti, kemudian peneliti
dapat menyusun rencana pengembangan bisnis yang sesuai
dengan PT. Sentosa Adi Makmur.
Subyek Analisis lingkungan eksternal
menggunakan Porter’s Five Forces, Asosiasi Persepatuan Indonesia
(APRISINDO).
Manipulasi/
Rekayasa
Instrumen Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga sumber yang
berbeda yaitu direktur utama, direktur operasional dan juga
manajer keuangan, perusahaan juga selalu melakukan
pengawasan terhadap keuangan perusahaan. Hal ini dilakukan
untuk dapat meminimalisir terjadinya penyalahgunaan dana
yang dilakukan oleh karyawan. Proses pengawasan ini
dilakukan dengan cara mempekerjakan staff auditing
keuangan yang akan melakukan audit keuangan perusahaan
pada periode waktu tertentu.
Hasil 1.Pemasaran : Segmenting, Targetting, Positioning
2. Fungsi Produksi : Fasilitas persediaan, kapasitas, Tenaga kerja, Kualitas
produksi
3. Fungsi Keuangan
Kelebihan Jurnal ini menjelaskan secara terinci mengenai masalah yang di hadapi
perusahaan yang di teliti dan mengaitkannya dengan berbagai teori dan
pendapat para ahli yang bersangkutan.
Jurnal ini juga memberikan dan menjelaskan solusi untuk masalah yang
dihadapi perusahaan.

Kekurangan Jurnal tidak mencantumkan data-data perbandingan asil penjualan tiap


tahun perusahaan.
Jurnal juga tidak membuat data dan bagan tentang perbandingan dengan
perusahaan lain sehingga para pembaca tidak mengetahui siapa saja
saingan perusahaan dan sehingga dimana kekalahan dengan perusahaan
lain kita tidak tahu.
JURNAL2 2
RESUME 2
A. LATAR BELAKANG

Mutu pendidikan merupakan salah satu tema sentral yang menyedot perhatian dalam
berbagai diskusi pendidikan di Indonesia selama ini. Paradigma globalisasi sebagai produk
kemajuan sains dan teknologi khususnya teknologi informasi–sebagai bentuk kelanjutan
modernisasi (Azizi, 2003: viii). Akbar S. Ahmed dan Hastings Donnan juga
menggambarkan globalisasi sebagai era yang secara substansial mengacu kepada
perkembangan yang sangat cepat dalam bidang teknologi, komunikasi, transformasi dan
informasi yang mampu mengantarkan bagian-bagian dunia yang jauh menjadi sesuatu hal
bisa dijangkau dengan mudah (Ahmed dan Hastings Donnan, 1994: 1).

Pendidikan merupakan suatu investasi terbesar (the best of investation) dalam


merancang pola kehidupan manusia ke depan. Sebab dengan modal pendidikan, manusia
memiliki tiga keuntungan. Pertama, pendidikan sebagai upaya yang berorientasi pada
pembentukan sosok manusia yang potensial secara intelektual melalui proses pembelajaran
(intellectual oriented by transfer of knowledge); Kedua, pendidikan merupakan upaya
pembentukan masyarakat yang berwatak, beretika dan berestetika melalui transfer of values
process yang terkandung di dalamnya; Ketiga, pendidikan merupakan salah satu jaminan
untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik sekaligus kemartabatan yang tinggi (Q.S. Al-
Mujadalah: 11), baik secara material maupun transcendental. Melalui pemahaman inilah,
pendidikan secara otomatis menempati posisi yang sangat sentral dan strategis dalam
membangun kehidupan manusia ke depan yang berkualitas dan seimbang.

Untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan, pengelolaan pendidikan harus


dikelola dan disentuh secara professional dan fungsional sesuai tuntutan dunia
kemanajemenan, artinya berbagai sumber daya yang mempengaruhi terjadinya seluruh
proses pendidikan perlu ditangani secara terencana, terorganisir, terarah dan terkendali.
Dari konteks inilah maka lembaga pendidikan dituntut memiliki kompetensi manajerial
yakni kemampuan membangun pola kerja yang sistematis, logis, realistis dan strategis.

B. METODE PENELITIAN

Jurnal tersebut menggunakan metode penelitan kuantitatif, dimana metode kuantitatif itu
adalah ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-
hubungannya.Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-
model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena
alam. Pengumpulan data juga menggunakan pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif
melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta
menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan
persentase tanggapan mereka
C. RESPONDEN

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber yang bernama Hani Handoko,


ia memberikan tiga alasan utama mengapa manajemen itu dibutuhkan dalam setiap
organisasi, yaitu:

1. Untuk mencapai tujuan. Dengan penerapan manajemen yang baik, maka


pencapaian tujuan organisasi dan perorangan akan lebih mudah tercapai, sebab
dengan manajemen kegiatan organisasi diproses secara sistematis mulai tahapan
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengontrolan, hingga penilaian.
2. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan yang saling bertentangan.
Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara berbagai tujuan,
sasaran, kegiatan pembagian tugas, pembiayaan dan lain-lain.
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu pekerjaan dan aktivitas organisasi
dapat diukur dengan berbagai pendekatan dan cara. Ukuran yang umum dipakai
adalah standar efisiensi dan efektivitas.
4. Untuk mengetahui sejauh mana urgensitas dan manfaat bagi lembaga
pendidikan,jika dalam pencapaian suatu tujuan menerapkan manajemen strategik
dan manajemen operasional, peneliti juga mewawancarai seorang ahli yang
bernama Agustinus Sri Wahyudi dan ia memaparkan manfaatnyaadalah:
5. Memberikan arah jangka panjang terhadap upaya pencapaian tujuan.
6. Membantu suatu lembaga pendidikan beradaptasi dengan berbagai perubahan yang
terjadi.
7. Membuat suatu lembaga pendidikan menjadi lebih efektif.
8. Aktivitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan lembaga pendidikan
untuk mencegah munculnya masalah di masa datang.
9. Keterlibatan para guru/staf/pegawai dalam menyusun strategi akan mendongkrak
motivasi mereka dalam pelaksanaannya.
10. Pembagian tugas yang tumpang tindih akan terminimalisir.
11. Keengganan dan kebosanan para guru/staf/pegawai dalam bekerja akan hilang.
Sebenarnya, diakui atau tidak, ketujuh hal tersebut merupakan permasalahan

D. KAJIAN TEORI

Manajemen secara etimologi berasal dari bahasa Inggris to manage yang berarti
memerintah, mengatur, mengurus, mengemudikan. Kemudian dalam perkembangannya,
kata to manage mengalami perubahan menjadi manajement yang berarti pimpinan,
pengurusan dan pengelolaan (Willy dkk., 1997: 319). Dalam bahasa Arab, kata
manajemen identik dengan tadbir (‫دت‬EEE‫)ريب‬, idarah (‫ )ةرادإ‬yang berarti mengelola,
pengelolaan (Alkalali, 1987: 247-248). Term manajemen dalam aplikasinya sering
diartikan sama dengan administrasi, termasuk dalam dunia pendidikan. Alasan mereka
menyamakan keduanya dengan dasar bahwa secara fungsional dan operasional. Memang
harus diakui bahwa para ahli hingga kini belum ada kesepakatan dalam dua hal itu, namun
demikian ada juga yang berpendapat bahwa manajemen dan administrasi merupakan dua
hal yang berbeda sebab manajemen merupakan inti dari administrasi (Burhanuddin, 1994:
30-31).

Strategik menurut etimologi berasal dari kata strategic (Inggris) yang berarti kiat, cara,
taktik utama (Nawawi, 2003: 147). Secara historis kata strategik berawal dari dunia militer
dan secara populer diartikan sebagai kiat yang digunakan oleh para komandan militer
(jenderal) untuk memenangkan peperangan. Ralph Taylor dalam Websters’s World
University Dictionary mengemukakan ”strategic mean of great or vital importance within
an integrated whole” (Taylor, 1965: 989) Namun kata strategik, kemudian dipergunakan
juga oleh hampir seluruh organisasi untuk menentukan pilihan dalam memenangkan
”peperangan” tertentu guna mencapai tujuan (Siagian, 2001: 15).

Dari pengertian di atas, maka yang dimaksud manajemen strategik adalah serangkaian
keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat untuk manajemen puncak dan
diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian suatu
tujuan organisasi tersebut. Definisi lain tentang manajemen strategik adalah usaha
manajerial menumbuhkembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang
yang muncul guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai misi yang telah ditetapkan
(Nawawi, 2003: 148). Kemudian R. Edward Freeman mendefinisikan manajemen strategik
adalah suatu proses terus menerus dan walaupun pada waktunya harus dipilih titik-titik
yang berlainan dengan maksud untuk mengambil keputusan dalam rangka mencapai tujuan
(Edward Freeman, 1996: 97).

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Implementasi Manajemen Strategik pada Lembaga Pendidikan

Penerapan pendekatan sistem perencanaan pendidikan yang strategik, bertujuan


untuk mencari bentuk dan identitas pada masa yang akan datang dengan
mempertimbangkan berbagai hubungan yang kompleks dalam suatu sistem. Satu hal
yang dipertimbangkan mengenai pentingnya pendekatan sistem dalam renstra
pendidikan disebabkan bahwa pendidikan itu merupakan suatu sektor kehidupan
manusia yang kompleks atau suatu sistem yang kompleks. Hal ini dapat kita lihat bahwa
berbicara masalah pendidikan tidak lepas dari berbagai faktor kehidupan lainnya,
seperti: ekonomi, sosial, politik, kebudayaan, keamanan, dan sebagainya. Berbagai
faktor tersebut perlu diperhitungkan dalam mengadakan renstra pendidikan. tanpa
memperhatikan faktor-faktor tersebut beserta kecenderungannya, maka sulit
dipertanggungjawabkan hasil proses perencanaan yang dilaksanakan.
Pendekatan sistem dalam renstra memberi dasar-dasar konseptual dalam
perencanaan pendidikan, diharapkan dapat membantu dalam memecahkan masalah
kependidikan yang kompleks tersebut. Pendekatan sistem sebagai suatu metode atau
teknik analisis (system analysis) terutama berfungsi dalam hal memecahkan masalah
atau pengambilan keputusan. Dalam hal ini sistem dikaitkan dengan metode ilmiah.
Analisis sistem ini mencakup (1) menyadari adanya masalah; (2) mengidentifikasi
variabel-variabel yang relevan; (3) menganalisis dan mensintesiskan faktor-faktor
sehubungan dengan masalah yang dihadapi; (4) menentukan kesimpulan dalam bentuk
program-program kegiatan. Dalam kaitan ini diaplikasikan paham sistem terhadap
proses manajemen dalam wadah keorganisasian yang menjelaskan adanya suatu model
umum dari sistem. Model umum dari suatu organisasi sebagai suatu sistem adalah
adanya komponen-komponen masukan (input), transformasi, keluaran (output).

Berdasarkan hal di atas, metode penelaah dan pemecahan masalah didasarkan atas
kerangka ini mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.

1. Sistematika dan sistemik (menyeluruh).

2. Berorientasi pada output atau konfigurasi keinginan.

3. Mempunyai tujuan menyeluruh.

4. Berdimensi jangka panjang, menengah, dan pendek.

5. Menerapkan metode keilmuan analisis teoretik dan empirik dengan program


pengembangan.

6. Rencana operasional terjabar ke dalam proyek dan program

7. Berlandaskan kebijakan.

8. Memperhitungkan norma dan kaidah.

9. Mempunyai pada input, proses, output dengan informasi umpan balik (Fattah,

2008: 58).

Perencanaan strategi termasuk kategori perencanaan jangka panjang meliputi


cakupan waktu di atas 10 tahun sampai dengan 25 tahun. Perencanaan ini mempunyai
jangka menengah, lebih-lebih lagi jika dibandingkan dengan rencana jangka pendek.
Semakin panjang rencana itu, semakin banyak variabel yang sulit dikontrol.
Berdasarkan keriteria di atas, rencana pembangunan lima tahun (Repelita) dapat
digolongkan ke dalam perencanaan jangka menengah.
2. Implementasi Manajemen Operasional pada Lembaga Pendidikan.

Perencanaan operasional memusatkan perhatian pada apa yang akan dikerjakan


pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari suatu rencana strategi. Perencanaan ini
bersifat spesifik dan berfungsi untuk memberikan petunjuk konkret tentang bagaimana
suatu program atau proyek khusus dilaksanakan menurut aturan, prosedur, dan
ketentuan lain yang ditetapkan secara jelas sebelumnya. Itulah sebabnya rencana
operasional ini telah dijabarkan dan diterjemahkan ke dalam data kuantitatif yang dapat
diukur dan biasanya dipergunakan juga dimensi uang. Dengan demikian, rencana
operasional mudah diukur, peranan keberhasilan unit-unit mudah dibandingkan dan
sekaligus dapat

dijadikan ukuran keberhasilan. Artinya, rencana operasional berfungsi sebagai


instrumen yang cukup halus dan tajam untuk mengenali keadaan waktu lampau dan
bisa/akan dijadikan alat atau teknik perencanaan berikutnya. Perencanaan operasional
bisanya tidak mempergunakan pendekata integratif, seperti halnya renstra. Oleh karena
itu, beberapa kelemahan yang ditimbulkan dalam rencana ini, antara lain (1) satuan
harga yang tidak pasti, karena sukar merancang harga yang pasti terutama hal-hal yang
spesifik, (2) alat ukur sering berbeda-beda, (3) pekerjaan adakalanya tertunda, staf yang
berhenti; (4) peranan dan konstribusi pemimpin terhadappencapaian tujuan jangka
panjang tidak diukur. Kesemua itu merupakan hambatan-hambatan sistema (Fattah,
2008: 58-59).

Kegiatan-kegiatan apakah yang terdapat dalam penyusunan rencana tahunan?


Secara garis besar jenis kegiatan dan tahapannya dapat dilihat dalam contoh kegiatan
tahun 1990-an, meliputi sebagai berikut:

1. Penyusunan kebijaksanaan umum

2. Penyusunan kebijaksanaan teknis.

3. Penyusunan rancangan penyesuaian kebijaksaan.

4. Penyempurnaan program (Reprograming)

5. Penyusunan uraian kegiatan operasional proyek-proyek (UKOP).

6. Identifikasi proyek.

7. Penyusunan Pra-DUP (Daftar Usulan Proyek).

8. Penyusunan DUP Depdikbud.


9. Pembahasan DUP, antara Depdikbud, Bappenas dan Departemen Keuangan
(cq.Direktorat Jendral Anggaran).

10. Penyusunan UKOP.

11. Penyusunan Pra-DIP (Daftar Isian Proyek)

12. Pembahasan Pra-DIP, antara Depdikdud, Bappenas dan Dirjen Anggaran.

13. Penyempurnaan UKOP

14. Penyelesaian DIP dari konsep DIP yang telah disetujui (Fattah, 2008: 60-61).

Ada lima hal yang perlu ditekankan dalam mengimplementasikan manajemen


strategik dan manajemen operasional dalam meningkatkan mutu pendidikan di sebuah
lembaga pendidikan, dalam menghadapi tantangan global yaitu:

a. Peningkatan kualitas manajemen pendidikan

b. Peningkatan kualitas poses pembelajaran

c. Peningkatan kualitas SDM tenaga kependidikan

d. Membangun jaringan kerja (networking).


JURNAL 3
RESUME 3

Nama / Nim ODOSEMSON JULIO PARDEDE / 178320337


Tanggal 11 Juni 2019
Topik

Penulis Rendy Indra Susanto


Tahun 2017
Judul ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS PADA PT. PATRINSAKA
(Strategi pengembangan pasar perusahaan)
Jurnal Analisis
Vol/Halaman 5/8

Landasan Teori PT. Patrinsaka merupakan salah satu perusahaan


yang bergerak dalam industri makanan dan minuman dan
meproduksi makanan ringan. Makanan dan minuman merupakan
kebutuhan manusia yang paling mendasar karena berhubungan
langsung dengan
kelangsungan hidup atau esksistensi kehidupan manusia itu
sendiri. Kini dengan semakin majunya zaman dan perubahan
pola hidup manusia menyebabkan kebutuhan manusia berubah,
termasuk kebutuhan akan makanan dan minuman. Industri
makanan dan minuman sangat berkembang dan bervariasi
mulai dari harga dan jenisnya. Dari hal itu, persaingan bisnis di
bidang kuliner sangat ketat dan memengaruhi industri makanan
dan minuman mulai dari produsen hingga konsumennya.
Perkembangan industri makanan dan minuman nasional
sendiri menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan.
Industri makanan dan minuman di Indonesia dari tahun ke
tahun semakin berperan penting dalam pembangunan industri
nasional, sekaligus dalam perekonomian keseluruhan. Sebagai
gambaran pencapaian industri makanan dan minuman pada
triwulan I tahun 2016, pertumbuhan industri makanan dan
minuman sebesar 7,55 persen atau lebih tinggi dibandingkan
periode sama tahun 2015 yang mencapai 7,54 persen.

Manajemen strategi adalah seni dan pengetahuan untuk


memformulasikan, mengimplementasikan, dan melakukan evaluasi
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuan.
Pendapat ini menekankan bahwa strategi pada dasarnya adalah
sebuah cara sistematis yang telah dirancang oleh perusahaan
agar mampu mencapai tujuannya.
Metode Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian
Kuantitatif ditujukan untuk mengetahui sebab seperti
bagaimana dan mengapa suatu masalah terjadi dalam
penelitian. Penelitian kuantitatif sendiri mencakup teknik
interpretasi yang mendalami suatu permasalahan, sehingga
peneliti dapat mendeskripsikan, mengartikan data, sehingga
mencapai suatu kesimpulan. (Cooper, 2008, p. 162). Alasan
peneliti menggunakan penelitian kuantitatif karena dengan
penelitian ini peneliti dapat mengetahui dan mendalami prosesproses
yang terjadi dengan melakukan analisis lingkungan
internal dan eksternal perusahaan, dimana hal ini digali melalui
kuesioner dan wawancara.
Subyek Analisis lingkungan dapat dibagi atas dua lingkungan, yaitu
lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Analisis
lingkungan eksternal dibagi ke dalam dua kategori, yaitu
lingkungan jauh dan lingkungan industri. Analisis lingkungan
jauh akan dikaji melalui faktor PEST. Pada analisis lingkungan
industri akan dikaji dengan menggunakan lima kekuatan Porter.
Sedangkan analisis lingkungan internal akan dikaji melalui
fungsi bisnis. Analisis lingkungan jauh akan dikaji melalui
faktor-faktor PEST, yaitu politik, ekonomi, sosial, dan
teknologi. Di dalam lingkungan industri sendiri nantinya akan
menggunakan metode analisis lima kekuatan Porter.
Manipulasi/
Rekayasa
Instrumen Teknik wawancara yang dipakai adalah wawancara
semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur menurut Esterberg
dalam buku Sugiyono (2013 p.412) sudah termasuk dalam
category in-depth interview. Tujuan dari wawancara jenis ini
adalah menemukan permasalahan secara lebih terbuka, yakni
pihak yang diwawancarai diminta pendapat dan ide-idenya.
Dalam melakukan wawancara, penulis perlu mendengarkan
secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh
informan.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan metode
wawancara, karena melalui wawancara, proses penyaluran
informasi dari narasumber dapat lebih sistematis, terencana,
dan sesuai dengan pembahasan penelitian sehingga data yang
diperoleh menjadi lebih akurat.
Hasil 1. Lingkungan Internal:
a. Pemasaran
b. Keuangan
c. Produksi dan Operasional
d. HRD
2. Lingkungan Eksternal Analisa PEST :
a. politik
b. ekonomi
c. social
d. teknologi
3. Analisa Lingkungan Eksternal Porter’s Five Forces
Analysis :
a. Persaingan Antar Perusahaan di Dalam Industri
b. Potensi Masuknya Pesaing Baru
c. Potensi Pengembangan Produk Pengganti
d. Daya Tawar Pemasok
e. Daya Tawar Konsumen
Kelebihan Jurnal ini menjelaskan secara terinci mengenai masalah yang di hadapi
perusahaan yang di teliti dan mengaitkannya dengan berbagai teori dan
pendapat para ahli yang bersangkutan. Jurnal ini juga membuat hasil
wawancara yang dilakukan dengan lengkap dan terperinci.
Jurnal ini juga memberikan dan menjelaskan solusi atau saran untuk
masalah yang dihadapi perusahaan.
Kekurangan
Jurnal tidak mencantumkan data-data perbandingan asil penjualan tiap
tahun perusahaan.
Jurnal juga tidak membuat data dan bagan tentang perbandingan dengan
perusahaan lain sehingga para pembaca tidak mengetahui siapa saja
saingan perusahaan dan sehingga dimana kekalahan dengan perusahaan
lain kita tidak tahu.

JURNAL/CASE 4(kelompok)

DUNKIN DONUTS CASE STUDY

Salah satu Perusahaan Multinasional yang bergerak di bidang kafe ataupun gerai-gerai
pangan adalah Dunkin’ Donuts, atau yang lebih akrab disingkat dengan sebutan DD. Dunkin’
Donuts sendiri mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1985, dengan gerai pertamanya di Jl.
Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Sebenarnya, Dunkin’ Donuts bukan merupakan perusahaan
donut multinasional pertama yang masuk ke Indonesia. Di tahun 1968, American Donut
merupakan perintis donat pertama yang digoreng dengan mesin otomatis di Pekan Raya
Jakarta. Selain membuka gerainya di pekan raya, American Donut juga membuka gerainya
di berbagai tempat di Jakarta. Selain itu, masih ada perusahaan-perusahaan multinasional
donut lainnya yang juga berusaha mengimbangi gerak Dunkin’ Donuts, seperti Country Style
Donuts asal Kanada, Donuts Xpress asal Australia, Krispy Kreme yang juga berasal dari AS,
serta masih banyak lagi perusahaan-perusahaan donut lainnya.
Meskipun demikian, Dunkin’ Donuts-lah yang dinilai paling berhasil dalam
meluaskan jaringan pasarnya di Indonesia, bahkan di dunia. Dunkin’ Donuts telah berhasil
membuka lebih dari 8.800 gerai donatnya di lebih dari 35 negara di berbagai benua. Di
Indonesia sendiri Dunkin’ Donuts telah membuka 200 gerai lebih di kota-kota besar di
seluruh Indonesia, seperti Medan, Yogyakarta, Bandung, Bali, Surabaya, Makassar, Jakarta,
dan kota-kota lainnya di Indonesia. Dunkin’Donuts telah berhasil menjadi model dalam hal
pelayanan serta konsep gerai yang dimilikinya. Bahkan Dunkin’Donuts terkadang dianggap
sebagai bayang-bayang bagi perusahaan donut lainnya. Di Jogjakarta, Dunkin’ Donuts telah
merambah ke mall-mall, swalayan serba ada, jalan-jalan di malioboro, hingga ke bookstore-
bookstore seperti Gramedia.

Kembali kepada isu mengenai MNC yang mengundang banyak polemik dari berbagai
kalangan, terutama mengenai kehadirannya di Negara-Negara Dunia Ketiga. Perusahaan-
perusahaan Multinasional dianggap sebagai ancaman bagi usaha-usaha lokal di negara tempat
ia berada. Namun, meskipun demikian, pemerintah negara-negara tersebut tetap saja saling
berlomba-lomba (bidding wars) untuk menarik investor agar mau menanamkan modalnya di
negara mereka dalam bentuk Foreign Direct Investment.Kehadiran MNC terkadang memang
membawa keuntungan dan kerugian. Hal inilah yang menjadi perdebatan antara pihak-pihak
yang pro dan kontra atas kehadiran Perusahaan Multinasional di negara mereka.

Pihak yang kontra berpendapat bahwa Perusahaan Multinasional dalam praktiknya


membawa lebih banyak kerugian daripada keuntungan bagi negara mereka. Salah satu isu
yang paling kontroversial mengenai kehadiran MNC—terutama di negara-negara
berkembang—adalah isu mengenai outsourcing. Selain itu, terkadang kedaulatan nasioal juga
tergadaikan dengan adanya upaya MNC untuk masuk ke dalam negara tersebut. Upaya alih
teknologi yang pada mulanya diisukan sebagai keunggulan dari masuknya perusahaan
multinasional di negara-negara berkembang ternyata tidak terbukti. Di samping itu, masih
banyak lagi reaksi-reaksi negatif lainnya yang bermunculan akibat masuknya perusahaan
multinasional di negara-negara dunia ketiga.

Namun, terkadang orang menjadi lupa bahwa kehadiran Perusahaan Multinasional


sebenarnya tidak hanya membawa dampak yang negatif saja bagi negara penerima. Selain
membawa modal asing dan pemasukan berupa pajak, MNC sebenarnya juga membawa
dampak positif lainnya. Perbincangan mengenai MNC tidak akan berkembang jika hanya
mengenai dampak negatif yang dibawa oleh MNC saja. Kehadiran MNC sebenarnya bisa
menjadi stimulus bagi berkembangnya usaha-usaha lokal sejenis yang ada bagi negara
penerima. Salah satu contoh kasus yang disajikan dalam tulisan ini adalah kehadiran
Dunkin’Donuts yang memacu hadirnya usaha-usaha donut lokal seperti J.CO, I-Crave, Java
Donut, dan lain sebagainya.

Dengan menggunakan studi kasus yang ada, tulisan ini diarahkan untuk menjawab
beberapa pertanyaan berikut: “Bagaimana masuknya Dunkin’Donuts di Indonesia?” Apa dan
bagaimana pengaruh kehadirannya di Indonesia? Serta bagaimana dampak Dunkin’Donuts
terhadap pertumbuhan dan perkembangan usaha-usaha lokal?” Dengan mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas, tulisan ini berusaha memberikan pemikiran yang positif
bahwa kesempatan untuk memperoleh keuntungan Ekonomi-Politik Internasional melalui
kegiatan Multinational Corporations tidak hanya dimiliki oleh negara-negara ekonomi maju.
Akan tetapi, negara-negara berkembang juga dapat mengupayakan hal yang sama melalui
MNC.

MASUKNYA DUNKIN’ DONUTS DI INDONESIA

Dunkin’Donuts pertama kali masuk ke Indonesia melalui Penanaman Modal Asing


Langsungnya dengan membuka perusahaan pertamanya di Jakarta. Dunkin’ Donuts
sebelumnya juga telah membuka cabang-cabangnya (franchise) di berbagai negara, seperti
negara- negara di Eropa.

Sebelumnya, dengan mengacu pada UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing, mari kita lihat terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan penanaman modal asing:
“Pengertian penanaman modal asing di dalam undang-undang ini hanyalah meliputi
penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan … berdasarkan ketentuan-ketentuan
undang-undang …. dan yang digunakan untuk menjalankan Perusahaan di
Indonesia…”Sedangkan yang dimaksud dengan Modal Asing dalam undang-undang tersebut
adalah: “Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa
Indonesia, yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk pembiayaan Perusahaan di
Indonesia.” Salah satu bentuk pembiayaan yang dilakukan oleh Perusahaan Multinasional di
Indonesia adalah dalam bentuk pajak (taxation).

Dunkin’Donuts pada mulanya tumbuh dan berkembang di kota Boston, Amerika


Serikat pada tahun 1940 (dengan nama awal Open Kettle). Kemudian perusahaan ini terus
tumbuh dan berkembang hingga akhirnya pada tahun 1970, Dunkin’Donuts telah berhasil
menjadi perusahaan dengan merek internasional. Kemudian pada tahun 1983 perusahaan
Dunkin’Donuts dibeli oleh Domecq Sekutu (Allied Domecq) yang juga
membawahi Togo’sdan Baskin Robins. Di bawah Allied Domecq, perluasan pasar
Dunkin’Donuts secara internasional semakin diintensifkan. Hingga akhirnya gerai
Dunkin’Donuts tersebar tidak hanya di benua Amerika saja, tetapi juga meluas ke benua-
benua seperti Eropa dan Asia.

Di Indonesia sendiri, Dunkin’ Donuts mulai merambah pasarnya pada tahun 1985
dengan gerai pertama didirikan di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Khusus wilayah
Indonesia, master franchise Dunkin’Donuts dipegang oleh Dunkin’ Donuts Indonesia. Saat
pertama kali Dunkin’Donuts membuka gerai pertamanya di Indonesia (pada tahun 1980-an),
tidak ada reaksi keras dari masyarakat yang menentang perusahaan tersebut untuk masuk.
Masyarakat cenderung menganggap positif atas upaya perusahaan tersebut dalam
memperluas jaringan pasarnya. Mereka justru cenderung merasa senang atas hadirnya
Dunkin’Donuts di Indonesia.

PENGARUH KEHADIRAN DUNKIN’ DONUTS DI INDONESIA

Hadirnya suatu Perusahaan Multinasional baru, tentunya membawa pengaruh bagi


negara penerima perusahaan tersebut. Demikian pula kehadiran Dunkin’Donuts sendiri yang
juga membawa pengaruh bagi masyarakat.

Secara sosial, pengaruh yang dibawa oleh perusahaan Dunkin’Donuts tidak membawa
dampak yang signifikan bagi pola kehidupan masyarakat. Ada yang berpendapat bahwa
kehadiran MNC dapat mengubah pola hidup masyarakat menjadi lebih konsumtif.
Masyarakat dinilai akan saling berlomba-lomba dalam menggunakan (mengonsumsi) produk
dari Perusahaan Multinasional tersebut untuk menunjukkan strata sosial mereka dalam
kehidupan bermasyarakat.

Secara ekonomi, kehadiran dan keberadaan Dunkin’Donuts tidak sampai mengancam


eksistensi (keberadaan) usaha-usaha donut lokal yang ada. Buktinya saja sampai saat ini kita
masih menjumpai penjual-penjual yang menjajakan donut buatan industri rumah tangga
ataupun industri kecil. Baik di pasar-pasar tradisional, sekolah-sekolah maupun kantor,
warung, serta pedagang-pedagang keliling. Kehadiran Dunkin’Donuts dianggap sebagai salah
satu varian dari jenis-jenis donut yang ada. Selain itu, adanya segmentasi pasar tersendiri dari
Dunkin’ Donut, membuat eksistensi usaha-usaha donut lokal yang ada tetap terjaga.

DAMPAK KEHADIRAN DUNKIN’ DONUTS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN USAHA LOKAL

Perusahaan Multinasional Dunkin’Donuts terbukti tidak sampai mengancam


eksistensi (keberadaan) perusahaan lokal yang ada. Pedagang-pedagang tradisional banyak
yang menjajakan donut-donut dari usaha industri kecil ataupun usaha rumah tangga. Bahkan
saat ini pun industri rumahan tersebut banyak yang mengadaptasi adonan kue donat yang
lebih lembut. Adanya segmentasi pasar juga menjamin keberlangsungan perusahaan donut-
donut lokal. Sehingga kehadiran Dunkin’Donuts tidak terlalu mengancam usaha-usaha
tersebut.

Di samping itu, saat ini pun sudah mulai banyak perusahaan-perusahaan donut lokal
yang mampu menghasilkan produk-produk donut berkualitas. Bahkan sebagian dari mereka
sudah mempunyai nama ataupun membuka gerai berkonsep resto donut dan kopi seperti
halnya Dunkin’Donuts. Sebut saja donut I-Crave, Java Donut, J.CO, Donut Oishii, Mister
Donut, dan lain sebagainya. Donut-donut lokal ini juga tidak kalah digemarinya oleh para
penikmat donut.

OPINI

Menurut saya kehadiran Perusahaan Multinasional Dunkin’Donuts di Indonesia telah


memancing timbulnya persaingan dari perusahaan lokal yang sejenis. Terbukti saat ini mulai
banyak bermunculan perusahaan donut lokal yang menghasilkan donut-donut berkualitas
sampai dengan yang berbentuk resto donut dan kopi. Sebut saja donut I-Crave, Java Donut,
Donut Kampoeng Utami (Dku. Donuts Indonesia), Ring Master, sampai donut J.CO yang
semakin digemari para penikmat donut. Dunkin’ Donuts yang merupakan restoran donut dan
kopi dengan jaringan terbesar di dunia saat ini terbukti mampu merangsang pertumbuhan
perusahaan donut lokal yang ada.
RESUME 3

A. TEORI STRATEGI PERUSAHAAN DALAM


MENJALANKAN BISNISNYA

1. Strategi Pertumbuhan
Strategi pertumbuhan adalah strategi yang dirancang untuk mencapai pertumbuhan
dalam

penjualan, aktiva, laba atau kombinasi dari semuanya. Pertumbuhan yang berkelanjutan

artinya penjualan yang meningkat, dan dengan pengalamannya akan dapat melakukan

efisiensi dan akhirnya meningkatkan laba. Alasan penggunaan strategi pertumbuhan :

a. Perusahaan yang sedang tumbuh dapat menutupi kesalahan dan ketidak efisienan dengan

mudah dibandingkan perusahaan yang stabil.

b. Perusahaan yang sedang berkembang menawarkan banyak peluang bagi kemajuan,

promosi, dan pekerjaan-pekerjaan menarik.

Ada 2 (dua) strategi dasar pertumbuhan yaitu : konsentrasi pada satu industri dan

diversifikasi pada industri lain. Apabila perusahaan memilih strategi konsentrasi, maka

perusahaan dapat berkembang melalui integrasi vertikal dan horizontal. Integrasi vertikal ,

yaitu mengambil alih fungsi yang semula dilakukan oleh pemasok (integrasi ke belakang/

backward integration) atau oleh distributor (integrasi ke depan/ forward integration). Strategi

ini menarik untuk perusahaan yang kuat dalam posisi bersaingnya. Integrasi horizontal , yaitu

dengan cara memperluas kegiatan-kegiatan perusahaan ke dalam lokasi geografis yang

berbeda dan atau menambah rentang produk atau jasa yang ditawarkan kepada pasar. Apabila

perusahaan memilih strategi diversifikasi, maka perusahaan dapat berkembang melalui

diversifikasi konsentris dan diversifikasi konglomerat. Diversifikasi konsentris , strategi ini

dilakukan apabila perusahaan memiliki posisi kompetitif yang kuat tetapi daya tarik industri

rendah, sehingga perusahaan dapat melakukan diversifikasi pada industri yang berkaitan.
Diversifikasi konglomerat , ini merupakan strategi perusahaan yang cocok apabila posisi

kompetitif perusahaan rata-rata dan daya tarik industrinya rendah, sehingga perusahaan

melakukan diversifikasi keluar dari sebuah industri dan mauk kedalam industri yang tidak 13

berkaitan.

2. Strategi Stabilitas
Stratagi stabilitas adalah strategi dimana organisasi mempertahankan ukuran
organisasinnya dan level operasi bisnisnya sekarang. Strategi ini diterapkan ketika industri
berada pada fase pergolakan dengan beberapa industri kunci dan tekanan dari luar yang
secara dastris berubah menyebabkan situasi masa depan menjadi sangat tidak dapat
diprediksi. Dalam situasi seperti ini, organisasi bisa menggunakan strategi stabilitas dengan
menjadi penonton sementara untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Strategi stabilitas bukanlah strategi berjalan mundur ataupun berjalan maju. Strategi stabilitas
dijalankan organisasi untuk mempertahankan posisinya seperti saat ini (stabil). Strategi ini
cocok untuk perusahaan yang berada pada industri dengan daya tarik yang sedang-sedang
saja, artinya industri tersebut menghadapi pertumbuhan yang biasa-biasa saja atau bahkan
tidak ada pertumbuhan dan kekuatan-kekuatan utama dalam lingkungan tersebut berubah dan
masa depannya tidak pasti. Strategi stabilitas pertama yang dapat dilakukan adalah berhenti
sejenak atau berlanjut dengan waspada, artinya strategi untuk sementara waktu perusahaan
melakukan konsolidasi sumber dayanya untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti.
Strategi stabilitas yang kedua, yaitu strategi tidak berubah atau stabilitas laba, hal ini karena
perusahaan pada posisi di industri yang dengan daya tarik sedang-sedang saja dan perusahaan
hanya memiliki posisi kompetitif rata-rata. Hal yang perlu diingat adalah bahwa strategi
stabilitas merupakan strategi jangka pendek. Lingkungan akan selalu berubah walaupun
organisasi menggunakan strategi stabilitas. Oleh karena itu strategi ini tidak digunakan
organisasi dalam jangka waktu yang lama.

B. STUDI KASUS DUNKIN DONUTS

Salah satu Perusahaan Multinasional yang bergerak di bidang kafe ataupun gerai-gerai
pangan adalah Dunkin’ Donuts, atau yang lebih akrab disingkat dengan sebutan DD. Dunkin’
Donuts sendiri mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1985, dengan gerai pertamanya di Jl.
Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Sebenarnya, Dunkin’ Donuts bukan merupakan perusahaan
donut multinasional pertama yang masuk ke Indonesia. Selain itu, masih ada perusahaan-
perusahaan multinasional donut lainnya yang juga berusaha mengimbangi gerak Dunkin’
Donuts, seperti Country Style Donuts asal Kanada, Donuts Xpress asal Australia, Krispy
Kreme yang juga berasal dari AS, serta masih banyak lagi perusahaan-perusahaan donut
lainnya.

Meskipun demikian, Dunkin’ Donuts-lah yang dinilai paling berhasil dalam


meluaskan jaringan pasarnya di Indonesia, bahkan di dunia. Dunkin’ Donuts telah berhasil
membuka lebih dari 8.800 gerai donatnya di lebih dari 35 negara di berbagai benua. Di
Indonesia sendiri Dunkin’ Donuts telah membuka 200 gerai lebih di kota-kota besar di
seluruh Indonesia, seperti Medan, Yogyakarta, Bandung, Bali, Surabaya, Makassar, Jakarta,
dan kota-kota lainnya di Indonesia. Dunkin’Donuts telah berhasil menjadi model dalam hal
pelayanan serta konsep gerai yang dimilikinya. Bahkan Dunkin’Donuts terkadang dianggap
sebagai bayang-bayang bagi perusahaan donut lainnya. Di Jogjakarta, Dunkin’ Donuts telah
merambah ke mall-mall, swalayan serba ada, jalan-jalan di malioboro, hingga ke bookstore-
bookstore seperti Gramedia.

Perusahaan Multinasional dalam praktiknya membawa lebih banyak kerugian


daripada keuntungan bagi negara mereka. Salah satu isu yang paling kontroversial mengenai
kehadiran MNC—terutama di negara-negara berkembang—adalah isu
mengenai outsourcing. Selain itu, terkadang kedaulatan nasioal juga tergadaikan dengan
adanya upaya MNC untuk masuk ke dalam negara tersebut. Upaya alih teknologi yang pada
mulanya diisukan sebagai keunggulan dari masuknya perusahaan multinasional di negara-
negara berkembang ternyata tidak terbukti. Di samping itu, masih banyak lagi reaksi-reaksi
negatif lainnya yang bermunculan akibat masuknya perusahaan multinasional di negara-
negara dunia ketiga.Namun, terkadang orang menjadi lupa bahwa kehadiran Perusahaan
Multinasional sebenarnya tidak hanya membawa dampak yang negatif saja bagi negara
penerima. Selain membawa modal asing dan pemasukan berupa pajak, MNC sebenarnya juga
membawa dampak positif lainnya. Perbincangan mengenai MNC tidak akan berkembang jika
hanya mengenai dampak negatif yang dibawa oleh MNC saja. Kehadiran MNC sebenarnya
bisa menjadi stimulus bagi berkembangnya usaha-usaha lokal sejenis yang ada bagi negara
penerima. Salah satu contoh kasus yang disajikan dalam tulisan ini adalah kehadiran
Dunkin’Donuts yang memacu hadirnya usaha-usaha donut lokal seperti J.CO, I-Crave, Java
Donut, dan lain sebagainya.

PERSAINGAN ANTARA DUNKIN DONUT DAN J.CO

Kemampuan J.CO untuk hadir sebagai pesaing Dunkin’ Donuts tentu patut untuk
dipelajari. Pasalnya, jika dilihat dari segi usia J.CO jelas lebih muda dibandingkan merek
waralaba asal Amerika Serikat itu. J.CO resmi meluncur pada 2005 di kawasan Supermal
Karawaci, Tangerang. Sementara Dunkin’ Donuts sudah ada sejak 1950 silam dan hadir di
Indonesia pada 1968 di Djakarta Fair (sekarang disebut Pekan Raya Jakarta/PRJ). Gerai
pertamanya berdiri pada 1985 dan terletak di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta.

Persaingan antara J.CO dan Dunkin’ Donuts secara kasat mata bisa dilihat dari
banyaknya gerai yang dipunya. Setidaknya, gerai-gerai itu dibuka dan dapat bertahan karena
adanya pasar yang berhasil direngkuh. Dan bila menilik dari jumlah, kedua merek ini sama-
sama sudah membuka lebih dari 200 gerai di Indonesia.

Selain di Indonesia, J.CO sendiri sudah merambah sampai ke luar negeri sejak
ekspansi pertamanya pada 2007 silam. Diketahui negara-negara tetangga seperti Filipina
dengan 20 gerai, Malaysia 11 gerai, Singapura 4 gerai, serta China 2 gerai dan Arab Saudi.
Setelah berdirinya Dunkin’ Donuts sebagai pemain donat satu-satunya yang besar selama 55
tahun di Indonesia, J.CO yang baru muncul pada pertengahan 2005 tentu tak bisa melepas
dari bayang-bayang merek asal Amerika tersebut. Sudah pasti, konsumen di Indonesia akan
membanding-bandingkan produk J.CO dengan Dunkin’ Donuts. Namun, nyatanya J.CO bisa
mengambil pasar dari Dunkin’ Donuts sehingga membuatnya menjadi penantang kuat bisnis
donat.

Sebab sekarang pasar donat terkesan dikuasai oleh dua merek ini, maka tak heran jika banyak
yang membanding-bandingkan keduanya. Bahkan, sebuah poling secara daring pernah
dilakukan di Forum Kaskus untuk mengetahui yang manakah yang lebih dipilih oleh
penikmat donat Tanah Air. Hasilnya, banyak yang lebih memilih J.CO dengan presentase
58%, sedangkan yang memilih Dunkin’ Donuts hanya 19%, dan sisanya sebesar 22%
mengaku suka keduanya.

STRATEGI YANG DITERAPKAN DUNKIN DONAT

Dunkin donut merupakaan produk makanan yang sangat digemari oleh


masyarakat.Walaupun dengan harga yang relatif mahal, Dunkin Donuts tetap bisa menguasai
pasar donat di bisnis internasional. Strategi yang mereka lakukan adalah, tidak hanya menjual
donat saja, namun menjual minuman juga, sama seperti yang dilakukan oleh Starbucks
dimana Starbucks menjual produk utama minuman namun mereka juga merambah ke bisnis
roti dan tetap dengan kesuksesan yang sama karena pada kenyataannya brand dari bisnis
mereka sudah sangat melekat di hati konsumen, sehingga dengan mudahnya mereka dapat
mempertahankan konsumen-konsumen mereka.

Dunkin juga melakukan strategi-strategi lain untuk mendapatkan perhatian para


konsumen seperti Dunkin’ Donuts semprotkan aroma kopi di dalam bus. Ini merupakan salah
satu strategi bisnis yang unik, namun akan sangat mudah bagi konsumen mengenali dan tahu
tentang Dunkin. Dengan strategi ini, Dunkin mengenalkan produk-produk yang mereka jual
pada setiap masyarakat. Aroma kopi yang tercium di dalam bus ini sangat menyenangkan.
Inilah salah satu strategi Dunkin’ Donuts untuk meningkatkan penjualan kopinya.

Teknologi yang dipakai ini bernama “Radio Flavor” dan telah dipasang pada bus,
yang diprogram untuk melepaskan bau kopi Dunkin’ Donutssetiap jingle radio Dunkin’
Donuts diputar. Lebih dari 350. 000 penumpang naik bus tersebut setiap harinya, dan
Dunkin’ Donuts mendorong mereka untuk membeli kopi dengan cara baru. Penggunaan
teknologi dalam strategi pemasaran Dunkin sangat membantu dan sangat potensial dalam
menarik konsumen untuk datang membeli produk tersebut. Dengan semakin inovatif dan
kreatifnya pihak perusahaan dalam mengenalkan produknya kepada masyarakat.
STRATEGI YANG DITERAPKAN J.CO

Meski mencoba menggarap pasar yang sama dengan Dunkin’ Donuts, tapi tak
membuat J.CO mencoba berjalan dengan cara yang sama. Merek berlogo burung merak
dengan warna merah ini justru memberikan perbedaan. Bila ditelisik, J.CO telah mengusung
konsep boutique bakery dan coffee shop sehingga jelas berbeda dengan kompetitornya. J.CO
bahkan mengusung konsep open kitchen layaknya BreadTalk, perusahaan
waralaba bakery yang juga dikelola oleh Jhonny Andrean.

Selain konsep tempat yang diusung J.CO, inovasi dari segi rasa dan topping donat
juga menjadi kuncinya. Memang, syarat agar bisa menjadi pemimpin pasar di kelasnya,
sebuah merek harus berani berinovasi. Hal itu setidaknya sudah diterapkan oleh J.CO. Bicara
soal inovasi sendiri sebetulnya pernah diungkap oleh Jhonny. Kendati pada satu kesempatan
ia berbicara soal bisnis bakery lewat BreadTalk-nya, tapi secara garis besar hal itu juga
menjadi poin yang diimplementasikan oleh J.CO. Yang unik, J.CO tak hanya berinovasi dari
segi produk donatnya, melainkan juga dari varian menunya.

Setidaknya, selain donat, kopi J.CO juga menjadi andalan dan banyak diminati
konsumen setianya. Bahkan, di kesempatan yang sama saat perayaan 10 tahun J.CO, Jhonny
mengungkapkan bahwa kopi yang terjual sudah mencapai 52 juta cup. J.CO pun tak berhenti
hanya pada menu donat dan kopi, sebab muncul menu-menu baru seperti sandwich serta
yogurt yang cukup diminati konsumen setianya. Dengan hadirnya menu-menu baru tersebut,
tentu membuat posisi J.CO di benak konsumen setianya masih menjadi pilihan utama. Dan
bukan tak mungkin pada beberapa tahun mendatang akan kembali hadir menu baru di J.CO.
Inilah jati diri yang dibangun J.CO; gerai donat modern yang bisa disinggahi bukan hanya
oleh penikmat donat.
JURNAL 5
RESUME 5

Nama / Nim ODOSEMSON JULIO PARDEDE / 178320337


Tanggal 25 Juni 2019
Topik Strategi pemasaran produk

Penulis 1. Ali Subhan


2. Mega Peratiwi

Tahun 2016
Judul ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK DENGAN
METODE ANALISIS MATRIK BCG, SWOT DAN
BENCHMARKING PADA PERUSAHAAN RUBBY HIJAB
Jurnal Analisis
Vol/Halaman 1/15

Landasan Teori 1. Analisis BCG

Analisis BCG merupakan metode yang digunakan dalam


menyusun suatu perencanaan unit bisinis strategi dengan
melakukan pengklasifikasian terhadap potensi keuntungan
perusahaan, kemudian dimasukan ke matriks Boston
Consulting Group secara grafis menunjukan perbedaan antara
berbagai divisi dalam posisi pangsa pasar relatif dan tingkat
pertumbuhan pasar. Dalam matriks BCG, terdapat empat jenis
produk yang dapat dibedakan tergantung pada penempatan
dalam kombinasi produk pasar-pasar didalam salah satu
kuadran.
2. Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi beberapa


faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu
berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan
kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategi
harus menganalisis faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada pada
saat ini.
Metode Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian
Kuantitatif ditujukan untuk mengetahui sebab seperti
bagaimana dan mengapa suatu masalah terjadi dalam
penelitian. Penelitian kuantitatif sendiri mencakup teknik
interpretasi yang mendalami suatu permasalahan, sehingga
peneliti dapat mendeskripsikan, mengartikan data, sehingga
mencapai suatu kesimpulan. (Cooper, 2008, p. 162). Alasan
peneliti menggunakan penelitian kuantitatif karena dengan
penelitian ini peneliti dapat mengetahui dan mendalami
prosesproses yang terjadi dengan melakukan analisis
lingkungan internal dan eksternal perusahaan, dimana hal ini
digali melalui kuesioner dan wawancara. Adapun metode lain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis SWOT dan
metode analisis BCG.
Subyek Metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
dengan melakukan wawancara kepada pemilik perusahaan
Rubby Hijab dan beberapa konsumen dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan secara terstruktur dan sesuai dengan
pokok permasalahan yang akan dibahas.

Manipulasi/Rekayasa
Instrumen Metode yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian adalah
benchmarking. Setelah variabel-variabel yang akan di
benchmarking maka selanjutnya adalah benchmarking :
a. Menentukan apa yang akan di benchmarking Pada langkah
yang pertama, akan ditentukan apa yang menjadi
permasalahan yang pada produk Rubby Hijab yaitu masalah
strategi pemasaran.
b. Menentukan apa yang akan diukur
Untuk langkah kedua yaitu menetukan fungsi-fungsi atau
variabel-variabel yang menjadi tolak ukur untuk dijadikan
benchmarking.
c. Menentukan kepada siapa akan dilakukan benchmarking
Pada langkah ketiga adalah menetukan Pesaing yang akan
menjadi objek benchmarking dari Rubby Hijab.
d. Pengumpulan data
Pada langkah keempat melakukan pengumpulan data
mengenai hasil variabel-variabel yang sudah di
benchmarking.
Hasil Data yang digunakan untuk matriks BCG (Boston
Consulting Group) adalah data volume penjualan Rubby Hijab dan
total volume penjualan pesaing, tahap selanjutnya untuk menentukan
letak produk pada kuadran matriks BCG dengan menghitung tingkat
pertumbuhan pasar dan pangsa relative.
1. Perhitungan Tingkat Pertumbuhan Pasar (Market Grow Rate)
Tingkat pertumbuhan pasar dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut. (Suwarsono, 1996 : 117)

Keterangan:
TPP = Tingkat pertumbuhan pasar VP N = Volume
penjualan perusahaan
tahun terakhir
VP N-1 = Volume penjualan perusahaan
tahun sebelumnya.

Maka hasil perhitungan tingkat pertumbuhan pasar dari Rubby


Hijab yaitu :

= 13%

Hasil perhitungan tingkat pertumbuhan didapatkan penjualan


Rubby Hijab adalah 13%. Dalam matrik BCG Rubby Hijab
memiliki tingkat pertumbuhan pasar yang tinggi, terlihat dari
kenaikan penjualan dari tahun 2014 ke 2015. Walaupun dalam
bulan-bulan tertentu mengalami penurunan penjualan.
2. Pangsa Pasar Relatif (Relative Market Share) Merupakan proporsi
kemampuan perusahaan terhadap penjualan keseluruhan pesaing
dan juga perusahaan itu sendiri. Secara sederhana pangsa pasar
relative dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
(Suwarsono, 1996 : 120)

Keterangan :
PPR= Pangsa pasar relative
VP N = Volume penjualan tahun terakhir VPP N = Volume
penjualan tahun terakhir
pesaing.

= 0,34 < 1

Hasil perhitungan tingkat pangsa pasar relatif Rubby Hijab


dibandingkan dengan perusahaan pesaing sebesar 0,34, menunjukan
bahwa Rubby Hijab memiliki pangsa pasar relatif lebih rendah
dibandingkan perusahaan pesaing karena nilai pangsa pasar relative
lebih kecil daripada 1.

Analisis yang dilakukan terhadap data perusahaan menggunakan matriks


BCG dengan membandingkan tingkat pertumbuhan pasar dan pangsa
pasar relative, maka posisi Rubby Hijab dapat dilihat dalam matriks BCG
dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber : Analisis Peneliti, 2016


Gambar 2. Matriks BCG Rubby Hijab

Hasil perhitungan matrik BCG dapat dilihat bahwa Rubby Hijab


dengan pesaing (Rajbani, Hijab Alila, Mina Muslim) berada di posisi
Question Mark yang berarti bahwa posisi perusahaan berada dalam
kondisi menghadapi pangsa pasar yang rendah dan terjadi kondisi
pertumbuhan yang tinggi, sehingga seolah-olah bahwa cash flow lemah.
Pada posisi ini perusahaan harus menjalankan strategi insentif, seperti
mengembangkan produk baru yang nantinya akan diproduksi agar bias
mengikuti kondisi pasar yang tinggi.

Kelebihan Jurnal ini menjelaskan secara terinci adalah data volume penjualan
Rubby Hijab dan total volume penjualan pesaing lengkap disajikan
dengan berbagai analisis, seperti analisis swot, BGC, dll. sehingga
kita dapat mengetahui jumlah keuntungan perusahaan itu dan
keadaan para pesaing.

Jurnal ini juga memberikan dan menjelaskan solusi atau saran


untuk masalah yang dihadapi perusahaan, lengkap dengan
kesimpulan yang ringkas dan simpel sehingga dapat mudah
dipahami

Kekurangan Jurnal ini tidak menjelaskan mengenai masalah yang di hadapi


perusahaan yang di teliti dan mengaitkannya dengan berbagai teori
dan pendapat para ahli yang bersangkutan. Jurnal ini juga sangat
sedikit bahkan hampir tidak ada membuat berbagai teori yang
mendukung pembahasan dalam jurnal.
.
DAFTAR PUSTAKA

Manajemen strategik dan manajemen operasional serta


implementasnya pada lembaga pendidikan.

Analisis strategi pengembangan bisnis pada PT.


PATRINSAKA.

Dunkin Donuts case study.

Analisis strategi pemasaran produk dengan metode analisis


matriks BCG, SWOT, dan Benchmarking pada perusahaan
Rubby Hijab.

Anda mungkin juga menyukai