Anda di halaman 1dari 10

UJIAN TENGAH SEMESTER

STUDI ISLAM INDONESIA REVIEW JURNAL

NAMA : Farid Jamalludin


NIM : 53010210126
KELAS : SPI D 4
PENGAMPU : Dr. Muhammad Aji Nugroho, Lc., M.Pd.I.

JUDUL Masuknya Islam Ke Nusantara


JURNAL Khazanah : Journal of Islamic Studies
VOL DAN HAL Volume 1, Halaman 61-73
TAHUN 4 November 2022
PENULIS Muhammad Basri, Aprilia Wilujeng
REVIEWER Farid jamalludin
TANGGAL 22 April 2023
REFERENCE https://pusdikra-publishing.com/index.php/jkes/home

Abstrak

Pada abstrak menjelaskan bahwa Sejarah masuknya Islam nusantara berkutat pada perdebatan 4
(empat) teori penyebarannya, diantaranya teori Gujarat, Makkah, Benggali, dan China di mana
pengambilan datanya merujuk dari tentang Singgahnya Pedagang - pedagang Islam di
Pelabuhan - pelabuhan Nusantara, Sumbernya adalah berita luar negeri terutama Cina, Adanya
komunitas
komunitras Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia. Sumbernya,
disamping berita - berita asing juga makam - makam Islam dan Berdirinya kerajaan - kerajaan
Islam. Kemudian, Islamisasi berkembang melalui beberapa cara, di antaranya melalui jalur
Perdagangan, Perkawinan, Tasawuf, Pendidikan, Kesenian dan Politik dan dakwah. Jalur
tersebut diejawantahkan oleh kerajaan kerajaan Islam di nusantara yang ditopang dengan
kebudayaan. Sebab itu, masuknya Islam di nusantara tidak merusak tatanan kebudayaan
melainkan mengakomodir yang direkonstruksi formulasinya dalam ajaran Islam.
Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan menjelaskan bahwa Secara etimologi, kata sejarah dalam
bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang dapat mengambil alih dari bahasa Arab yaitu
kata syajarah. Kata tersebut masuk ke dalam perbendaharaan bahasa Indonesia semenjak abad
XIII, dimana kata itu masuk ke dalam bahasa Melayu setelah akulturasi kebudayaan Indonesia
dengan kebudayaan Islam. Adapun macam-macam kemungkinan arti kata syajarah, adalah:
pohon, keturunan, asal-usul, dan juga diidentikkan dengan silsilah, riwayat, babad, tambo, dan
tarikh.1 Akulturasi kedua antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Barat terjadi
sejakabad ke-XV. Akibatnya, kata sejarah mendapatkan tambahan perbendaharaan kata-kata:
geschiedenis, historie (Belanda), history (Inggris), histore (Perancis), dan geschicte (Jerman).
Kata history yang lebih populer untuk menyebut sejarah dalam ilmu pengetahuan
sebenarnya berasal dari bahasa Yunani (istoria) yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala
alam, khususnya manusia Silsilah berasal dari Bahasa Arab yang berarti urutan, seri, hubungan,
daftar keturunan. Babad berasal dari bahasa Jawa yang berarti riwayat kerajaan, riwayat bangsa,
buku tahunan, kronik. Buku tahunan adalah annual, riwayat peristiwa dalam tiap tahun. Kronik
adalah kisah (fakta) peristiwa-peristiwa yang disusun menurut urutan waktu, tanpa menjelaskan
hubungan antara peristiwa-peristiwa tersebut. Tarikh juga berasal dari bahasa Arab yang berarti
buku tahunan, kronik, perhitungan tahun, buku riwayat, tanggal, pencatatan tanggal yang
bersifat kronologis. Sementara itu, pengetahuan serupa yang tidak kronologis diistilahkan
dengan scientia atau science. Jadi, sejarah dalam perspektif ilmu pengetahuan menjadi terbatas
hanya mengenai aktivitas manusia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu (unik)
yang tersusun secara kronologis. Hal ini senada dengan pengertian history is the past experience
of mankind (sejarah adalah kejadian-kejadian masa lampau yang terjadi pada umat manusia).
Secara harfiah, kata history yang diekuivalenkan dengan sejarah mengandung empat
pengertian, yaitu:
1. Sesuatu yang telah berlalu, suatu peristiwa, suatu kejadian
2. Riwayat dari sesuatu yang telah berlalu, suatu peristiwa, suatu kejadian;
3. Semua pengetahuan tentang masa lalu;
4. Ilmu yang berusaha menentukan dan mewariskan pengetahuan.

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa sejarah mengandung tiga
pengertian:
A. Kesusasteraan lama: silsilah, asal usul;
B. Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau;
C. Ilmu, pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar
terjadi pada masa lampau serta riwayat.

Mengenai makna sejarah, bisa juga mengacu pada dua konsep yang terpisah: sejarah yang
tersusun dari serangkaian peristiwa masa lampau, keseluruhan pengalaman manusia; dan
sejarah sebagai suatu cara yang dengannya fakta-fakta diseleksi,diubah-ubah, dijabarkan, dan
dianalisis. Konsep sejarah dengan pengertiannya yang pertama memberikan pemahaman akan
arti obyektif tentang masa lampau, dan hendaknya difahami sebagai suatu aktualitas atau
peristiwa itu sendiri. Pemahaman terhadap konsep kedua bahwa sejarah menunjukkan
maknanya yang subyektif, sebab masa lampau itu telah menjadi sebuah kisah atau cerita,
dimana dalam proses pengkisahan itu terdapat kesan yang dirasakan oleh sejarawan
berdasarkan pengalaman dan lingkungan pergaulannya yang menyatu dengan gagasan tentang
peristiwa sejarah.

Pembahasan

Pada poin perspektif Bila membahas peradaban maka tidak akan terlepas dari
kebudayaan, karena antara keduanya saling terkait dan tak dapat dipisahkan. Kata peradaban
dan kebudayaan dalam bahasa Indonesia sering dipahami sama artinya. Namun, dalam bahasa
Inggris terdapat pengertian yang berbeda dari kedua kata tersebut; yaitu civilization untuk
peradaban dan culture untuk kebudayaan. Dalam bahasa Arab pun terdapat perbedaan, yaitu
kata tsaqofah (kebudayaan), kata hadlarah (kemajuan), dan kata tamaddun (peradaban).
Sementara itu, Badri Yatim mengatakan bahwa “Peradaban Islam” merupakan terjemahan dari
kata al-Hadharah al-Islamiyyah (bahasa Arab) yang sering diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dengan “Kebudayaan Islam” Kata “kebudayaan” dalam bahasa Indonesia berasal dari
kata Sangsekerta yang asal katanya “budh” berarti akal, kemudian “budhi”, jamaknya
“budhaya”, selanjutnya mendapat awalan ke-dan akhiran -an, menjadi kata “kebudayaan”.
Di samping itu, ada uraian bahwa kata “kebudayaan” asal katanya: “budhi” dan “daya”.
Budhi adalah kekuatan rohani/batin dan daya adalah kekuatan jasmani/lahir. Sutan Takdir
Alisyahbana sebagaimana dikutip Jaih Mubarok, menjelaskannya beberapa pengertian
kebudayaan sebagai berikut: (a). Kebudayaan, suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi
dari unsur-unsur yang berbeda dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat, (b). Warisan sosial atau tradisi, (c). Cara, aturan, dan jalan hidup manusia, (d).
Penyesuaian manusia terhadap alam sekitarnya, (e). Hasil perbuatan atau kecerdasan manusia,
(f). Hasil pergaulan atau perkumpulan manusia. Menurut Voltaire (1694-1778), sebuah bentuk
kehidupan disebut beradab dengan ukuran sivilise, politesse, raffinement, dan humanite.
Peradaban adalah gabungan dari semangat dan sikap serta cara-cara yang menuntun kehidupan
sosial dan perilaku masyarakat. Buchardt dalam bukunya The civilization of Renaissance in
Italy, menjelaskan bahwa peradaban Italia dengan menunjukkan ciri-ciri berpikir dan pola-pola
motivasi orang-orang Italia itu pada abad ke-14, 15, dan 16. Kajian peradaban lebih dipusatkan
pada studi tentang “jiwa” dan “budaya’ Renaissance, bukan tentang evolusi ekonomi, politik,
institusi keagamaan, perkembangan intelektual, dan kegiatan kegiatan artistik.

Lalu di poin kedua menjelaskan Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia
dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi
sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai
daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno
merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana
menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India.
Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku, dipasarkan di Jawa dan Sumatera,
dan kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan- pelabuhan penting di Sumatra
dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti Lamuri
(Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra (Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa).
Pedagang-pedagang Muslim asal Arab, Persia dan India juga ada yang sampai
kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 M (abad I H), ketika Islam pertama kali
berkembang di Timur Tengah. Malaka, jauh sebelum di taklukkan Portugis (1511) merupakan
pusat utama lalu-lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui Malaka, hasil hutan dan rempah-
rempah dari seluruh pelosok Nusantara dibawa ke Cina dan India, terutama Gujarat, yang
melakukan hubungan dagang langsung dengan Malaka pada waktu itu. Dengan demikian,
Malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting. Lebih ke Barat lagi dari Gujarat,
perjalanan laut melintasi Laut Arab. Dari sana perjalanan bercabang dua. Jalan pertama di
sebelah utara menuju Teluk Oman, melalui selat Ormuz, ke teluk Persia. Jalan kedua melalui
Teluk Aden dan laut Merah, dan dari kota Suez jalan perdagangan harus melalui daratan ke
Kairo dan Iskandariah. Melalui jalan pelayaran tersebut, kapal-kapal Arab, Persia, dan India
mondar-mandir dari Barat ke Timur dan terus ke negeri Cina dengan menggunakan angin
musim untuk pelayaran pulang perginya. Ada indikasi bahwa kapal-kapal Cina pun mengikuti
jalanjalan tersebut sesudah abad ke-9 M, tetapi kapal tersebut hanya sampai di pantai barat
India, karena barang yang diperlukannya sudah dapat dibeli disini. Dari berita Cina dapat
diketahui bahwa di masa dinasti Tang (abad ke 9-10) orang-orang Ta-Shih sudah ada di Kanton
(Kanfu) dan Sumatera.
Ta-Shih adalah sebutan untuk orang-orang Arab dan Persia, yang ketika itu jelas sudah
menjadi Muslim. Perkembangan an dan perdagangan yang bersifat internasional antara
negerinegeri di Asia bagian Barat dan Timur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam
di bawah Bani Umayyah di bagian barat dan kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara, yang pada
zaman Sriwijaya pedagang-pedagang Nusantara mengunjungi pelabuhan-pelabuhan Cina dan
pantai Timur Afrika. Pada zaman-zaman berikutnya, penduduk kepulauan ini masuk Islam,
bermula dari penduduk pribumi di koloni-koloni pedagang Muslim itu. Menjelang abad ke-13
M, masyarakat muslim sudah ada di Samudera Pasai, Perlak, dan Palembang di Sumatera. Di
Jawa, makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 475 H (1082 M),
dan makam-makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke-13 M merupakan bukti
berkembangnya komunitas Islam, termasuk di pusat kekuasaan Hindu-Jawa ketika itu,
Majapahit. Proses masuknya agama Islam ke nusantara tidak berlangsung secara revolusioner,
cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi, lambatlaun, dan sangat beragam.
Kesimpulan
Pada bagian kesimpulan dapat diketahui bahwa Kebudayaan Islam menurut Hamka ialah
kebudayaan yang berdasarkan kepada nilai-nilai ajaran Islam dan persoalan-persoalan
keagamaan dan sosial kemasyarakatan berupa tafsir, sejarah Islam, sastra, teologi, fikh, dan
pendidikan. Islam memberikan kebebasan kepada insani untuk hidup berkebudayaan. Namun,
sudahlah nyata bahwa tidak ada kebebasan di dunia ini yang tidak terbatas. Islam mengajarkan
bahwasanya di dalam mencari ilmu pengetahuan atau filsafat atau seni satu hal perlu diingat,
yaitu bagaimana nilainya bagi jiwa. Hal yang dicari menurut Islam ialah yang bermanfaat, yang
dijauhi menurut Islam ialah yang mudharat. Problematika kebudayaan Islam adalah karena
beranekaragamnya agama di Indonesia, dan pengaruh kebudayaan asing yang turut berkembang
di kebudayaan Islam di Indonesia terhadap kehidupan, kebudayaan, dan alam fikiran di
masyarakat Indonesia. Dan pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang jika
digunakan dalam hal-hal negatif yang dapat berpengaruh dengan rusaknya akhlak generasi
muda terhadap kebudayaan Islam di Indonesia. Implementasi kebudayaan Islam di Indonesia
menurut Hamka ialah dengan melalui pendidikan yakni adanya masjid, pesantren, musholla dan
pelajaran pendidikan agama di sekolah-sekolah.

Kelebihan
Pada bagian abstrak sudah berbahasa Indonesia
Teori dan pemaparan cukup jelas
Kekurangan
Pada bagian pembahasan terlalu banyak teori dari sejarawan membuat sulit untuk di pahami

Judul : Sejarah Masuknya Islam Dan Keragaman Kebudayaan Islam Di


Indonesia
Jurnal : Jurnal Dewantara
Volume dan Halaman : Vol. 11, Hal. 117-124
Tahun : 2021
Penulis : Abdul Mujib
Reviewer : Farid Jamalludin
Tanggal : 18 April 2023
Abstrak

Pada abstrak menjelaskan bahwa Masuknya Islam ke Indonesia memiliki sejarah


yang panjang, dimulai dari pedagang Gujarat kemudian pedagang Arab dan Persia. Sambil
berdagang mereka menyebarkan ajaran Islam ke tempat berlabuhnya di seluruh Indonesia.
Banyak juga yang berspekulasi bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-
8, karena pada abad tersebut terdapat perkampungan Islam di sekitar Selat Malaka. Sejarah
perkembangan masuknya Islam di Indonesia tidak lepas dari akulturasi dengan budaya
lokal. Ajaran Islam disambut baik oleh berbagai budaya di Nusantara, atau Jawa, yang
telah berakulturasi dengan tradisi Hindu, Budha, dan leluhur. Definisi atau pengertian
akulturasi penting untuk dipahami dalam konteks ini, dilanjutkan dengan proses awal
masuknya ajaran Islam di Nusantara yang akhirnya menjadi agama terbesar yang dianut
oleh penduduk Indonesia. Hasil akulturasi Islam dengan budaya lokal di Nusantara yang
telah ada sebelumnya kemudian menghasilkan sesuatu yang baru dan merupakan
perpaduan dari budaya yang berbeda tersebut.

Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan menjelaskan bahwa menurut perspektif Abdul Mujib


Sebagai Negara muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki sejarah panjang tentang
bagaimana agama Islam masuk ke Indonesia. Mulai dari awal mula masuknya
Islam ke Indonesia hingga sekarang menjadi agama dengan pemeluk terbesar di
nusantara. Ada juga berbagai teori yang menyebutkan tentang bagaimana awal
mula agama Islam masuk ke Indonesia dan menjadi agama yang banyak dianut
oleh sebagian besar masyarakat di nusantara pada kala itu. Teori-teori tersebut juga
memiliki bukti sehingga dipercaya agama Islam memang masuk ke nusantara sesuai
dengan teori-teori yang ada. Indonesia sebagai bangsa yang besar yang terdiri dari
suku, agama maupun ras yang beragam, tentu juga mempunyai beragam tradisi
dan kebudayaan yang beragam pula. Berbagai tradisi dan kebudayaan ini tentu ada
sejara sendiri. Mulai dari kapan di mulainya, siapa yang mengawalinya sampai
pesan apa yang terdapat dalam sejarah tradisi atau budaya yang telah ditinggalkan
oleh para leluhur kita. Salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia ialah budaya
Islam yang sudah menjadi tradisi sendiri bagi masyarakat Indonesia.
Pembahasan

Pada poin pertama Pembahasan Sejarah masuknya Islam ke Indonesia Ada


berbagai teori terkait sejarah masuknya ajaran Islam ke Indonesia. Agama Islam
masuk ke Nusantara Indonesia melewati perjalanan panjang dan dibawa oleh kaum
muslim dari berbagai belahan bumi. Kini, Indonesia menjadi negara dengan
penduduk muslim terbesar di dunia. Menurut beberapa teori yang ada, ajaran Islam
masuk ke Indonesia melalui orang-orang dari berbagai bangsa. Sebagian dari
mereka ada yang datang ke Nusantara untuk berdagang sembari berdakwah. Ada pula
kaum ulama atau ahli agama yang memang datang ke Nusantara guna mensyairkan
ajaran agama Islam. Sedangkan menurut Thomas Walker Arnold, sulit untuk
menentukan bilakah masa tepatnya Islam masuk ke Indonesia. Hanya saja, sejak
abad ke-2 Sebelum Masehi orang-orang Ceylon telah berdagang dan masuk abad ke-
7 Masehi, orang Ceylon mengalami kemajuan pesat dalam hal perdagangan dengan
orang Cina. Hinggalah, pada pertengahan abad ke-8 orang Arab telah sampai ke
Kanton. Waktu masuknya Islam di Nusantara sudah berlangsung sejak abad ke-7 dan 8
Masehi. Namun, perkembangan dakwah baru betul dimulai kala abad ke-11 dan 12.
Artinya dakwah di Nusantara sudah merentang selama beberapa abad di masa-masa
awal.
Pada poin kedua menjelaskan tentang bagaimana metode penyebaran Islam di
Indonesia, Arnold mengutip catatan yang dikutip dari C. Semper bahwasanya
para pedagang Muslim menggunakan bahasa dan adat istiadat orang setempat.
Setelah mengadakan pernikahan dengan orang setempat, pembebasan budak, maka
ia mengadakan perserikatan dan tak lupa tetap memelihara hubungan
persahabatan dengan golongan aristokrat yang juga telah mendukung
kebebasannya. Para pedagang ini, tidaklah datang sebagai penyerang, tidak pula
memakai pedang, ataupun memakai kelas atas guna menekan kawula-kawula
rakyat. Namun dakwah dilakukan dengan kecerdasan, dan harta perdagangan yang
mereka punya lebih mereka utamakan untuk modal dakwah. Selama masa-masa
abad pertengahan ini, pedagang-pedagang Muslim turut memberi andil
dalam bertumbuhnya perdagangan dan kota-kota yang terlibat di sana.
Bersamaan dengan kegiatan dagang orang Tionghoa dari Dinasti Ming, Gresik,
Malaka, dan juga Makassar berubah dari kampung kecil menjadi kota-kota besar
dengan penduduk 50 ribu jiwa. Begitu pun untuk Aceh, Patani, dan Banten.
Sedangkan dari sisi bahasa dan budaya adakah telah diketahui bahwa Islam
sampai ke Kepulauan Nusantara sejak abad ke-7 dan berkembang di abad ke-12
dan kemudian ke-16. Pada masa ini, selain kata serapan, sistem aksara yang disebut
huruf Jawi dan aksara daerah juga tercipta, suatu hal yang sebelumnya tidak ada.
Pada masa ini, bahasa Melayu sebagai lingua franca berpadu mengembangkan
kebudayaan Islam di jazirah ini. Pengaruh Islam, lewat bahasa Arab, juga
memengaruhi perkembangan daerah di Indonesia, seperti bahasa Jawa, bahasa
Sunda, bahasa Bima, bahasa Bugis, bahasa Lampung dan bahasa Sasak. Peranan wali
dan ulama, salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara
mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam dahulu juga
berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang
dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan
cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan
pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu
menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya.
Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana
pendidikan Islam.
Kesimpulan

Pada bagian kesimpulan dapat diketahui bahwa menurut perspektif Abdul


Mujib Ada berbagai teori terkait sejarah masuknya ajaran Islam ke Indonesia.
Agama Islam masuk ke Nusantara Indonesia melewati perjalanan panjang dan
dibawa oleh kaum muslim dari berbagai belahan bumi. Kini, Indonesia
menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Menurut beberapa
teori yang ada, ajaran Islam masuk ke Indonesia melalui orang-orang dari
berbagai bangsa. Sebagian dari mereka ada yang datang ke Nusantara untuk
berdagang sembari berdakwah. Ada pula kaum ulama atau ahli agama yang
memang datang ke Nusantara guna mensyiarkan ajaran agama Islam. Banyak
kajian sejarah dan kajian kebudayaan yang mengungkap betapa besar
peran Islam dalam perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia. Hal ini
dapat di pahami, karena Islam merupakan agama bagi mayoritas penduduk
Indonesia. Bahkan dalam per-kembangan budaya daerah terlihat betapa nilai-nilai
budaya Islam telah menyatu dengan nilai-nilai budaya di sebagian daerah di
tanah air, baik dalam wujud seni budaya, tradisi, maupun peninggalan fisik.
Sementara itu dalam pengembangan budaya nasional, peran Islam dalam
terbentuknya wawasan persatuan dan kesatuan bangsa telah dibuktikan dalam
sejarah. Islam dapat menjadi penghubung bagi berbagai kebudayaan daerah yang
sebagian besar masyarakatnya adalah Muslim. Dari sekian banyak budaya dan
tradisi Islam yang ada di Indonesia, ada beberapa budaya lokal yang ada
pada sebuah masyarakat masih merupakan bagian dari tradisi dan budaya Islam.
Tradisi dan budaya Islam di Indonesia terdiri dari berbagai macam seni. Mulai
dari kesenian dan budaya lokal itu sendiri, seni bangunan, seni ukir atau
seni lukis, seni musik dan seni tari, kemudian seni sastra atau aksara.

Kelebihan
Pada bagian pembahasan cukup jelas dan mudah untuk dipahami
Pada bagian pendahuluan menarik untuk di baca dan di pahami
Kekurangan
Pada bagian kesimpulan kurang detail jadinya masih agak gantung
Pada bagian abstrak belum ada translate bahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai