Anda di halaman 1dari 113

DUA BELAS PATUNG ASTROLOGI (SHIO) CINA DI

VIHARA AVALOKITESVARA PADA KEBUDAYAN

MASYRAKAT TIONGHOA DI KOTA PEMATANGSIANTAR :

KAJIAN TERHADAP FUNGSI DAN MAKNA SIMBOL

《先达AVALOKITESVARA庙堂的十二生肖针对达华人文化印象
:符号学作用种意义分析》
Xiān dá AVALOKITESVARA miàotáng de shí'èr shēngxiào zhēnduì dá huárén
wénhuà yìnxiàng: Fúhào xué zuòyòng zhǒng yìyì fēnxī

SKRIPSI SARJANA

Oleh:

PANJI VILLIBERTO

120710063

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan dari masa perkuliahan sampai dengan

tahap penyelesaian tugas akhir. Adapun tugas akhir yang diberi judul “Dua Belas

Patung Astrologi (Shio) Cina di Vihara Avalokitesvara Pada Kebudayan

Masyrakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar : Kajian Terhadap Fungsi dan

Makna Simbol” ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Ilmu Budaya, Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara.

Dalam menyusun skripsi ini, tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak

yang telah memberikan dukungan, semangat, waktu, bimbingan dan doa kepada

penulis. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Runtung,

S.H.,M.Hum. atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga

penulis berstatus mahasiswa Program Studi Sastra Cina, Universitas

Sumatera Utara serta kesempatan untuk menyelesaikan Studi S-I di

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dengan baik.

2. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara , Bapak Dr. Budi

Agustono, M.S. atas kesempatan dan waktu yang telah diberikan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan Studi S-I di Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Ketua Departemen Program Studi Sastra Cina Bapak Drs.Pujiono yang

dengan sabar selalu memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis

semasa perkuliahan.

4. Sekretaris Departemen Program Studi Sastra Cina Ibu Niza Ayuningtias,

S.S., MTCSOL atas pengarahan yang diberikan untuk penulis mulai dari

masa perkuliahan sampai saat ini.

5. Dosen pembimbing I BapakDrs.Fadlin, M.A yang telah dengan sabar

menasehati serta memberikan bimbingan yang baik kepada penulis selama

mengerjakan tugas akhir ini sehingga terselesaikan dengan baik.

6. Dosen pembimbing II Laoshi Tengku Kasa Rullah, S.S., MTCSOL,yang

telah sabar membimbing dan susah payah membantu mengerjakan tugas

akhir dalam bahasa Mandarin dan juga telah memberikan semangat dan

dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Ayah dan Ibu saya, yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa

sehingga tugas ini selesai dengan baik dan tepat waktu.

8. Seluruh dosen dan staff pengajar Program studi Sastra Cina yang setia

membantu mengurus segala urusan akademik dan selalu memberikan

arahan.

9. Seluruh teman-teman seperjuangan Stambuk 2012 Program Studi Sastra

Cina yang telah memberikan dukungan serta senantiasa menemani selama

4 tahun masa perkuliahan suka dan duka serta memberi semangat tawa.

10. Seluruh kakak senior 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 dan adik-adik stambuk

2013, 2014, 2015, 2016 yang memberi dukungan semangat.

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11. Informan yang telah memberikan waktu dan kesempatan serta

memberikan ilmu kepada penulis, dan masyarakat yang telah berkenan

diwawancarai.

12. Seseorang yang jauh disana, yang senantiasa memberikan semangat yang

baik kepada saya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan.

Penulis berharap agar tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca. Selain itu dapat

menjadi sumbangan untuk ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Sastra

Cina.

Oleh sebab itu, kepada semua pihak penulis sangat mengharapkan saran

dan kritik yang bersifat membangun, demi perbaikan skripsi ini.

Medan, 18 Agustus 2017


Penulis

Panji Villiberto
NIM. 120710063

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK
Penelitian ini bertajuk pada dua belas patung Astrologi Cina (Shio) di Vihara
Avalokitasvara Pematangsiantar dengan kajian mengenai fungsi dan makna.
Penulis menggunakan dua teori yaitu teori fungsional dari Bronislaw Malinowski,
dan teori semiotik dari Charles Sanders Pierce. Metode dan teknik yang
digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang berdasarkan atas observasi
lapangan dan wawancara. Hasil yang siginifikan dari penelitian ini adalah
beberapa makna dari dua belas shio yang terdiri dari: (1) Astrologi (Shio) Tikus
melambangkan kecerdasan, (2)Kerbau melambangkan ketekunan, (3)Macan
melambangkan kewibawaan, (4)Kelinci melambangkan keramahan, (5)Naga
melambangkan percaya diri, (6) Ular melambangkan kecerdikan, (7)Kuda
melambangkan dermawan, (8)Kambing melambangkan kreatif, (9)Kera
melambangkan optimis, (10)Ayam melambangkan kedisiplinan, (11) Anjing
melambangkan kesetiaan, (12)Babi melambangkan ketenangan.Hasil selanjutnya
dari penelitian ini adalah mengenai beberapa fungsi dari dua belas
patungAstrologi (Shio) yang ada di Vihara Avalokitasvara di Pematangsiantar
yaitu masyarakat percaya bahwa setiap patung shio berfungsi menentukan
bakat,kemampuan dan profesi si pemilik shio. (1)Astrologi (Shio) Tikus
cenderung memiliki kemampuan dibidang wartawan dan pedagang. (2)Kerbau
memiliki kemampuan dibidang photographer dan perawat, (3)Macan memiliki
kemampuan sebagai pejabat dan militer, (4)Kelinci memiliki kemampuan sebagai
actor dan diplomat, (5)Naga memiliki kemampuan dibidang arsitek dan
pengacara, (6)Ular memiliki kemampuan sebagai dosen dan penulis, (7)Kuda
memiliki kemampuan dibidang sebagai atlet dan pengusaha, (8)Kambing
memiliki kemampuan sebagai senimandan teknisi, (9)Monyet memiliki
kemampuan sebagai seorang ilmuan dan politikus, (10)Ayam memiliki
kemampuan sebagai polisi ataupun penegak hukum lainnya dan dokter, (11)
Anjing memiliki kemampuan sebagai pendeta ataupun seorang ulama, (12)Babi
memiliki kemampuan sebagai komedian atau pelawak.

Kata kunci: Fungsi, Makna, Dua Belas Astrologi (Shio)

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

The study is titled on twelve statues of Chinese Astrology (Shio) at the


Avalokitasvara Pematangsiantar Vihara with a study of function and meaning.
The author uses two theories namely the functional theory of Bronislaw
Malinowski, and the semiotic theory of Charles Sanders Pierce. Methods and
techniques used are qualitative research methods based on field observations
and interviews. Significant results of this study are some of the meanings of the
twelve zodiac, consisting of: (1) Astrology (Shio) Mouse symbolizes
intelligence, (2) Buffalo symbolizes perseverance, (3) Tiger symbolizes dignity,
(4) rabbit symbolizes hospitality, ( 5) The dragon symbolizes self-esteem, (7)
Horse symbolizes the beneficent, (8) Goat symbolizes the creative, (9) Monkey
symbolizes the optimist, (10) Chicken symbolizes discipline, (11) Dog
symbolizes loyalty, 12) Pig represents calm. The next result of this research is
about the function of twelve statues of Astrology (Shio) in the Avalokitasvara
Monastery in Pematangsiantar which the society believes that every statue of
zodiac serves to determine the talents, abilities and profession of the zodiac
owner. (1) Astrology (Shio) Mouse tend to have the ability in the field of
journalists and traders. (2) Buffalo has the ability in the field of photographer
and nurse, (3) Tiger has the ability as officials and military, (4) Rabbit has the
ability as actor and diplomat, (5) Dragon has the ability in the field of
architects and lawyers, (6) as a lecturer and writer, (7) Horse possesses the
ability as an artist and technician, (9) Monkey has the ability as a scientist and
politician, (10) Chicken has the ability as police or enforcer other laws and
doctors, (11) Dog has the ability as a pastor or a cleric, (12) Pig has the ability
as a comedian or comedian.

Keywords: Function, Meaning, Twelve Astrology (Shio)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1.1 ............................................................................................. 37


Gambar 5.2 ................................................................................................ 38
Gambar 5.2 ................................................................................................ 38
Gambar 5.2.1 ............................................................................................. 40
Gambar 5.2.2 ............................................................................................. 42
Gambar 5.2.3 ............................................................................................. 44
Gambar 5.2.4 ............................................................................................. 46
Gambar 5.2.5 ............................................................................................. 48
Gambar 5.2.6 ............................................................................................. 50
Gambar 5.2.7 ............................................................................................. 52
Gambar 5.2.8 ............................................................................................. 54
Gambar 5.2.9 ............................................................................................. 56
Gambar 5.2.10 ........................................................................................... 58
Gambar 5.2.11 ........................................................................................... 60
Gambar 5.2.12 ........................................................................................... 62

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


ABSTRAK ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................... 3
1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5


2.1 Konsep................................................................................................. 5
2.1.2 Kebudayaan ................................................................................. 5
2.1.3 Kota Pematangsiantar .................................................................. 5
2.1.4 Vihara Avalokitesvara Kota Pematangsiantar ............................. 6
2.1.5 Astrologi ...................................................................................... 7
2.2 Landasan Teori .................................................................................... 9
2.2.1 Teori Semiotik ............................................................................. 9
2.2.2 Teori Fungsional.......................................................................... 11
2.3 Tinjauan Pustaka ................................................................................. 12

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 14


3.1 Metode Penelitian................................................................................ 14
3.2 Metode Deskriptif dan Kualitatif ........................................................ 15
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 16

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3.1 Observasi Lapangan .................................................................... 16
3.3.2 Sumber Data ................................................................................ 16
3.3.3 Wawancara .................................................................................. 17
3.3.4 Teknik Analisis Data ................................................................... 18

BAB IV DESKRIPSI ETNOGRAFIS LOKASI PENELITIAN ........ 21


4.1 Sejarah Kota Pematangsiantar............................................................. 21
4.2 Sejarah Masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar .................... 25
4.3 Kebudayaan Masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar ............ 26
4.3.1 Sistem Religi Masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar ... 26
4.3.2 Bahasa Masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar ............. 28
4.3.3 Kesenian Masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar ......... 28
4.3.4 Perkakas dan Bangunan Masyarakat Tionghoa di Kota
Pematangsiantar .......................................................................... 30

BAB V PEMBAHASAN ........................................................................ 32


5.1 Asal Usul Astrologi (Shio) ................................................................. 32
5.1.1 Mitos dan Legenda Astrologi (Shio) ........................................... 32
5.2 Fungsi dan Makna Dua Belas Patung Astrologi (Shio) ...................... 38
5.1.1 Astrologi (Shio) Tikus ................................................................. 39
5.1.2 Astrologi (Shio) Kerbau .............................................................. 41
5.1.3 Astrologi (Shio) Macan .............................................................. 43
5.1.4 Astrologi (Shio) Kelinci ............................................................. 45
5.1.5 Astrologi (Shio) Naga ................................................................ 47
5.1.6 Astrologi (Shio) Ular .................................................................. 49
5.1.7 Astrologi (Shio) Kuda ................................................................ 51
5.1.8 Astrologi (Shio) Kambing .......................................................... 52
5.1.9 Astrologi (Shio) Kera ................................................................. 55
5.1.10 Astrologi (Shio) Ayam ............................................................. 57
5.1.11 Astrologi (Shio) Anjing ............................................................ 59
5.1.12 Astrologi (Shio) Babi ............................................................... 61
viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 63
6.1 Simpulan ............................................................................................ 63
6.2 Saran ................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 71


LAMPIRAN I.................................................................................. 72
LAMPIRAN II................................................................................ 74

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Astrologi Cina adalah ilmu perbintangan yang berasal dari daratan Tiongkok

yang tidak dapat dipisahkan dengan item penanggalan Cina. Dimana Astrologi

Cina juga merupakan penanggalan kronologi tertua dalam sejarah yang didasarkan

pada perhitungan kalender bulan (Lunar). Pada tahun 2637 SM, Kaisar Huang Ti

yang legendaris dan dikenal juga sebagai Kaisar Kuning, mengeluarkan siklus

pertama zodiak pada tahun ke-61 dari masa pemerintahannya. Satu siklus

memakan waktu 60 tahun dan berbagi atas lima siklus biasa yang setiap siklusnya

terdiri dari 12 tahun.

Keduabelas tahun tersebut dinamakan menurut nama 12 binatang dalam

legenda yaitu: Tikus, Kerbau, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing,

Monyet, Ayam, Anjing dan Babi. Seorang individu memiliki satu shio bulan yang

menetukan keberuntungan dalam hidupnya, maka ditentukan oleh bulan kelahiran

seseorang.

Astrologi Cina atau sering dikatakan dengan shio juga digunakan untuk

mengidentifikasi waktu. Setiap shio berkaitan dengan satu bagian waktu. Selain

daripada itu dalam Budaya Cina, shio sering juga digunakan untuk menentukan

umur seseorang. Bila ada dua orang sebaya bershio sama dapat dipastikan bahwa

umur mereka sama, selisihnya pasti 12, 24, 36, 48 dan 60 tahun. Shio juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


digunakan untuk meramalkan nasib dan peruntungan seseorang, serta untuk

memperhitungkan keadaan dunia perdagangan secara umum.

Sebagian besar masyarakat Tionghoa di Indonesia khususnya terutama para

pedagang masih mempercayai shio. Sebagai contoh, mereka percaya bahwa anak

laki-laki yang lahir pada shio naga akan membawa keberuntungan, baik bagi si

anak maupun keluarga. Karena ramalan itu, biasanya orang tua yang mempunyai

anak laki-laki yang kelahirannya adalah shio naga akan amat barhati-hati dalam

memilih jodoh baginya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam

dan berniat untuk melakukan sebuah penelitian yang memfokuskan pada kajian

terhadap analisis semiotik dan analisis fungsional pada 12 Patung di Vihara

Avalokitesvara di kota Pematangsiantar. Dengan demikian penulis membuat judul

penelitian yaitu: “Dua BelasPatung Astrologi Cina di Vihara Avalokitesvara pada

Kebudayaan Masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar : Kajian Terhadap

Fungsi dan Makna Simbol”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana fungsi 12 Patung Astrologi Cina(Shio)dalam kehidupan

masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar?

2. Apa makna dari ke 12 Patung Astrologi Cina(Shio)yang selama ini

dipercayai masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami fungsi dariDua Belas Patung

Astrologi Cina (Shio)pada kepercayaan masyarakat Tionghoa di Kota

Pematangsiantar.

2. Untuk mengetahui dan memahami makna dari Dua Belas

PatungAstrologi Cina (Shio) pada kepercayaan masyarakat Tionghoa

di Kota Pematangsiantar.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang perumusan masalah dan tujuan masalah yang

telah dipaparkan sebelumnya, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini

adalah dapat menambah pengetahuan dalam kajian fungsi dan makna simbol

kedua belas patung Astrologi Cina (Shio) yang menjadi suatu kepercayaan pada

masyarakat Tionghoa khususnya dikota Pematangsiantar, dan mengetahui apa

maksud dari ke 12 Astrologi China(Shio) yang dilambangkan menjadi 12

Patungyang merupakan peninggalan sejarah. Penulis juga berharap penelitian ini

dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konsep atau teori yang menyokong

perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya budaya Cina.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini

adalah menambah pengetahuan masyarakat luas, dan hendaknya menjadi sebuah

topik bacaan yang menarik untuk masyarakat Indonesia baik keturuan non-

Tionghoa, maupun keturan Tionghoa sendiri mengenai beberapa aspek penting

yang harus diketahui yang terdapat di dalam penelitian ini dan mungkin belum

diketahui secara luas dan menyeluruh. Kemudian, hendaknya penelitian ini dapat

menimbulkan keingintahuan kita untuk melestarikan dan mengembangkan

kebudayaan yang ada dalam bentuk apapun. Selain itu, penulis juga berharap

penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi, khasanah wacana, kepustakaan,

serta dapat dipergunakan sebagai referensi bagi penelitian-penelitan yang akan

datang mengenai dua belas Astrologi (Shio) di Budaya Cina.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:588) adalah

gambaran mental dari suatu objek, proses, ataupun yang ada diluar bahasa yang

digunakan oleh akalbudi untuk memaham ihal-hal yang lain. Peneliti akan

menggambarkan objek yang diteliti yaitu gambaran berupa pengertian-pengertian

yang berkaitan dengan penelitian.

2.1.1 Kebudayaan

Kebudayaan adalah hasil akal dan daya manusia. Manusia dan kebudayaan

merupakan suatu kesatuan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Seorang

antropologi modern, Edward Burnett Tylor, dalam bukunya yang berjudul

Primitive Culture mendefinisikan bahwa kebudayaan (culture) adalah keseluruhan

yang kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum,

adat dan setiap kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai

anggota masyarakat.

2.1.2 Kota Pematangsiantar

Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara

dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak Kota

Pematangsiantar yang strategis dan dilintasi oleh jalan raya lintas sumatera, kota

ini memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk sebanyak 240.787 jiwa

(2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 50 km

dari Parapat sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke

Danau Toba. Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota ini

memiliki 8 hotel berbintang, 10 hotel melati dan 268 restoran. Di kota ini masih

banyak terdapat sepeda motor BSA model lama sebagai becak bermesin yang

menimbulkan bunyi yang keras.

Sektor industri yang menjadi tulang punggung perekonomian kota yang

terletak di tengah-tengah Kabupaten Simalungun ini adalah industri besar dan

sedang. Dari total kegiatan ekonomi pada tahun 2000 yang mencapai Rp 1,69

trilyun, pangsa pasar industri mencapai 38,18 persen atau Rp 646 miliar. Sektor

perdagangan, hotel dan restoran menyusul di urutan kedua dengan sumbangan

22,77 persen atau Rp 385 miliar.

2.1.3 Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar berdiri sekitar 110 tahun yang lalu

dan di resmikan oleh pemerintah pada tanggal 15 November 2005. Kata

Avalokitesvara itu berasal dari kata Aval yang berarti mendengar, Lokite yang

berarti dunia, Svara yang berarti suara, jadi Avalokitesvara berarti mendengar

suara dunia. Vihara Avalokitesvara ini pertama kali didirikan oleh Bikhsu

Darmabatama dengan lahan yang terbatas dan kecil, namun berkat kepiawaian

beliau didalam pengobatan dan sosial kepada masyarakat yang tinggal di sekitar

Vihara. Beliau pun menjadi sangat dikenal masyarakat Pematangsiantar. Lalu

Raja Simalungunpun mendengar kabar tentang kebaikan Bikhsu tersebut,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kemudian Raja Simalungunpun datang dan memberi tanah kepada beliau untuk

pembesaran Vihara tersebut dengan syarat tanah tersebut akan dibangun dan

dipergunakan untuk membantu masyarakat yang ada di kota Pematangsiantar.

Kemudian lahan di Vihara tersebut pun direnovasi menjadi lebih baik.

Karena sudah mendapat tanah yang lumayan luas, kemudian Bikshu

tersebut membangun sekolah dan klinik untuk masyarakat yang kurang mampu,

khususnya masyarakat yang tinggal di seputaran Vihara Avalokitesvara tersebut.

Beliau juga membangun tempat beribadah bagi yang beragama Budha.

Kemudian pada tahun 2011, patung Dewi Kwam In, patung kedua belas

Astrologi (Shio), patung Mahadewa Raja, serta patung patung lainnya dikirim

langsung dari Cina untuk dibangun di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar.

2.1.4 Astrologi (Shio)

Astrologi (Shio) adalah simbol binatang Cina yang mewakili 12 siklus

tahunan. Mereka mewakili konsep siklus waktu tidak seperti konsep waktu Barat

yang diwakili dengan bintang-bintang. Kalendar Bulan Cina dibuat berdasarkan

siklus dari bulan dan dibangun dalam format berbeda dari kalendar Barat yang

berbasiskan Matahari. Dalam kalendar Cina, awal tahun dimulai antara akhir

Januari dan awal Februari. Cina mengadopsi kalender barat sejak tahun 1911,

meskipun kalendar lunar (berbasiskan bulan) masih digunakan untuk acara-acara

festival seperti Chinese New Year atau yang lebih dikenal dengan Imlek. Banyak

kalendar Cina termasuk yang beredar di Indonesia mencetak dua versi baik itu

kalendar yang berdasarkan matahari dan penanggalan Cina berdasarkan bulan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dalam adat Cina tradisional, metode penanggalan adalah berdasarkan

siklus, siklus berarti sesuatu terjadi berdasarkan siklus waktu. Metode rakyat yang

populer dimana kita dapat melihat metode siklus ini adalah perekaman tahun ke

dalam Dua Belas Tanda Binatang. Setiap tahun di tandai dengan nama binatang

atau Astrologi (Shio) sesuai dengan siklus yang berputar : Tikus, Kerbau, Macan,

Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi. Oleh

karena itu, setiap dua belas tahun Astrologi atau shio yang sama akan muncul.

Shio binatang juga menandakan fungsi sosial yang berguna untuk mencari tahu

umur seseorang. Daripada menanyakan berapa umur seseorang, seringkali orang

hanya bertanya apa shio dari orang tersebut. Ini akan menaruh orang tersebut

dalam siklus 12 tahun dan dengan sedikit akal sehat kita bisa menghitung umur

orang tersebut.

Menurut legenda tradisional Cina, keduabelas binatang dikumpulkan

dalam satu hari untuk menentukan siapa yang menjadi pemimpin dalam siklus

pertahunan. Sang Khalik membuat kontes tersebut: siapapun yang dapat

menyeberang sungai akan mendapat giliran pertama dan sisanya akan mengikuti

urutan sesuai dengan kedatangan mereka. Pada awalnya kedua belas binatang

berkumpul di dalamnya termasuk kucing. Kucing memberitahu berita ini kepada

teman baiknya si Tikus dan mereka setuju untuk pergi berdua keesokan harinya.

Namun, ketika hari dimana kontes dimulai Tikus tidak membangunkan Kucing

yang sebagai seorang kucing senang sekali tidur sepanjang hari. Maka itu kucing

tidak mengikuti lomba dan tidak masuk dalam siklus tahunan shio. Pada saat

kompetesi, tikus yang penuh akal menumpang pada si Kerbau yang kuat dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


gagah untuk menyeberangi sungai. Ketika kerbau sudah mau meloncat ke tepian

seberang sungai tanpa sepengetahuan Kerbau, si Tikus meloncat dari punggung

kerbau dan menjadikan dia pemenang kontes. Binatang terakhir adalah binatang

malas yaitu Babi yang pemalas, oleh karena itu Tikus menjadi tahun pertama dari

siklus shio dan diakhiri oleh babi tanpa adanya shio Kucing dalam dua belas

siklus tahun itu. Dan oleh karena itu juga, menurut legenda, permusuhan antara

kucing dengan tikus dimulai dan masih berlanjut sampai sekarang.

2.2 Landasan Teori

Secara etimologis, teori berasal dari bahasa yunani Theoria yang berarti

kebetulan alam atau realita. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah

teruji keterandalannya, yaitu melalui kompetensi ilmiah yang dilakukan dalam

penelitian.

Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk mengkaji maupun

menganalisis berbagai fenomena dan juga sebagai rujukan utama dalam

memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Dalam penulisan

skripsi ini, penulis menggunakan beberapa teori, yaitu diantaranya:

2.2.1 Teori Semiotik

Secara etimologis istilah semiotika berasal dari kata yunani yaitu semeion

yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefenisikan sebagai suatu yang berdasarkan

konvensi sosial yang terbangun sebelumnya yang dapat mewakili sesuatu yang

lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai sesuatu hal yang menunjuk adanya

hal lain (Seto, 2011.8).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Secara terminologis semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang

mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan

sebagai tanda (Seto. 2011.8).

Simbol merupakan produk budaya suatu masyarakaat untuk

mengungkapkan ide-ide, makna, dan nilai-nilai yang ada pada diri mereka. Tradisi

semiotik bersumber dari kajian semiotika yang dimunculkan pada abad ke-19 oleh

filsuf aliran pragmatic Amerika yaitu, Charles Sanders Pierce, yang merujuk

kepada doktrin formal tentang tanda-tanda. Yang menjadi dasar dari semiotika

adalah konsep tentang tanda, tidak hanya bahasa dan system komunikasi yang

tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun sejauh yang terkait

dengan pikiran manusia. Seluruhnya terdiri dari tanda-tanda karena jika tidak

begitu manusia tidak akan bisa menjalin hubungan dengan dunia realitas.

Seorang tokoh perintis semiotika Charles Sanders Peirce dan juga seorang

filosof dari Amerika Serikat, menginterpretasikan bahasa sebagai sistem lambang

yang terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan: tanda, objekdan interpretant

(Sobur, 2004:115).

Peirce membedakan lambang-lambang ke dalam tiga kategori: ikon,

indeks, dan simbol. Penjelasannya ialah apabila lambang itu menyerupai yang

dilambangkan seperti foto maka disebut ikon. Jika lambang itu menunjukkan akan

adanya sesuatu seperti timbulnya asap akan diikuti api disebut indeks. Namun jika

lambang tidak menyerupai yang dilambangkan, seperti burung garuda yang

melambangkan negara Republik Indonesia maka disebut dengan simbol.

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Interpretant atau penafsiran adalah konsep pemikiran dari orang yang

menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna

yang ada dibenak seseorang mengenai objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang

terpenting dalam semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda

ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. Sebagai contoh: saat

seorang gadis memakai rok mini, maka gadis itu sedang mengomunikasi

mengenai dirinya kepada orang lain, yang bisa jadi memakainya sebagai simbol

keseksian, ataupun bisa jadi memakainya sebagail simbol girly style. Inilah yang

dimaksud Pierce mengenai tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu.

2.2.2 Teori Fungsional

Bronislaw Malinowski (1884-1942) merupakan tokoh yang

mengembangkan teori fungsional tentang kebudayaan, atau a functional theory of

culture. Inti dari teori Malinowski menjelaskan bahwa segala aktivitas

kebudayaan itu sebenarnya memuaskan suatu rangkaian kebutuhan naluri

makhluk manusia yang berhubungan dengan kehidupannya.Kebutuhan itu

meliputi kebutuhan primer/biologis maupun kebutuhan sekunder/psikologis,

kebutuhan mendasar yang muncul dari kebudayaan itu sendiri.

Malinowski berpendapat bahwa pada dasarnya kebutuhan manusia sama,

baik itu kebutuhan yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis dan

kebudayaan pada pokoknya memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut pendapatnya,

ada tiga tingkatan yang harus terekayasa dalam kebudayaan, yaitu:

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis, seperti kebutuhan

akan pangan dan prokreasi.

2. Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan instrumental, seperti kebutuhan

akan hukum dan pendidikan.

3. Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan integratif, seperti agama dan

kesenian.

2.3 TinjauanPustaka

Suatu tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review)

pustaka (laporan penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang berkaitan tidak

selalu harus tepat identik dengan bidang permasalahan yang dihadapi tetapi

termasuk pula yang seiring dan berkaitan (collateral).

Mas Dian, MRE (2016) dalam bukunya yang berjudul “Astrologi Cina 12

Xiao” menjabarkan bagaimana Astrologi Cina (Shio) sudah di uji penulis secara

kritis sejak sekitar 20 tahun yang lalu. Dari hal tersebut kita akan mengetahui ada

kebenaran lain yang jarang diungkap kemasyarakat umum bahwa Astrologi (Shio)

adalah ilmu pengetahuan tentang kejelian manusia dalam membaca karakter

kelahiran dan kecerdikan manusia dalam membaca siklus bioritme pada putaran

waktu. Dari buku ini, peneliti mengambil teori yang bersangkutan dengan 12

AstrologiCina (Shio) yaitu teori dasar menghitung nasib dalam 12 Shio.

Romadhon MK (2016) dalambukunya yang berjudul “Meneropong Garis

Rezeki, Hoki dan Jodoh berdasarkan Shio menjabarkan bagaimana Astrologi Cina

(Shio) cara akurat memapaparkan secara lengkap satu persatu shio berdasarkan

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


watak dan kepribadiannya, dan konsepnya. Dari bukuini, peneliti mengambil garis

besar penggunaan Shio di Kalangan Orang Cina.

Roudlotul Firdaus2008. Dalam skripsinya “Nalar Kritis Terhadap Sistem

Penanggalan Im Yang Lik” Menguraikan tentang beberapa komponen

perhitungan penanggalan yang menggunakan dua belas Astrologi (Shio). Dari

skripsinya, peneliti mengambil informasi tentang penanggalan ke dua belas

Astrologi (Shio).

Sanni Tung, 2015. Dalam skripsinya “Fungsi Dan Makna Puak Poi Pada

Upacara Paisin Dalam Budaya Masyarakat Tionghoa Di Pematangsiantar” . Dari

skripsi ini, peneliti mengambil informasi tentang budaya masyarakat Tionghoa di

Kota Pematangsiantar.

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah-langkah pengumpulan dan mengolah

data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan atau jawaban terhadap

permasalahan melalui prosedur yang handal dan dapat dipercaya. Metode

penelitian diartikan sebagai cara mencari kebenaran dan azas-azas alam,

masyarakat atau kemanusiaan yang bersangkutan.

Dalam penelitian ini, langkah pertama yang penulis lakukan adalah dengan

melakukan studi pustaka. Studi pustaka ini bertujuan untuk memperolah

pengetahuan dasar tentang objek yang diteliti dan mencari tulisan-tulisan yang

berhubungan dengan objek bahasan. Adapun sumber-sumber pustaka itu adalah

berupa buku, majalah, surat kabar, artikel dan sejenisnya sebagai bahan keilmuan

yang tertulis. Selain itu penulis juga memanfaatkan sumber-sumber jejaring sosial

dunia maya (internet) baik berupa laman web, blog, audiovisual dalam youtube

dan lain-lainnya dimana hal ini dilakukan untuk menambah wawasan keilmuan

dan pemahaman penulis.

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam mengkaji Dua BelasPatung

Astrologi Cina di Vihara Avalokitesvara pada Kebudayaan Masyarakat Tionghoa

di Kota Pematangsiantar adalah metode deskriptif dan kualitatif. Tujuannya

adalah untuk agar peneliti dapat memahami secara rinci bagaimana kajian fungsi

dan makna simbol 12 Patung Astrologi tersebut.

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.2 Metode Deskriptif dan Kualitatif

Metode adalah cara atau jalan menyangkut masalah kerja yang dapat

memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan

(Koentjaraningrat, 1985). Sedangkan penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati

dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip suatu penyelidikan yang amat

cerdik untuk menetapkan sesuatu.

Metode deskriptif adalah cara mendapatkan suatu informasi dengan

mengumpulkan data yang berhubungan dengan sikap dan pendapat dari

sekelompok orangmelalui pengamatan langsung.

Selanjutnya dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan banyak data yang diperoleh dari narasumber. Metode

penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai

kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di

masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu ke

permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang

kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Penelitian kualitatif merupakan

penelitian eksplorasi dan memainkan peranan yang amat penting dalam

menciptakan hipotesis atau pemahaman orang tentang berbagai variabel sosial,

jadi tidak bertujuan menguji hipotesis atau membuat suatu generalisasi, tetapi

membangun teori (Bungin, 2008: 68).

Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian dengan menggambarkan

data-data dengan kata-kata atau kalimat secara detail dan data yang diperoleh

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berasal dari ungkapan, catatan dan tingkah laku yang diteliti. Metode kualitatif

dapat membantu kita untuk memahami orang atau masyarakat yang kita teliti.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Observasi Lapangan

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. (Moleong, 2012:175).

Pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung

atau observasi ke tempat atau ke objek yang berhubungan dengan penelitian.

Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses dimana peneliti melihat situasi

penelitian. Metode ini sangat sesuai digunakan peneliti karena pengamatan ini

dilakukan secara terstruktur. Dengan pengamatan langsung, lebih memudahkan

peneliti untuk mendeskripsikan situasi penelitian. Dengan observasi, maka

peneliti dapat melihat secara fenomena-fenomena atau momen-momen yang

tumbuh dan berkembang.Adapun lokasi observasi dilaksanakan di Vihara

Avalokitesvara, tepatnya di Jalan Pusuk Buhit, Siantar Selatan, Kota

Pematangsiantar, Sumatera Utara.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini berupapenelusuran data online dan observasi.

Penelusuran data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui

media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan

fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


informasi online yang berupa data maupun informasi sebaik mungkin dan dapat

dipertanggungjawabkan secara akademis.

Penulis melakukan observasi langsung ke Vihara Avalokitesvara, agar

penulis dapat mengetahui secara keseluruhan mengenai objek yang diteliti.

Dengan melakukan observasi lapangan, penulis dapat terlibat langsung dengan

objek yang sedang diteliti sehingga mendapatkan informasi dari beberapa

informan yang tepat dan lebih dalam lagi mengenai dua belas patung Astrologi

(Shio) yang berada di Vihara Avalokitesvara di kota Pematangsiantar. Sehingga

pada penelitian ini, sumber datanya adalah 12 patung Astrologi (Shio) yang ada

pada Vihara Avalokitesvara dikota Pematangsiantar berupa audio rekaman hasil

wawancara, foto, dan video rekaman dengan narasumber, yang kemudian

ditambahi dengan sumber data yang didapatkan dari buku dan jurnal.

3.3.3.Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan

oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan

dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu

(Moleong, 2012:186). Wawancara dilakukan agar penulis dapat berkomukasi

langsung dan menggali informasi lebih dalam mengenai topik dengan informan

kunci, sehingga data yang diperoleh jelas dan tak dapat diragukan.

Adapun informan yang diwawancarai ialah:

1. Aleng Susanto berjenis kelamin Laki-laki, berusia 45 Tahun selaku

ketua pengurus Vihara Avalokitesvara dikota Pematangsiantar.

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Apeng. Jenis kelamin laki-laki, 52 tahun, selaku sekretaris pengurus

Vihara Avalokitesvara di kota Pematangsiantar.

3. Chandra. Laki-laki 37 tahun, selaku wakil ketua pengurus Vihara

Avalokitesvara dikota Pematangsiantar.

4. Adi. Laki-laki 35 tahun, adalah salah satu masyarakat Tionghoa

yang sembahyang di Vihara Avalokitesvara dikota Pematangsiantar.

5. Winda, 25 tahun, adalah masyarakat Tionghoa dikota

Pematangsiantar.

3.3.4 Teknik Analisis Data

Menurut Patton (Moleong 2012: 280), analisis data adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori dan

satuan uraian dasar. Dari uraian tersebut dapat digaris bawahi bahwa analisis data

bermaksud untuk mengorganisasikan data. Dalam hal ini analisis data dilakukan

dengan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan

mengategorikannya. Data yang terkumpul terdiri dari catatan lapangan dan

komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, laporan, artikel dan sebagainya. Pada

penelitian ini, analisis data dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut:

1. Koleksi Data

Koleksi data bertujuan untuk memperkaya data-data yang

dibutuhkan bagi peneliti. Koleksi data diperoleh dari kombinasi antara

bahan-bahan bacaan koleksi dari data pustaka, hasil penelitian di

lapangandan data online. Koleksi data pustaka dikumpulkan dari dua

sumber yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sumber data pustaka didapat dari sumber primer yaitu dari buku,

jurnal, majalah, laporan penelitian, karya ilmiah, tesis, disertasi dan

lainnya yang khusus membahas tentang penelitian ini. Sedangkan data

pelengkap lainnya didapat dari sumber sekunder yaitu dari internet, hasil

observasi, hasil wawancara dan hasil dokumentasi. Data lapangan

diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan secara langsung terhadap

12 Patung Astrologi Cina di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar.

2. Komparasi Data

Komparasi data bertujuan untuk menyeleksi data, antara data yang

benar dan data yang diragukan, agar menemukan data yang relevan antara

keduanya. Komparasi data pada penelitian ini dilakukan terhadap dua jenis

sumber data, yaitu data lapangan dengan data pustaka. Komparasi data ini

dilakukan untuk membandingkan kedua data tersebut apakah terdapat

data-data yang relevan antara data pustaka dan data lapangan sesuai

dengan masalah yang diteliti.

3. Menganalisis Objek dan Subjek Penelitian

Langkah berikutnya yaitu menganalisis objek dan subjek

penelitian, dengan berpedoman pada hasil komparasi data. Analisis

dilakukan dengan cara memahami terlebih dahulu makna struktur dua

belas Astrologi Cina (Shio) setelah itu memfokuskan dua belas12 Patung

Astrologi Cina (Shio) di Vihara Avalokitesvara pada Kebudayaan

Masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar : Kajian Terhadap Fungsi

dan Makna Simbol.

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Penyajian Data

Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan semua data yang

didapat. Kumpulan data berasal dari hasil koleksi data, hasil komparasi

data, dan hasil analisis objek dan subjek penelitian. Semua data diolah dan

dijadikan satu kesatuan rangkaian kata-kata untuk mendeskripsikan hasil

penelitian secara rinci, detail, dan relevan. Penyajian data dikelompokkan

ke dalam sistematika pembahasan hasil penelitian, yaitu mengenai 12

Patung Astrologi Cina Vihara Avalokitesvara pada Kebudayaan

Masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar : Kajian Terhadap Fungsi

dan Makna Simbol.

5. Verifikasi Data

Verifikasi merupakan pemeriksaan terhadap kebenaran sesuatu

berdasarkan bukti-bukti yang nyata. Verifikasi data bertujuan menegaskan

data yang dikumpulkan benar-benar relevan dan dapat

dipertanggungjawabkan untuk kebutuhan penelitian.

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
DESKRIPSI ETNOGRAFI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Kota Pematangsiantar

Nama Pematangsiantarmerupakan perpaduan dari dua kata yaitu kata

pematang dan siantar. Kedua kata ini tidak pula dapat dipastikan berasal kata dari

bahasa batak sekarang tetapi lebih jauh berasal dari kata melayu kuno yang sudah

diadopsi dalam kosa kata sehari-hari dalam bahasa batak pesisir khususnya di

daerah Simalungun.

Masyarakat di Pematangsiantar memang mempunyai heterogen yang

sangat banyak, berbagai suku, agama dan budaya ada terdapat disana. Hal ini

yang pada masa lalu membuat masing-masing masyarakat yang ada dalam

mempertahankan identitas dirinya masing-masing terutama disaat adanya

interaksi dapat menimbulkan perselisihan yang tajam.

Keadaan demikian tentu tidak menghidarkan masyarakat tersebut untuk

saling curiga dan mudah tersinggung bahkan terjadi perkelahian. Dalam mencari

rezeki dipusat kota atau dipasar, hal itupun akan menjadi sesuatu yang laten untuk

saling melindungi golongannya. Syukurlah dari pembangunan yang dilakukan

pemerintah telah memberikan kesadaran akan perlunya saling toleransi dan saling

menghormati disemua aspek membuat hal-hal yang jelek ada dahulunya sudah

mulai terkikis.

Masyarakat Pematangsiantar sudah membangun dirinya masing-masing

terutama adanya patron yang ditiru dari putra-putri asal Pematang Siantar yang

telah berhasil dibidang pendidikannya maupun karir. Masyarakat disana sangat

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


suka dan berlomba-lomba untuk menyekolahkan anaknya sampai setingi-

tingginya.

Disaat sekarang ini dikota Pematangsiantar yaitu kota yang terletak di

Sumatera Utara dan menjadi kota kedua terbesar setelah kota Medan memiliki

masyarakat yang terdiri dari beragam suku dan agama tetapi masyarakatnya telah

mampu untuk tetap solid dan saling menghargai.

Nama asli Kota Pematangsiantar disebut Siattar dan masih terkait dengan

kerajaan di Simalungun yaitu yang dikenal orang dengan Raja Jumorlang dan

Datu Bolon.Nama Pematangsiantar tersebut diawali dari cerita kedua tokoh ini,

yang mana keduanya memiliki kesaktian mandraguna dan saling mengadu

kesaktiannya.

Disuatu hari kedua tokoh ini mengadakan pertandingan kesaktian dan bagi

pemenangnya akan mendapatkan “hadiah” yaitu berbentuk tanah atau wilayah dan

harta benda serta istri orang yang telah dikalahkan.

Adu tanding kesaktian dikala itu sudah biasa dilakukan, namun

pertandingan antara Raja Jumorlang dengan Datu Bolon dinilai sangat luar biasa

karena kesaktian mereka sangat tersohor, sehingga masyarakat jadi penasaran dan

ingin segera tahu siapa yang menjadi pemenangnya. Adu kesaktianpun

berlangsung di Bukit Parbijaan di Pulau Holong.

Tak diduga dalam adu kesaktian itu dimenangkan oleh Datu Bolon,

sedangkan Raja Jumorlang kalah, tetapi secara kesatria , kedudukan Raja

Jumorlang berpindah kepada Datu Bolon. Begitu hebatnya ilmu yang dimiliki

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Datu Bolon, setelah memenangkan pertandingan itu , diapun merubah namanya

menjadi Raja Namartuah.

Raja Namartuah atau Datu Bolon akhirnya mengawini bekas permaisuri

dari Raja Jumorlang dan posisinya tetap sebagai permaisuri (Puanbolon). Dari

keturunan ini kelak akan menjadi penerus kerajaan Siattar, sedangkan anak dari

Raja Jumorlang oleh Raja Namartuah dijadikan anak tiri.

Asal mula nama Siattar itu berasal dari nama sebidang tanah di “attaran”

pada Pulau Holong. Dalam bahasa Simalungun “attar” ditambah akhiran an

artinya kata unjuk untuk sebuah wilayah (areal tanah). Lama kelamaan akhiran an

ini berubah menjadi awalan “si”.

Sementara awalan “si” dalam bahasa Simalungun dipakai untuk sebuah

kata tempat dan benda. Setelah digabung, akhirnya kata-kata itu menjadi nama

sebuah perkampungan . Lama kelamaan daerah ini makin padat penduduknya dan

warga pendatang juga terus bertambah.

Sedangkan kata Pematang berasal dan berartikan parhutaan atau

perkampungan. Dulu Raja yang berkuasa di Siattar tinggal di Rumah Bolon atau

Huta dan dari keadaan demikian inilah muncul ide tempat tinggal raja disebut

pematang. Sehingga jika digabungkan nama itu menjadi Pematang Siantar artinya

Istana Raja Siattar.

Sebelum mengalahkan Raja Jumorlang, Datu Bolon atau Raja Namartuah

dikala itu sudah memiliki daerah kekuasaan yakni kerajaan Sipolha, lama-

kelamaan kerajaan itu digabungkan ke dalam suatu pusat pemerintahan di Siattar.

Uniknya, dalam adat Simalungun, partuanon Sipolha berkedudukan sebagai tuan

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kaha dan mempunyai hak menobatkan Raja Siattar.Pertanyaannya mengapa

partuanon sipolha justru bertindak menjadi tuan „kaha‟ dari pada Raja Siantar ?

Bila kita pergi ke Sipolha, maka disana akan terdapat suatu Huta bernama

Huta Mula dan tempat tersebut didiami oleh Raja Malau. Generasi Malau Raja

yang merantau ke Sipolha kemudian membangun daerah kekuasaanya disana dan

tak bisa dipungkiri bahwa keturunan Malau Raja tersebut datang bersama-sama

dengan keturunan dari Silau Raja lainnya yaitu Manik Raja, Ambarita Raja

maupun Gurning Raja.

Malau Raja sebagai anak tertua dari keturunan Silau Raja harus bertindak

sebagai kakak tertua bagi adik-adiknya yang lain dan tak terkecuali untuk wilayah

Sipolha tersebut. Di Sipolha khususnya di Huta Mula maka yang menjadi

penguasa kerajaan adalah bermarga Malau.

Oleh sebab itu, didalam Kerajaan Siattar akhirnya dibagi dalam lima (5)

partuanon dan satu parbapaan yaitu:

1. Partuanon Nagahuta.

2. Partuanon Sipolha.

3. Partuanon Marihat.

4. Partuanon Sidamanik.

5. Partuanon Bandar Tungkat.

Sedangkan untuk parbapaan khusus satu yaitu parbapaan Dolok Malela

dan Tuan Bangun. Pembagian wilayah ini sampai sekarang masih dipertahankan

dan berlaku khususnya dalam budaya.

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2 Sejarah Masyarakat Tionghoa di kota Pematangsiantar

Belanda yang sempat berkedudukan di Perdagangan pada tahun 1907 di

pindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu Kota Pematangsiantar mulai berkembang

menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru. Apalagi dibukanya jalan-

jalan baru ke luar daerah Simalungun, makin membuat banyak orang berlomba-

lomba hijrah ke daerah ini. Tahun-tahun berikutnya, para pemodal asing

membuka lahan-lahan perkebunan di daerah-daerah sekitar Pematangsiantar.

Hampir bersamaan dengan pembukaan perkebunan tersebut, pembangunan

irigasi juga semakin diintensifkan, sering dengan makin meningkatnya para petani

yang datang dari daerah Tapanuli. Meskipun perpindahan itu sempat terkendala

beberapa waktu akibat berjangkitnya penakit kolera yang menimbulkan banyak

korban jiwa, bahkan menyebabkan sebagian ada yang kembali ke daerah

Tapanuli.

Dibukanya jalan raya dari Balige ke Pematangsiantar pada tahun 1915

memberi arti tersendiri bagi orang-orang yang akan memasuki Simalungun atau

daerah lainnya di Sumatera Timur, sekaligus memberikan kemudahan bagi

mereka yang akan pindah. Terbukanya hubungan lalu-lintas sampai ke Kota

medan pada tahun-tahun berikutnya menyebabkan daerah Pematangsiantar

menjadi kota transit bagi orang-orang yang melintas untuk mencari pekerjaan.

Akibatnya, Kota Pematangsiantar menjadi tempat berbagai suku bangsa

dan itu berkenaan dengan orang-orang Toba, Karo Mandailing, Jawa, Cina dan

sebagainya.

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada awalnya penduduk asli kota Pematang Siantar di dominasi oleh suku

Batak Simalungun, namun setelah terjadi urbanisasi makapenduduk kota

Pematangsiantar terdiri dari berbagai macam suku antara lain Tapanuli, Jawa,

Aceh, Minang Kabau, Karo, Cina, India dan Melayu.

Pusat perkotaan terutama dimiliki warga negara Tionghoa, sedangkan pasar

dan toko-toko kelontong kecil dimiliki oleh orang pribumi. Pematangsiantar juga

berfungsi sebagai kota transit dagang bagi daerah perkebunan di sekitarnya, dan

kota persinggahan bagi mereka yang ingin berkunjung ke daerah danau Toba.

Pertambahan penduduk yang mendadak dan perencanaan pengembangan yang

tidak memadai pada tahun 1965 membawa akibat fatal bagi Pematangsiantar.

Gangguan keamanan karena adanya pemberontakan PKI (Partai Komunis

Indonesia) ikut mempengaruhi urbanisasi di Pematangsiantar.

4.3. Kebudayaan masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar

Kebudayaan masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar dapat dilihat dari

bermacam aspek kehidupan masyarakatnya, dimulai dari sistem religi, bahasa,

seni dan perkakas atau bangunan.

4.3.1 Sistem Religi Masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar

Masyarakat Tionghoa memiliki berbagai sistem religi, baik yang berasal

dari kawasan setempat, yaitu daratan China maupun dari luar, terutama India

dengan agama Buddha. Sebagai permulaan, agama Buddha ternyata bukanlah

agama asli masyarakat Tionghoa, melainkan “diadopsi” dari India. Namun

demikian ajaran-ajaran Tao dan Konfusius memang diakui tumbuh dan

berkembang di daratan China. Kedua ajaran ini mengembangkan filsafat

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kebajikan untuk hidup di dunia ini dan menyembah kepada Tuhan (Thien).

Mereka harus berbuat baik kepada semua manusia dan makhluk di dunia ini.

Karena sejarah dan asal-usul tempat yang sama ini, maka banyak

ditemukan kesamaan antara agama Buddha dan Hindu. Bahkan, jika seseorang

mengunjungi Laos, sebuah negara yang didominasi agama Buddha dan

mengamati beberapa monumen disana akan ditemukan gambar-gambar Buddha

yang sangat meyerupai gambar-gambar pada cerita kepahlawanan agama Hindu,

yaitu Ramayana dan Mahabarata. Dengan demikian diingkinkanadanya Dewa

Monyet dalam mitologi China kuno adalah memiliki hubungan persamaan

denganHanoman,si Raja Monyet dalam mitologi Hindu.

Selanjutnya, suatu penelitian atas ajaran sistem religi yang disebutDao

menunjukkan bahwa ajaran itu tidak dimulai sebagai suatu agama, tetapi sebagai

suatu sistem pemikiran filosofis. Begitu juga dengan agama Konghucu. Pada

dasarnya, sistem religi yang awal kali menguasai orang-orang Tionghoa adalah

sistem religi rakyat atau suku. Setiap suku menyembah Dewa-dewa yang berasal

dari provinsi, kota, ataupun desa mereka sendiri. Dewa-dewa ini menjadi lebih

dihormati lagi di masa Dinasti Shang.

4.3.2 Bahasa Masyarakat Tionghoa di kota Pematangsiantar

Masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar merupakan masyarakat

minoritas dibandingkan dengan masyarakat lainnya seperti masyarakat Batak,

Karo, Melayu, Jawa, ataupun masyarakat Minang. Seperti kecendrungan

masyarakat Tionghoa lainnya dibeberapa wilayah di Indonesia, masyakarat

Tionghoa cenderung memakai bahasa suku mereka. Hal ini juga terlihat dalam

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kehidpan masyarakat tionghoa yang ada di Pematangsiantar. Mayarakat Tionghoa

di Pematangsiantar menggunakan bahasa suku Hokkien sebabagi bahasa sehari-

hari mereka yang digunakan sesama masyarakat Tionghoa lainnya. Namun bahasa

Hokkien tidak dapat digunakan kepada masyarakat diluar suku Tionghoa, karena

dapat menimbulkan kesalahpahaman diantaranya bahkan pertikaian. Sehingga

walaupun bahasa Hokkien merupakan bahasa ibu dan sehari-hari yang digunakan

oleh masyarakat tionghoa di Pematangsiantar, namun mereka tetap mampu

menggunakan bahasa Indonesia yang baik.

Selain bahasa Hokkien, sebagian kecil masyarakat Tionghoa juga

menggunakan bahasa Tio Chiu, yaitu bahasa dari suku Tion Chiu. Namun bahasa

ini hanya digunakan oleh beberapa keluarga saja pada masyarakat Tionghoa

dikota Pematangsiantar.

4.3.3 Kesenian Mayarakat Tionghoa di kota Pematangsiantar

Kesenian masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar dapat dilihat dari

berbagai acara yang ditampilkan pada hari-hari besar masyarakat tionghoa di

Pematanggsiantar. Salah satunya adalah Opera Beijing, Opera Tiochiu, Opera

Kanton, dan beberapa tradisi Imlek seperti Barongsai.

Opera Beijing sendiri adalah opera cina yang menggunakan bahasa

mandarin. Opera ini adalah jenis opera yang paling terkenal pada masyarakat

tionghoa. Opera Beijing adalah opera yang menyatukan beberapa unsur seni

diantaranya tari, nyanyian, bela diri dan sastra ataupun puisi. Begitu juga dengan

opera lainnya, baik opera Tiochiu ataupun Opera Kanton. Hal utama yang

membedakan opera-opera ini adalah bahasa yang digunakan dalam pertunjukan

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


opera. Seperti Opera Kanton menggunakan bahasa Kanton dan opera Tiochiu

menggunakan bahasa Tiochiu.

Pertunjukan opera yang ada dimasyarakat Pematangsiantar ini dilakukan

dalam memperingati kelahiran para dewa di vihara-vihara yang ada di

Pematangsiantar. Opera-opera ini merupakan persembahan dari masyarakat

pemeluknya kepada dewa, sehingga untuk pemain opera ini sendiri sering

didatangkan dari negara cina sendiri. Karena dianggap lebih megah untuk suatu

kado kepada dewa.

Kesenian lainnya masyarakat tionghoa di Pematangsiantar adalah

Barongsai. Kesenian ini kerap diadakan saat Imlek. Barongsai sendiri adalah

sejenis tarian tradisional cina yang menggunakan kostum sarung menyerupai

singa. Tak banyak berbeda dengan barongsai lainnya, barongsai yang kerap

ditampilkan di Pematangsiantar ini hampir sama dengan barongsai yang

dipertujukan baik di Tebing Tinggi ataupun di Kota Medan. Karena beberapa

pemain barongsai di Pematangsiantar juga didatangkan dari beberapa daerah

seperti Tebing Tinggi, Binjai dan Kota Medan.

4.3.4 Perkakas dan Bangunan Masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar

Pematangsiantar juga terkenal dengan kota dengan tingkat toleransi

beragama yang sangat tinggi. Keanekaragaman beragama di Indonesia berjalan

sangat baik di kota ini. Hal ini dapat kita lihat dari keanekaragaman tempat

beribadah. Tidak ada satu aliran agama yang mencolok di kota ini, bisa dikatakan

bahwa tempat-tempat beribadah di kota ini sangat besar. Akan tetapi tidak ada

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


salahnya jikadijadikan objek wisata rohani. Mungkin tidak sedikit yang masih

enggan mengenal keunikan bangunan-bangunan rumah ibadah.

Jika singgah ke Pematangsiantar, sempatkanlah untuk mampir ke Vihara

Avalokitesvara. Tempat ini menjadi salah satu pilihan karena tempat ini

merupakan bangunan asli masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar. Ditinjau

dari halaman saja sudah sangat mencolok. Betapa tidak, patung besarDewi Kwan

Im berada di Vihara tersebut. Sebelum kita masuk melangkah ke dalam Vihara

ini, patung tersebut dapat dijadikan objek foto.

Bangunan yang besar, terlihat kokoh menjulang. Tangga Vihara yang

tersusun rapi seolah menyambut setiap pengunjungnya. Di lantai dua tempat kita

masuk nantinya, di depan pintu terdapat guci besar tempat menyematkan dupa.

Mungkin bagi orang yang sembayang nantinya akan meletakkan dupa yang

dibakar di guci besar ini. Pintu bangunan yang besar, seolah melamunkan saya

bahwa kita sedang berada di daratan China. Tepat ketika masuk pertama, dapat

terlihat jelas semacam tempat duduk yang digelar. Mungkin ini dapat dijadikan

alas bagi orang yang sembayang bersila, menghadap sebuah patung sedang.

Dibalik patung tersebut terlihatlah barisan tempat duduk yang lebih rapih.

Menghadap ke 3 patung besar. Patung ini adalah tiga raja, sengaja dipesan

langsung dari Taiwan, karena di Indonesia belum ada yang produksi. Mungkin

dapat dibayangkan bagaimana mengirim ketiga patung besar ini ke Indonesia.

Ketiga Patung tersebut menggambarkan tiga pemimpin.Di depan patung Dewi

Kwan Im terdapat lonceng besar dengan bangunannya yang memesona mata.

Kecantikan kawasan vihara ini semakin lengkap dengan terdapatnya patung-

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


patung shio sesuai kepercayaan masyarakat Tionghoa. Patung shio yang berjejer

rapi ini diwujudkan dalam bentuk hewan-hewan simbol shio-shio ini, seperti

tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing

dan babi.

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Asal-usul Astrologi (Shio)

5.1.1 Mitos dan Legenda Astrologi (Shio)

Tikus, Kerbau, Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda Kambing, Monyet,

Ayam, Anjing dan Babi adalah Simbol Binatang dalam 12 Shio Tradisi Tionghoa.

Setiap Binatang menandakan 1 tahunan terdapat 12 binatang yang melambangkan

12 tahunan dalam kalender Imlek. Pada Tahun ke 13 Lambang Binatang akan

kembali lagi pada nomor urut pertama dan seterusnya. 12 (dua belas) binatang

tersebut harus berurut sesuai dengan nomor urutan. Jadi Tikus merupakan

binatang yang menduduki nomor urut pertama dan yang paling terakhir adalah

Babi.

Banyak cerita maupun legenda yang beredar di Masyarakat Tionghoa

mengenai Asal-usul penggunaan 12 Binatang tersebut dalam Shio dan juga asal

usul Tikus menduduki urutan pertama diantara binatang-binatang lainnya.

Berikut ini adalah salah satu Cerita Legenda Asal usul 12 Shio dan

Binatang-binatang yang diplihnya dalam melambangkan nama Tahun.

Konon, pada zaman dahulu kala di China, Masyarakat saat itu tidak

mengetahui bagaimana caranya untuk menghitung Tahun, bulan, hari dan Waktu.

Oleh sebab itu, Masyarakat saat itu memohon dan berdoa kepada Kaisar Langit

(Yu Huang Da Di [玉皇大帝]) untuk mengajarkan cara perhitungan tersebut.

Kaisar Langit (Yu Huang Da Di) kemudian berpikir bahwa Binatang dan Manusia

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mempunyai hubungan yang sangat dekat. Jika menggunakan Nama Binatang

sebagai Nama Tahun, maka Manusia akan mudah mengingatkannya.

Tapi di Bumi terdapat banyak sekali jenis Binatang, bagaimana cara

memilihnya?

Kaisar Langit akhirnya memutuskan untuk menyelenggarakan perlombaan

penyeberangan Sungai pada Hari Ulang Tahunnya. 12 Binatang yang berhasil

menyeberang dan mencapai titik akhir perlombaan lebih duluan akan ditetapkan

sebagai panggilan nama tahun. Setelah pengumuman tersebut diumumkan, semua

binatang di muka bumi ini ingin memenangkan perlombaan agar nama mereka

terdaftar sebagai lambang nama tahun.

Pada waktu itu, Kucing dan Tikus adalah teman baik, mereka sering

makan dan tidur bersamaan. Tikus mengatakan kepada kucing bahwa dia ingin

memenangkan Perlombaan ini agar nama “Tikus” dapat dijadikan lambang tahun,

tetapi kesempatan untuk menang akan sangat kecil karena badannya yang kecil

dan juga kemampuan berenang yang kurang baik. Kucing kemudian berkata

“Karena badan kita kecil, kemampuan lari pun tidak cepat, oleh karena itu, kita

harus bangun tidur lebih cepat. Si Kerbau biasanya bangun lebih pagi, kita minta

si Kerbau untuk membangunkan kita pada hari perlombaan tersebut”. Si Tikus

sangat senang setelah mendengarkan nasihat dari si Kucing.

Pada hari perlombaan sebelum matahari terbit, si Kerbau pun menepati

janjinya dengan membangunkan si Tikus, tetapi si tikus tidak membangunkan si

kucing. Si Kerbau juga berbaik hati memperbolehkan si Tikus untuk duduk di atas

badannya. Kemudian si Tikus pun berangkat sendiri ke perlombaan tersebut

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sambil menumpang diatas kepala si Kerbau. Pada saat hampir mendekati titik

akhir perlombaan, si Tikus tiba-tiba loncat dari kepala si Kerbau dan dengan

sekuat tenaganya berlari menuju ke titik akhir perlombaan. Si Tikus berhasil

menjadi yang pertama (1) tiba di titik akhir perlombaan. Sesaat kemudian si

Kerbau tiba mendapatkan urutan ke dua (2).

Beberapa saat kemudian si Harimau pun tiba dengan badannya yang basah

kuyup, tetapi hanya dapat urutan ke tiga (3).

Si Naga kemudian muncul dari langit dan menuju ke titik akhir

perlombaan, tetapi tiba-tiba si Kelinci muncul dan lebih dulu mencapai titik akhir

perlombaan. Sebenarnya si Kelinci juga tidak bisa berenang, si Kelinci hanya

meloncat-loncat dengan menginjak badan-badan binatang di permukaan sungai

yang ikut dalam perlombaan. Si Naga terlambat karena memiliki tugas untuk

memberikan hujan di daerah timur. Dengan demikian si Kelinci mendapat urutan

ke empat (4) dan si Naga menduduki urutan ke lima (5).

Tak lama kemudian muncullah Kuda, Kambing, Monyet, Ayam dan

Anjing yang berusaha berlari menuju ke titik akhir perlombaan. Tiba-tiba muncul

seekor ular besar dari padang rumput dan menduduki urutan ke enam (6). Kuda

hanya mendapat urutan ke tujuh (7). Kambing, Monyet dan Ayam adalah

binatang yang tidak bisa berenang, mereka mencari sepotong kayu besar untuk

membantu mereka menyeberang sungai tersebut. Dengan modal sepotong kayu

dan saling membantu, akhirnya mereka bertiga juga mampu mencapai titik akhir

perlombaan. Kambing menduduki urutan ke delapan (8), Monyet ke Sembilan (9)

dan Ayam mendapatkan urutan ke sepuluh (10).

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Urutan sebelas (11) diduduki oleh si Anjing. Si Anjing sebenarnya dapat

tiba lebih awal, tetapi karena sifatnya yang suka bermain, si Anjing akhirnya

memilih untuk mandi dan bermain air dulu sebelum meyeberang sungai.

Urutan terakhir berhasil diraih oleh siapa? Masing-masing binatang sibuk

melihat sana sini dengan penasaran siapa yang akan menjadi yang terakhir ini.

Tiba-tiba dengar suara Babi yang terdengar dari jauh. Semua binatang merasa

aneh, Babi merupakan binatang yang paling malas beraktivitas kok berniat juga

mengikuti perlombaan. Sesampainya di titik akhir, dengan suara yang terengah-

engah, si Babi bertanya kepada binatang-binatang lainnya “Apakah ada Makanan

enak di sini?”. Semuanya menertawakan si Babi. Tetapi dengan demikian, si Babi

juga berhasil mendapat tempat di urutan ke dua belas (12) dalam perlombaan ini.

Kaisar Langit kemudian mengumumkan para pemenang perlombaan

beserta dengan urutannya “1. Tikus, 2. Kerbau, 3. Harimau, 4. Kelinci, 5. Naga, 6.

Ular, 7. Tiba-tiba si Kucing muncul dengan badan yang basah dan bertanya

kepada Kaisar Langit, “Saya dapat urutan ke berapa?”. Kaisar Langit kemudian

menjawab “anda datang terlambat, perlombaan telah selesai”.

Mendengarkan jawaban tersebut, si Kucing sangat marah dan berkata, “Ini

gara-gara si Tikus, saya akan memakannya...”. Cakar si Kucing hampir saja

melukai di Tikus, Kaisar Langit dengan cepat mencegah tindakan si Kucing.

Dengan hati yang takut dan bersalah, si Tikus kemudian meloncat ke samping

Kaisar Langit untuk meminta perlindungan.

Si Tikus memang telah menang dalam perlombaan dan menjadi nomor

satu di urutan dua belas (12) Astrologi (Shio), tetapi karena perbuatannya, si

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tikus setiap saat dikhawatirkan dengan tindakan balas dendam si Kucing. Setiap

melihat Kucing, si Tikus pasti ketakutan dan lari menghindarinya. Pada siang hari,

si Tikus juga harus bersembunyi di Lubang kecil agar tidak jumpa dengan si

Kucing. Inilah akibat dari kesalahan si Tikus terhadap si Kucing.

Sehingga urutan dua belas shionya adalah:

1. Astrologi (Shio) Tikus

2. Astrologi (Shio) Kerbau

3. Astrologi (Shio) Macan

4. Astrologi (Shio) Kelinci

5. Astrologi (Shio) Naga

6. Astrologi (Shio) Ular

7. Astrologi (Shio) Kuda

8. Astrologi (Shio) Kambing

9. Astrologi (Shio) Monyet

10. Astrologi (Shio) Ayam

11. Astrologi (Shio) Anjing

12. Astrologi (Shio) Babi

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5.1.1: Tahun Shio Cina

Sumber: Joseph Reno, 2010

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2. Fungsi dan Makna 12 Patung Astrologi (Shio)

Gambar 5.2 : Patung 12 Shio di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Sumber : Panji Villiberto, 2017

Gambar 5.2 : Patung 12 Shio di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Sumber : Panji Villiberto, 2017

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.1 Patung Astrologi (Shio) Tikus

Patung Astrologi (Shio) Tikus mempunyai makna sebagai simbol yang

menunjukkan daya tarik dan usaha yang tidak kenal lelah. Mereka adalah orang-

orang yang hangat dengan karakter kepribadian yang penuh semangat. Shio Tikus

juga mempunyai makna sebagai simbol dari karakter orang yang mudah merasa

cemas, gelisah, mudah tersinggung, sering bertingkah aneh dan juga boros.

Di kebudayaan masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar, orang yang lahir

dalam naungan shio Tikus juga mempunyaimakna sebagai simbol orang-orang

yang memiliki sifat tenang, agresif, dan selalu bergembira. Penampilannya

meyakinkan dan mengesankan sehingga disenangi dan dipercaya oleh teman-

teman dekatnya. Orang yang lahir dalam shio tikus juga tergolong murah rezeki

dan selalu menolong orang yang sedang susah. Shio tikus juga senang berkumpul-

kumpul dengan teman-temannya.

Menurut kebudayaan Cina, Astrologi (Shio) Tikus ini lebih dominan

berprofesi seperti wartawan, pedagang, akunting, pelukis, dan penulis. Sebagai

contoh, seorang pedagang harus memiliki sifat yang menunjukkan daya tarik dan

usaha yang tidak kenal lelah, agar usahanya berjalan dengan lancar. Di dalam

kebudayaan Masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar,orang-orang yang

lahir pada Astrologi (Shio) Tikusjuga dipercaya akan membawa keberuntungan

yang baik jika berprofesi sebagai wartawan, pedagang, akunting, pelukis dan

penulis.

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. 2. 1

Patung Shio Tikus di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Sumber: Panji Villiberto, 2017

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.2 Patung Astrologi (Shio) Kerbau

Astrologi (Shio)Kerbau mempunyai makna sebagai simbol yang

melambangkankemakmuran lewat keuletan, dapat diandalkan, bersifat tenang dan

teliti.Dalam bertindak selalu memikirkan dan mempertimbangkan dengan baik

dan matang sehingga selalu terhindar dari bahaya.Shio kerbau juga mempunyai

makna sebagai simbol dari sifat yang lambat dalam mengambil tindakan dan

keputusan, menyendiri dan suka menyombongkan diri.

Masyarakat Tionghoa di kota Pematangsiantar mempercayai,orang yang

lahir di naungan Astrologi (Shio) Kerbau juga memilikimakna sebagai tanda yang

melambangkan orang-orang yang memiliki sifatpekerja keras, tidak cepat putus

asa, teguh pendirian, dan selalu bersemangat.

Astrologi (Shio) Kerbau ini lebih dominan berprofesi sebagai fotografer,

perawat, petani, dan teknisi. Sebagai contoh, seorang perawat harus memiliki

keuletan, dapat diandalkan, bersifat tenang dan telitisupaya hal yang dia kerjakan

berjalan dengan baik. Baikdidalam kebudayaan Masyarakat Tionghoa di Kota

Pematangsiantar,orang-orang yang lahir pada Astrologi (Shio) Tikus juga

dipercaya akan membawa keberuntungan yang baik jika berprofesi sebagai

fotografer, perawat, petani, dan teknisi.

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. 2. 2

Patung Shio Kerbau di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Sumber: Panji Villiberto, 2017

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.3 Patung Astrologi (Shio) Macan

Patung Astrologi (Shio) Macan mempunyai makna sebagai simbol

yangmelambangkan kekuasaan, hawa nafsu, keperkasaan, suka memberontak,

beranekaragam dan tak dapat diramalkan.

Orang-orang yang lahir dalam naungan Patung Astrologi (Shio) Macan

juga mempunyai simbol yang bermaknamemiliki sifat dan bakat untuk

memimpin, pekerja keras, bijaksana, dan selalu berpikir sebelum bertindak.

TetapiAstrologi (Shio) macan ini juga bermakna ingin selalu memimpin sehingga

menjadi tukang perintah. Bila perlu orang yang menghalanginya ditantang duel

atau diajak bertengkar.

Astrologi (Shio) Macan ini lebih dominan berprofesi yang sesuai dengan

bakat dan kemampuannya adalah direktur perusahaan, pejabat, mandor, dan

perwira militer. Sebagai contoh, seorang perwira militer harus memiliki sifat dan

bakat untuk memimpin, pekerja keras, bijaksana, dan selalu berpikir sebelum

bertindak supaya yang dia kerjakan berjalan dengan baik. Didalam kebudayaan

masyarakat Tionghoa di kota Pematangsiantar, orang-orang yang lahir pada

Astrologi (Shio) Macan dipercaya akan membawa keberuntungan yang baik jika

bekerja sebagai direktur perusahaan, pejabat, mandor, dan perwira militer.

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. 2. 3

Patung Shio Macan di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Sumber: Panji Villiberto, 2017

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.4 Patung Asrologi (Shio) Kelinci

Patung Astrologi (Shio) Kelincimempunyai makna sebagai simbol yang

melambangkan umur yang panjang dengan keanggunan, sopan santun, nasehat

baik, seseorang yang mempunyai selera yang tinggi, mempunyai kemampuan

dalam berdagang,dan kepekaan segala bentuk keindahan. Patung Astrologi (Shio)

Kelinci juga mempunyai makna sebagai simbol yang mudah mengobarkan

perselisihan dan hanya mau bergaul dengan orang-orang yang berderajat tinggi.

Di kebudayaan Masyarakat Pematangsiantar Patung Astrologi (Shio)

kelincimempunyai makna sebagai simbol yang memiliki sifatpandai mengatur

keuangan, selalu memperhitungkan segala tindakannya, pandai menyembunyikan

perasaan, mempunyai pembawaan yang tenang dan sangat memegang teguh

janjinya.

Menurut kebudayaan Cina, orang-orang yang lahir di naungan Astrologi

(Shio) Kelinci ini lebih dominan berprofesi yang sesuai dengan bakat dan

kemampuannya adalah aktor, pengacara, diplomat dan wartawan. Sebagai contoh,

seorang aktor memiliki sifat yang pandai menyembunyikan perasaan, mempunyai

pembawaan yang tenang, dan sangat memegang teguh janjinya. Apabila dia tidak

memiliki sifat seperti itu, dia tidak akan menjadi aktor yang baik dan professional.

Di dalam kebudayaan Masyarakat Tionghoa di Kota

Pematangsiantar,orang-orang yang lahir pada Astrologi (Shio) Kelinci juga

dipercaya akan membawa keberuntungan yang baik jika berprofesi sebagaiaktor,

pengacara, diplomat, dan wartawan.

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. 2. 4

Patung Shio Kelinci di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Sumber: Panji Villiberto, 2017

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.5 Patung Astrologi (Shio) Naga

Patung Astrologi (Shio) Naga mempunyai makna sebagai simbol yang

melambangkan kemakmuran, semangat hidup yang tinggi dan rela mengorbankan

diri demi membela apa yang dianggapnya benar. Patung Astrologi (Shio) Naga

juga menjadi simbol yang melambangkan seseorang yang suka bergunjing, suka

memuji diri sendiri, besar mulut dan keras kepala.

Di Kota Pematangsiantar, masyarakat Tionghoa percaya bahwa orang

yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Nagabermakna sebagai seseorang

yang mempunyai sifat yang rajin, tidak pernah berhenti belajar dan pantang

dihina.

Menurut kebudayaan Cina, Astrologi (Shio) Nagasangat baik berprofesi

sesuai dengan bakat dan kemampuannya adalah pengacara, dokter, pendeta,

arsitek, pedagang, dan politikus. Sebagai contoh, seorangpengacara harus

memiliki semangat hidup yang tinggi dan rela mengorbankan diri demi membela

apa yang dianggapnya benar. Di dalam kebudayaan Masyarakat Tionghoa di Kota

Pematangsiantar,orang-orang yang lahir pada Astrologi (Shio) Tikus juga

dipercaya akan membawa keberuntungan yang baik jika berprofesi

sebagaipengacara, dokter, pendeta, arsitek, pedagang, dan politikus.

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. 2. 5

Patung Shio Naga di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Sumber: Panji Villiberto, 2017

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.6. Patung Astrologi (Shio) Ular

Patung Astrologi (Shio) Ularmempunyai makna sebagai simbol yang

melambangkan kebijkasaan lahiriah dan intuisi yang tajam. Astrologi (Shio) Ular

jugamempunyai makna sebagai simbol yang melambangkan keegoisan dan

kedengkian.

Di kota Pematangsiantar, masyarakat Tionghoa percaya bahwa orang-

orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Ularmempunyai makna sebagai

simbol yang melambangkan pembawaan yang menarikdan pandai dalam

mengatur waktu.

Menurut kebudayaan Cina, Astrologi (Shio) Ularsangat baik berprofesi

sesuai dengan bakat dan kemampuannya adalah psikiater, diplomat, penulis,

dosen, politikus, dan astrolog. Sebagai contoh, seorang dosen harus memiliki

pembawaan yang menarik, pandai dan bijaksana dalam mengatur waktu dan

intuisi yang tajam.

Di dalam kebudayaan Masyarakat Tionghoa di Kota

Pematangsiantar,orang-orang yang lahir pada Astrologi (Shio) Ular juga

dipercaya akan membawa keberuntungan yang baik jika berprofesi sebagai dosen,

psikiater, penulis,plotikus, penulis dan astrolog.

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. 2. 6

Patung Shio Ular di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Sumber: Panji Villiberto, 2017

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.7 Patung Astrologi (Shio) Kuda

Patung Astrologi (Shio) Kuda mempunyai makna sebagai simbol yang

melambangkan kemandirian dalam bekerja dan mereka adalah orang-orang

dengan kepribadian yang tidak kenal lelah.Akan tetapi patung Astrologi (Shio)

Kuda jugamempunyai makna sebagai simbol yang selalu memaksakan kehendak

dan kecerobohan.

Orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Kuda dipercaya oleh

Masyarakat di Pematangsiantarbermakna sebagai simbol yang ingin selalu

kelihatan hebat dan menarik, suka berpakaian rapi,cepat tanggap, dan suka

berspekulasi.

Menurut kebudayaan Cina, Astrologi (Shio) Kudasangat baik berprofesi

sesuai dengan bakat dan kemampuannya adalah politikus, pedagang, atlit,

astrolog, dan pengusaha. Sebagai contoh, seorang atlit harus memiliki

kemandirian dalam bekerja dan tidak kenal lelah.

Di kebudayaan Masyarakat Tionghoa di kota Pematangsiantar, orang-

orang yang lahir pada Astrologi (Shio) Kuda juga dipercaya akan membawa

keberuntungan yang baik jika berprofesi sebagai politikus, pedagang, atlit,

astrolog dan pengusaha.

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. 2. 7

Patung Shio Kuda di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Sumber: Panji Villiberto, 2017

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.8 Patung Astrologi (Shio) Kambing

Patung Astrologi (Shio) Kambing mempunyai makna sebagai simbol yang

melambangkan kelembutan, kreatif, imajinatif,berbudi pekertidan fanatik. Patung

Astrologi (Shio) Kambing jugamempunyai makna sebagai simbol keburukanyang

melambangkan kurang bisa mengendalikan diri, penakut, lamban dan ragu-ragu.

Dikebudayaan Masyarakat Tionghoa di kota Pematangsiantar, orang-orang

yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Kambing ini mempunyai makna

sebagai simbol dari sifat yang menyukai keindahan dan seni, sehingga disenangi

dalam pergaulan. Masyarakat Pematangsiantar juga percaya, orang yang lahir di

Astrologi (Shio) Kambing juga murah hati, dermawan dantekun beribadah.

Menurut kebudayaan Cina, Astrologi (Shio) Kambing sangat baik

mempunyai profesi yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya adalah

seniman, aktor, teknisi, dan diplomat. Sebagai contoh, seorang seniman harus

memiliki sifat kelembutan, kreatif, imajinatif,berbudi pekertidan fanatik. Agar apa

yang dikerjakan selalu menjadi hal baru dan memiliki nilai seni yang baik. Di

dalam kebudayaan Masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar,orang-orang

yang lahir pada Astrologi (Shio) Kambing juga dipercaya akan membawa

keberuntungan yang baik jika berprofesi sebagaiseniman, aktor, teknisi, dan

diplomat.

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. 2. 8

Patung Shio Kambing di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Sumber: Panji Villiberto, 2017

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.9 Patung Astrologi (Shio) Monyet

Patung Astrologi (Shio) Monyet mempunyai makna sebagai simbol yang

memiliki arti sebagai lambang penemu, dan inovasi. Mereka adalah orang-orang

yang sangat menarik dengan karakter yang penuh semangat. Akan tetapi patung

Astrologi (Shio) Monyet juga mempunyai makna sebagai simbol yang memiliki

arti keegoisan dan kesombongan.

Di dalam kebudayaan Masyarakat Tionghoa di kota Pematangsiantar

mengatakan orang-orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Monyet

mempunyai makna sebagai simbol yang melambangkan sifat bijaksana,banyak

akal, penuh semangat, cerdas.Mereka juga percaya, profesi yang sesuai dengan

bakat dan kemampuan dari orang-orang yang lahir Astrologi (Shio) Monyet

adalah diplomat, ilmuwan, politikus, pesulap dan pelawak.Sebagai contoh,

seorang ilmuan adalah orang harus mempunyai karakter sebagai penemu, inovasi,

banyak akal, penuh semangat dan cerdas.

Di kota Pematangsiantar, masyarakat Tionghoa percaya jika seseorang

yang lahir di dalam naungan Astrologi (Shio) dipercaya akan membawa

keberuntungan baik dan akan memperoleh kemujuran yang besar jika berprofesi

sebagai ilmuan, diplomat, politikus, pesulap, dan pelawak.

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. 2. 9

Patung Astrologi (Shio) Monyet di Vihara AvalokitesvaraPematangsiantar

Sumber: Panji Villiberto, 2017

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.10. Patung Astrologi (Shio) Ayam

Ayam tergolong binatang yang paling tidak dimengerti dan paling

eksentrik dalam shio cina. Keluarga unggas yang berlagak bagai pangeran dan

bangga pada bulu-bulunya yang cantik ini memang memiliki pembawaan tak

tercela. Posisi tubuhnya selalu tegak dan terlihat gagah.

Patung Astrologi (Shio) Ayam mempunyai makna yang merupakan simbol

darisimbol dari kewibawaan. Orang yang Astrologinya (Shio) ayam juga

mempunyai makna sebagai simbol dari sifat yang jujur dengan gaya bicaranya

selalu penuh perasaan, cerdas, dan teguh dalam pendirian. Akan tetapi orang yang

bernaungan Astrologi (Shio) Ayam juga bermakna sebagai simbol dari sifat

sembrono, tegas, kolot, dan sering berbuat yang tidak-tidak.

Masyarakat Tionghoa di kota Pematangsiantar percaya profesi yang sesuai

dengan bakat dan kemampuannya adalah dokter, polisi, tentara, koki dan bintang

film. Sebagai contoh, seseorang yang berprofesi sebagai dokter maupun tentara

harus memiliki ketegasan dalam menentukan keputusan yang mutlak. Agar apa

yang mereka lakukan bukan menjadi kesalahan yang besar yang berdampak ke hal

lain nantinya. Masyarakat Tionghoa di kota Pematangsiantar juga percaya, jika

orang orang yang bernaungan di dalam Astrologi (Shio) Ayam akan menerima

keberuntungan baik dan akan memperoleh kemujuran yang besar jika berprofesi

sebagai seorang dokter, polisi, tentara, koki, dan aktor.

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. 2. 10

Patung Astrologi Shio Ayam di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Sumber: Panji Villiberto, 2017

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.11. Patung Astrologi (Shio) Anjing

Patung Astrologi (Shio) Anjing mempunyai makna sebagai simbol yang

melambangkansetia, romantisdan wibawa dan apabila menginginkan sesuatu

menggunakan segala cara untuk meraihnya.Akan tetapi Patung Astrologi (Shio)

Anjing mempunyai makna sebagai simbol yang melambangkan pemberang

(pemarah).

Masyarakat Tionghoa di kota Pematangsiantar percaya bahwa orang-orang

yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Anjing mempunyai makna sebagai

simbol dari sifat yang jujur, setia dan terus terang. Mereka juga percaya Astrologi

(Shio) Anjingjuga mempunyai makna sebagai simbol darisifat yang egois,

mementingkan diri sendiri, dan keras kepala. Profesi yang sesuai dengan bakat

dan kemampuannya adalah adalah guru, pendeta, ulama, politikus dan supervisi.

Sebagai contoh, seorang petinggi agama seperti ulama dan pendeta harus

memiliki kesetiaan yang tinggi terhadap agamanya agar tetap bisa

mempertahankan pendirian dan kepercayaan agamanya. Seseorang yang

berprofesi sebagai politikus juga seperti itu, apabila dia tidak memiliki kesetiaan

dan loyalitas terhadap partai yang dia miliki, dia tidak akan bisa berpolitik dengan

baik menggeluti bidang tersebut.

Masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar juga percaya bahwa orang

yang berprofesi sebagai pendeta, ulama, guru, politikus, dan supervise akan

memperoleh keberuntungan yang baik jika lahir di naungan Astrologi (Shio)

Anjing.

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. 2. 11

Patung Astrologi (Shio) Anjing di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Sumber: Panji Villiberto, 2017

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.2.12. Patung Astrologi (Shio) Babi

Patung Astrologi (Shio) Babi mempunyai makna sebagai simbol yang

memiliki arti yang melambangkan kesederhanaan, keuletan yang luar biasa, dan

kejujuran.Akan tetapi Patung Astrologi(Shio) Babi juga mempunyai fungsi

sebagai simbol yang memiliki arti yang melambangkan keserakahan dan

keegoisan.

Masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar percaya bahwa orang-

orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Babi mempunyai makna sebagai

simbol yang memiliki sifat pemberani, apa adanya, suka menolong, dapat

dipercaya, dan mau bekerja apa saja. Orang yang lahir di waktu Astrologi (Shio)

babi juga dipercaya Masyarakat Tionghoa di kota Pematangsiantarmempunyai

makna sebagai simbol yang memiliki sifat yang sangat materialistis. Profesi yang

sesuai dengan bakat dan kemampuannya adalah pelukis, akunting, pedagang,

bintang film, dan pelawak. Sebagai contoh, seorang pelawak (komedian) harus

memiliki sifat yang apa adanya, jujur, sederhana. Melalui karakter dengan sifat

begitulah para pelawak dan komedia bisa membuat khalayak ramai tertawa bahan

para pelawak dan komedian harus rela menertawakan diri mereka sendiri.

Masyarakat Tionghoa di kota Pematangsiantar percaya jika orang-orang

yang lahir di naungan Astrologi (Shio) Babi akan memperoleh keberuntungan

yang baik jika berprofesi sebagai adalah pelukis, akunting, pedagang, aktris/aktor,

dan pelawak.

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. 2. 12

Patung Shio Babi di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Sumber: Panji Villiberto, 2017

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 SIMPULAN

Setelah diuraikan secara rinci dari Bab I sampai Bab V, maka pada Bab VI

ini, penulis memaparkan simpulan dari penelitian yang ditulis dalam bentuk

skripsi sarjana ini. Simpulan yang dibuat adalah untuk menjawab pertanyaan yang

diajukan pada rumusan masalah, yaitu: (1) Bagaimana fungsi dua belas Patung

Astrologi Cina (Shio) dalam kehidupan masyarakat Tionghoa di Kota

Pematangsiantar. (2) Bagaimana makna dari ke 12 Patung Astrologi Cina(Shio)

yang dipercayai masyarakat Tionghoa di Kota Pematangsiantar.

Dalam realitas sosioreligius, dalam menjalani kehidupan sehari-hari,

masyarakat Tionghoa memiliki beberapa keyakinan yang secara turun temurun

diyakini memiliki fungsi dan makna terhadap kehidupannya. Salah satunya

bagaimana fungsi dan makna dua belas patung Astrologi Cina(Shio)yang ada di

Vihara Avalokitesvara dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Pematangsiantar.

Dalam penelitian ini, untuk mengkaji fungsi dua belas patung shio yang ada di

Vihara Avalokitesvarapenulis menggunakan teori fungsionalisme oleh Bronislaw

Malinowski dan mengkaji maknanya menggunakan teori semiotik oleh Charles

Sanders Pierce.Sehingga dapat ditarik beberapa kesimpulan fungsi dan makna dari

12 shio yang berada di Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar adalah:

1. Astrologi (Shio) Tikus mempunyai makna sebagai simbol yang

menunjukkan daya tarik dan usaha yang tidak kenal lelah. Mereka adalah

orang-orang yang hangat dengan karakter kepribadian yang penuh

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


semangat tetapi sering bertingkah aneh.Orang yang lahir dalam naungan

Astrologi (Shio) Tikus juga mempunyai makna sebagai tanda orang-orang

yang memiliki sifat tenang tetapi agresif, selalu bergembira, dan gelisah.

Orang-orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Tikus memiliki

fungsi sebagai simbol yang akan memperoleh keberuntungan baik apabila

bekerja sesuai dengan profesi, bakat, dan kemampuan di bidangwartawan,

pedagang, akunting, pelukis, dan penulis.

2. Astrologi (Shio) Kerbau mempunyai makna sebagai simbol yang

melambangkan kemakmuran lewat keuletan, dapat diandalkan, bersifat

tenang dan teliti, lambat dalam mengambil tindakan dan keputusan, dan

suka menyendiri.Orang yang lahir di Astrologi (Shio) Kerbau juga

bermakna sebagai tanda yang melambangkan orang-orang yang pekerja

keras, tidak cepat putus asa, teguh pendirian, dan suka menyombongkan

diri.

Orang-orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Kerbau memiliki

fungsi sebagai simbol yang akan memperoleh keberuntungan baik apabila

bekerja sesuai dengan profesi, bakat, dan kemampuan di bidangfotografer,

perawat, petani, dan teknisi.

3. Astrologi (Shio) Macan mempunyai makna sebagai simbol yang

melambangkan kekuasaan, hawa nafsu, keperkasaan, suka memberontak,

beranekaragam dan tak dapat diramalkan. Orang yang lahir dalam naungan

Astrologi (Shio) Macan juga mempunyai simbol yang bermakna memiliki

sifat dan bakat untuk memimpin, pendirian yang teguh, mau mengoreksi

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diri, ingin selalu memimpin sehingga menjadi tukang perintah. Bila perlu,

orang yang menghalanginya ditantang duel atau diajak bertengkar.

Orang-orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Macan memiliki

fungsi sebagai simbol yang akan memperoleh keberuntungan baik apabila

bekerja sesuai dengan profesi, bakat, dan kemampuan di bidangdirektur

perusahaan, pejabat, mandor, dan perwira militer.

4. Astrologi (Shio) Kelinci mempunyai makna sebagai simbol yang

melambangkan umur yang panjang dengan keanggunan, mempunyai

kemampuan dalam berdagang, kepekaan segala bentuk keindahan, mudah

mengobarkan perselisihan dan hanya mau bergaul dengan orang-orang

yang berderajat tinggi.Astrologi (Shio) Kelinci juga mempunyai makna

sebagai simbol yang memiliki sifat pandai mengatur keuangan, selalu

memperhitungkan segala tindakannya, pandai menyembunyikan perasaan,

mempunyai pembawaan yang tenang, dan sangat memegang teguh

janjinya.

Orang-orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Kelinci memiliki

fungsi sebagai simbol yang akan memperoleh keberuntungan baik apabila

bekerja sesuai dengan profesi, bakat, dan kemampuan di bidangaktor,

pengacara, diplomat, dan wartawan.

5. Astrologi (Shio) Naga mempunyai makna sebagai simbol yang

melambangkan kemakmuran, semangat hidup yang tinggi , rela

mengorbankan diri, membela apa yang dianggapnya benar, suka memuji

diri sendiri, besar mulut, dan keras kepala. Orang yang lahir dalam

65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


naungan Astrologi (Shio)Naga jugabermakna sebagai seseorang yang

mempunyai sifat yang rajin, idealis, tidak pernah berhenti belajar, dan

pantang dihina.

Orang-orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Naga memiliki

fungsi sebagai simbol yang akan memperoleh keberuntungan baik apabila

bekerja sesuai dengan profesi, bakat, dan kemampuan di bidangpengacara,

dokter, pendeta, arsitek, pedagang, dan politikus.

6. Astrologi (Shio) Ular mempunyai makna sebagai simbol yang

melambangkan kebijkasaan lahiriah, intuisi yang tajam, keegoisan dan

kedengkian.Orang yang lahir dalam naungan shio ular Shio ular

mempunyai makna sebagai simbol yang melambangkan pembawaan yang

menarik, pandai dalam mengatur waktu, pandai berfilsafat, bijaksana, dan

teguh pendirian.

Orang-orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Ular memiliki

fungsi sebagai simbol yang akan memperoleh keberuntungan baik apabila

bekerja sesuai dengan profesi, bakat, dan kemampuan di bidangdosen,

psikiater, penulis, plotikus, penulis dan astrolog.

7. Astrologi (Shio) Kuda mempunyai makna sebagai simbol yang

melambangkan kemandirian dalam bekerja, tidak kenal lelah dan

kecerobohan.Orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Kuda juga

bermakna sebagai simbol yang ingin selalu kelihatan hebat dan menarik,

suka seni, selalu tampil riang, cepat tanggap , dan suka berspekulasi.

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Orang-orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Kuda memiliki

fungsi sebagai simbol yang akan memperoleh keberuntungan baik apabila

bekerja sesuai dengan profesi, bakat, dan kemampuan di bidangpolitikus,

pedagang, atlit, astrolog, dan pengusaha.

8. Astrologi (Shio) Kambing mempunyai makna sebagai simbol yang

melambangkan kelembutan, berbudi pekerti dan fanatik. Orang yang lahir

dalam naungan Astrologi (Shio) Kambing ini juga mempunyai makna

sebagai simbol dari sifat yang menyukai keindahan dan seni, sehingga

disenangi dalam pergaulan.

Orang-orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Kambing

memiliki fungsi sebagai simbol yang akan memperoleh keberuntungan

baik apabila bekerja sesuai dengan profesi, bakat, dan kemampuan di

bidangseniman, aktor, teknisi, dan diplomat.

9. Astrologi (Shio) Monyet mempunyai makna sebagai simbol yang

memiliki arti sebagai lambang penemu, inovasi, menarik, keegoisan dan

kesombongan.Orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Monyet

juga mempunyai makna sebagai simbol yang melambangkan sifat yang

ulet dalam menghadapi hidup, banyak akal, penuh semangat, cerdas,

pandai bergaul.

Orang-orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Monyet memiliki

fungsi sebagai simbol yang akan memperoleh keberuntungan baik apabila

bekerja sesuai dengan profesi, bakat, dan kemampuan di bidangilmuan,

diplomat, politikus, pesulap, dan pelawak.

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10. Orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Ayam mempunyai

makna sebagai simbol dari kewibawaan. Orang yang bershio ayam juga

mempunyai makna sebagai simbol dari sifat yang jujur dengan gaya

bicaranya selalu penuh perasaan, cerdas, teguh dalam pendirian,

sembrono, tegas, kolot dan sering berbuat yang tidak-tidak.

Orang-orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Ayam memiliki

fungsi sebagai simbol yang akan memperoleh keberuntungan baik apabila

bekerja sesuai dengan profesi, bakat, dan kemampuan di bidangdokter,

polisi, tentara, koki, dan aktor/aktris.

11. Astrologi (Shio)Anjing mempunyai makna sebagai simbol yang

melambangkan setia, romantis, wibawa, pemberang (pemarah).Orang yang

lahir dalam naungan Shio Anjing juga mempunyai makna sebagai simbol

dari sifat yang jujur, tegas, egois, mementingkan diri sendiri, dan keras

kepala.

Orang-orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Anjing memiliki

fungsi sebagai simbol yang akan memperoleh keberuntungan baik apabila

bekerja sesuai dengan profesi, bakat, dan kemampuan di bidangpendeta,

ulama, guru, politikus, dan supervise.

12. Astrologi (Shio) Babi mempunyai makna sebagai simbol yang memiliki

arti yang melambangkan kesederhanaan, keuletan yang luar biasa, dan

kejujuran, keserakahan dan keegoisan. Orang yang lahir dalam naungan

shio babi juga mempunyai makna sebagai simbol yang memiliki sifat

pemberani, suka menolong, dan selalu menepati janji.

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Orang-orang yang lahir dalam naungan Astrologi (Shio) Babi memiliki

fungsi sebagai simbol yang akan memperoleh keberuntungan baik apabila

bekerja sesuai dengan profesi, bakat, dan kemampuan di bidangpelukis,

akunting, pedagang, aktris/aktor, dan pelawak.

Demikianlah kesimpulan hasil penelitian mengenai fungsi dan makna dari

dua belas patung Astrologi Cina (Shio) yang ada di Vihara Avalokitesvara

Pematangsiantar. Beberapa patung Astrologi (Shio) memiliki fungsi dan makna

yang berbeda antara Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar ini dengan beberapa

pemaknaan dan fungsinya di beberapa daerah lainnya.

6.2 SARAN

Berikut ini adalah saran-saran penulis.

1. Kebudayaan Tionghoa yang menyimpan banyak nilai positif dapat

dimanfaatkan dalam kehidupan kita sekarang ini. Generasi muda sekarang

ini telah mulai tidak begitu memahami dan memperhatikan nilai-nilai

budaya yang terkandung di dalam berbagai simbol peninggalan leluhur,

baik itu simbol dalam patung,perbuatan atau prilaku, apalagi simbol

dalam bentuk gagasan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat

mengingatkan kembali pentingnya nilai- nilai budaya yang dikandung

dalam 12 patung Astrologi Cina (Shio) yang berada di Vihara

Avalokitesvara Pematangsiantar.

2. Kepercayaan mengenai fungsi dan makna 12 patung Astrologi Cina

(Shio) yang ada pada masyarakat Tionghoa di Vihara Avalokitesvara

Pematangsiantar sebaiknya lebih ditampilkan dan dilestarikan agar

69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


masyarakat biasa dapat mengerti dan memahami maksud dan tujuan dari

setiap fungsinya dan maknanya di ke-12 patung Astrologi Cina (Shio)

tersebut, sehingga tidak hanya dipahami oleh masyarakat Tionghoa saja,

namun juga dapat dipahami oleh masyarakat non-Tionghoa. Hal ini

diperuntukkankepada konteks Indonesia adalah menjadi satu kesatuan

dengan filsafat kehidupan berbangsa dan bernegara.

70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Dian, Mas. 2016. Astrologi China 12 Xiao. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Fathoni, Abdurrahmat. 2005. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan
Skripsi. Garut: Rineka Cipta.
Firdaus, Roudlotul. 2008. Nalar Kritis terhadap sistem penanggalan Im Yang Lik.
Semarang:Institut Agama Islam Negeri Walisongo.
Hadari,Nawawi. 1994.Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.
MK, Romandhon. 2015. Meneropong Garis Rezeki, Hoki & Jodoh Berdasarkan
Shio. Yogyakarta: Araska.
Mudjiono,Yoyon. 2011.Kajian Semiotika Dalam Film. Surabaya: Universitas
Sunan Ampel Surabaya.
Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Moleong, L. J. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Rosda

71

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN I

DATA INFORMAN

Informan 1:

Nama : Aleng Susanto

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 45 Tahun

Alamat : Jalan Gereja Pematangsiantar

Pekerjaan : Ketua Pengurus Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Informan 2:

Nama : Apeng

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 52 Tahun

Alamat : Jalan Pane No.155 Pematangsiantar

Pekerjaan : Sekertaris Pengurus Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

Informan 3:

Nama : Chandra

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 37 Tahun

Alamat : Jalan Mataram 2, No.73 Pematangsiantar

Pekerjaan : Wakil Ketua Pengurus Vihara Avalokitesvara Pematangsiantar

72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Informan 4:

Nama : Adi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 35 Tahun

Alamat : Jalan Pane, No.73 Pematangsiantar

Pekerjaan : Wiraswasta

Informan 5:

Nama : Winda

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 25 Tahun

Alamat : Jalan Pane No. 55 Pematangsiantar

Pekerjaan : Wiraswasta

73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN II

DAFTAR PERTANYAAN

1. Bagaimana sejarah dua belasPatung Astrologi Cina (Shio) yang anda ketahui?

2. Bagaimana sejarah Vihara Avalokitesvara yang anda ketahui?

3. Bagaimana sejarah munculnya simbol dua belasPatung Astrologi Cina di

Indonesia?

4. Berapa peran dan karakter dua belas Astrologi (Shio) tersebut?

5. Apakah setiap karakter dua belas Astrologi (Shio)memiliki persamaan?

6. Bagaimana cara membedakan setiap karakter kedua belas Astrologi (Shio)?

7. Bagaimana makna dan fungsi dua belasPatung Astrologi (Shio) yang anda

ketahui?

8. Bagaimana aturan perhitungan keduabelas Astrologi (Shio)?

9. Apa Shio anda?

10. Bagaimana reaksi anda jika mengetahui anda lahir di salah satu dari dua belas

Astrologi tersebut?

11. Apa yang di dapatkan setelah mengetahui bahwa anda lahir di salah satu dari

dua belas Astrologi tersebut?

74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


苏 北 大 学
中文系本科生毕业论文

论文题目 :先达 AVALOKITESVARA 庙堂的十二生肖针对


达华人文化印象:符号学作用种意义分析

学生姓名 :潘立波
学 号 : 120710063
指导教师 : 郭余慧
学 院 : 人文学院
学 系 : 中文系

苏 北 大 学 中 文系
2017 年 09 月 13 日

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


摘要

这项研究在寺院 Avalokitasvara Pematangsiantar(先达)与功能和


意义的研究题目中国天象学(十二生肖)的十二雕像。作者使用了两个理论,
即 Bronislaw Malinowski 的功能理论和 Charles Sanders Pierce 的符号学
理论。使用的方法和技术是基于实地观察和访谈的定性研究方法。结果是显
著从这项研究是十二生肖它由的多重含义:(1)占星术(星座)鼠象征情
报,(2)牛象征毅力,(3)虎象征权威,(4)兔象征友好性,( 5)龙
象征信心,(6)所述的蛇象征独创性,(7)马象征慷慨,(8)拉姆象征
创意,(9)猴象征乐观,(10)鸡象征纪律,(11)的狗象征忠诚,(猪
代 表 冷 静 。 这 项 研 究 的 下 一 个 结 果 是 在 Pematangsiantar 寺 院
Avalokitasvara 12 神像星座(生肖)的多种功能,是人们相信,每一个雕
像十二生肖用于确定十二宫的主人的才华,能力和职业。 (1)占星术
(Shio)小鼠往往具有记者和交易者领域的能力。 (2)布法罗有到现场摄
影师和护士的能力,(3)老虎有能力作为官方和军事,(4)兔有能力作为
一个演员和外交家,(5)龙在建筑师和律师领域的能力;(6)蛇有能力作
为一个讲师和作家,(7)马在该领域作为运动员和企业家的能力,(8)山
羊有能力作为一个艺术家和技术人员,(9)猴子有能力作为一个科学家和
政治家,(10)鸡有能力作为一个警察或执法其他法律和医生,(11)狗有
牧 师 或 牧 师 的 能 力 , ( 12 ) 猪 有 喜 剧 演 员 或 喜 剧 演 员 的 能 力 。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


目录

摘要…………………………………………………………………………………………………………. i

目录 ............................................................................................................... ii

第一章绪论

1.1 研究背景……………………………………………………………………………………………. 1

1.2 研究目的……………………………………………………………………………………………. 2

第二章文献综述

2.1 前人研究……………………………………………………………………………………….. 3

2.2 理论意义…………………………………………………………………………………………. 4

2.3 研究方法……………………………………………………………………………………….. 4

第三章概念

3.1 文化……………………………………………………………………………………………….. 5

3.2 先达市…………………………………………………………………………………………….. 5

3.3 Avalokitesvara Pematangsiantar(先达)的庙堂……………………….. 5

3.4 生肖…………………………………………………………………………………………………. 6

第四章先达市简介

4.3 印尼先达华人佛教徒简介………………………………………………………………. 7

第五章 十二生肖土雕功能与意义分析

5.1.1 大鼠雕塑……………………………………………………………………………………….. 10

5.1.2 水牛雕塑……………………………………………………………………………………….. 11

5.1.3 虎雕塑…………………………………………………………………………………………… 12

5.1.4 兔雕塑…………………………………………………………………………………………… 13

5.1.5 龙雕塑…………………………………………………………………………………………… 14

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.6 蛇雕塑…………………………………………………………………………………………… 15

5.1.7 马雕塑…………………………………………………………………………………………… 16

5.1.8 山羊雕塑………………………………………………………………………………………. 17

5.1.9 猴子雕塑………………………………………………………………………………………. 18

5.1.10 小鸡雕塑……………………………………………………………………………………… 19

5.1.11 狗雕塑…………………………………………………………………………………………. 20

5.1.12 猪雕塑………………………………………………………………………………………… 21

第六章 结论………………………………………………………………………………………. 22

参考文献……………………………………………………………………………………………… 23

致谢……………………………………………………………………………………………………… 24

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


第一章 绪论

1.1 研究背景

印尼是一个共和国国家,印尼由成千上万个岛屿组成,是全世界最

大的群岛屿国家,疆域橫跨亚洲及大洋洲。随着时间过去,印尼是算是在东

南亚的比较丰富的国家,拥有各种各样的民族,例如马达族、卡罗族、巴东

族、马来族、印度族及华人等等。每个民族都有丰富多彩的文化,瓦扬是印

尼的一个文化代表,已经有了很长的历史,不只是艺术作品,也反映了印尼

人民的生活与社会层面,除了受到印度文化的影响,有部分是受到了中国文

化的影响,是由华人带入印尼的。国产经典动画片《十二生肖的故事》中,

动物们为了拯救人类,消灭妖怪,献出了生命,每一集都死一个。

十二动物对应消灭十二个妖怪,根据死掉的顺序,轮流来作为年份

的属相。每个动物都有自己的个性和特长,对应的,每个妖怪都有特异的技

能或法宝。十二生肖顺序:鼠、牛、虎、免、龙、蛇、马、羊、猴、鸡、狗、

猪。中国的生肖是代表 12 年轮回的象征。他们表示周期时间的概念,不同

的星星代表时间的西方概念。中国的农历是根据月亮的周期,是建立在从西

方基于日历的太阳不同的格式。所以,根据描述,我有兴趣在

Pematangsiantar(先达)市的 Avalokitesvara 修道院进行 12 幅雕像研究。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2 研究目的

研究目的论文是:

1) 了解十二生肖雕像的功能。

2) 了解十二生肖雕像的意义。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


第二章文献综述

2.1 前人研究

何亿海《浅析生肖文化对民俗文化的若干影响》(2014) 本文论述如

何中国民俗文化源远流长,生肖文化在其中占据了一个不可替代的角色,它

对中国文化各方面产生了诸多的影响。本文对此影响概括总结并提出个人思

考。

马丽娜《生肖动物“马”成语及其文化义探析》(2014)本文论述如何

生肖动物“马”成语,数量丰富,是现代汉语成语中极为生动、富有意趣的

部分。本文就生肖动物“马”成语的源流、形成、特征问题进行了研究,并

深入探讨了隐含在“马”成语背后的独特的文化义,旨在梳理生肖动物“马”

成语与汉民族物质、精神文化之间存在的关联。

王琪《关陇生肖民俗的文化意蕴及其对当代文化建设的启》(2014)

本文论述如何关陇生肖民俗是本地区民俗文化的重要组成部分,分析并挖掘

其文化意蕴不仅能为研究中华传统文化心理提供生动而丰富的民俗材料,而

且对当代文化建设有启示作用,即充分发挥从天人合一观中提升出的和谐理

念,利用各种有效的形式大力弘扬和广泛推广,为构建社会主义和谐社会及

和谐世界服务。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2 理论意义

这项研究使用的理论是 Charles Sander Peirce 的符号学理论。其中

包括标志,对象和解释。然后,Bronislaw Malinowski 的功能理论他解释

说,所有的文化活动实际上都满足了与生活有关的人类本能的一系列需求。

2.3 研究方法

本文已使用描写法,就是作者对人物、事件和环境所作的具体描绘和
刻画。本文获得资料,本文解释 十二生肖顺序:鼠、牛、虎、免、龙、蛇、马、
羊、猴、鸡、狗、猪 土雕功能与意义。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


第三章概念
3.1 文化
德华·伯内特 (EdwardBurnett,1832-1917), 他认为文化分两个部
分,就是智慧与人,这两个方面不能分。在文化中,智慧分民俗、法律、艺
术、宗教及每个人的能力。

3.2 先达市
先达由6个镇、43乡组成,面积7.997,06公顷,总人口2
44.435人,主要有马达族各种氏族(Tapanuli,Simal
ungun,卡罗,Mandailing)、pakpak 族、尼亚斯、
爪哇、华族等等。主要的基础设备是313.887公里长的道路,由24
8,563公里长的沥青公路,26.134公里的碎石与石头路,23.4
29公里的泥路,以及资料不详的15.941公里道路组成。

3.3 Avalokitesvara Pematangsiantar(先达)的庙堂


Avalokitesvara Pematangsiantar(先达)修道院大约在 110 年前站立,2005
年 11 月 15 日由政府正式开放。Avalokitesvara 一词来自 Avalokitesvara
这 个 词,意思是听 到 Lokite ,意思 是世界, Svara 意味着 声音,所以
Avalokitesvara 意味着听力世界的声音。 Avalokitesvara 修道院最初由
Bikhsu Darmabatama 建立,拥有有限和小的土地,但由于他对 Vihara 附近
居民的医疗和社会专长,他也变得非常着名的 Pematangsiantar(先达)社会。
然后,西蒙伦 un 王被告知比丘的好处,然后西蒙伦 Simalungun 的国王来到
这里,为了扩大圣殿,他们的土地将被修建并用于帮助城市的人民
Pematangsiantar(先达)。然后,寺庙的土地更新了更好。
因为收到了相当大的土地,那么比丘树正在为那些能力较差的人,特别是生
活在分离的 Vihara Avalokitesvara 的人们建造学校和诊所。他还为佛教徒
建造了一个崇拜场所。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


然后在 2011 年,Dewi Kwam In 雕像,第十二个占星学雕像(生肖),
Mahadewa 国王的雕像,以及直接从中国发送到在 Avalokitesvara 修道院
Pematangsiantar(先达)修建的雕像。

3.4 生肖
我们每个人都有属相,一共有 12 种,也就是平常说“十二生肖”。
很久很久以前,人们没有生肖的。有一天玉皇大帝决定在天庭里召开一个
“封生肖”的大会。于是给各种动物都发了一道开会的圣旨。那个时侯,猫
和老鼠是一对很要好的朋友,他们就住在一起,像兄弟一样亲密,就在开
“封生肖”大会的前一天晚上,猫跟老鼠打个招呼。
猫跟老鼠说:“好兄弟,我睡觉一向比较沉,明天早上要开“封生肖”大会,
到时候,你可以叫醒我,咱俩一起去开会”。
老鼠拍着胸部说:“没问题,你就放心睡吧!到时候我保证叫醒你”。毛听
了之后,就安心地去睡觉了。
第二天早晨,老师很早起了床,它想:“如果把猫也一起叫上,到了
那我肯定 排在他的后面,还是不要叫它了,猫兄弟啊,猫兄弟啊,你可别
怪我”。想到这里,老鼠决定不叫醒猫,一个人去天庭了。再说住在清水里
的龙,这天收到了“封生肖”大会圣旨。龙虽然长得很威武,浑身有着亮晶
晶的鳞甲,扬着头像个神气的大将军,可美中不足的头上还缺少一对角,那
个时侯公鸡的头有角的,于是龙就去向公鸡借。公鸡本来是不肯把角借给龙
的,可就在它犹豫不决的时候,一条蜈蚣爬到公鸡面前笑着说:“你是鸡公
公,我是蜈蚣蚣,让我给你们做个担保人怎么样?你就把角借给龙用一次
吧!”。公鸡见有人做担保,就放心把角借给了龙。
封生肖大会开始了,各种动物们都到齐了,场面热闹极了。玉皇帝在
动物中选中了,牛、马、羊、狗,猪、兔、老虎、龙、蛇、猴子、鸡、老鼠。
这十二种动物来作为人的生肖。到了排次序的时候,十二种动物来争论起来
了。要知道,玉皇帝的子民们对于排次序这个问题是非常认真的。如果要开

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


会讨论,恐怕一百天也没有结果。所以玉皇大帝宣布:“你们中间牛最大就
让排在第一吧”。大家都同意,就连老虎没有意见。不料小小的老鼠却不服
气,它就说:“你们都弄错了,我比牛还要大,不信就找人评评理”。动物
们听着老鼠这样说,全部都哈哈大笑起来。老师很不高兴:“你们要是不信,
可以到人间去试一试”。
老鼠觉得自己以前总是受到大动物的欺负,心里可真是有点怒气。不
如借这个机会长长自己的威风。玉皇大帝见老鼠竟敢反对自己的意见。本来
想把老鼠从十二生肖中踢出去,但是他转念一想:“为什么不弄点事情出来
开开心,让大家都来看老鼠的笑话呢” 。于是他就带了十二种动物到人间
去。当牛在人们面前走过的时候,人们知识说:“这头牛长得很肥,看样子
挺能干活”。可就是没有人说这头牛很大。轮到老鼠表现了,它一下子跳到
了牛背上,拼命的鼓气,把肚子鼓得大大的。人们一见到牛背上的老鼠都惊
讶起来:“快看哪!好大的老鼠!”玉皇大帝亲眼看到人们对老鼠和牛的评
价,也只好再这一次宣布老鼠为十二生肖之首,老鼠做了第一生肖。那个意
义就别提了。
所以,所以十二星座的顺序是:大鼠,水牛,虎,兔,龙,蛇,马,
山羊,猴子,小鸡,狗和猪。

图 1:生肖

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


第四章先达市简介

4.3 印尼先达华人佛教徒简介

根据 BPS 2015 年在先达的数据,华族有 7.38%,佛教徒多达 5%。

其他宗教信仰,如克里斯汀抗议者,天主教,伊斯兰教。 佛教中的中国社

会佛教人士也包括诸如大乘佛教,弥勒佛,佛教等多个流派,大部分来自大

乘佛教。从许多人看到大乘佛教寺庙在先达。

佛教是基于 Sakyamuni.佛教(Siddhartha Gautama)的教义的宗教

和哲学可能诞生于公元前 5 世纪。 佛陀是通过多年的研究发现宇宙的真相,

通过按时进行宗教信仰和冬宫的调查的人。 他的发明被称为菩提或“理

解”。 谁知道宇宙是真实的“无知睡眠”的人实际上被称为佛陀。 遵循佛

教的教诲,谁能学习和理解宇宙,就是通过道德生活和思想清洁来实现真理

和实践。 总的来说,佛教徒的目标是观察生活中的一切困难。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


第五章 十二生肖土雕功能与意义分析

图 2:12 十二生肖

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.1 大鼠雕塑

小鼠具有表现出他们不懈的吸引力和努力的符号的意义。他们是热情

的人格特质。十二生肖老鼠也有意义上的人物的象征,容易感到焦虑,焦虑,

烦躁,经常表现奇怪,也是浪费。出生在老鼠的阴影下的人也有意义作为具

有平静,侵略性和永远快乐的本性的人的象征。出生于生肖鼠的人也是相对

便宜的生活费,并且总是帮助那些辛苦的人。狮子老鼠也喜欢和朋友聚在一

起。大众更像是记者,贸易商,会计,画家和作家等主流行业。

图 3:大鼠雕塑

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.2 水牛雕塑

水牛城的意义是通过坚强,可靠,冷静和细致的象征繁荣的象征。在

行动中,总是认为和考虑成熟,所以总是避免危险。狮子水牛在采取行动和

决定时,也有一种缓慢自然的象征意义,傲慢自大。

Pematangsiantar(先达)市的华人社区认为,出生在十二生肖水牛城

占星术的人们也有意义,象征着有勤奋本性的人,而不是快速绝望,坚定的

立场,永远兴奋。这个水牛是摄影师,护士,农民和技术人员的主导职业。

例如,护士必须具有弹性,才可靠。

图 4:水牛雕塑

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.3 虎雕塑

老虎具有象征力量,欲望,可能,反叛,多样和不可预测的象征意义。

出生于虎鲨占星术雕塑的人物也具有符号,具有领先,勤奋,智慧,始终在

行动前思考的特点和才能。但是占星学十二宫老虎也是有意义的,永远领先,

使其成为一名指挥官。如果有必要,阻止他的人被决定或邀请争吵。

这只老虎根据他的才能和能力,是公司,官员,工头和军官的主管,

更是占主导地位。例如,军官必须具备领导,勤奋,智慧的素质和才能。

图 5:虎雕塑

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.4 兔雕塑

兔子具有象征着长寿命的象征,其优雅,礼貌,良好的建议,具有高

品位,有交易能力和所有形式的美丽的敏感性的人的意义。兔子的星座占星

术雕像也有一个象征意义,容易引起争议,只想与高级人士联系起来。在社

会文化中 Pematangsiantar(先达) 雕像占星术生肖的兔子有一个象征意义,

聪明的财务管理,总是考虑到所有的行动,聪明的隐藏感觉,有一个平静的

性质。这只兔子根据自己的才能和能力是演员,律师,外交官和记者,是更

为主导的职业。

图 6:兔雕塑

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.5 龙雕塑

龙的意义是象征着繁荣,生命精神,愿意牺牲自己,以捍卫自己认为

是真实的象征。中国人认为,生于占星术十二宫龙之人的人意为作为有勤奋

的人,永不停止学习,禁欲侮辱。根据他的才能和能力,龙是律师,医生,

祭司,建筑师,贸易商和政治人物的非常好的职业。

图 7:龙雕塑

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.6 蛇雕塑

蛇具有象征着外在智慧和尖锐直觉的象征意义。星座十二生肖蛇也有

象征着自私和恶意的象征意义。中国人认为,在占星学十二生肖的阴影下,

人们认为,象征着有趣的特征,巧妙地管理时代的意义。根据他的才能,蛇

的职业非常好,他的能力是精神科医生,外交官,作家,讲师,政治家和占

星家。

图 8:蛇雕塑

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.7 马雕塑

马有意义象征着工作中的独立性,他们是不知疲倦的人物。但占星术

黄道带的雕像也具有永远强加意志和粗心的象征意义。出生于占星术黄道带

阴影中的人们被 Pematangsiantar(先达)的人认为是有意义的象征,希望总

是看起来很有趣,喜欢穿得整洁,快速反应,喜欢猜测。根据人才和能力,

马是政治家,贸易商,运动员,占星家和企业家都非常好的职业。

图 9:马雕塑

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.8 山羊雕塑

山羊具有象征柔和,创意,富有想像力,善良和狂热的象征意义。十

二生肖天文雕塑山羊也有象征着缺乏自我控制,懦弱,缓慢而犹豫的丑陋象

征。出生于占星学十二生肖山羊阴影的人有一种意义,作为爱美与美的自然

的象征,所以在协会中是首选。 Pematangsiantar(先达)的人也相信,出生

在占星学的生肖山羊也是慷慨,慷慨,勤奋的崇拜。山羊非常适合拥有适合

自己的才能和能力的专业艺术家,演员,技术人员和外交官。

图 10:山雕塑

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.9 猴子雕塑

猴子有意义作为符号,具有发明家的象征意义和创新。他们是非常有

趣的人, 有激情 的人 物。猴 子也有 意义,象 征着自 私和 自豪的 意义。

Pematangsiantar(先达)说,出生在树荫下的人们占星术生肖猴子具有象征

着智慧,智慧,精力充沛,聪明智慧的本质的象征意义。他们还认为,一个

符合出生天生星座猴子人才和能力的职业是外交官,科学家,政治家,魔术

师和喜剧演员。

图 11:猴子雕塑

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.10 小鸡雕塑

鸡有意义,是权威象征的象征。狮子鸡的占星家也有一个诚实的象征

意义,他的演讲总是充满感觉,聪明,坚定的建立。但是,庇护星座狮子鸡

的人也意味着作为鲁莽,坚定,保守的性质的象征,并且经常不会。然后适

合自己的才能和能力的职业是医生,警察,士兵,厨师。

图 12:小鸡雕塑

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.11 狗雕塑

狗的意义象征着忠实,浪漫和有尊严的符号,如果他们想要一些东西

来使用一切手段来实现它。然而,狗星座占星雕塑具有象征着愤怒的象征性

意。狗具有诚实,忠实,直率象征的意义。作为牧师,学者,教师,政治家

和监督者的人。

图 13:狗雕塑

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.1.12 猪雕塑

猪的意义是象征着简单,强大的韧性和诚实的象征。

Pematangsiantar(先达)的华人社区认为,天生星座星座的人们的意义是具

有勇敢本质的符号,它是有帮助的,值得信赖的。出生在天王星十二生肖的

人如果像画家,会计师,贸易商,女演员和喜剧演员一样工作,就会获得好

运。

图 14:猪雕塑

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


第六章 结论

在社会现实中,在日常生活中,中国社会有一些被认为具有生命功能

和意义的遗传信仰。其中一个如何在日常生活中的 Vihara Avalokitesvara

十二星座十二星座的功能和意义 Pematangsiantar(先达)社会。在这项研究

中,为了研究维克拉瓦瓦洛瓦维亚的十二个十二生肖的作用,作者使用了

Bronislaw Malinowski 的功能主义理论,并用 Charles Sanders Pierce 的

符号学理论来研究其意义。

所以,居住在 Pematangsiantar(先达)的华人社区的黄道十二宫的意

义与如何描述具有特定生肖的人的性格或性质有关。每个生肖都有不同

的含义,有其独特之处。与黄道十二宫的意义相反,黄道十二宫的功能

与能力和工作密切相关,符合生肖的主人。黄道十二宫的功能可以为那

些相信他们所拥有的黄道十二宫的人带来适当的职业。

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


参考文献

[1]富余.2014 《生肖马收藏品遭遇“年后综合征”》.北京大学

[2]何亿海.2014《浅析生肖文化对民俗文化的若干影响》.上海大学

[3]李勃栋.2014《从“生肖马”看中国文化在世界的传播》.广东师范大学

[4]马丽娜.2014《生肖动物“马”成语及其文化义探析》.广西师范大学

[5]王琪.2014《关陇生肖民俗的文化意蕴及其对当代文化建设的启》。安徽
大学

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


致谢

首先我要对安拉感谢给了我身体健康以便我会做好我的论文,我的大
学生活也将结束了。在此,我非常感谢苏北大学中文系系主任和我第一个导
师 Drs. Fadlin, M.Hum.经常抽出宝贵的时间来询问论文的情况。我的第二个
导师,郭余慧老师感谢在中文论文的写作过程中给予我悉心的指导。我还要
感谢苏北大学中文系的老师们,他们在大学生活的几年中给我的无私帮助,
我将终生难忘。

同时,我还要感谢我亲爱的父母和姐姐一直鼓励并支持我。我最亲爱
的 同 学 Putri Humairah, Rozalina, Sri Rahmayuna, Darwis, M.Fiqhi, Sugar,
Rianly,多谢你们的帮助而支持。最后,还要感谢所有帮助过我和关心过我的
人。忠心的说一声“谢谢”

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai