Anda di halaman 1dari 12

PANCASILA DALAM SEJARAH

PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

By:
VEGA SADATINA JUSTITIA 113184049
AFIFAH YULIANI 113184052

INTERNATIONAL PHYSICS EDUCATION


PHYSICS DEPARTMENT
FACULTY OF MATHEMATICS AND SCIENCES
SURABAYA STATE UNIVERSITY
2011

1. Makna Bangsa Indonesia


Sebelum menggunakan nama Indonesia, ada beberapa nama yang
pernah dipakai oleh Indonesia seperti Hindia Timur, Insulinde, Nusantara dan
Hindia Belanda. Sedangkan nama Indonesia pertama kali dikemukakan oleh
James Richardson Logan dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern
Asia (1847-1859) di pulau Penang, pada tahun 1850. Hingga akhirnya diantara
nama-nama itu yang kemudian populer adalah nama Indonesia, meskipun
bukan asli ciptaan Bangsa Indonesia melainkan orang Barat. Namun hal ini
cukup beralasan, karena nama Indonesia cukup tepat untuk menyebut
kepulauan Indo (India) dan Nesos (pulau). Selain itu nama Indonesia cukup
revolusioner karena memiliki makna kesatuan, kemerdekaan dan kebesaran.
Sebutan Bangsa Indonesia juga mengalami proses, sebab Belanda selalu
menyebut inlander (bumi putera) sebab kepulauan itu hanya etnologis
(sebagian saja dari daerah Indonesia) dan rakyatnya tidak menunjukkan
sebagai satu kesatuan yang disebut bangsa. Hingga setelah lahirnya UUD,
Belanda mengubah nama Nederlandsch Indie menjadi Indonesie dan semua
penduduk yang berada di wilayah itu disebut Bangsa Indonesia. Terkait dengan
hal tersebut Muh Yamin menggunakan istilah Bangsa Negara, karena telah
mempunyai Negara sebagai perumahannya.
2. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Pra Sejarah
Ahli geologi menyatakan bahwa kepulauan Indonesia terjadi dalam
pertengahan jaman tersier kira-kira 60 juta tahun yang silam. Baru pada zaman
quarter yang dimulai sekitar 600.000 tahun yang silam Indonesia didiami oleh
manusia, dan berdasarkan hasil penemuan fosil Meganthropus Paleo Javanicus,
Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis, Homo Wajakensis serta Homo
Mojokertensis. Proses kehidupan mereka berdasarkan artefak yang ditinggalkan
mengalami hidup tiga jaman yaitu, Palaeolithicum (menggunakan batu kasar
yang belum diasah dan masih hidup mengembara atau foodgathering),
Mesolithicum (mulai ada tanda-tanda hidup menetap seperti di goa-goa) dan
Neolithicum (menggunakan batu yang telah diasah dan kehidupan mereka
mulai mengenal cocok tanam atau foodproducing).
Inti dari kehidupan bangsa Indonesia pada masa pra sejarah hakekatnya
adalah nilai-nilai Pancasila itu sendiri yaitu:
A. Nilai Religi (adanya kerangka mayat yang menggambarkan telah terjadinya
penguburan).
B. Nilai Peri Kemanusiaan (adanya penghargaan yang tinggi terhadap manusia
bahkan ketika telah meninggal).
C. Nilai Kesatuan (adanya kesamaan bahasa yaitu bahasa Indonesia).
D. Nilai Musyawarah (adanya kehidupan bercocok tanam yang memungkinkan
tumbuh kembangnya adat istiadat).

E. Nilai

Keadilan

Sosial

(adanya pemikiran untuk menimbun persediaan

makanan untuk memenuhi semua kebutuhan makanan bersama).


3. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Sriwijaya dan Majapahit
Masa sejarah Indonesia diawali dengan kedatangan pengaruh India, yaitu
saat diketemukan prasasti kutai pada tahun 400 A.D. dalam huruf Pallawa dan
bahasa sansakerta. Berdasarkan isi prasasti, kerajaan kutai dipimpin oleh Raja
Mulawarman anak Aswawarman cucu Kudungga. Kemudian pada tahun-tahun
berikutnya muncul kerajaan Taruma Negara, holing, Melayu, Sriwijaya, Mataram
Hindu Kanjuruhan, Medang, Kediri, Singosari dan Majapahit. Masa kejayaan
Indonesia pada saat itu di tandai dengan kebesaran Sriwijaya dan Majapahit.
Kedua kerajaan ini merupakan tonggak sejarah yang penting, karena memenuhi
syarata-syarat sebagai bangsa bernegara, yaitu berdaulat, memiliki wilayah
kekuasaan dan rakyat. Atas dasar itu maka pembahasan berikutnya akan
difokuskan pada nilai-nilai pancasila pada masa kebesaran Sriwijaya dan
Majapahit.
A. Nilai-nilai Pancasila Pada Masa Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya pada mulanya berpusat di Muara Takus, yaitu
pada pertemuan antara sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri,
kemudian pada tahun 638 pindah ke Palembang. Peninggalan sejarah
yang dijadikan sumber analisis nilai-nilai pancasila adalah Arca Budha,
Bukit Siguntang, Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuwo, Telaga Batu,
Stupa Batu Siddhayatra dan posisi strategi Palembang sebagi ibu kota
sriwijaya.
1. Nilai Ke Tuhanan (adanya peninggalan patung Budha langgam
Amarawati sebagai hasil karya seni agama Budha Hinayana).
2. Nilai Perikemanusiaan (penganut agama Budha tidak mengenal
kasta sehingga pada masa kerajaaan Sriwijaya tidak mengenal
perbedaan antar manusia).
3. Nilai Persatuan (adanya prasasti telaga batu yang berisi tentang
tata tertib negara).
4. Nilai Musyawarah (pada masa kerajaan Sriwijaya semua keputusan
yang

terkait

dengan

kerajaan

selalu

diputuskan

secara

musyawarah).
5. Nilai keadilan sosial (kerajaan sriwijaya juga berupaya untuk
memajukan kehidupan dunia niaga sehingga sriwijaya menjadi
negara yang makmur hampir selama 700 tahun).
B. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit yang dibangun oleh R. Wijaya pada tahun
1293 banyak menerima unsur politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan

dari kerajaan Singasari. Kerajaan Majapahit tumbuh kembang menjadi


besar sampai sekitar tahun 1478, sehinnga Muh. Yamin menyebut
sebagai National State II setelah Sriwijaya sebagai National State I.
Puncak kejayaan kerajaan Majapahit dialami pada masa pemerintahan
Hayam Wuruk dengan patihnya Gajah mada yang dikenal dengan
Sumpah Palapa dan Pimpinan angkatan laut Laksmana Nala. Nilai-nilai
pancasila yang muncul pada masa ini berdasarkan sumber prasasti,
candi, makam, bekas wilayah keraton dan peninggalan buku-buku
kuno. Adapun nilai-nilai Pancasila yang dimaksud adalah:
1. Nilai Ke Tuhanan (adanya kehidupan keagamaan yang sangat
mengedepankan sifat toleransi yang tinggi).
2. Nilai Kemanusiaan (kehidupan kemanusiaan dapat tentram dengan
baik dengan adanya perlindungan raja terhadap rakyatnya dan
ketentraman kehidupan keagamaan sesuai dengan keyakinannya).
3. Nilai Persatuan (tampak pada usaha kerajaan Majapahit untuk
membangun sistem ketatanegaraan yang kuat).
4. Nilai Musyawarah (tampak pada tugas dan wewenang lapisan
pemerintahan yang selalu melakukan upaya musyawarah dalam
memecahkan permasalahan kehidupan kenegaraan baik politik,
ekonomi, sosial, keagamaan dan budaya).
5. Nilai Keadilan Sosial (upaya keadilan sosial dibangun melalui
pengembangan ekonomi melalui pertanian dan perdagangan).
4. Nilai Patriotisme Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan
Patriotisme bangsa Indonesia merupakan perwujudan dari rasa cinta
tanah air dalam bentuk kesadaran nasional untuk hidup bersama, yang
dilandasi oleh pendirian rohani, perasaan setia kawan dalam upaya membentuk
suatu bangsa. Manifestasi dari patriotisme bangsa Indonesia adalah:
a. Hak menentukan nasib sendiri sebagai suatu negara merdeka, berdaulat
kedalam dan keluar.
b. Dijiwai oleh suatu ideologi nasional, yaitu semangat nasionalisme Indonesia.
c. Mewujudkan aspirasi nasional baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya dan agama.
Cita-cita patriotisme

bangsa

Indonesia

ini

dicapai

dengan

cara

perjuangan melawan penjajahan barat. Bangsa ini menguasai Indonesia karena


rempah-rempahnya, sehingga berturut-turut datang bangsa Potugis, Spanyol,
Inggris dan Belanda. Mulai saat itulah terutama Belanda mampu menjajah
Indonesia selama kurang lebih 350 tahun. Akibat dari penjajahan itu kedaulatan
bangsa Indonesia hilang, persatuan dihancurkan, dan kemakmuran lenyap. Hal
ini berarti apa yang telah dipunyai bangsa Indonesia pada jaman Sriwijaya dan
Majapahit lenyap. Sejak saat itu dimulailah patriotisme bangsa Indonesia untuk
melawan penjajah.

1. Patriotisme Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Belanda


Patriotisme bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda
mempunyai dua ciri yang berbeda yaitu :
a. Patriotisme bangsa Indonesia sebelum abad ke XX
Patriotisme bangsa Indonesia terlihat pada bentuk perlawanan di
berbagai wilayah Indonesia, yaitu Maluku, Jawa, Sumatera, Sulawesi
dan Kalimantan. Perlawanan ini dilakukan dalam rangka usaha
bangsa Indonesia untuk mempertahankan wilayahnya dari ekspansi
kekuasaan Barat dan membela nilai-nilai kemanusiaan serta keadilan
dari tindakan semena-mena penjajah mengalami kegagalan.
Perlawanan ini dilakukan oleh bangsa Indonesia, karena adanya
kehidupan perekonomian rakyat Indonesia yang makin lama makin
merosot, bahkan samapai pada ukuran yang paling rendah. Begitu
juga dalam sektor pendidikan rakyat tidak mendapatkan perhatian,
meskipun pada awal abad ke XX mulai diterapkan sistem pendidikan
model barat untuk rakyat. Penerapan sistem pendidikan dimaksudkan
bukan untuk mencerdaskan rakyat tetapi guna memenuhi kebutuhan
tenaga

pegawai

pemerintah

kolonial

Belanda,

administrasi perusahaan dan perkebunan.


Perjuangan rakyat sebagi perwujudan

seperti

patriotisme

tenaga
bangsa

Indonesia ini ditujukan oleh tokoh-tokoh pejuan nasional abad XVII


dan XVIII yaitu: Iskandar Muda dari Aceh 1635, Sultan Agung dari
Mataram 1645, Sultan Ageng Tirtayasa dan Ki Tapa dari Banten 1650,
Hasannudin dari Makassar 1660, Untung Surapati dan Trunujoyo dari
Jawa Timur 1670 dan Ibn Iskandar dari Minagkabau 1680. Kemudian
diteruskan oleh tokoh-tokoh pejuan nasional abad XIX yaitu: Pattimura
dari maluku 1817, Imam Bonjol dari Minangkabau 1822, Pangeran
Diponegoro dari Mataram 1825, Jelantik dari Bali 1850, Pangeran
Antasari dari Banjarmasin 1860, Teuku Umar, Teuku Cik di Tiro, cut
Nya Dien dari Aceh 1873. Anak Agung Made dari lombok 1895 dan Si
Singamangaraja dari batak 1900.
Perlawanan par atokoh pejuan nasional melawan penjajahan Barat
selama abad XVII, XVIII dan XIX hampir terjadi diseluruh Indonesia.
Perjuangan ini sangat disayangkan karena perlawanan yang bersifat
fisik ini sudah dipatahkan oleh Belanda dengan politik devide et
impera, sehingga belum berhasil. Ketidak berhasilan ini disebabkan
oleh faktor perjuangan yang dilakukan masih bersifat lokal atau
kedaerahan, serta sporadic tanpa ada koordinasi persatuan di antara
daerah-daerah tersebut. Kegagalan ini memberikan kesempatan

kepada Belanda untuk mengintensifkan kekuasaannya di Indonesia


sebagai koloninya. Meskipun demikian bukan berarti semangat
patriotisme para pejuang bangsa Indonesia luntur, malah semakin
meningkat dengan menggunakan strategi baru.
b. Patriotisme bangsa Indonesia setelah abad ke XX
Pada awal abad ke XX semangat patriotisme bangsa Indonesia
tumbuh kembang menjadi suatu gerakan yang bersifat nasional.
Gerakan ini dimotori oleh kaum intelektual sebagai hasil pendidikan
Belanda. Munculnya tokoh-tokoh intelektual ini merubah paradigma
perjuangan yang semula penderitaan rakyat akibat penjajahan harus
diperjuangkan melalui jalur perlawanan dengan kekerasan senjata,
kemudian beralih untuk melalui perjuangan rakyat yang bersifat
nasional.
Berdasarkan paradigma baru ini, maka sejak awal abad ke XX
perjuangan patriotisme bangsa Indonesia selalu diwujudkan dalam
bentuk menempa dengan sekuat tenaga makna persatuan melalui
sistem organisasi modern. Gerakan bertujuan merebut kemerdekaan,
karena hanya dengan kemerdekaan kedaulatan, kemakmuran dan
keadilan akan dapat diwujudkan.
Gerakan modern yang bersifat nasional kemudian bermunculan.
Gerakan nasional modern yang bergerak dalam bidang pendidikan
dan kebudayaan lahir 20 mei 1908 kemudian dikenal dengan sebutan
Budi Utomo. Gerakan ini setelah melihat penderitaan rakyat yang
memilukan hati nurani kemanusiaan, akhirnya bergerak dalam bidang
politik praktis. Budi Utomo merupakan organisasi modern pertama
yang bertindak merintis perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam
bentuk organisasi.
Kemudian menyusul gerakan nasional yang lain seperti Sarekat
Islam 1911, Indiche Partij 1912, Partai Komunis Indonesia 1920,
Perhimpunan Indonesia 1924, Partai Nasional Indonesia 1927, Partai
Nasional Indonesia Baru 1933, Partai Indonesia Raya 1935 dan
Gerakan Rakyat Indonesia 1937. Semangat patriotisme bangsa
Indonesia tidak hanya diwujudkan dalam gerakan politik, tetapi juga
dalam gerakan sosial yang dimotori oleh kaum wanita, pemuda dan
elit agama.
Semangat persatuan Indonesia ini juga diikuti oleh partai-partai
politik. Partai Serikat Islam (PSI) berubah menjadi Partai Serikat Islam
Indonesia (PSII) tahun 1929. Budi utomo merubah ejaannya menjadi
Budi Utama pada tahun 1930 dan membuka keanggotaannya bagi
seluruh bangsa Indonesia. Sedangkan organisasi-organisasi anggota

PPPKI di bawah pimpinan Ir. Soekarno semuanya mengakui bahwa


mereka sebenarnya sebagian dari bangsa Indonesia. Selanjutnya juga
terjadi penggabungan antar organisasi seperti PARINDRA (Partai
Indonesia Raya) merupakan gabungan dari Budi Utama dan PBI tahun
1945.
2. Patriotisme Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Jepang
Pemerintahan Jepang di Indonesia diawali pada

saat

terjadinya

penyerahan tanpa syarat pemerintah Hindia Belanda pada pemerintah


militer Jepang pada tanggal 8 maret 1942. Tujuan Jepang datang ke
Indonesia bukan untuk memerdekakan bangsa Indonesia, tetapi untuk
menjadikan Indonesia sebagai sumber material dan sumber tenaga dalam
rangka perang Asia Timur Raya.
Tindakan Jepang untuk mencapai cita-citanya ternyata menimbulkan
akibat negatif bagi Indonesia. Sikap manis Jepang dengan mengaku sebagi
Saudara Tua dengan propaganda Nippon Indonesia sama-sama berubah
menjadi kekejaman dan pemerasan. Situasi ini mendorong semangat
patriotisme bangsa Indonesia memuncak dan berusaha untuk mengusir
jepang dari Bumi Indonesia. Upaya untuk mengusir penjajah Jepang dari
bumi Indonesia dilakukan dengan berbagai strategi, yaitu:
a. Gerakan Legal
Saat penjajahan Jepang banyak didirikan badan-badan resmi dalam
rangka politik propaganda, namun badan-badan ini menjadi pusat
gerakan dan penyebaran ide-ide nasional bagi tokoh pergerakan nasional
Indonesia. Gerakan yang termasuk gerakan ini adalah Gerakan Tiga A,
Pusat

Tenaga

Rakyat

(PUTERA),

Pembela

tanah

air

(PETA)

dan

Perhimpunan Kebaktian Rakyat (Jawa Hokokai).


b. Gerakan Ilegal
Gerakan ini dilakukan oleh para tokoh nasional yang berada di luar
badan-badan resmi buatan Jepang atau gerakan bawah tanah yang
terorganisir. Meskipun gerakan bawah tanah para tokohnya masih selalu
berhubungan dengan tokoh-tokoh gerakan legal seperti Bung Karno dan
Bung Hatta. Gerakan ini muncul karena situasi yang tertekan, penuh
ancaman dari polisi rahasia dan kaki tangannya, sehingga perlawanan
banyak bersifat terselubung agar tidak diketahui oleh lawan yang sedang
bertindak dengan ganas.
5. Proses perumusan pancasila dan UUD 1945
Sejak tahun 1944 jepang mulai terdesak oleh sekutu dalam berbagai
wilayah dalam perang Asia Timur Rya. Sehingga jepang pada 7 september 1944
mengeluarkan pengumuman secara resmi tantang janji kemerdekaan indonesia.

Sesuai dengan lagu ini lagu indonesia raya boleh dinyanyikan dan bendera
merah putih boleh dikibarkan disamping lagu kimigayo dan bendera hinomaru.
Indonesia merdeka memelukan landasan ideal dan struktural sebagai
pondasi negara dan pencapaian cita-cita kehidupan berbangsa dan bernegara.
Terkait dengan iti secara ringkas akan dikemukan proses perumusan pancasila
dan UUD 1945 yang dijadikan pilihan sebagai landasan ideal dan struktural bagi
indonesia merdeka.
a.

Proses Perumusan Pancasila.


Langkah konkrit jepang untuk memberi janji kemerdekaan bagi indonesia

diwujudkan dalam pembentukan Dokuritsu Zyunbi tyoosakai atau badan


penyelidik usaha persiapan kemerdekaan pada 29 april 1945. Maksud tujuan
dari badan ini adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting yang
berhubungan dengan segi-segi politik, ekonomi, tata pemerintahan dan lain-lain
yang dibutuhkan dalam usaha-usaha pembentukan negara indonesia merdeka.
Tokoh yang terlibat menjadi anggota yaitu dr. Radjiman wdyodiningrat,
sebagai ketua, R.P. ssoeraso sebagai ketua muda merangkap kepala sekretariat.
Rapat pertama pada 28 mei 1945 dengan acara pelantikan badan penyelidik
oleh letnan jendral kumakichi harada sebagai panglima tentara jepang ke XVI.
Kerja badan ini dimulai pada 29 mei 1945 1 juni 1945. Dr. Radjiman
widyodiningrat dalam pembukaan sidang meminta pandangan para anggota
tentang dasar negara indonesia merdeka. Ada tiga anggota yang memberikan
tanggapan tentang dasar negara yaitu muh. Yamin, soepomo, dan soekarno.
Mereka menyampaikan pandangan secara berurutan mulai tanggal 29 mei
hingga 1 juni 1945.
Usul muh. Yamin dikemukaan pada sidang hari pertama 29 mei 1945,
menyampaikan dasar negara kebangsaan negara indonesia sebagai berikut.
Pertama
: peri kebangsaan.
Kedua : peri kemanusiaan.
Ketiga : peri ke-tuhanan.
Keempat
: peri kerakyatan (A. Permusyawaratan, B. Perwakilan, C.
kebijaksanaan)
Kelima : kesejahteraan rakyat (keadilan sosial)
Pada akhir pidatonya muh yamin menyeraahkan

lampiran

suatu

rancangan sementara naskah UUD.RI yang berisi lima dasar negara, yaitu:
Pertama
: ketuhanan yang maha esa.
Kedua : kabangsaan persatuan indonesia.
Ketiga : rasa kemanusiaan yang adil dan beradab.
Keempat
: kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan.
Kelima : keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Pada 31 mei 1945 Soepomo dalam pidatonya mengatakan antara lain:
Pertama
: dasar persatuan dan kekeluargaan.
Kedua : takluk kepada tuhan.
Ketiga : kerakyatan.

Keempat
: kekeluargaan dalam bidang ekonomi.
Kelima : hubungan antar bangsa membatasi diri sebagai anggota Asia
Timur Raya.
Pada 1 Juni 1945 Bung Karno dalam pidatonya mengemukakan lima dasar
Indonesia merdeka, yaitu:
Pertama
: Kebangsaan Indonesia
Kedua : Internasionalisme atau Peri-kemanusiaan
Ketiga : Mufakat atau demokrasi
Keempat
: Kesejahteraan sosial
Kelima : Ke Tuhanan yang berkebudayaan
Bung Karno dalam pidatonya itu mengusulkan supaya 5 dasar itu dinamakan
PANCASILA. Usul ini diterima oleh seluruh anggota sidang secara bulat.
Nama Pancasila itu diusulkan atas petunjuk temannya seorang ahli
bahasa. Selanjutnya Bung Karno menjelaskan bahwa konsep dasar negara
tersebut dapat diperas menjadi tri sila, yaitu kebangsaan Indonesia, dan
Internasionalisme menjadi Sosio Nasionalisme, Mufakat atau demokrasi dan
kesejahteraan

sosial

menjadi

sosio

demokrasi

dan

ketuhanan

yang

berkebudayaan. Kemudian dikemukakan bahwa tri sila dapat diperas menjadi


eka sila yaitu gotong-royong.
b.

Proses Perumusan UUD 1945.


Pada akhir sidang BPUPKI 1 juni 1945 badan penyelidik membentuk panitia

kecil yang terdiri dari delapan orang yaitu, Soekarno sebagi ketua dan
anggotanya Bung Hatta, Sutardjo, Kartohadikusumo, Wachid Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Muh Yamin dan AA. Maramis. Pada pertemuan
22 juni 1945 panitia kecil ini berhasil membentuk panitia sembilan untuk
mengakomodasikan pendapat dari golongan islam dan golongan kebangsaan
tentang agama dan negara. Panitia ini berhasil mencapai kesepakatan dalam
bentuk rancangan pembukaan hukum dasar yang dikenal dengan piagam
jakarta.
Pada sidang kedua 10-17 Juli 1945 Badan Penyelidik yang telah berhasil
membentuk panitia perancang undang-undang dasar, Soekarno sebagai ketua
dan

beranggotakan

orang

mempunyai

tugas

menyelesaikan

tugas

menyelesaikan persoalan Undang-Undang Dasar termasuk masalah pembukaan


dan batang tubuhnya. Sidang 11 Juli 1945 Panitia Perancang Undang-undang
menyetujui secara bulat isi preambul yang diambil dari piagam jakarta.
Penyelesaian naskah Undang-Undang dasar diserahkan kepada panitia kecil
yang dibentuk oleh panitia Perancang Undang-Undang Dasar dan diketuai oleh
Soepomo
Pada sidang 14 Juli 1945 Panitia Perancang Undang-Undang dasar
memberikan hasil kerjanya meliputi tiga hal yaitu:
1. Pernyataan Indonesia merdeka yng disusun berdasarkan tiga alinea
pertama piagam jakarta.

2. Pembukaan Undang-Undang Dasar yang diambil dari alinea keempat


dan terakhir dari piagam jakarta yang memuat tentang dasar negara
Pancasila.
3. Undang-Undang Dasar (batang tubuh)
Secara kronologis proses perumusan Pancasila dan UUD 1945 dapat
dipahami sebagi suatu visi kebangsaan yang dicita-citakan. Hal ini dapat dilihat
sebagai peristiwa yang menggambarkan suatu proses akumulasi dari berbagi
ide-ide perorangan yang dituangkan dalam konsep ketatanegaraan dari suatu
bangsa yang mendambakan kemerdekaan dan masa depan.
6. Masalah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
a. Proses Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Setelah jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Panglima tentara
umum selatan membawahi kawasan Asia Tenggara dan berkedudukan di Dalath
Saigon,

Marskal

Terauchi

memanggil

tokoh-tokoh

yang

terlibat

dalam

pembentukan panitia persiapan kemerdekaan Indonesia. Tujuannya segera


merealisasikan kemerdekaan Indonesia.
Pada saat kekalahan Jepang ini kegiatan kaum pergerakan nasional terbagi
dalam dua kelompok yaitu golongan tua yang dimotori oleh Soekaro dan
golongan muda yang dimotori oleh Charul Saleh, Sukarni, adam Malik, Subianto,
Margono, Wibisono, Darwis, Djohar Nur dan masih banyak pemuda mahasiswa
lain yang baru terjun dalam pergerakan pada masa pendudukan Jepang.
Kedua golongan ini sepakat tidak lama lagi Indonesia merdeka, hanya beda
dalam memerdekakannya. Golongan tua mempunyai pendapat proklamasi
kemerdekaan Indonesia perlu melibatkan eksponen yang telah ada dan
berusaha

menjauhkan

dari

konflik

dan

pertumpahan

darah.

Sedangkan

golongan muda berpendapat , kemerdekaan Indonesia segera diproklamasikan


tidak menunggu waktu dan menjauhkan dari ikut campurnya badan yang telah
di bentuk Jepang PPKI.
Setelah mengalami perdebatan dan situasi yang rumit untuk memutuskan
kapan dan dimana dilaksanakannya proklamasi akhirnya disepakati bersama
yaitu: Pada hari Jumat pukul 10.00 tanggal 17 agustus 1945 teks proklamasi
dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Moh. Hatta di halaman
rumahnya jalan Pegangsaan Timur 56. Kejadian itu disaksikan oleh beberapa
orang dan didahului dengan pidato singkat oleh Soekarno, baru kemudian teks
proklamsi dibacakan.
b. Makna Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Fakta sejarah membuktikan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia bukan
hadiah Jepang, melainkan sebagai suatu perjuangan panjang dan hasil
perjuangan bangsa Indonesia sendiri, sehingga dengan demikian bahwa
proklamasi kemerdekaan indonesia hakekatnya adalah :

1. Merupakan titik kulminasi perjuangan bangsa Indonesia yang telah lama


mengalami penindasan penjajah dan sekaligus merupakan pencetus jiwa
atau semangat untuk mewujudkan cita-cita bangsa seperti yang tertuang
dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke IV.
2. Pernyataan kemerdekaan pada hakekatnya merupakan pemberitahuan
kepada bangsa sendiri dan dunia internasional bahwa pada saat itu bangsa
Indonesia telah merdeka lepas dari penjajahan.
3. Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia melahirkan Negara Proklamasi
yaitu Negara Republik Indonesia.
4. Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia dilihat dari ilmu hukum, pada
hakekatnya merupakan keputusan atau pernyataan yang telah menghapus
tata hukum kolonial diganti dengan tata hukum nasional.
5. Proklamasi kemerdekaan jika ditinjau dari sudut

politis-ideologis

merupakan pembentukan perumahan bangsa Indonesia yang baru bebas


dari penjajahan.
6. Menurut Bung Karno dalam pidato tanggal 17 Agustus 1958 dikatakan
bahwa proklamasi 17 agustus 1945 adalah pusat perbendaharaan mutu
mental dan cita-cita terbaik yang dihimpun oleh para pujangga, pemimpin
dan rakyat Indonesia.
c. Proses Pengesahan Pancasila dan UUD 1945
Proklamasi kemerdekaan melahirkan negara baru yaitu Republik Indonesia.
PPKI sesuai dengan wewenangnya pada tanggal 18 agustus 1945 mengadakan
sidang pertama dalam rangka melengkapi alat-alat perlengkapan negara
sebagaimana lazimnya negara merdeka, khususnya yang terkait dengan
pengesahan Pancasila dan UUD 1945.
Sebelum mengambil keputusan untuk mengesahkan pancasila dan UUD
1945 ada beberapa persoalan yang timbul, yaitu masalah kalimat atau 7 kata
dalam piagam jakarta yang akan dijadikan pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia. Itu semua disebabkan oleh adanya perbedaan pandangan antara
golongan islam dan golongan kebangsaan. Akhirnya sesuai dengan kesepaktan
kalimat atau 7 kata tersebut diganti sesuai dengan kesepakatan bersama
hingga UUD 1945 disahkan oleh PPKI.
UUD 1945 yang telah disahkan oleh PPKI terdiri dari dua bagian yaitu
bagian pembukaan dan bagian batang tubuh UUD yang berisi 37 pasal, 1 aturan
peralihan terdiri dari 4 pasal, 1 aturan tambahan terdiri dari 2 ayat. Pembukaan
sendiri terdiri dari 4 alinea, pada alinea ke 4 tercantum rumusan pancasila.
Sehingga dengan disahkannya UUD 1945 berarti disahkan pula Pancasila
sebagai dasar negara.
d. Hubungan Proklamasi Kemerdekaan dengan Pembukaan Batang Tubuh UUD
1945

Jiwa dan semangat Pancasila merupakan cita-cita bangsa Indonesia yang


diperjuangkan oleh seluruh bangsa Indonesia untuk menjadi kenyataan.
Perjuangan terjadi selama berabad-abad, dilaksanakan secara bertahap dengan
berbagai macam-macam cara, bentuk dan sifat yang berbeda-beda. Perjuangan
ini mencapai titik kulminasi pada saat terjadinya proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agutus 1945, dengan ditandai berdirinya Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Pembukaan UUD 1945 tidak lain adalah perjuangan jiwa dan semangat
proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 yang pada hakekatnya
adalah jiwa dan semgat pancasila. Pembukaan UUD 1945 memuat 4 pokok
pikiran yang pada hakekatnya merupakan uraian terperinci dari proklamasi
yang mengandung jiwa dan semangat pancasila.
Berdasarkan sifat hubungan antara proklamasi kemerdekaan dengan
pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 tidak hanya menjelaskan dan
menegaskan sehingga hubungan tersebut tidak hanya bersifat fungsional dan
korelatif tetapi lebih bersifat monitis-organis yaitu merupakan satu kesatuan
yang bulat.
7. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa nama Indonesia muncul
pada abad ke XIX yang merupakan wadah tumbuh kembangnya nilai-nilai
Pancasila dan ruang gerak bangsa Indonesia untuk memperjuangkan cita-cita
kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda dan Jepang.
Nilai-nilai Pancasila itu kemudian setelah cita-cita perjuangan berhasil
diproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945,
dijadikan dasar ideologi pancasila yang sekaligus sebagai falsafah bangsa.
8. Daftar Pustaka
Modul Pendidikan Pancasila, UNESA., Surabaya.
http://rikobassist.blogspot.com/2010/03/pancasila-dalam-sejarahperjuangan.html
http://ismiyuli-relantionship.blogspot.com/2011/04/implementasi-pancasiladalam-kehidupan.html

Anda mungkin juga menyukai