Jika kita membahas asal usul suku Jawa, maka bisa dibilang kita sedang
membahas asal usul orang Indonesia secara keseluruhan. Hal ini disandarkan
kepada penemuan fosil dari homo erectus yang dikenal juga dengan nama
Manusia Jawa oleh Eugene Dubois, seorang ahli anatomi dari Belanda pada
tahun 1891 di Trinil, Ngawi. Fosil tersebut diperkirakan berumur mencapai
700.000 tahun, sehingga ia termasuk dari salah satu spesies manusia kuno
yang pernah ditemukan.
Versi Pertama
Versi Kedua
Versi kedua menyatakan, bahwa asal mula orang Jawa berasal dari
daratan Indochina yang datang dari tanah Kamboja atau Laos. Ada
kemungkinan juga berasal dari Vietnam.
Versi Ketiga
Ada rumor juga yang mengatakan bahwa orang Jawa merupakan
keturunan orang dari tanah Pasundan yang berkawin-campur dengan para
pendatang dari India atau dari Indochina.
Kepercayaan kuno yang dianut oleh suku Jawa adalah animisme dan
terus berlanjut seperti itu hingga datang para pembawa agama Hindu dan
Budha ke Tanah Jawa melalui perdagangan dengan orang-orang
India. Masyarakat Jawa lebih mudah tertarik dengan agama yang dibawa oleh
mereka lantaran filosofi agama Hindu-Budha bisa menyatu dengan filosofi
orang Jawa lokal yang unik.
Kedu dan Kewu adalah tempat berkumpulnya kultur suku Jawa yang
terdapat di lereng Gunung Merapi yang sekaligus menjadi jantung dari
Kerajaam Medang Bhumi Mataram. Beberapa dinasti kuno lainnya, seperti
Sanjaya dan Syailendra juga menggunakan tempat itu sebagai pusat
pemerintahan mereka.
Ketika Mpu Sendok memerintah, pada abad 10, ibu kota kerajaan dipindahkan
ke dekat Sungai Brantas. Kejadian ini yang dipercaya juga sebagai sebab
pergeseran pusat kebudayaan dan politik suku Jawa. Diperkirakan,
perpindahan ini disebabkan oleh erupsi vulkanik dari Gunung Merapi, tapi ada
juga yang mengatakan bahwasannya perpindahan pusat pemerintahan ini
disebabkan oleh serangan dari Kerajaan Sriwijaya.
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang
ke Tanah Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik,
Jawa Timur. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya,
Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
3. Sunan Drajad (Syarifudin). Beliau adalah wali sekaligus anak dari Sunan
Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Ia dikenal sebagai
seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
4. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Beliau juga anak dari Sunan Ampel.
Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Beliau terkenal
sangat bijaksana.
5. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang.
Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan
filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan
lingkungan setempat.
6. Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di Jawa dan luar Jawa, yaitu
Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama
dengan metode bermain.
7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah.
Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung
Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat
dengan rakyat jelata.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten,
Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.
Pemalu
Sopan
Gotong-Royong
Salah satu ciri khas yang sulit dilepaskan dari pribadi orang-orang Jawa
adalah sifat gotong royong atau saling membantu sesama masyarakat,
terutama tetangga. Apabila kita berkunjung ke desa-desa, kita akan dengan
mudah mendapati orang-orang yang memiliki sifat ini. Terkadang, apabila ada
tetangga mereka yang hendak membangun rumah, mereka tidak akan segan
ikut membantu sekalipun tidak dibayar, begitu juga sebaliknya.
Terima Apa Adanya
sumber:
1. [Makalah] Islam Masuk ke Tanah Jawa, oleh: Mohammad Bahrul Ulum,
Suwaibatul Islamiyah,RohmatulIzzah.
2. portalsejarah[dot]com.