PENDAHULUAN
Kondisi umat Islam saat ini banyak tertinggal dalam berbagai aspek kehidupan bila
dibandingkan dengan umat-umat yang lain. Ini tentu sebuah fenomena yang
memprihatinkan karena sangat berbeda dengan kemajuan-kemajuan yang pernah
ditorehkan oleh periode-periode pendahulunya terutama di zaman dinasti Umayyah dan
dinasti Abbasiyah.
Banyak hal yang perlu diingat kembali dari zaman-zaman tersebut. Bagaimana Rasulullah
membina sebuah generasi yang mampu mengubah kehidupan jahili menjadi masyarakat
yang beradab.[1] Bagaimana umat Islam mampu memperluas ajaran Islam dan juga
memajukan ilmu pengetahuan.
PEMBAHASAN
Sejarah, dalam bahasa Arab tarikh atau dalam bahasa Inggris history, adalah cabang ilmu
pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai peristiwa. Definisi yang umum
dari sejarah adalah masa lampau umat manusia. Menurut Gottschalk, pengertian sejarah
tidak lebih dari sebuah rekaman peristiwa masa lampau manusia dengan segala sisinya.
Sementara itu, Ibn Khaldun berpandangan bahwa sejarah tidak hanya dipahami sebagai
suatu rekaman peristiwa masa lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk menemukan
kebenaran suatu peristiwa pada masa lampau.
Sejarah menurut Sartono Kartodirdjo dalam bukunya Pendekatan Ilmu Sosial dalam
Metodologi Sejarah adalah suatu konstruk, yakni bangunan yang disusun penulis sebagai
suatu cerita. Uraian atau cerita itu merupakan suatu kesatuan atau unit yang mencakup
fakta-fakta terangkaikan untuk menggambarkan suatu gejala sejarah, baik proses maupun
struktur. Kesatuan itu menunjukkan koherensi, artinya berbagai unsur bertalian satu sama
lain dan merupakan satu kesatuan. Fungsi unsur-unsur itu saling menopang dan saling
bergantung satu sama lain.[2]
Dalam sejarah terdapat rekontruksi masa lalu yang dapat memaparkan penggalan-
penggalan peristiwa masa lalu, mengaitkan antara peristiwa-peristiwa yang telah terjadi
guna mencapai kebenaran sejarah dan memahami maknanya, serta rumusan-rumusan
sebab-sebab munculnya peristiwa dan tentang periodisasi peristiwa tersebut.
Hodgson mendefinisikan Peradaban sebagai sebuah pengelompokan yang relative luas dari
kebudayaan-kebudayaan yang saling berkaitan yang telah terbagi dalam tradisi-tradisi
komulatif dalam bentuk kebudayaaan-kebudayaan tertinggi. Jika dikaitkan dengan
komunitas masyarakat, Peradaban merupakan identitas tertinggi dari berbagai komunitas
masyarakat dan yang membedakannya dengan komunitas masyarakat lain.
Peradaban terbentuk dari berbagai unsur-unsur budaya yang saling terkait. Unsur-unsur
kebudayaan tersebut adalah agama, bahasa, ras, letak geografis, institusi dan adat istiadat.
Peradaban merupakan sebuah proses dan sekaligus warisan sejarah kebudayaan manusia
yang berkembang dan maju. Kebudayaan merupakan aktifitas pemikiran berupa
kekreatifan manusia dalam mempertahankan eksistensi dan kebebasan sebagai makhluk
yang membuat hidup menjadi lebih mulia.
Peradaban bersifat dinamis dan siklusnya berjalan mengikuti hokum tantangan dan
tanggapan. Jika sekelompok komunitas umat manusia dapat memberikan tanggapan atas
tantangan-tantangan yang muncul berarti awal dari sebuah kemajuan Peradaban dalam
masyarakat. Sebaliknya, jika tantangan-tantangan yang muncul tidak dapat ditanggapi
maka masyarakat akan mengalami kemunduran Peradaban. Hal ini adalah hokum sejarah
yang merupakan bagian dari hokum kosmos yang sulit dibantah oleh akal sehat.[3]
Sementara itu, Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-
Islamiyah. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
kebudayaan Islam. Kebudayaan Islam dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia,
sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata
“kebudayaan” (Arab, al-Tsaqafah; Inggris, culture) dan “Peradaban” (Arab, al-Hadharah;
Inggris, civilization). Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang, kedua istilah itu
dibedakan.
Berdasarkan berbagai pengertian diatas, tampaknya para ahli sampai saat ini masih belum
menemukan secara pasti perbedaan dalam memaknai arti keduanya (kebudayaan dan
Peradaban). Untuk memudahkan hubungan antara kebudayaan dan Peradaban dalam studi
ini, pendapat Oswald Speengler yang dikutip Samuel P. Huntington, bahwa kebudayaan
adalah untuk menunjuk upaya-upaya manusia yang masih terus berlanjut, sedangkan
Peradaban untuk menunjukkan titik akhir dari kegiatan mereka, tampaknya sedikit banyak
bisa membedakannya.[6]
Jadi, sejarah Peradaban Islam dapat diartikan sebagai perkembangan atau kemajuan
kebudayaan Islam dalam perspektif sejarahnya. Dapat pula diartikan sebagai kemajuan dan
tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam satu periode kekuasaan Islam mulai dari
periode nabi Muhammad saw sampai perkembangan kekuasaan Islam saat ini yang
berperan dalam melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan
ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup bermasyarakat.
Istilah ilmu pengetahuan merupakan penggabungan dua kata yang bermakna pengetahuan
ilmiah. Istilah ilmu merupakan terjemah dari bahasa Inggris science, berasal dari bahasa
Latin scientia yang diturunkan dari kata scire, yang berarti mengetahui (to know) dan
belajar (to learn), maka ilmu dapat berarti usaha untuk mengetahui atau mempelajari
sesuatu yang bersifat empiris dan melalui suatu cara tertentu.
Karena yang ingin diketahui atau dipelajari bersifat empiris, maka ilmu dapat didefinisikan
sebagai suatu eksplorasi ke alam materi berdasarkan observasi, dan mencari hubungan-
hubungan alamiah yang teratur mengenai gejala-gejala yang diamati serta bersifat mampu
menguji diri sendiri. Pengertian ini tidak jauh berbeda dari yang dikemukakan oleh James
Conant, bahwa ilmu adalah suatu deretan konsep dan skema konseptual yang berhubungan
satu sama lain, yang tumbuh sebagai eksperimen serta observasi, dan berguna untuk
diamati serta dieksperimentasikan lebih lanjut.
Dengan demikian ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif
dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan
kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman dan
kemasyarakatan untuk mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan
penjelasan ataupun melakukan penerapan.[7]
Sedangkan istilah pengetahuan dapat diartikan sebagai sesuatu yang diperoleh dengan
pengalaman-pengalaman. Dan ilmu merupakan salah satu dari cabang pengetahuan.[8]
Jadi, ilmu pengetahuan adalah deretan konsep dan skema konseptual yang berhubungan
satu sama lain sebagai hasil eksperimen serta observasi yang diperoleh melalui
pengalaman-pengalaman.
Berpijak dari pengertian-pengertian di atas, maka bisa didapat sebuah hubungan antara
sejarah Peradaban Islam dan ilmu pengetahuan.sesuatu bisa dikatakan sebagai ilmu
pengetahuan apabila memenuhi kriteria-kriteria tertentu, yaitu:
6. Memiliki tujuan.[9]
Dari keempat kriteria tersebut, nampaknya sejarah Peradaban Islam diketahui telah
memenuhinya. Hal ini dibuktikan dengan alasan-alasan berikut:
a. Metode observasi
Sedangkan dalam penulisannya, sejarah Peradaban Islam melalui beberapa metode, yaitu:
a. Metode deskriptif
b. Metode komparatif
Metode ini dilakukan dengan melihat sosok Peradaban Islam secara lebih kritis, ada
analisis dan bahasan yang luas serta kesimpulan yang spesifik. Dengan demikian,
akan tampak adanya kelebihan dan kekhasan Peradaban Islam. Hal tersebut akan
lebih jelas dengan adanya pendekatan sintetis yang dimaksudkan untuk memperoleh
kesimpulan yang diambil untuk memperoleh suatu keutuhan dan kelengkapan
kerangka pencapaian tujuan serta manfaat penulisan sejarah Peradaban Islam.[11]
Secara singkatnya, metode yang digunakan dalam sejarah Peradaban Islam ini adalah
dengan mengumpulkan sumber-sumber atau data-data dan menghubungkannya dengan
bukti-buktipeninggalan sejarah, kemudian ditulis secara deskriptif sesuai dengan urutan
waktunya. Dalam hal ini sejarah Peradaban Islam telah memiliki metode yang digunakan.
4. Kebenaran fakta sejarah Peradaban Islam diperoleh dengan dari penelitian sumber
sejarah yang dikumpulkan dengan menggunakan rasio.
5. Kebenaran fakta sejarah Peradaban Islam adalah objektif, karena dalam menyusun
kisah sejarah harus berdasarkan fakta yang ada.
6. Sejarah Peradaban Islam disusun dengan tujuan untuk mengenang dan mempelajari
kembali lintasan sejaran Islam masa lalu serta mengambil hikmah dan pelajaran untuk
kehidupan masa kini.
Meliputi dua masa kemajuan yaitu masa Rasulullah SAW, Khulafaur rasyidin, Bani
Umayyah, dan masa-masa permulaan Daulah Abbasiyyah.
Pada periode ini terjadi dua kemunduran dan masa tiga kerajaan besar. Turki Usmani,
Daulah Syafawiyyah, dan Daulah Mongoliyah di India. Fase tiga kerajaan mengalami
kemajuan pada tahun 1500-1700 M dan mengalami kemunduran kembali tahun
1700-1800 M.
Pada periode ini umat Islam banyak belajar dari barat dalam rangka mengembalikan
balance of power. Dalam era ini Islam mulai bangkit dengan melakukan pembaharuan.
Dilihat dari alasan-alasan tersebut, maka sejarah Peradaban Islam sudah dapat dikatakan
sebagai ilmu pengetahuan karena sudah memenuhi kriteria ilmu pengetahuan.
Diantara tujuan menjadikan sejarah perdaban Islam sebagai ilmu pengetahuan adalah
sebagai refleksi agar umat Islam saat ini dan yang akan datang mampu memahami nilai-
nilai penting Islam yang sebenarnya. Umat Islam harus menyadari secara mendalam bahwa
kita pernah memiliki Peradaban besar yang melahirkan banyak ilmu pengatahuan. Dan
dapat bergerak, mengajak dan menghimpun kembali umat untuk meneruskan Peradaban
yang sudah lama rapuh dan lemah yang menjadi keadaan yang memprihatinkan seperti
saat ini karena umat Islam sekarang lebih focus dalam ritual dengan melupakan aspek
social dan intelektual.
Dan juga menambah pemahaman terhadap sejarah Peradaban Islam untuk membangun
dan menghidupkan kembali atau mengulang sejarah keemasan Islam yang akan merubah
pandangan dunia terhadap Islam.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sejarah Peradaban Islam adalah kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang
dihasilkan dalam satu periode kekuasaan Islam mulai dari periode nabi
Muhammad saw sampai perkembangan kekuasaan Islam saat ini yang berperan
dalam melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya
dengan ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup bermasyarakat.
3. Sejarah Peradaban Islam dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan karena telah
memenuhi kriteria ilmu pengetahuan yaitu, memiliki obyek yang jelas, memiliki
metode tertentu, sistematis dan bertujuan.
B. Saran
Dengan mempelajari sejarah Peradaban Islam, dapat merubah wajah Islam kini dan
nanti khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya. Lebih mengetahui sejarah
masa lalu, menghargai dan mengambil pelajaran dari setiap peristiwa maupun tokoh-
tokoh sejarah dalam memajukan Islam dan merubah pandangan negatif agama lain
terhadap Islam. Dapat menjunjung tinggi dan melestarikan kebudayaan yang sesuai
dengan kaidah dan norma-norma Islam yang benar. Dan dapat mengimplementasikan
ajaran Islam yang dapat menjadi rahmatan lil alamin.
DAFTAR PUSTAKA
[2]Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2016), h.13-14.
[4]Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2016), h.18.
[6]Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2016), h.19.
[7]Fattah Santoso dkk, Studi Islam 3, (Surakarta: LPID UMS, 2005), h. 28.
[8]Ibid., h. 31.
[9]Ibid., h. 30.
[11]Ibid., h. 6.