Anda di halaman 1dari 18

KEWAJIBAN BELAJAR DAN MENGAJAR

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi


Dosen Pengampu :
Dr. Ali Imron ,S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun Oleh :

Ivan Iqbal Ramadhan (21106011141)

Shokhib Fakhrul umam (21106011170)

Fathiatun Ni'mah (21106011175)

Chusnul Chotimah (21106011177)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang lagi maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi.

Makalah Tafsir Tarbawi ini telah kami susun dengan maksimal, untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada teman-teman khusunya kelompok
kami yang telah membantu membuat makalah Tafsir Tarbawi ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agara
kami dapat memperbaiki makalah Tafsir Tarbawi ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Kewajiban Belajar Dan
Mengajar” ini semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, 1 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
A. Latar Belakang ......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan ....................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................ 6
A. Pengertian Belajar Mengajar .................................................................. 6
B. Ciri-Ciri Belajar Mengajar ...................................................................... 7
C. Komponen-Komponen Belajar Mengajar ............................................. 7
D. Tafsir Ayat Al-Quran Tentang Belajar Mengajar ................................ 8
a. Surah Al-‘Alaq : 1-5................................................................................ 8
b. Tafsir Surah Al-Ghasiyah : 17-20 ........................................................ 10
c. Tafsir Surah Al-Imron 190-191 ............................................................ 11
d. Tafsir Surah At-Taubah :122 ............................................................... 13
e. Tafsir Surah Al-Ankabut : 19-20.......................................................... 16
BAB III............................................................................................................. 17
PENUTUP........................................................................................................ 17
A. Kesimpulan ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era modern saat ini tidak asing lagi jika kita membicarakan tentang
belajar mengajar. Dunia pendidikan yang semakin berkembang dari masa kemasa
yang menjadikan manusia menjadi semakin pintar dan berkembang. Dari
kemajuan pendidikan di dunia ini maka dari pelosok pelosok negeri sudah banyak
mengenyam pendidikan, bukan hanya mengeyam pendidikan saja yang maju
namun berbagai sisitem pendidikan berkembnag denganadanya modernisasi dan
pertukaran pelajar.

Namun apakah kalian tau belajar mengajar dalam dunia pendidikan itu
tertulis dalam ayat Al-Quran. Belajar mengajar sudah dilakukan pada zaman
Rasulullah dan terus berkembang sampai zaman sekarang. Kewajiban belajar
mengajar dilakukan dahulu pada zaman Rasullah untuk memerangi zaman
Jahiliyah, dimana dahulu penduduk kota Mekah rakyatnya tidak mempunyai
pengetahuan apa-apa sehingga disebut zaman Jahiliyah atau zaman kebodohan.
Maka dari itu Allah menurunkan wahyu yang terdapat dalam Al-Quran tentang
kewajiban belajar mengajar sehingga manusia jauh dari kebodohan. Mencerdaskan
pemikiranya, memperbaiki akhlaknya serta menjaga rohaninya.

Dari uaraian diatas kita tahu bahwa pendidikan dimulai sejak zaman
Rasulullah tetapi masih banyak manusia yang tidak mengetahui ayat Al-Quran
yang menerangkan tentang kewajiban belajar dan mengajar. Maka dari itu
pemakalah akan memaparkan tentang kewajiban belajar dan mengajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan belajar mengajar?
2. Apa saja ciri-ciri belajar mengajar?
3. Bagaimana komponen belajar mengajar?
4. Bagaimana tafsir ayat Al-Quran tentang belajar mengajar?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian belajar mengajar.
2. Untuk mngetahui dan memahami ciri- ciri belajar mengajar.
3. Untuk mengetahui dan memahami komponen belajar mengajar.
4. Untuk mengetahui dan memahami tafsir ayat Al-Quran tentang belajar
mengajar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar Mengajar


Belajar berasal dari bahasa Arab‫ﺪﺮﺲ‬

Menurut kamus besar bahasa Indonesia belajar adalah berusaha


memperoleh kepandaian ilmu, berlatih, berubah tingkah laku, atau yang
disebabkkan oleh pengalaman. Sedankan menurut Djamarah, belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk mmeperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai dari hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi, belajar adalah proses
serangkaian kegiatan untuk berusaha memperoleh pengetahuan dan dapat
menimbulkan perubahan tingkah laku, kepandaian, dan lain-lain yang beraasal dari
pengalaman seseorang berdasarkan kognitif, afektif, dan psikomotor.

Mengajar menurut Prof. Dr. H. Dadang Suhardan adalah kegiatan


akademik yang berupa interaksi komunikasi anatara pendidik dengan peserta
didik, aktivitas mengajar merupakan kegiatan guru dalam mengaktifkan proses
belajar peserta ddik dengan menggunakan berbagai metode mengajar1. Jadi
mengajar adalah suatu aktivitas untuk membimbing seseorang mendapatkan atau
mengubah keterampilan, sikap dan pengetahuanya.

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan interaksi komunikasi antara


pendidik dan peserta didik sehingga dalam proses memperoleh pengalaman
kognitif, afektif dan psikomotor mendapatkan stimulan dan respon yang biak dari
peserta didik sehingga proses belajar bengajar berjalan dengan baik.

1
Dadang Suhardan,”Supervisi Profesisional Belajar”,(Bandung:Alfa Beta, 2010), hlm.67
B. Ciri-Ciri Belajar Mengajar
Sebagai suatu proses pengajaran belajar mengajar mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:

1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam
suatu perkembangan tertentu.
2. Adanya prosedur atau jalanya interaksi yang direncanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu pengerjaan materi.
4. Ditandai dengan aktifitas anak didik sebagai syarat mutlak berlangsungnya
kegiatan belajar dan mengjar.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar adanya aturan yang telah disepakati antara
peserta didik dan pengajar.

C. Komponen-Komponen Belajar Mengajar


Komponen belajar mengajar adalah sebagai berikut :

1. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang harus dicapai dari pelaksanaan kegiatan2.
2. Bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah sebuah materi yang akan disampaikan pada saat
proses belajar mengajar. Bahan pelajaran ada dua yaitu bahan pelajaran pokok
dan pelengkap. Bahan pelajaran pokok merupakan bahan ajar yang digunakan
sebagai pegangan guru dalam mengajar sedangkan bahan pelajaran pelengkap
adalah bahan pelajaran untuk menambah referensi belajar.
3. Metode

2
Ibid,.hlm. 80
Metode adalah sebuah cara atau strategi dalam penyampaian bahan pelajaran
untuk mencapai tujuan belajar dari pendidik ke pada peserta didik.
4. Alat
Adalah adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang sarana belajar
mengajar. Seperti, papan tulis, LCD proyektor, dan lain-lain.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah pengumpulan data sebanyak- banyaknya sehingga pendidik
akan mengetahui seberapa paham peserta didik akan pelajaran yang
diajarkan.3

D. Tafsir Ayat Al-Quran Tentang Belajar Mengajar


a. Surah Al-‘Alaq : 1-5
َ ‫﴾ الَّذِي‬3﴿ ‫﴾ ا ْق َرأْ َو َربُّكَ ْاْل َ ْك َر ُم‬2﴿ ‫ق‬
‫علَّ َم‬ ٍ َ‫عل‬ ِ ْ َ‫﴾ َخلَق‬1﴿ َ‫ا ْق َرأْ ِباس ِْم َر ِبكَ الَّذِي َخلَق‬
َ ‫اْل ْن‬
َ ‫سانَ ِم ْن‬
﴾4﴿‫ِب ْال َق َل ِم‬

﴾5﴿ ‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ ِ ْ ‫علَّ َم‬


َ ‫اْل ْن‬ َ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Al-‘Alaq 1-5 ditafsirkan sebagai berikut:

Ayat 1, wahai Nabi, (Bacalah) apa yang Allah wahyukan kepadamu


(dengan) terlebih dahulu menyebut (nama Tuhanmu yang menciptakan) segala
sesuatu dengan keesaan-Nya.4

3
Ibid,.hlm 81
Ayat 2, (Dia telah menciptakan manusia) yang sempurna bentuk dan
pengetahuannya (dari segumpal darah), sebagai kelanjutan dari fase nutfah.
Setelah itu, berturut-turut akan terbentuk sekepal daging, tulang, pelapisan
tulang dengan daging, dan peniupan roh.

Ayat 3, wahai Nabi, (Bacalah ) firman yang Allah turunkan kepadamu,


(dan Tuhanmulah yang maha mulia). Dia membagi kemurahan-Nya kepada
semua makhluk. Diantara kemurahan-Nya adalah menjadikan manusia bisa
membaca, menulis, dan mempelajari ilmu pengetahuan.

Ayat 4, Tuhanmu itulah (yang mengajar) manusia menulis dengan


perantara (pena) atau alat tulis lain.tulisan berguna untuk menyimpan dan
menyebarkan pesan serta ilmu pengetahuan kepada orang lain.

Ayat 5, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Manusia


adalah makhluk yang potensial untuk berkarya melalui ilmu pengetahuan yang
diperolehnya dari Allah. Manusia belajar baik dari alam sekitar yang merupakan
ciptaanNya maupun dari wahyu yang Allah sampaikan melalui para rasul.

Dalam surat al alaq ini memang membaca menjadi hal utama dalam
pembelajaran, membaca dalam artian bukan hanya membaca tetapi juga
meneliti, mengkaji, mempelajari dan sebagainya baik ayat-ayat qouliyah
ataupun yang berupa kauniyah. Dalam ayat-ayat tersebut Allah mengukuhkan
dengan kata “Bacalah” hingga dua kali. Hal ini menunjukkan bahwa membaca
atau belajar tidak hanya cukup satu kali namun harus diulang ulang. Pastinya
dalami pembelajaran hendaknya menyertakan nama Allah dengan diaplikasikan
lewat doa sebelum belajar atau yang lainnya.5 Bahwa membaca tanpa menyebut
nama Allah pun jadi tidak berarti ataupun menyebut nama Allah saja tanpa

5
KEMENAG RI, Tafsir Ringkas Al-Qur’an Al-Karim, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur’an, 2016), hlm. 978
membaca, belajar dll pun kurang pas. Jadi, kedua hal tersebut harus berkaitan
karena sama pentingnya.

b. Tafsir Surah Al-Ghasiyah : 17-20

ِ ْ‫﴾ َواِلَى ا‬١٨﴿ ‫ت‬


َ ‫لجبَا ِل َكي‬
‫ْف‬ ْ ‫ْف ُرفِ َع‬
َ ‫اء َكي‬ َّ ‫﴾ َواِلَى ال‬١٧﴿ َ‫ْف ُخلِق‬
ِ ‫س َم‬ َ ‫اْل ِب ِل َكي‬ ُ ‫أَفَ َل يَن‬
ِ ْ ‫ظ ُرونَ ِإلَى‬
﴾٢٠﴿ ‫ت‬ ْ ‫س ِط َح‬ َ ‫ض َكي‬
ُ ‫ْف‬ ِ ‫﴾ َواِلَى اْْل َ ْر‬١٩﴿ ‫ت‬ْ َ‫صب‬ِ ُ‫ن‬
Artinya:
17. Tidaklah mereka perhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?
18. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
19. Dan gunung-gunung, bagaimana ditegakkan?
20. Dan bumi, bagaimana dihamparkan?

Ayat 17, Tidaklah mereka perhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?


Disini Allah swt. mengkhususkan unta sebagai objek pengamatan, mengingat
bahwa ia adalah hewan paling berguna bagi bangsa arab ketika itu. Dan memang ia
sesungguhnya adalah hewan yang mengagumkan. Meski memiliki tubuh serta
kekuatan yang amat besar, ia begitu patuhnya, bahkan kepada seorang yang lemah
atau anak kecil sekalipun. Demikian pula dalam hal kemampuannya mengangkut
beban yang berat ke tempat-tempat yang berjarak jauh. Dengan mudahnya ia
duduk ketika akan dibebani atau ditunggangi, lalu bangkit berdiri lagi untuk
meneruskan perjalanan. Memiliki watak sabar menghadapi beratnya perjalanan,
haus dan lapar. Sedikit saja rerumputan sudah cukup baginya, berbeda dengan
hewan-hewan lain yang sejenis. Dan masih banyak lagi kelebihan dn
keistimewaannya yang tidak dimiliki hewan selainnya.6 Kelebihan keistimewaan
itu bukan karena besar tubuhnya, sehingga dapat disamakan dengan gajah,
misalnaya. Sebab, gajah – meskipun memiliki sebagian keistimewaan yang

6
Ibid,.hlm.645
dimiliki oleh unta – namun ia tidak menghasilkan susu, dagingnya tidak dimakan,
dan cara mengendalikannya pun tidak semudah unta.
Ayat 18, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Yang dimaksud dengan
‘ditinggikan’ adalah pengaturan benda-benda yang berada diatas kepala kita,
seperti matahari, bulan dan bintang-bintang, masing-masing dalam garis
peredarannya, tidak pernah menyimpang dan tidak pernah pula merusak
tatanannya.
Ayat 19, Dan gunung-gunung, bagaimana ditegakkan. Yakni untuk
menjadi tanda bagi para musafir dan tempat berlindung dari kejaran orang-orang
zalim. Di samping itu, pada galibnya ia adalah juga pemandangan indah bagi siapa
yang melihatnya.
Ayat 20, Dan bumi, bagaimana dihamparkan. Yakni dengan meratakan
permukaannya dan menjadikannya mudah dimanfaatkan oleh manusia, untuk
bermukim diatasnya atapun berjalan di segala penjurunya.
c. Tafsir Surah Al-Imron 190-191
)١٩٠( ‫ت ِْلُو ِلي ْاْل َ ْلبَاب‬ ِ ‫ف اللَّ ْي ِل َوالنَّ َه‬
ٍ ‫ار ََليَا‬ ِ ‫اختِ َل‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬ ِ ‫ِإ َّن فِي خ َْل‬
َّ ‫ق ال‬

ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
‫ض َر َّبنَا َما‬ ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬ ِ ‫علَ ٰى ُجنُو ِب ِه ْم َو َيتَفَ َّك ُرونَ ِفي خ َْل‬
َّ ‫ق ال‬ َّ َ‫ا َّلذِينَ َي ْذ ُك ُرون‬
َ ‫َّللاَ ِق َيا ًما َوقُعُودًا َو‬
)١٩١( ‫ار‬ َ َ‫عذ‬
ِ َّ‫اب الن‬ ُ ‫اط ًل‬
َ ‫س ْب َحانَكَ فَ ِقنَا‬ ِ َ‫َخلَ ْقتَ ٰ َهذَا ب‬
Artinya : 190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-
orang yang berakal . 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) “ya tuhan kami. Tiadalah engkau
menciptakan semua ini sia sia. Maha suci Engkau, lindungilah Kami dari azab
neraka.7

7
Departemen Negara RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Syaamil Qur’an, 2012)
Dari uraian penjelasan mengenai kedua ayat diatas dapat dipahami bahwa
terdapat tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan langit dan bumi seisinya
bagi orang yang berakal yang mau mengingat dan memikirkannya dalam keadaan
duduk,berdiri,berbaring dan sebagainya. Berikut ini tafsiran para ulama mengenai
ayat tersebut melalui ijtihadnya :8

1) Syaikh Imam al-Qurthubi


Allah SWT memerintahkan kita untuk melihat, merenung, dan
mengambil kesimpulan pada tanda-tanda ke-Tuhanan. Karena tanda-tanda
tersebut tidak mungkin ada kecuali diciptakan oleh Yang Maha Hidup, Yang
Maha Suci, Maha Menyelamatkan, Maha Kaya dan tidak membutuhkan
apapun yang ada di alam semesta. Dengan meyakini hal tersebut maka
keimanan mereka bersandarkan atas keyakinan yang benar dan bukan hanya
sekedar ikut-ikutan.
Al hasan menambahkan taffakur adalah cermin seorang mukmin, ia
dapat melihat segala kebaikan dan keburukan melaluinya.
2) Ahmad Mustafa Al maragi
Sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta keindahan
perkiraan dan keajaiban ciptaanNya dalam bergantinya siang dan malam
secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung
pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berpikir kita karena pengaruh panas
matahari, dingginya malam dan pengaruhnya pada dunia flora dan fauna,
dan sebagainya merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan
Allah.
3) Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy
Sesungguhnya dalam peraturan langit dan bumi serta keindahannya, di
dalam pergantian malam dan siang serta terus menerus beriring-iringan

8
Syaikh Imam al-Qurtubi, Tafsir Al-Qurthubi, terj. Al-Jami’ Li Ahkaam Al-Qur’an, Dudi
Rosyadi dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm.768
melalui aturan yang paling baik (harmonis) yang nyata pengaruhnya pada
tubuh dan akal kita, seperti panas dan dingin. Demikian pula pada binatang
dan tumbuh-tumbuhan semua itu merupakan dalil (bukti) yang menunjukkan
keesaan Allah, kesempurnaan ilmu dan kodratNya bagi orang yang berakal
kuat.
4) M. Quraish Shihab
Ayat ini mengundang manusia untuk berpikir, karena sesungguhnya
dalam penciptaan, yakni benda-benda angkasa seperti matahari dan bulan dan
jutaan gugusan bintang yang terdapat di langit atau dalam pengaturan sistem
kerja langit yang sangat teliti serta kejadian dan perputaran bumi pada
porosnya yang melahirkan silih bergantinya malam dan siang baik dalam
masa maupun dalam panjang dan pendeknya terdapat tanda-tanda
kemahakuasaan Allah bagiulul-albab, yakni memiliki akal yang murni.9

d. Tafsir Surah At-Taubah :122


َ ‫َو َما َكانَ ْال ُمؤْ ِمنُونَ ِليَ ْن ِف ُروا كَافَّةً فَلَ ْوال نَف ََر ِم ْن ُك ِل فِ ْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم‬
ِ ‫طائِفَةٌ ِليَتَفَقَّ ُهوا فِي الد‬
‫ِين َو ِليُ ْنذ ُِروا‬
)١٢٢( َ‫قَ ْو َم ُه ْم إِذَا َر َجعُوا إِلَ ْي ِه ْم لَعَلَّ ُه ْم يَحْ ذَ ُرون‬
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dan tiap-tiap golongan diantara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepada-
Nya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”10.
Surah at-taubah ayat 122 merupakan ayat yang menjelaskan tentang
pentingnya menuntut ilmu agama. Nilai pendidikan yang terkandung dalam ayat
itu adalah kewajiban mendalami agama dan kesiapan untuk mengajarkannya,
maksudnya tidaklah patut bagi orang-orang mukmin. Dan juga tidak dituntut
supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar

9
Ibid.,hlm.769
10
Departemen Negara RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Syaamil Qur’an, 2012)
yang menuju medan perjuangan. Karena menuntut ilmu itu mempunyai derajat
yang sangat tinggi, sehingga disejajarkan dengan orang yang perang dijalan
Allah.

Dalam ayat ini, Allah swt. menerangkan bahwa tidak perlu semua orang
mukmin berangkat ke medan perang, bila peperangan itu dapat dilakukan oleh
sebagian kaum muslimin saja. Tetapi harus ada pembagian tugas dalam
masyarakat, sebagian berangkat ke medan perang, dan sebagian lagi bertekun
menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama Islam supaya ajaran-ajaran
agama itu dapat diajarkan secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan
cara yang lebih efektif dan bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat
ditingkatkan. Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan, oleh agama
Islam disamakan nilainya dengan orang-orang yang berjuang di medan perang.

Akan tetapi tentu saja tidak setiap orang Islam mendapat kesempatan
untuk bertekun menuntut dan mendalami ilmu pengetahuan serta mendalami ilmu
agama, karena sebagiannya sibuk dengan tugas di medan perang, di ladang, di
pabrik, di toko dan sebagainya. Oleh sebab itu harus ada sebagian dari umat Islam
yang menggunakan waktu dan tenaganya untuk menuntut ilmu dan mendalami
ilmu-ilmu agama agar kemudian setelah mereka selesai dan kembali ke
masyarakat, mereka dapat menyebarkan ilmu tersebut, serta menjalankan dakwah
Islam dengan cara atau metode yang baik sehingga mencapai hasil yang lebih
baik pula.11

Di samping itu perlu diingat, bahwa apabila umat Islam menghadapi


peperangan besar yang memerlukan tenaga manusia yang banyak, maka dalam
hal ini seluruh umat Islam harus dikerahkan untuk menghadapi musuh. Tetapi bila
peperangan itu sudah selesai, maka masing-masing harus kembali kepada tugas

11
Abbudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012),
hlm. 158
semula, kecuali sejumlah orang yang diberi tugas khusus untuk menjaga
keamanan dan ketertiban dalam dinas kemiliteran dan kepolisian.

Oleh karena ayat ini telah menetapkan bahwa fungsi ilmu tersebut adalah
untuk mencerdaskan umat, maka tidaklah dapat dibenarkan bila ada orang-orang
Islam yang menuntut ilmu pengetahuannya hanya untuk mengejar pangkat dan
kedudukan atau keuntungan pribadi saja, apalagi untuk menggunakan ilmu
pengetahuan sebagai kebanggaan dan kesombongan diri terhadap golongan yang
belum menerima pengetahuan.

Orang-orang yang telah memiliki ilmu pengetahuan haruslah menjadi


mercusuar bagi umatnya. Ia harus menyebarluaskan ilmunya, dan membimbing
orang lain agar memiliki ilmu pengetahuan pula. Selain itu, ia sendiri juga harus
mengamalkan ilmunya agar menjadi contoh dan teladan bagi orang-orang
sekitarnya dalam ketaatan menjalankan peraturan dan ajaran-ajaran agama.
Dengan demikian dapat diambil suatu pengertian, bahwa dalam bidang ilmu
pengetahuan, setiap orang mukmin mempunyai tiga macam kewajiban, yaitu:
menuntut ilmu, mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.12

Menurut pengertian yang tersurat dari ayat ini kewajiban menuntut ilmu
pengetahuan yang ditekankan di sisi Allah adalah dalam bidang ilmu agama.
Akan tetapi agama adalah suatu sistem hidup yang mencakup seluruh aspek dan
mencerdaskan kehidupan mereka, dan tidak bertentangan dengan norma-norma
segi kehidupan manusia. Setiap ilmu pengetahuan yang berguna dan dapat
mencerdaskan kehidupan mereka dan tidak bertentangan dengan norma-norma
agama, wajib dipelajari. Umat Islam diperintahkan Allah untuk memakmurkan
bumi ini dan menciptakan kehidupan yang baik. Sedang ilmu pengetahuan adalah
sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap sarana yang diperlukan untuk
melaksanakan kewajiban adalah wajib pula hukumnya.

12
Ibid., 160
e. Tafsir Surah Al-Ankabut : 19-20
)١٩(‫ِير‬
ٌ ‫ٱَّلل يَس‬ َ َ‫ٱَّللُ ْٱلخ َْلقَ ث ُ َّم يُ ِعيدُ ٓۥهُ ۚ ِإ َّن ٰذَلِك‬
ِ َّ ‫علَى‬ َّ ‫ئ‬ َ ‫أَ َولَ ْم يَ َر ْو ۟ا َكي‬
ُ ‫ْف يُ ْب ِد‬

‫علَ ٰى ُك ِل‬ َّ ‫اخ َرةَ ۚ ِإ َّن‬


َ َ‫ٱَّلل‬ ْ َ‫ئ ٱلنَّ ْشأَة‬
ِ ‫ٱل َء‬ َّ ‫ْف بَدَأَ ْٱلخ َْلقَ ۚ ث ُ َّم‬
ُ ‫ٱَّللُ يُن ِش‬ ۟ ‫ظ ُر‬
َ ‫وا َكي‬ ۟ ‫ير‬
ِ ‫وا فِى ْٱْل َ ْر‬
ُ ‫ض فَٱن‬ ُ ‫قُ ْل ِس‬
ٌ ‫ش ْىءٍ قَد‬
)٢٠(‫ِير‬ َ
Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah
memulai penciptaan (makhluk), kemudian Dia mengulanginya (Kembali).
Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah, (19). Katakanlah, berjalanlah di
bumi, maka perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan (makhluk),
kemudian Allah menjadikan kejadian yang akhir. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu, (20).”13

Pada ayat 19, menjelaskan tentang kemudahan Allah dalam memulai


penciptaan dan mengulanginya kembali. Pada ayat 20 menjelaskan bahwa Allah
memulai kehidupan ini dan mengulangnya dengan kekuasaan-Nya yang mutlak
yang tak terikat dengan pola pandang manusia yang terbatas.

13
Departemen Negara RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Syaamil Qur’an, 2012)
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan interaksi komunikasi antara
pendidik dan peserta didik sehingga dalam proses memperoleh pengalaman
kognitif, afektif dan psikomotor mendapatkan stimulan dan respon yang baik dari
peserta didik sehingga proses belajar bengajar berjalan dengan baik.

Komponen-komponen dalam belajar-mengajar meliputi: tujuan, bahan


pelajaran, metode, alat, dan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemah. 2012. Departemen Negara RI. Bandung: Syaamil Qur’an.

Imam al-Qurtubi, Syaikh. 2008. Tafsir Al-Qurthubi, terj. Al-Jami’ Li Ahkaam Al-
Qur’an, Dudi Rosyadi dkk. Jakarta: Pustaka Azzam.

KEMENAG RI. 2016. Tafsir Ringkas Al-Qur’an Al-Karim. Jakarta: Lajnah


Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.

Nata, Abbudin. 2012. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesisional Belajar. Bandung: Alfa Beta

Anda mungkin juga menyukai