Anda di halaman 1dari 6

PERJUANGAN DAKWAH DAN

MUKJIZAT NABI NUH


ALAIHISSALAM

Nabi Nuh Alaihissalam mendapatkan beberapa petunjuk dari Allah agar membersihkan
keimanan kaumnya untuk menyembah hanya kepada Allah. Pada masa itu, setiap
manusia memiliki usia yang panjang. Nuh diangkat oleh Allah menjadi nabi dan rasul
pada usia 480 tahun. Dalam AlQur’an disebutkan bahwa usia Nabi Nuh adalah 950
tahun.

Sepanjang usianya tersebut, Nabi Nuh Alaihissalam berdakwah dan menyeru tiada
kenal lelah. Tidak hanya kepada orang-orang di sekitarnya tapi yang utama kepada
anggota keluarganya sendiri. Tetapi sayang setelah berdakwah selama hampir 5 abad,
Nabi Nuh hanya memiliki sedikit pengikut, yaitu hanya sekitar 70 sampai 80 orang.

Pengikut Nabi Nuh Alaihissalam hanya terdiri dari orang-orang biasa, bukan orang
terpandang dan kaya raya. Sedangkan kaum Nuh yang kafir itu tidak suka bila
berdekatan dan bersama-sama dengan orang-orang tersebut. Mereka menganggap
bahwa derajat mereka lebih baik daripada Nabi Nuh dan para pengikutnya.

Penolakan atas ajakan Nabi Nuh tidak hanya berasal dari kaumnya saja tetapi juga
berasal dari kalangan keluarga terdekatnya sendiri. Istri beliau dan putra kandungnya
sendiri Kan’an. Dua orang ini secara terang-terangan menentang ajaran Nabi Nuh dan
mempengaruhi orang lain untuk tidak mengikuti ajaran Nabi Nuh Alaihissalam.

Bagi kaum yang durhaka itu, Nabi Nuh Alaihissalam dianggap hanya sebagai manusia
biasa, dan tidak mempunyai kelebihan apa pun. Alasan itulah yang digunakan untuk
tidak menaati ajaran yang dibawa Nabi Nuh Alaihissalam.

Pemimpin-pemimpin kaum yang kafir itu kemudian berkata, akan dengan rela mengikuti
Nabi Nuh Alaihissalam, dengan syarat pengikut-pengikut Nabi Nuh yang terdiri dari
orang-orang hina ditinggalkan atau dibiarkan dan diusir. Tentu saja Nabi Nuh menolak
syarat tersebut.

Pemimpin-pemimpin kaum yang kafir merasa kesal kemudian menantang Nabi Nuh
Alaihissalam. Bila memang kedurhakaan mereka kepada Allah akan mendatangkan
azab yang besar, maka mereka meminta Nabi Nuh agar menyegerakan datangnya azab
tersebut.

Nabi Nuh kemudian mendapat petunjuk dari Allah SWT, sekaligus merupakan mukjizat
Nabi NuhAlaihissalam yaitu diperintah Allah untuk membangun bahtera yang besar.
Bahtera itu terbuat dari kayu jati. Bahtera tersebut kemudian dikerjakan oleh Nabi Nuh
bersama dengan para pengikutnya.

Pembuatan bahtera tersebut ternyata memakan waktu yang lama yaitu mencapai 40
tahun. Selama itu Nabi Nuh Alaihissalam diuji kesabarannya, menghadapi kaumnya
yang memandang pekerjaannya itu sebagai pekerjaan orang gila, karena membangun
bahtera di atas bukit di gurun pasir.

Menurut Ibnu Abbas, bahtera Nabi Nuh memiliki ukuran panjang 1.200 hasta, lebar 600
hasta. Bahtera itu dibuat tiga tingkat yaitu tingkat pertama, diperuntukkan untuk hewan,
tingkat kedua untuk manusia, pengikut nabi Nuh dan tingkat ketiga untuk bangsa
burung. Bagian atas bahtera itu ditutup juga dengan kayu penutup.

Nabi Nuh Alaihissalam kemudian berdoa kepada Allah SWT. Beliau memohon agar
Allah jangan membiarkan seorang pun dari kaum dan pemimpin yang kafir itu tetap
tinggal di muka Bumi. Jika dibiarkan hidup, nantinya mereka akan menyebabkan banyak
orang menjadi tersesat dan selalu berbuat maksiat.

Setelah selesai membuat bahtera di atas bukit di tengah gurun pasir selama kurun
waktu empat puluh tahun. Maka Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk bersiap siap.
Sebagai tandanya adalah, akan muncul air dari dalam tannur di dapur rumah Nabi Nuh
AS.

Para ahli tafsir menafsirkan bahwa tafsiran dari at-Tannur adalah oven (alat untuk
memanggang roti) di rumah Nabi Nuh. Apabila air muncul keluar dari tannur tersebut
serta mengalir maka itu merupakan perintah bagi Nabi Nuh untuk bergerak.

Maka pada suatu hari tannur itu mulai menunjukkan tanda-tandanya dari dalam rumah
Nabi Nuh. Mengetahui hal itu, Nabi Nuh pun segera membuka bahteranya dan
mengajak orang-orang mukmin untuk menaikinya. Jibril turun ke bumi. Nabi Nuh
membawa burung, binatang buas, binatang yang berpasang-pasangan, sapi, gajah,
semut, dan lain-lain.
Jibril menggiring setiap dua binatang yang berpasangan agar setiap spesies binatang
tidak punah dari muka bumi. Menurut riwayat hewan yang pertama kali naik adalah
burung kakak tua, sedangkan hewan yang terakhir adalah keledai, diceritakan bahwa
iblis ikut bergelantung dipundak keledai.

Peristiwa ini Allah gambarkan dalam Al Qur’an Surat Hud ayat 40, yang artinya :

“Hingga apabila perintah Kami datang dan tannur telah memancarkan air, Kami
berfirman: ‘Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang
(jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang terdahulu ketetapan
terhadapnya dan (muatkanlah pula) orang-orang yang beriman.’ Dan tidak beriman
bersama Nuh itu kecuali sedikit. “ (QS. Hud : 40)

Istri Nabi Nuh tidak beriman kepadanya sehingga ia tidak ikut menaiki perahu, dan salah
satu anaknya, Kan’an juga tidak beriman. Hanya ada 80 orang mukmin yang masuk ke
dalam bahtera. Hewan-hewan darat Allah kumpulkan di lantai pertama kapal,
sedangkan lantai kedua manusia, dan lantai ke tiga jenis burung. Agar Hewan buas
tidak memangsa hewan jinak, maka Allah turunkan demam kepada hewan hewan buas
tersebut.

Setelah semua makhluk yang Allah takdirkan selamat masuk kapal dan pintu kapal pun
ditutup maka dengan kekuasaan-Nya, Allah turunkan air dari langit dan air dari bumi. Air
mulai meninggi yang keluar dari celah-celah bumi. Tiada satu celah pun di bumi kecuali
keluar air darinya.

Selain itu dari arah langit pun mulailah turun air hujan yang sangat deras dan belum
pernah terjadi sebelumnya sedemikian deras seperti itu di bumi, termasuk pula
sesudahnya tidak akan ada lagi hujan seperti itu. Lautan semakin bergolak dan
ombaknya menerpa apa saja dan menyapu bumi.

Isi perut bumi pun bergolak dan bergerak dengan gerakan yang belum pernah terjadi
sebelumnya, tidak wajar sehingga mengakibatkan bola bumi tenggelam dalam air untuk
pertama kalinya, dan bumipun menjadi seperti sebuah bola air.

Peristiwa ini Allah SWT gambarkan dalam Al Quran yang artinya :

“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan
Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk
satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera)
yang terbuat dari papan dan paku.” (QS. Al-Qamar: 11-13)

Air terus naik tinggi hingga di atas kepala manusia, bahkan hingga melampaui
ketinggian pohon, dan puncak gunung. Akhirnya, seluruh permukaan bumi diselimuti
dengan air. Itulah banjir dan tsunami terdahsyat serta terbesar sepanjang masa. Tidak
ada banjir sebesar ini lagi hingga sampai tiba hari kiamat nanti.

KISAH KAN’AN ANAK NABI NUH


YANG DURHAKA
Nabi Nuh Alaihissalam dikaruni empat orang keturunan. Putra tertuanya bernama
Kan’an dan adik-adiknya bernama Yafith, Sam dan Ham. Sebelum azab menimpa kaum
Nabi Nuh, Kan’an menyembunyikan kebenciannya kepada bapaknya dan pura-pura
beriman.

Namun ketika Azab tiba dan banjir besar mengepung seluruh bagian bumi tampaklah
kedurhakaan Kan’an. Allah membongkar kemunafikannya dan tidak memasukkannya ke
dalam golongan yang selamat, sehingga saat bahtera Nuh mulai berlayar, Kan’an, anak
Nabi Nuh Alaihissalam, tidak mau masuk ke dalam kapal dan tetap ingin
menyelamatkan diri dengan berenang menuju puncak sebuah gunung yang belum
terjamah air. Kan’an yakin air tidak mungkin sampai puncak gunung tersebut.

Ketika seluruh air telah menutupi bumi, muncullah naluri kasih sayang seorang ayah
yang akhirnya membuat Nabi Nuh As dengan segala upayanya berusaha mengajak,
hingga membujuk dan merayu Kan’an, anaknya supaya bersedia ikut bersamanya naik
bahtera.

“Kan’an anakku! Naiklah ke perahu bersama kami! Janganlah kau mati bersama-sama
orang yang kafir!”.  Kan’an menjawab? “Tidak Ayah! Aku akan selamat berada di
puncak gunung itu”. Kata Kan’an pongah
“Kan’an….dengarkan Ayah! Tidak ada satu pun yang dapat melindungimu dari keadaan
ini selain Allah yang Maha Penyayang”. (QS. Hud : 42-43)

Disela pembicaraan antara ayah dan anak tersebut, tiba-tiba muncullah gelombang
besar yang menghalangi keduanya. Kan’an seketika lenyap dari penglihatan Nabi Nuh
As. Nabi Nuh As berusaha mencari, namun Beliau tidak menemukan selain ombak yang
semakin tinggi. Nabi Nuh As sangat sedih, ia telah kehilangan anak yang sangat
disayanginya. Tiada lagi permukaan bumi yang tersisa, seluruhnya telah tenggelam
hingga tak ada lagi manusia yang hidup kecuali yang berada di atas perahu.

Nabi Nuh sangat bersedih dan menyesali kematian anaknya yang tragis. Beliau
menyesal mengapa Kan’an tidak mengikuti ajakannya. Nuh bertanya-tanya Mengapa
Allah Swt tidak menyelamatkan anaknya. Padahal Nuh melihat selama ini Kan’an tidak
tampak membantah ucapannya. Rupanya NAbi Nuh tidak menyadari kalau selama ini
Kan’an menyembunyikan kekafirannya.

Nabi Nuh yang saat itu sangat bersedih tanpa disadari terucaplah dari lisannya
permohonan,

“Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku dan sesungguhnya janji


Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya”. (QS. Hud :
45)

Allah SWT pun menjelaskan kepada Nabi Nuh Alaihissalam,

“Hai Nuh, sesungguhnya Kan’an itu bukanlah termasuk keluargamu yang dijanjikan
akan diselamatkan. Sesungguhnya perbuatannya tidak baik. Sebab itu, janganlah
engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang engkau tidak ketahui hakekatnya. Aku
peringatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak
berpengetahuan”. (QS. Hud : 46)

Seketika Nabi Nuh pun tersadar dan memohon ampun kepada Allah SWT atas
kekhilafannya.

AKHIR BANJIR BANDANG NABI NUH


Banjir, Taufan dan tsunami melanda semua belahan bumi. Tak satupun bagian bumi
yang tidak tenggelam. Satu riwayat menggambarkan bumi seperti bola air. Seluruh
makhluk hidup, tumbuhan, hewan dan manusia musnah, tak ada satupun yang tersisa.
Setelah 150 hari terombang-ambing diatas laut tanpa batas, akhirnya Allah SWT pun
memberikan perintah agar air surut.

Setelah air surut maka mendaratkan bahtera Nabi Nuh dengan selamat di bukit Judd
Armenia. Keluarlah nabi Nuh bersama para pengikutnya dari dalam bahtera. Sekitar 80
orang yang ikut dalam bahtera Nabi Nuh beserta ketiga orang anak Nabi Nuh pun turun.
Mereka bersama hewan yang selamat memulai kehidupan baru mereka.

Diriwayatkan seluruh pengikut nabi Nuh yang turut bersama dalam bahtera Nuh tersebut
akan wafat tanpa menyisakan satu keturunan pun. Hanya anak Nabi Nuh yaitu Sam,
Ham dan Yafith yang memiliki keturunan. Hingga akhirnya seluruh ras manusia yang
ada sekarang ini semuanya merupakan keturunan mereka bertiga. Tak mengherankan
bila kemudian Nabi Nuh disebut juga sebagai bapak para manusia.

Sam dan keturunannya merupakan cikal bakal bangsa Arab, Yafith melahirkan


keturunan bangsa Rum (Romawi) dan Ham menghasilkan keturunan bangsa Habasyah
(Ethiopia).

Demikianlah Kisah Nabi Nuh Lengkap dan Mukjizat Nabi Nuh berupa pembuatan


Bahtera Nabi Nuh yang sangat besar hingga mampu menampung 80 orang beserta
mahluk hidup lainnya yang dipersiapkan untuk melanjutkan kehidupan baru umat
manusia setelah banjir bandang reda.

Harapannya semoga dapat memberikan ibroh pembelajaran sekaligus penguatan


keimanan dan ghirah kita dalam mengamalkan Islam dalam kehidupan.

Rasululullah SAW selalu mengisi ruh para sahabat dengan salah satunya memasukkan
kisah para Nabi. Kisah-kisah tersebut beliau dapatkan langsung dari Allah SWT, melalui
perantara malaikat Jibril. Melalui kisah-kisah tersebut Allah kuatkan dan teguhkan hati
Rasulullah dan para sahabat dalam mengembalikan kejayaan Islam.

Yuk kita tiru contoh Rasulullah ini kepada putra-putri kita, sahabat, dan saudara kita,
agar kejayaan Islam segera terwujud di muka bumi ini. Aamiin.

Wallhu’alam bishawab.

Anda mungkin juga menyukai