Anda di halaman 1dari 8

PAPER

“Hadits Pendidikan Bersikap Toleransi dan Bijaksana”


Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Hadits Tarbawiy
Dosen Pengampuh : Fikri Hamdani, S.TH.i.,M.Hum

Disusun Oleh:

Disusun Oleh :
Mohammad Jafar
NIM. 201010083

JURISAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS


TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU TAHUN AJARAN
2021/2022
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam praktek pendidikan salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah
guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini
disebabkan gurulah barisan yang berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan.
Gurulah yang harus langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu
pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan
dan keteladanan.)
Seorang guru tidak hanya mampu mengajar namun juga dituntut lebih untuk bisa
mendidik. Dalam proses mendidik guru harus lebih sabar, toleran dan bijak dalam
menghadapi dinamika peserta yang berbeda-beda. Beraneka ragam bentuk karakter dan sifat
peserta didik membuat para guru atau pendidik sering mengalami kesulitan. Untuk
dibutuhkan sikap toleransi dan kebijaksanaan. Dan agar tugas sikap tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik, ia perlu memiliki sifat tertentu, yaitu sifat seorang guru
sebagaimana pribadi rasulullah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hadits yang berkaitan tentang pendidik yang bersikap toleransi ?
2. Apa saja hadits yang berkaitan tentang pendidik yang bersikap bijaksana ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang berkaitan tentang pendidik yang bersikap toleransi
2. Untuk mengetahui yang berkaitan tentang pendidik yang bersikap bijaksana
‫‪PEMBAHASAN‬‬

‫‪A. Hadits Pertama‬‬


‫‪a. Matan Hadits‬‬
‫اّلله عليه وسلَّم‬ ‫عن معاوية بن الحكم السُّلمي‪ ،‬قال ‪ :‬بينا أنا أهصلهي مع رسول َّهُ‬
‫اّلل ص َّلى َُّ‬
‫اّلله فرماني القو هُم بأبصارهم فقلت واثهكل أ ه همياه ما‬
‫فقلت يرحمك َُّ‬ ‫هُ‬ ‫طس رجلُ من القوم‬ ‫ع َ‬
‫إذ َ‬
‫صمتونني‪،‬‬ ‫ه‬ ‫شأنكم تنظرون إل َّي؟ فجعلوا يضربون بأيديهم على أفخاذهم فلمَّا رأيتهم‬
‫معلمًا قبلَه ول‬ ‫رأيت ه‬ ‫هُ‬ ‫اّلله عليه وسلَّم فبأبي هو وأمي ما‬
‫اّلل ص َّلى َُّ‬
‫لكنهي سكت فلمَّا صلَّى رسول َّهُ‬
‫إن هذه الصَّال ُةَ ال يصلح‬ ‫بعدَه أحسنَُ تعليمًا منه فوهللا ما َكهَرني وال ض ََربني وال شتمني قا ل َُّ‬
‫ح والتكبير وقراءة القرآن أو كما قال رسول َّهُ‬
‫اّلل‬ ‫فيها شيءُ من كالم الناس إنَّما هو التسبي هُ‬
‫اّلله باإلسالم َُّ‬
‫وإن‬ ‫حديث عهد بجاهلية وقد جاء َُّ‬ ‫هُ‬ ‫اّلله عليه وسلَّم قلت يا رسول َّهُ‬
‫اّلل إنهي‬ ‫صلَّى َُّ‬
‫منَّا رجا ُالً يأتون ال هكهَّان؟ قال فال تأْتههم قال ومنَّا رجال يتطيَّرون؟ قال ذاك شيءُ يجدونه في‬
‫صدورهم فال يَصدنَّكم ) ر و ا ه مسلم (‬

‫‪• Kosa Kata‬‬


‫اّلله عليه وسلَّم ‪a.‬‬ ‫‪ - ketika saya bersama rasulullah saw.‬بينا أنا أهصلهي مع رسو ُل َّهُ‬
‫اّلل صلَّى َُّ‬
‫ع َ‬
‫طس رجلُ من القوم ‪b.‬‬ ‫‪ – seorang dari jama’ah bersin‬إذ َ‬
‫‪ – maka saya mengatakan semoga allah merahmatimu‬فقلتهُ يرحمك َُّ‬
‫اّلله ‪c.‬‬
‫‪ – orang mencela saya dengan pandangan mereka‬فرماني القو هُم بأبصارهم ‪d.‬‬
‫‪ – saya berkata celaka, mengapa‬فقلت واثهكل أ ه همياه ما شأنكم تنظرون إليُ ‪e.‬‬ ‫‪kalian‬‬
‫‪memandangiku‬‬
‫‪ – mereka memukul paha dengan tangan mereka‬فجعلوا يضربون بأيديهم ‪f.‬‬
‫‪g.‬‬ ‫‪ – ketika saya memandang mereka‬على أفخاذهم فل َّما رأيتهم‬
‫صمتونني‪h. ،‬‬
‫ه‬ ‫‪- mereka menyuru saya diam‬‬
‫اّلله عليه وسلَّم فبأبي ‪i.‬‬
‫اّلل صلَّى َُّ‬
‫‪ – setelah rasulullah saw. Saya‬لكنهي سكت فل َّما صلَّى رسول َّهُ‬
‫‪bersumpah‬‬
‫معل ًما قبلَه ‪j.‬‬
‫‪ – demi ayah dan ibuku sebagai tebusanya‬هو وأمي ما رأيتهُ هُ‬
‫‪ – bahwa tiada guru yang bagus pengajaranya‬ول بعدَه أحسنَُ تعلي ًما ‪k.‬‬
‫‪ – demi Allah, beliau tidak membentak‬فوهللا ما َك َهرني وال َ‬
‫ض َربني ‪l.‬‬

‫‪b. Terjemahan‬‬
‫‪Dari Mu’awiyah ibn Hakam as-Silmiy, Katanya: Ketika saya salat bersama‬‬
‫‪Rasulullah saw., seorang dari jama’ah bersin maka aku katakan yarhamukallâh. Orang-‬‬
‫‪orang mencela saya dengan pandangan mereka, saya berkata: Celaka, kenapa kalian‬‬
‫‪memandangiku? Mereka memukul paha dengan tangan mereka, ketika saya memandang‬‬
‫‪mereka, mereka menyuruh saya diam dan saya diam. Setelah Rasul saw. selesai salat‬‬
(aku bersumpah) demi Ayah dan Ibuku (sebagai tebusannya), saya tidak pernah melihat
guru sebelumnya dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi
Allah beliau tidak membentak, tidak memukul dan tidak mencela saya. Rasulullah saw.
(hanya) bersabda: Sesungguhnya salat ini tidak boleh di dalamnya sesuatu dari
pembicaraan manusia. Ia hanya tasbîh, takbîr dan membaca Alquran. ( HR. Muslim.

c. Penjelasan
An-Nawâwi dalam syarahnya mengatakan hadis ini menunjukkan keagungan
perangai Rasulullah saw., dengan memiliki sikap lemah lembut dan mengasihi orang
bodoh (yang belum mengetahui tata cara salat). Ini juga perintah agar pendidik
berperilaku sebagaimana Rasulullah saw dalam mendidik.
Inilah pentingnya metode lemah lembut dalam pendidikan, karena materi
pelajaran yang disampaikan pendidik dapat membentuk kepribadian peserta didik.
Dengan sikap lemah lembut yang ditampilkan pendidik, peserta didik akan terdorong
untuk akrab dengan pendidik dalam upaya pembentukan kepribadian.
d. Hikmah
Rasulullah shalaallahu ‘alaihi wasalam tidak memerintahkan sahabat tersebut
untuk mengulang sholatnya padahal dia melakukan perkara yang dilarang yaitu berbicara
ketika sholat. Yang demikian itu dikarenakan dia melakukannya dalam keadaan tidak
tahu terhadap hukum tersebut.

B. Hadits Kedua
a. Matan Hadits

ُ‫ُصلىُهللا‬-ُ‫ى‬ ُّ ‫ُفَقَالَُلَ هه همُال َّن هب‬،ُ‫اس‬ ْ ‫ىُفَ َبالَُفه‬


‫ىُال َمس هْجدهُ َفتَن ََاولَههُال َّن ه‬ ٌّ ‫امُأَع َْرا هب‬
َ َ‫عنُأبىُه َهري َْرة َُقَالَُق‬
ُ‫ُفَإه َّن َماُبه هع ْثت ه ْم‬،ُ ٍ‫ًاُم ْن ُ َماء‬ ‫ُأ َ ْو ُذَنهوب ه‬،ُ ٍ‫ُم ْن ُ َماء‬
‫سجْ الً ه‬ َ ُ ‫ع َلىُ َب ْو هل هه‬
َ ُ‫ُوه هَريقهوا‬ َ ‫عوهه‬‫ ُ«ُدَ ه‬-ُ‫عليهُوسلم‬
)‫ُولَ ْمُت ه ْب َعثهواُ هم َعس ههرينَ ُ(رواهُالبخاري‬،ُ َ َ‫هرين‬ُ‫هم َيس ه‬

• Kosa Kata
a. ‫ى فبال فِى ْالمس ِْج ِد‬
ٌّ ‫( ام أعْرا ِب‬Seorang Arab badui berdiri)
ُ َّ‫( فتناولهُ الن‬Maka para sahabat ingin mengusirnya)
b. ‫اس‬
c. ‫( دعُوهُ وه ِريقُوا على ب ْو ِل ِه س ْجالً مِ ْن ماء‬Biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya
dengan setimba air)
d. ، ‫( أ ْو ذنُوبًا مِ ْن ماء‬atau dengan setimba besar air)
e. ‫ ( فإِنَّما بُ ِعثْت ُ ْم ُميس ِِرين‬Sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan )
f. ‫ ( ول ْم تُبْعثُوا ُمعس ِِرين‬tidak diutus untuk memberi kesusahan)

b. Terjemahan
Dari Abu Hurairah berkata :“Seorang ‘Arab (Badui) berdiri dan kencing di
masjid. Maka para sahabat ingin mengusirnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
pun bersabda kepada mereka, “Biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan
setimba air -atau dengan setimba besar air-. Sesungguhnya kalian diutus untuk memberi
kemudahan dan tidak diutus untuk memberi kesusahan.” (HR Bukhari)

c. Penjelasan
Secara umum konteks hadist diatas menggambarkan ketika Rasulallah
menyampaikan pengajaran di masjid, ada seorang Arab pedalaman (Badui) kencing di
salah satu sudut masjid. Rasulallah tidak memarahi bahkan mencegah sahabat yang hendak
melarangnya. Selanjutnya Rasulallah menyuruh sahabat menyiram air kencing tersebut
dengan ember. Rasulallah mencegah para sahabat-sahabat yang mencoba mencegahnya
dengan kata-kata yang lembut dan bijak.

d. Hikmah
1. Toleransi
Dalam hadits sifat tasamuh Nabi SAW terlihat pada kataُ‫( دعُوه‬biarkanlah ia) ketika
sahabat hendak melarang dan mencegah seorang Arab Badui tersebut ketika ia kencing
didalam masjid. Disini Rasulallah hendak memberikan kemudahan dan tidak mempersulit
muridnya. Sifat seperti itu sungguh luar bisa dan patut menjadi teladan bagi setiap guru.
Ini menunjukkan sifat toleran terhadap murid justru membawa dampak positif bagi
murid sehingga merasa dihargai dan diperlakukan lembut, sehingga proses untuk
mendapat ilmu dari sang guru lebih mudah.
Namun dalam kapasitas sebagai seorang guru, disini tampak Rasulallah sangat luas
pandangan beliau dan pengenalan beliau tentang tabiat manusia serta kondisi budaya dan
psikologis muridnya. Serta baiknya akhlak beliau bersama mereka sampai-sampai seluruh
hati mereka mencintai beliau,
2. Bijaksana
Dalam bahasa arab kata bijaksana diterjemahkan dengan kata‫ حكيم‬atau ‫(الحكمة‬
kebijaksanaan). Dalam konteks hadits diatas Rasulallah sangat bijaksana ketika mencegah
para sahabat untuk tidak memarahi dan menghardiknya apalagi mengusir karena akan
berdampak mudhorat yang lebih besar yaitu tersebarnya air kencing ke berbagai tempat di
dalam masjid. Dan iniakanmenimbulkankesulitandalammembersihkannya.
Dari sini jelas memberi isyarat bahwa seorang pendidik seharusnya memiliki sifat
bijaksana, mengingat latar belakang masing-masing murid berbeda dan tidak bisa
digeneralisir bahwa mereka pintar semua dan memiliki latar belakang yang sama.
Sehingga perlu pendekatan maupun cara yang berbeda dalam menghadapi peserta didik.
Selain itu dalam hadits di atas memberi pemahaman bahwa yang dikenai hukum-hukum
syar’I berupa dosa atau hukuman di dalam kehidupan hanyalah untuk orang yang tahu
terhadap hukumnya, adapun orang yang bodoh maka tidak tercela baginya, akan tetapi
diajarkan padanya agar dia mengerjakannya. Ini menuntut seorang guru harus benar-benar
faham akan kondisi peserta didik. Perlu kebijaksanaan mengahadapi peserta didik terutama
dalam memberikan hukuman atau sanksi.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hadits yang diriwayatkan dari Mu’awiyah ibn Hakam as-Silmiy menggambarkan
betapa agungnya sikap toleransi dan kebijaksanaan rosululloh shallallahu ‘alaihi wassalam.
Beliau memiliki sikap lemah lembut dan mengasihi orang bodoh (yang belum mengetahui tata
cara salat). Ini pentingnya metode lemah lembut dalam pendidikan, karena materi pelajaran
yang disampaikan pendidik dapat membentuk kepribadian peserta didik. Dengan sikap lemah
lembut yang ditampilkan pendidik, peserta didik akan terdorong untuk akrab dengan pendidik
dalam upaya pembentukan kepribadian
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah juga menggambarkan betapa agungnya
sikap toleransi dan kebijaksanaan rosululloh shallallahu ‘alaihi wassalam. Ketika sahabat
hendak melarang dan mencegah seorang Arab Badui tersebut ketika ia kencing didalam masjid.
Disini Rasulallah hendak memberikan kemudahan dan tidak mempersulit.
Rosululloh juga memberi pemahaman bahwa yang dikenai hukum-hukum syar’I berupa
dosa atau hukuman di dalam kehidupan hanyalah untuk orang yang tahu terhadap hukumnya,
adapun orang yang bodoh maka tidak tercela baginya, akan tetapi diajarkan padanya agar dia
mengerjakannya. Ini menuntut seorang guru harus benar-benar faham akan kondisi peserta
didik muridnya. Sifat seperti itu sungguh luar bisa dan patut menjadi teladan bagi setiap guru.
DAFTAR PUSTAKA

- http://sholihan3.blogspot.com/2015/02/toleransi-dan-bijaksana.html
- http://sutriyatihida.blogspot.com/2014/06/makalah-hadist-tarbawi.html
- https://hadeethenc.com/id/browse/hadith/3036

Anda mungkin juga menyukai