Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Landasan Pedagogik yang
diberikan oleh Dr. Agus Taufiq, M.Pd
Disusun Oleh
Pisca Hana Marsenda
1803053
Kelas A
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kurikulum dan Pendidikan
Internasional” Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, karena beliau kita dapat
mempelajari ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Landasan Pedagogik. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini, yakni kepada:
1. Bapak Dr. Agus Taufiq, M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah Landasan Pedagogik.
2. Orang tua dan keluarga yang senantiasa selalu memberikan doa, dukungan dan semangat
kepada penulis.
3. Teman-teman seperjuangan yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat balasan bernilai ibadah di sisi
Allah SWT. Penulis telah berusaha membuat makalah ini sebaik mungkin, maka jika masih
terdapat kekeliruan yang luput dari koreksi, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Bandung, Desember 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu komponen kehidupan yang paling urgen. Semenjak
manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan ini semenjak itulah manusia telah berhasil
merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan.
Bahkan pendidikan adalah suatu yang alami dalam perkembangan peradaban manusia.
Secara paralel proses pendidikan pun mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dalam
bentuk metode, sarana maupun target yang akan dicapai. Karena hal ini merupakan salah
satu sifat dan keistimewaan dari pendidikan, yaitu selalu bersifat maju. Dan apabila sebuah
pendidikan tidak mengalami serta tidak menyebabkan suatu kemajuan atau malah
menimbulkan kemunduran maka tidaklah dinamakan pendidikan. Karena pendidikan
adalah sebuah aktifitas yang integral yang mencakup target, metode dan sarana dalam
membentuk manusia-manusia yang mampu berinteraksi dan beradabtasi dengan
lingkungannya, baik internal maupun eksternal demi terwujudnya kemajuan yang lebih
baik. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah terus berupaya
melakukan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan. Dan sebagai sarana untuk
meningkatkan mutu pendidikan diperlukan sebuah kurikulum.
Studi perbandingan pendidikan dalam hal ini kurikulum merupakan salah satu cara
untuk mengetahui berbagai aspek yang berhubungan dengan sistem pendidikan Indonesia
dengan Negara tertentu, terutama yang berhubungan dengan kelebihan dan kekurangan
yang terjadi pada sistem pendidikan tersebut. Setiap negara memiliki cara tersendiri dalam
membentuk karakter masyarakatnya. Cara khas dari masing-masing negara yang memiliki
poin penekanan tertentu dalam tujuan pencapaiannya. Sehingga, memang tak dapat
dipungkiri segala sesuatunya akan menghasilkan dampak positif dan negatif. Keberhasilan
pencapaian suatu negara dalam membentuk karakter bangsanya tidak dapat dilihat melalui
satu sudut pandang saja, melainkan dengan dua sudut pandang berbeda. Dengan
perbandingan itulah kita dapat menyimpulkan apakah negara tersebut benar berhasil atau
tidak. Berdasarkan dua dampak yang dihasilkan, kita dapat membandingkan dampak yang
dominan dalam keseharian masyarakatnya. Hal tersebut adalah satu dari sekian banyak
tolak ukur dalam melihat keberhasilan suatu negara dalam mendidik karakter
masyarakatnya.
Pendidikan untuk pembangunan karakter pada dasarnya mencakup pengembangan
substansi, proses dan suasana atau lingkungan yang menggugah, mendorong dan
1
memudahkan seseorang untuk mengembangkan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-
hari. Proses pembangunan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor khas
yang ada pada orang yang bersangkutan yang sering juga disebut faktor bawaan dan faktor-
faktor lingkungan dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Namun
demikian, perlu diingat bahwa faktor bawaan boleh dikatakan berada diluar jangkauan
masyarakat untuk mempengaruhinya (Raka, 2008).
Dasar dalam pembangunan karakter adalah lingkungan. Setiap lingkungan memiliki
kebiasaan-kebiasaan tersendiri yang akan berwujud menjadi ciri khas dari setiap pribadi
didalamnya. Meskipun, setiap individu memiliki karakter internal dalam dirinya, sedikit
atau banyak lingkungan akan mampu mempengaruhinya. Hal inilah yang menjadi alasan
kenapa setiap pribadi harus benar-benar menelaah keadaan lingkungan sekitarnya.
Pendidikan memiliki peran strategis karena pendidikan merupakan kunci kemajuan
sebuah bangsa. Peran strategis pendidikan bahwa pendidikan merupakan alat yang tidak
bisa dipisahkan dalam upaya untuk mewujudkan perdamaian sejati, kebebasan, dan
keadilan sosial. Pendidikan walaupun bukan merupakan sebuah obat ajaib atau magic
formula merupakan pembuka pintu dunia untuk kehidupan yang ideal, menumbuhkan
kehidupan yang lebih manusiawi dan dapat mengurangi kemiskinan, keterbelakangan,
kebodohan, ketertindasan dan perang (Delors, 1996 ; Hidayat, 2013).
Pendidikan adalah hal yang sangat strategis dalam suatu negara. Melalui pendidikan,
tidak hanya masalah kemiskinan dan keterbelakangan yang dapat terselesaikan, tetapi juga
masalah karakter. Karakter yang terbentuk dari sekolah dipengaruhi oleh proses kegiatan
pembelajaran yang terjadi didalam sekolah dan bagaimana interaksi peserta didik dengan
keluarga di sekolah. Oleh sebab itu, pendidikan karakter tidak dapat terlepas dari
pembelajaran di kelas. Melalui dasar pemikiran tersebut, penulis ingin mengajak pembaca
untuk bersama-sama menekur dan menelaah hal-hal baik dari kurikulum Pendidikan suatu
negara untuk dijadikan referensi ataupun sumber perbandingan dalam mengembangkan
cara penanaman karakter, khususnya karakter berkebangsaan dalam diri peserta didik.
2
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Untuk memahami sistem pendidikan internasional dari berbagai negara
2. Untuk memahami isu permasalahan kurikulum pendidikan di Indonesia
3. Untuk menganalisis solusi permasalahan kurikulum Pendidikan di Indonesia
3
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.1.2 Pendidikan di Jepang
Pendidikan karakter Jepang dilaksanakan di lembaga formal maupun lembaga non
formal. Di lembaga formal, tidak hanya sekedar diajarkan teorinya saja, melainkan lebih
banyak diajarkan praktik serta penerapan dari ajaran moral tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Di lembaga non formal, pendidikan karakter diajarkan di keluarga, masyarakat
serta perusahaan. Dalam keluarga yang memegang peranan penting dalam mengajarkan
karakter adalah ibu. Adapun pendidikan karakter dalam masyarakat Jepang lebih mengacu
kepada penanaman kedisiplinan agar masyarakat patuh hukum, tidak melanggar norma
dan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Pendidikan karakter pun dilakukan di
perusahaan-perusahaan Jepang sehingga perusahaan-perusahaan Jepang mempunyai
pekerja yang rajin, disiplin, bertanggung jawab, mempunyai loyalitas yang sangat tinggi
(Mulyadi, 2014).
Orstein dan Levine (2008) menambahkan bahwa keterlibatan orang tua yang kuat
sangat diharapkan. Secara khusus, ibu merasakan tanggung jawab besar untuk
keberhasilan anak di sekolah. Keluarga memberikan banyak dukungan dan motivasi yang
berkelanjutan, mulai dari perayaan masuk yang rumit sampai kelas pertama hingga
pendaftaran anak-anak secara luas di sekolah swasta tambahan, yang dihadiri siswa setelah
sekolah dan pada akhir pekan. Dibandingkan dengan orang tua AS, orang tua Jepang
menekankan upaya atas kemampuan ketika diminta untuk mengidentifikasi penyebab
keberhasilan atau kegagalan di sekolah.
Jepang sebagai negara maju memiliki sejarah perjalanan pendidikan yang khas,
khususnya perjalanan pendidikan sosial (social education) atau dalam bahasa Jepang
dikenal dengan sebutan shakai kyoiku atau di Indonesia dikenal dengan pendidikan luar
sekolah yang pada tahun 2007 berdasarkan Perpres No.17 dirubah menjadi pendidikan
nonformal. Diterapkannya konsep pendidikan social, diharapkan mampu merubah budaya
belajar masyarakat secara revolusioner. Oleh karena itu, perkembangan pendidikan social
(social education) sangat pesat sejak mulai mendapatkan pengesahan tahun 1949 sampai
pada saat disusunnya aturan tentang lifelong learning promotion law tahun 1990. Salah
satu bentuk kegiatannya adalah Kominkan.
Kominkan didirikan dan disosialisasikan di tengah-tengah masyarakat Jepang
sebagai wujud dari kepedulian pemerintah akan pentingnya rekonstruksi bidang
pendidikan dalam mengembalikan kejayaan Jepang sebagai negara yang berdaulat dan
demokrasi. Pemerintah Jepang pada saat itu menganggap, bahwa rekonstruksi bidang
pendidikan melalui sekolah atau pendidikan anak-anak tidaklah cukup, sehingga
6
diperlukan model pendidikan yang betul-betul mampu menyatu dan mampu melayani
seluruh kebutuhan pendidikan bagi masyarakatnya. Pada saat itulah konsep citizens’
public halls (Kominkan) direkomendasikan oleh pemerintah sebagai sebuah fasilitas
pendidikan sosial di setiap pemerintahan kota dengan harapan Kominkan dapat
membangun dan meningkatkan kemampuan, keterampilan dan kepercayaan diri
masyarakat Jepang (Sari, 2017).
Kominkan sebagai salah satu fasilitas layanan pendidikan sosial yang secara
terintegrasi memiliki tugas dalam mengembangkan pendidikan masyarakat dan
pendidikan orang dewasa dengan fasilitas-fasilitas pendidikan sosial lainnya seperti:
perpustakaan, museum, pusat pengembangan pemuda dan anak-anak, Pusat
pengembangan perempuan dan Pusat-pusat pengembangan layanan pendidikan sosial
lainnya. Sejalan dengan perubahan dan perkembangan masyarakat Jepang, terutama
perkembangan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, perhatian
pemerintah dan masyarakat terhadap pendidikan orang dewasa dan pendidikan masyarakat
melalui Kominkan tidak lagi hanya sekedar memperhatikan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bagi masyarakat sebagai sebuah kebutuhan dasar akan tetapi sudah bergeser
kepada peningkatan self-actualization dan self-development masyarakat.
Keberadaan Kominkan di Jepang tidak terlepas dari Undang-Undang tentang
pendidikan sosial. Undang-undang Pendidikan Sosial bertujuan untuk mendirikan sistem
pendidikan di luar sistem pendidikan formal (sekolah) dengan model pembelajaran yang
lebih komprehensif dan dijamin akan lebih mengakar di tengah-tengah masyarakat.
Undang-undang tersebut menegaskan, bahwa ruang lingkup pendidikan sosial, meliputi
penetapan: peran pemerintah, dewan pendidikan, staf (pegawai) pemerintah, dan lembaga-
lembaga sosial di daerah (Teuchi, 2006).
Siswa di Jepang diharuskan membersihkan lingkungan sekolahnya sendiri. Mulai
dari ruang kelas, kafetaria, sampai toilet. Tak ada petugas kebersihan yang diperkerjakan
di sekolah. Tujuannya membantu siswa untuk bertanggung jawab, bekerja dalam tim, dan
saling membantu. Selain itu, siswa tak cuma diajarkan pelajaran umum di sekolah, mreka
juga harus mempelajari budaya lokal. Satu di antaranya dengan belajar menulis kaligrafi
Jepang yang dikenal dengan nama shodo dan puisi Jepang (Purwaningrum, 2018). Rizal
(2017) menambahkan bahwa untuk menciptakan kebersamaan antara seluruh murid dan
guru, mereka semua selalu makan di ruangan bersama-sama. Tidak ada pula yang
namanya kesenjangan sosial atau membeda-bedakan satu sama lain di Jepang. Hal ini
disimbolkan dengan pakaian sekolah bergaya pelaut yang mereka kenakan.
7
Ornstein dan Levine (2008) menyatakan bahwa Studi prestasi internasional
menunjukkan bahwa siswa Jepang secara konsisten mencapai nilai tinggi dalam
matematika, sains, dan bidang studi lainnya. Sebagai contoh, Studi Internasional kedua
Prestasi dalam Matematika melaporkan bahwa siswa kelas delapan di Jepang rata-rata
menjawab 62 persen dari item tes dengan benar, dibandingkan dengan 45 persen di
Amerika Serikat dan 47 persen di seluruh delapan belas negara yang termasuk dalam
belajar. Sehubungan dengan prestasi sains di antara siswa kelas delapan, siswa Jepang
mencapai skor rata-rata 571, dibandingkan dengan rata-rata 541 untuk negara industri
lainnya termasuk dalam penilaian ketiga.
11
pendidikan yang bersifat penyediaan tenaga kerja trampil karena lebih banyak bepraktek
di samping mempelajari teori-teori (Jamrah, 2016).
Pendidikan tinggi di Perancis ukurannya kecil dan kemapanan dalam keragaman,
maksudnya bahwa secara fisik bangunan-bangunan yang ada di Perancis tergolong kecil
dan jumlah mahasiswanya yang sedikit. Akan tetapi secara kualitas pendidikan tinggi di
Perancis lebih mengutamakan hasil optimal dari tiap-tiap pembelajaran dalam aspek
jurusan masing-masing. Sementara itu, di Indonesia pada umumnya perguruan tinggi
sangat besar dengan jumlah jurusan/fakultas yang banyak serta mahasiswanya yang
berjumlah ribuan orang.
Ornstein dan Levine (2008) menyatakan spesialis perawatan anak dan pemimpin
sipil yang memeriksa sistem Perancis telah melaporkan aspek berikut dari program-
program Perancis yang layak dipertimbangkan di Amerika Serikat :
• Hampir semua anak memiliki akses ke sistem terkoordinasi yang menghubungkan
pendidikan awal, penitipan anak, dan layanan kesehatan.
• Membayar cuti orang tua dari pekerjaan setelah melahirkan atau diadopsi membantu
memelihara hubungan orangtua-anak yang positif.
• Gaji dan pelatihan yang baik untuk guru anak usia dini membantu menjaga perputaran
tetap rendah dan kualitas program tinggi.
• Hampir semua anak kecil terdaftar dalam program prasekolah.
• Pemerintah memberikan sumber daya tambahan untuk memastikan kualitas tinggi di
lokasi yang mendaftarkan anak-anak berpenghasilan rendah.
12
memberikan keleluasan bagi daerah untuk menambahkan kurikulum local. Dengan acuan
sebagai berikut : SD memuat 10 mata pelajaran yang berbeda antara kota dan desa. Untuk
SD pedesaan misalnya : memuat mata pelajaran pertanian selain mata pelajaran inti, moral,
matematika dan bahasa cina. Sedangkan untuk SD perkotaan diwajibkan mata pelajaran
olah raga. Sedangkan untuk sekolah menengah pertama memberikan 13 mata pelajaran
termasuk diantaranya: pendidikan Moral, politik, bahasa cina, bahasa asing dan
matematika. Sedangkan untuk SMA di sesuaikan dengan keinginan siswa (disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat, serta kondisi lembaga setempat).
Sistem ujian di Cina, untuk sekolah dasar dan menengah melaksanakan empat
macam ujian yaitu ujian semester, ujian ujian tahunan, ujian akhir sekolah dan ujian masuk
SMP, dan ujian-ujian ini hanya terbatas pada mata pelajaran bahasa cina dan matematika.
Sedangkan ujian masuk SMA digabungkan dengan ujian akhir SMP. Untuk masuk
perguruan tinggi dilakukan ujian seleksi nasional dengan pemisahan antara sains dan ilmu
sosial.
13
dapat ditempuh selama 3 tahun. diawali dengan master yang dijalani selama satu tahun,
kemudian pendidikan doktor selama 3 tahun (Soelaiman et al, 2014).
14
luar, serta dapat menambah pengetahuan bukan hanya dari buku saja namun dapat dari
artikel maupun jurnal yang dapat dipercaya.
Pemerintah lebih menekankan bahwa ketika seorang pengajar telah beralih ke
media alat bantu itu akan mengurangi penggunaan kertas, maka secara tidak langsung kita
telah melaksanakan program peduli lingkungan. Tidak mudah untuk melaksanakan hal ini
oleh karena itu pemerintah harus mendata berapa persentase guru usia tua lalu dilakukan
pelatihan khusus untuk memberikan mereka pengetahuan baru akan teknologi saat ini serta
mengajak kerja sama antara pengajar muda untuk mengajari pengajar usia lanjut agar lebih
efektif (Sinaga,2017).
Perubahan kurikulum di Indonesia sudah banyak dilakukan perbaikan secara
bertahap demi penyempurnaan kurikulum 2013. Semoga bukan hanya pemerintah yang
gencar untuk melaksanakan kurikulum 2013 namun pengajar serta peserta didik juga
melaksanakannya dalam proses belajar-mengajar. pendidikan adalah faktor utama yang
harus diperbaiki karena pendidikan membentuk sikap peserta didik dalam jangka waktu
saat ini maupun masa depan. Negara membutuhkan sumber daya yang jujur dan berguna
bagi bangsa bukan malah menjadi oknum yang egois karena merugikan negaranya.
16
Oleh karena itu tidak heran jika semua jenjang pendidikan di Indonesia masih
sebatas pada level bagaimana agar membuat siswa memiliki sikap berani, tidak
menertawakan temannya yang salah, serta bergaul secara baik karena memang karakter-
karakter tersebut tidak pernah dibentuk secara serius di sekolah. Sedangkan pendidikan di
luar negeri sudah menanamkan sikap-sikap tersebut sejak sekolah dasar. Siswa di luar
negeri malu jika mencontek atau tidak mengerjakan tugas, namun mereka tidak malu ketika
salah dalam mencoba dan tidak mengejek teman-temannya yang salah. Cara pandang
pendidikan dan lingkungan pendidikan kita harus diperbaiki agar menghasilkan siswa-
siswa yang baik moral dan intelektualnya.
18
• Amerika Serikat berusaha untuk menyediakan pendidikan dwibahasa bagi jutaan
pelajar bahasa Inggris-pelajar.
• Kanada telah menerapkan program pendidikan dwibahasa yang cukup besar, serta
berbagai pendekatan untuk mempromosikan kurikulum dan instruksi multietnis.
• Perancis telah memberikan pelatihan in-service nasional untuk membantu para guru
belajar mengajar bahasa Prancis sebagai bahasa kedua.
• Belgia menyediakan kelas penerimaan di mana anak-anak imigran menerima instruksi
hingga dua tahun baik dari seorang guru Belgia dan seorang guru bahasa asli.
19
BAB III
KESIMPULAN
20
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. (2016). Culture Shock: Apa Bedanya Pendidikan di Indonesia dan Amerika Serikat ? [Online].
Diakses dari https://blog.ruangguru.com/apa-bedanya-pendidikan-di-indonesia-dan-
amerika-serikat [9 Desember 2018]
Edra, R. (2018). 3 Alasan Ujian Nasional Tetap dilaksanakan di Indonesia. [Online]. Diakses
dari https://blog.ruangguru.com/3-alasan-pelaksanaan-ujian-nasional [9 Desember 2018]
Hidayat, R. Patras, Y.E. (2013). Evaluasi Sistem Pendidikan Nasional Indonesia. 2nd
International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE).235-244
Iqbal. (2016). Perbandingan Pendidikan Indonesia dengan Finlandia. [Online]. Diakses dari
https://www.atmago.com/posts/perbandingan-pendidikan-indonesia-dengan-
finlandia_post_id [9 Desember 2018]
Iwan, P., S. (2013). Beberapa Negara dengan Aliran Filsafat Pendidikan yang Dianutnya.
Medan : Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Jamrah, A. (2016). Perbandingan Sistem Pendidikan Perancis dan Indonesia. [Online]. Diakses
dari http://www.sumbarprov.go.id/details/news/7168 (9 Desember 2018).
Ornstein, A.C. & Levine, D.V. (2008). Foundation of Education. 11th Edition. Boston:
Houghton Miffin Company
Matansi, P. (2016). Lingkaran Setan Sistem Rangking di Sekolah. [Online]. Diakses dari
https://tirto.id/lingkaran-setan-sistem-ranking-di-sekolah-b9Ty [9 Desember 2018]
Mulyadi, B. (2014). Model Pendidikan Karakter dalam Masyarakat Jepang. Jurnal Izumi.3 (1):
69-80
Neil, G.O. Program desing: overview of curriculum models. Fingal: UCD Teaching
Purwaningrum, A. (2018). 6 Sistem Pendidikan Jepang yang Tak Ada di Indonesia, Perilaku
Lebih Penting dari Nilai Pelajaran. [Online]. Diakses dari https://www.msn.com/id-
id/travel/ideperjalanan/6-sistem-pendidikan-jepang-yang-tak-ada-di-indonesia-
perilaku-lebih-penting-dari-nilai-pelajaran/ar-AAA8nF9 [9 Desember 2018]
21
Putra, A. (2017). Mengkaji & Membandingkan Kurikulum 7 Negara (Malaysia, Singapura,
Cina, Korea, Jepang, Amerika dan Finlandia). [Online]. Diakses dari
https://osf.io/8k2sj/?action=download [9 Desember 2018]
Raka, I. D.G. (2008). Pembangunan Karakter dan Pembangunan Bangsa: Menengok Kembali
Peran Perguruan Tinggi. Bandung: Senatama Wikarya
Richard, C. S.. (2000). Garis Besar Pemerintahan Amerika Serikat. Amerika Serikat : Deplu
AS.
Rizal. (2017). 8 Keunikan Sistem Pendidikan di Jepang Bukti Negara Maju. [Online]. Diakses
dari https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/rizal/8-keunikan-sistem-pendidikan-di-
jepang-yang-membedakannya-dengan-negara-lain-1/full [ 9 Desember 2018]
Sari, S.D. (2017). Perbandingan Sistem Pendidikan Di Indonesia Dengan Jepang : Ilmu Sosial
Sebagai Pembangun Karakter Berkebangsaan. Prosiding Seminar Nasional Tahunan
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 1(1), 181-186
Wulandari, T. (2008). Kebijakan Pendidikan di Amerika Serikat”. Jurnal Istoria, 1(1), 1-10
22
PERTANYAAN DAN DISKUSI
1. Bagaimana sistem Pendidikan karakter di negara lain yang dapat diterapkan pada
Pendidikan di Indonesia ?
Tanggapan penulis :
Pendidikan karakter Jepang dilaksanakan di lembaga formal maupun lembaga non
formal. Di lembaga formal, tidak hanya sekedar diajarkan teorinya saja, melainkan
lebih banyak diajarkan praktik serta penerapan dari ajaran moral tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Di lembaga non formal, pendidikan karakter diajarkan di
keluarga, masyarakat serta perusahaan. Dalam keluarga yang memegang peranan
penting dalam mengajarkan karakter adalah ibu. Adapun pendidikan karakter dalam
masyarakat Jepang lebih mengacu kepada penanaman kedisiplinan agar masyarakat
patuh hukum, tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat.
Pendidikan karakter pun dilakukan di perusahaan-perusahaan Jepang sehingga
perusahaan-perusahaan Jepang mempunyai pekerja yang rajin, disiplin, bertanggung
jawab, mempunyai loyalitas yang sangat tinggi. Misalnya di saat di sekolah, siswa
diajarkan untuk membersihkan lingkungan sekolahnya sendiri dengan bergotong-
royong agar pekerjaan terasa ringan jika dilakukan bersama.
23
3. Mengenai pembelajaran Pendidikan kewarnegaraan dan agama di Indonesia, apakah
pentingnya menerapkan pembelajaran tersebut di Indonesia sedangkan di negara maju
tidak menerapkannya ?
Tanggapan penulis :
Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan dan agama penting dilakukan di Indonesia.
Agar siswa mengetahui tentang penerapan nilai-nilai Pancasila dan bagaimana cara
bertoleransi agama. Hal ini perlu dipupuk pengetahuannya sejak masih sekolah supaya
mengetahui bahwa Indonesia memiliki falsafah negara yang seharusnya ditaati dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta menghargai perbedaan umat beragama.
24