Anda di halaman 1dari 18

IDENTIFIKASI DAN PENGAPLIKASIAN KETERAMPILAN

MENGAJAR
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran PGMI
Dosen Pengampu: Ridwan Agustian Nur, S.T, M.Pd

Disusun Oleh :
Reza Agustian Pamungkas (3.2020.1.0107)
Yesi Septiani (3.2020.1.0438)

PGMI (Karyawan) Semester 5

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


INSTITUT MADANI NUSANTARA

Jl. Lio Balandongan Sirnagalih (Begeg) No. 74 Kel. Cikondang


Kec. Citamiang Telp/Fax. (0266) 225464 Kota Sukabumi
www.staisukabumi.ac.id Email : stai.sukabumi@gmail.com
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan “makalah” ini yang
berjudul “Identifikasi dan Pengaplikasian Keterampilan Mengajar”. Tak lupa
pula shalawat beserta salam kepada nabi Muhammad Saw semoga kita
mendapatkan syafaatnya dihari akhir kelak.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Statistik yaitu bapak
Ridwan Agustian Nur, S.T, M.Pd yang telah membimbing kami dalam
menyelasaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-
teman yang telah membantu dan berbagi ilmu pengetahuan sehingga makalah ini
dapat terselasaikan dengan baik.
Terakhir, kami juga mengucapkan maaf kepada para pembaca apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan maupun kekurangan. Kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar dapat menjadi lebih baik.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Sukabumi, 29 Desember 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

COVER
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
A. Latar Belakang................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
C. Tujuan penulisan ............................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 5
A. Pengertian keterampilan dasar mengajar ........................................................ 5
B. Jenis-jenis keterampilan dasar mengajar ........................................................ 8
C. Identifikasi perilaku dan karakteristik Awal peserta didik ........................... 11
D. Prinsip-prinsip Pengaplikasian keterampilan dasar mengajar ...................... 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16
A. Kesimpulan ................................................................................................ 16
B. Saran ........................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 1

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterampilan dasar mengajara (teaching skills) merupakan keterampilan
khusus (most specific instructional behaviors) yang harus dimiliki oleh guru
agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan
professional. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah meliputi
semua aktivitas yang memberikan materi pelajaran kepada siswa agar siswa
mempunyai kecakapan dan pengetahuan memadai yang dapat memberikan
manfaat dalam kehidupannya. Dalam proses belajar mengajar selain melibatkan
guru dan siswa secara langsung, juga diperlukan pendukung yang lain yaitu:
alat pelajaran yang memadai, strategi yang tepat serta situasi dan kondisi
lingkungan yang menunjang.
Oleh karena itu seorang guru harus melengkapi dirinya dengan berbagai
keterampilan yang diharapkan dapat membantu dalam menjalankan tugasnya
dalam interaksi edukatif. Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan
yang mutlak dimiliki oleh guru. Dengan demikian, guru yang memiliki
keterampilan dasar mengajar ini diharapkan dapat mengoptimalkan peranannya
di dalam kelas. Keterampilan mengajar merupakan salah satu komponen dalam
pembentukan kemampuan profesional seorang guru. Keterampilan mengajar
adalah salah satu jenis keterampilan yang harus dikuasai guru. Dengan memiliki
keterampilan mengajar, guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik
yang berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan sekolah. Guru yang
profesional akan mampu mendemonstrasikan berbagai keterampilan mengajar
secara utuh dan terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian keterampilan dasar mengajar ?
2. Apa saja Jenis-jenis keterampilan dasar mengajar ?
3. Bagaimana bentuk identifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta
didik ?
4. Apa saja Prinsip-prinsip implementasi keterampilan dasar mengajar ?
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui pengertian keterampilan dasar mengajar
2. Mengetahui Jenis-jenis keterampilan dasar mengajar
3. Mengetahui bentuk identifikasi perilaku dan karakteristik awal Peserta
didik
4. Mengetahui Prinsip-prinsip implementasi keterampilan dasar mengajar

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian keterampilan dasar mengajar
Istilah mengajar sering digandengkan dengan istilah belajar, atau
sebaliknya belajar selalu digandengkan dengan mengajar, sehingga sudah
menjadi satu kalimat majemuk “kegiatan belajar-mengajar (KBM), proses
belajar mengajar (PBM), dan untuk menyebut kedua istilah tersebut, saat ini
disatukan menjadi “pembelajaran”. Dengan demikian jika disebut
“pembelajaran” itu berarti menunjukkan proses kegiatan yang melibatkan dua
unsur:

1) belajar;
2) mengajar.

Mengajar merupakan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh guru,


dosen, instruktur, atau widyaiswara dalam mengatur dan mengelola lingkungan
belajar untuk mendorong aktivitas belajar siswa/pebelajar. Sedangkan belajar
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa/pebelajar merespon lingkungan
belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Fokus pembahasan dalam
tulisan ini diarahkan pada unsur mengajar, kalaupun ada unsur belajar yang
dibahas semata dimaksudkan untuk lebih mempertegas dan memperjelas
pembahasan mengajar itu sendiri.

Mengajar (teaching) memiliki banyak pengertian, mulai dari pengertian yang


sudah lama (tradisional) sampai pada pengertian yang terbaru (kontemporer).
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses menyampaikan informasi
atau pengetahuan dari guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara kepada
siswa/pebelajar. Merujuk pada pengertian mengajar tersebut, inti dari mengajar
adalah proses menyampaikan (transfer), atau memindahkan. Memang dalam
mengajar ada unsur menyampaikan atau transfer dari guru, dosen, instruktur,
atau widyaiswara kepada siswa/pebelajar. Akan tetapi pengertian transfer atau
memindahkan tersebut bukan seperti seseorang memindahkan air minum dari
satu cangkir ke cangkir yang lain. Air yang dipindahkan dari satu cangkir ke

5
cangkir yang lain, volumenya akan tetap sama bahkan karena mungkin terjadi
proses penguapan, maka volume air yang dipindahkan itu akan semakin
berkurang (menyusut) dari keadaan sebelumnya.

Seperti Hadits Tentang keterampilan Penyampaian di bawah ini :

‫هللا عَل َ ْي ِه َو َس ى ََّل‬


ُ ‫هللا َص ىَّل‬ َ َ ‫هللا قَال َ ْت ََك َن‬
ِ ‫لَك ُم َر ُس ْو ِل‬ ُ ‫َع ْن عَائِشَ َة ََ َر ِ َِحه َا‬
ُّ ُ ‫لَكم َاَفَ ْص َالي َ ْفهَ ُم ُه‬
‫ُك َم ْن َ َِس َع ُه‬ َ َ
Artinya: Dari Aisyah rahimahallah berkata: ”Sesungguhnya perkataan
Rasulullah SAW adalah perkataan yang jelas memahamkan setiap orang yang
mendengarnya. (HR. Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’as al-Sjastani al-Azdi).1

Oleh karena itu mengajar yang diartikan proses menyampaikan (transfer),


maknanya adalah “menyebarluaskan, memperkaya” pengalaman belajar siswa
sehingga dapat mengembangkan potensi siswa/pebelajar secara maksimal.
Makna lain dari pengertian mengajar sebagai proses menyampaikan, selain
upaya menyebarluaskan dan memperkaya pengalaman belajar siswa/pebelajar,
ialah “menanamkan” pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menanam satu
pohon mangga, maka kemudian akan menghasilkan beberapa cabang dan ranting
dan dari situlah keluar mangga yang banyak. Dari ilustrasi tersebut bahwa
mengajar sebagai proses “transfer” adalah menanamkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan, sehingga potensi berfikir (pengetahuan), sikap, keterampilan,
kebiasaan dan kecakapan yang dimiliki siswa/pebelajar akan berkembang secara
optimal (teaching is imparting knowledge or skill) Smith 1987. 2

Perkembangan berikutnya pengertian mengajar, yang kini banyak dianut


yaitu “suatu proses mengatur atau mengelola lingkungan belajar agar

1
Purniadi Putra & Idawati, “No TitleSecara Substansial Mata Pelajaran Al-Qur’an-Hadist Memiliki
Kontribusi Dalam Memberikan Motivasi Kepada Peserta Didik Untuk Mencintai Kitab Sucinya,
Mempelajari Dan Mempraktikkan Ajaran Dan Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an-Hadis
Sebagai,” Ilmiah PGMI 3 (2017): 2.
2
Mas Roro Diah Wahyulestari, “Keterampilan Dasar Mengajar Di Sekolah Dasar,” Prosiding
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan Dan Penerapan MIPA UMJ, 2018, 199–210.

6
berinteraksi dengan siswa/pebelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Inti
pengertian mengajar (tradisional maupun kontemporer), keduanya sama yaitu
untuk merubah perilaku siswa/pebelajar, yakni dimiliki dan terkembangkannya
pengetahuan/wawasan berfikir, sikap, kebiasaan, dan keterampilan atau
kecakapan, atau yang lebih populer perubahan berkenaan dengan: pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Perbedaannya terletak pada proses upaya merubah
tingkah laku tersebut. Pandangan lama melalui proses menyampaikan (transfer)

yang kadang-kadang sering diartikan sempit, hanya terbatas sebagai proses

menyampaikan atau memindahkan pengetahuan dan keterampilan saja;


sedangkan pada pengertian yang baru, bahwa perubahan perilaku tersebut
dilakukan dengan cara “mengelola lingkungan pembelajaran agar berinteraksi
dengan siswa/pebelajar”.

Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh guru,
dosen, instruktur, atau widyaiswara, yaitu:

1. menguasai materi atau bahan ajar yang akan diajarkan (what to


teach),
2. menguasai metodologi atau cara untuk membelajarkannya (haw to
teach).

Keterampilan dasar mengajar termasuk kedalam aspek nomor 2 yaitu cara


membelajarkan siswa. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan
dikuasai oleh setiap guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara, kerena dengan
keterampilan dasar mengajar bahwa mengajar bukan sekedar proses
menyampaikan pengetahuan saja, akan tetapi menyangkut aspek yang lebih luas
seperti: pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan, dan nilai-nilai.

Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan atau

keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional behaviours) yang


harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara agar dapat

melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan profesional. Dengan


demikian keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa

7
kemamapuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dan melekat harus
dimiliki dan diaktualisasikan oleh setiap guru, dosen, instruktur, atau
widyaiswara dalam melaksanakan tugas mengajarnya.3

B. Jenis-jenis keterampilan dasar mengajar


Allen dan Ryan (1987) mengemukakan jenis-jenis keterampilan dasar
mengajar adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan membuka dan menutup (set of induction and closure)
Kegiatan membuka dan menutup pembelajaran adalah dua kegiata
yang berbeda, pertama kegiatan membuka dan kedua kegiatan menutup
pembelajaran. Perbedaan tersebut bisa dilihat dari beberapa aspek,
seperti dari segi pengertian, fungsi, maupun penerapannya. Pertama
kegiatan membuka pembelajaran (set induction); adalah usaha yang
dilakukan oleh guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara pada saat
mengawali pembelajaran (kegiatan pembuka) untuk menciptakan
prakondisi belajar bagi siswa agar mental, perhatian dan motivasinya
terpusat dan bangkit untuk melakukan aktivitas belajar yang akan
diikutinya. Adapun tujuan membuka pembelajaran antara lain yaitu:
a. menarik perhatian siswa;
b. menumbuhkan motivasi belajara siswa;
c. memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran
yang akan dilakukan.
Kedua kegiatan menutup pembelajaran (closure) yaitu kegiatan
yang dilakukan guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara untuk
mengakhiri pembelajaran. Tujuan dari kegiatan menutup pembelajaran
yaitu untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai pengalaman
belajar (hasil belajar) yang telah dikuasainya. Kegiatan-kegiatan dalam
menutup pembelajaran misalnya: merangkum atau membuat garis besar
permasalahan yang dibahas; mengonsolidasikan siswa terhadap hal-hal

3
Ansori (IKIP Siliwangi) and Asep (IKIP Siliwangi) Samsudin, “Transformasi Pembelajaran Di
Pendidikan Non Formal,” Empowerment 2, no. 1 (2013): 1–15.

8
yang dianggap pokok; mengorganisasikan kegiatan yang telah
dilakukan untuk membuat pemahaman baru; memberikan tindak lanjut,
dll.
2. Keterampilan memberikan variasi stimulus (stimulus variation)
Variasi stimulus adalah memberikan respon yang bervariasi
(berbeda atau berganti-ganti). Melalui variasi stimulus ini
dimaksudkan untuk menjaga agar suasana pembelajaran selalu
menarik, tidak membosankan, sehingga siswa selalu menunjukkan
sikap antusias, bergairah, penuh perhatian, dan selalu berpartisipasi
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada garis besarnya ada tiga
jenis (bentuk) variasi stimulus yang dapat dilakukan oleh guru,
dosen, instruktur, atau widyaiswara, yaitu:
a. Variasi dalam pola interaksi pembelajaran;
b. variasi penggunaan media/alat bantu pembelajaran; dan
c. variasi penggunaan metode serta gaya mengajar.
3. Keterampilan bertanya (question)
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses
komunikasi, termasuk dalam komunikasi pembelajaran. Bertanya
adalah penyampaian atau mengungkapkan pertanyaan sebagai
stimulus untuk memunculkan atau menumbuhkan jawaban (respon)
dari siswa terhadap yang ditanyakan. Dengan bertanya dapat
meningkatkan aktivitas belajar seperti: meningkatkan partisipasi
siswa, kemampuan berfikir, membangkiktkan rasa ingin tahu,
memusatkan perhatian siswa, dll. Agar bertanya dapat meningkatkan
aktivitas belajar, maka dalam menyampaikan pertanyaan antara lain
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: antusiasme dan
kehangatan, pemberian waktu secukupnya, pola lalulintas
pertanyaan, menghindari pertanyaan ganda, pertanyaan secara
berjenjang, dan menggunakan pertanyaan pelacak.
4. Keterampilan menggunakan isyarat (silence and non verbal clue)
Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses komunikasi, dalam

9
komunikasi terdapat beberapa jenis atau bentuk komunikasi yaitu:
lisan, tulisan dan isyarat. Fokus keterampilan menggunakan isyarat,
merupakan penerapan dari bentuk atau jenis komunikasi selain lisan
dan tulisan. Tujuan dari penggunaan bahasa isyarat ini terutama
adalah untuk memusatkan perhatian dan motivasi belajar siswa.
Untuk memelihara perhatian dan motivasi belajar siswa, dalam
kondisi tertentu kadang-kadang tidak bias dengan cara lisan atau
tulisan. Oleh karena itu perlu keterampilan lain, yaitu melalui
keterampilan menggunakan bahasa isyarat.
5. Keterampilan memberikan ilustrasi/contoh (illustration and use of
example) Tidak semua materi atau bahan ajar yang disajikan kepada
siswa, baik melalui penjelasan lisan, melalui bahasa tulisan atau
isyarat dapat dengan cepat dan mudah dipahami dan dikuasai oleh
siswa. Dengan demikian untuk mempermudah siswa menangkap,
memahami dan menguasai materi ajar yang diberikan perlu bantuan
atau menggunakan contoh-contoh atau ilustrasi yang dapat
memperjelas terhadap bahan ajar atau penjelasan yang disampaikan.
Penggunaan contoh atau ilustrasi dalam pembelajaran harus
disesuaikan dengan karakteristik materi dan tingkat pengalaman
siswa itu sendiri. Contoh dan ilustrasi yang diberikan selalu
diorientasikan untuk menjembatani siswa dalam memahami
terhadap materi yang sedang dipelajari, atau tercapainya kompetensi
pembelajaran.
6. Keterampilan memberikan balikan dan penguatan (feed back and
reinforcement) Pemberian penguatan (reinforcement) adalah segala
bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku
guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara terhadap tingkah laku
siswa. Tujuanya yaitu untuk memberikan informasi atau umpan
balik (feed back) sebagai suatu dorongan atau koreksi bagi siswa
atas perbuatan atau responsnya. Pada garis besarnya terdapat dua
bentuk atau teknik pemberian penguatan, yaitu:

10
1) penguatan verbal; yaitu bentuk penguatan melalui kata-kata
(lisan), seperti bagus, cantik, tampan, dll;
2) penguatan nonverbal; yaitu pemberian penguatan dengan
isyarat, seperti dengan anggukan kepala, gelengan kepala,
mengacungkan jempol, dll.4
C. Identifikasi perilaku dan karakteristik Awal peserta didik
1. Perilaku awal Peserta didik
Perilaku awal siswa dapat dukur melalui tes awal, interviu atau cara-cara
lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan
secara acak dengan distribusi perwakilan siswa yang representatif.
Selanjutnya Gardner mengemukakan bahwa identifikasi perilaku siswa
dilakukan dengan memberikan pree-testing yakni tes awal yang dilakukan
sebelum dimulai pembelajaran, yang dimaksudkan untuk menguji entry-
behavior (kemampuan awal) peserta didik berkenaan dengan tujuan
pembelajaran tertentu yang harus dikuasai peserta didik. Identifikasi
perilaku dan karakteristik awal siswa juga dilakukan berkenaan dengan
program pembelajaran sebuah mata pelajaran atau sebuah lembaga
pendidikan tertentu.
Teknik yang dapat menghasilkan data yang lebih keras adalah tes
penampilan siswa dan observasi terhadap pelaksanaan pekerjaan siswa serta
tes tertulis untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa. Tetapi, bila tes
seperti itu tidak tepat dilakukan karena dirasakan kurang etis, kesulitan
teknik pelaksanaan, atau tidak mungkin dilakukan karena sebab yang lain,
penggunaan skala penilaian cukup memadai. Skala penilaian tersebut diisi
oleh orang-orang yang tahu secara dekat terhadap kemampuan siswa dan
diisi oleh siswa sebagai self-report.
Berdasarkan masukan ini, dapat ditetapkan. Titik berangkat atau
permulaaan perjalanan yang harus diberikan pada siswa. Titik itu adalah

4
Sisca Folastri, “Perbedaan Keterampilan Belajar Siswa Berprestasi Tinggi Dan Berprestasi
Rendah Serta Implikasinya Dalam Bimbingan Dan Konseling,” Konselor 2, no. 1 (2013): 167–73,
https://doi.org/10.24036/0201321726-0-00.

11
perilaku khusus di atas garisbatas yang telah dikuasi siswa atau calon siswa.
Apa beda kegiatan ini dengan proses mengidentifikasi kebutuhan
instruksional?
Pertama, kebutuhan instruksional untuk mengidentifikasi benar
tidaknya masalah yang dihadapi harus diselesaikan dengan
menyelenggarakan kegiatan instruksional. Sedangkan mengidentifikasi
perilaku awal tidak berhubungan dengan masalah tersebut.
Kedua, kebutuhan intruksional untuk mengidentifikasi perilaku umum
yang akan dijadikan tujuan instruksional umum. Sedangkan kegiatan
mengidentifikasi perilaku awal untuk mengidentifikasi perilaku khusus
yang telah dikuasai siswa. Hasil akhir dari kegiatan mengidentifikasi
perilaku awal ini akan dijadikan pedoman untuk menetapkan perilaku-
perilaku khusus yang tidak perlu diajarkan lagi dan perilaku-perilaku khusus
yang masih harus diajarkan. Dengan demikian hasil kegiatan tersebut dapat
pula digunakan untuk menetapkan titik berangkat dalam mengajar.
2. Karakteristik Awal Peserta Didik
Di samping mengidentifikasi perilaku awal siswa, pengembang
instruksional harus pula mengidentifikasi karakteristik siswa
yang berhubungan dengan keperluan pengembangan instruksional. Minat
siswa pada umumnya, misalnya pada olahraga, karena sebagian besar siswa
adalah penggemar olahraga, dapat dijadikan bahan dalam memberikan
contoh dalam rangka penjelasan materi pelajaran. Kemampuan siswa yang
kurang dalam membaca bahasa Inggris merupakan masukan pula bagi
pengembang instruksional untuk memilih bahan-bahan pelajaran yang tidak
berbahasa Inggris atau menerjemahkannya terlebih dahulu ke dalam bahasa
Indonesia.
Demikian pula bila siswa senang dengan lelucon, pendesain instruksional
sebaiknya mempertimbangkan penggunaan lelucon dalam strategi
instruksionalnya. Bila siswa sebagian besar tidak mempunyai video di
rumah, pendesain instruksional tidak dapat membuat program video untuk

12
dipelajari siswa di rumah. Informasi di atas perlu dicari oleh pengembang
instruksional sehingga ia dapat mengembangkan sistem instruksional
yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut. Teknik yang dapat
digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik awal siswa sama dengan
teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi perilaku awal, yaitu
kuesioner, interviu, observasi, dan tes. Tujuan untuk mengetahui
karakteristik awal siswa adalah untuk mengukur apakah siswa akan
mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak sampai dimana minat siswa
terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Bila si belajar mampu, hal-hal apa
yang memperkuat, dan bila tidak mampu, hal-hal apa yang menjadi
penghambat. Hal-hal yang perlu diketahui dari si pelajar bukan hanya dilihat
faktorfaktor akademisnya, akan tetapi juga dilihat faktor-faktor sosialnya,
sebab kedua hal tersebut sangat mempengaruhi proses belajar
si pelajar. Informasi yang dikumpulkan dibatasi kepada karakteristik siswa
sehingga ada manfaatnya dalam proses pengembangan instruksional.5
D. Prinsip-prinsip pengaplikasian keterampilan dasar mengajar
1. Kesesuaian (relevant)
Kesesuaian atau relevan yaitu dalam memilih dan menentukan unsur-unsur
jenis keterampilan dasar mengajar yang akan dilaksanakan harus
memperhatikan dan disesuaikan dengan seluruh komponen pembelajaran.
Penyesuaian ini sangat penting, agar dalam menerapkan setiap unsur
pembelajaran tersebut dapat lebih meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran. Misalnya ketika menerapkan keterampilan memberikan
stimulus melalui penggunaan multi media dan metode yang bervariasi,
hendaknya penggunaan tersebut disesuaikan dengan tujuan (kompetensi)
pembelajaran yang ingin dicapai, sesuain dengan kondisi siswa, materi
pembelajaran, dan unsur-unsur pembelajaran lainnya baiki intern
maupunekstern.

5
Rahmat Rifai Lubis, “Identifikasi Perilaku Dan Karakteristik Awal Peserta Didik (Konsep Dan Pola
Penerapan Dalam Desain Instruksional),” Hikmah 15, no. 1 (2018): 28–34.

13
2. Kreativitas dan inovatif
Kreativitas dan inovatif dalam meggunakan unsur-unsur keteranpiloan
dasar mengajar sangat diperlukan agar suasan pembelajaran selalu menarik
dan menyenagkan bagi siswa. Kreativitas berari bahwa unsur-unsur
keterampilan dasar mengajar yang digunakan dikemas lebih menarik, dan
biasanya melalui kreativitas akan muncul hal-hal atau kegiatan yang baru
dan berbeda dengan cara yang dilakukan sebelumnya (inovatif). Misalnya
ketika menerapkan keterampilan membuka pembelajaran, kegiatan yang
dilakukan oleh guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara tidak selalu harus
dengan cara memberikan free test, akan tetapi secara kreatif dan inovatif
bisa dengan cara lain, misalnya memberikan ilustrasi, memberikan kondisi
yang mempertentangkan, dll.
3. Ketepatan (akurasi)
Penggunaan setiap unsur keterampilan dasar mengajar dimaksudkan agar
proses pembelajaran bisa berjalan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu
penggunaan unsur-unsur keterampilan dasar mengajar harus
memperhatikan aspek ketepatan atau akurasi, sehingga dapat mencapai
sasaran pembelajaran yang diharapkan. Misalnya ketika menggunakan
keterampilan dasar bertanya, jika melalui pertanyaan yang diajukan oleh
guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara, ternyata tidak memancing respon
siswa berarti mungkin cara atau materi pertanyaan yang diajukan kurang
tepat sehingga perlu diganti dengan cara bertanya yang lain.
4. Kebermanfaatan
Seperti halnya dengan prinsip-prinsip keterampilan dasar mengajar yang
telah dibahas sebelumbya, yang tidak kalah pentingnya bahwa unsur-unsur
keterampilan dasar mengajar yang diterapkan harus memiliki nilai manfaat
atau kegunaan terhadap penegembangan potensi siswa. Pembelajaran
adalah proses merubah perilaku siswa meliputi pengetahun, sikap maupun
keterampilan. Dengan demikian penggunaan keterampilan dasar mengajar
harus memiliki nilai atau manfaat untuk lebih meningkatkan kualitas
pembelajaran.

14
5. Membangkitkan perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi termasuk kedalam prinsip pembelajaran, sebagai
suatu prinsip artinya perhatian dan motivasi termasuk untuk yang sangat
menentukan terhadap kualitas pembelajaran. Mengingat pentingnya
perhatian dan motivasi, maka penerapan unsur-unsur atau aspek
pembelajaran harus membangkitkan perhatian dan motivasi siswa.
Sehingga selama proses pembelajaran berlangsung perhatian dan motivasi
siswa selalu terjaga dan tercurah pada kegiatan pembelajaran yang
dilakukan.
6. Menyenangkan
Suasana pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) termasuk
salah satu unsur pembelajaran yang harus selalu diciptakan oleh guru,
dosen, instruktur, atau widyaiswara dalam membimbing proses
pembelajaran. Melalui pembelajaran yang menyenangkan siswa akan
merasa betah, semangat, bahkan mungkin siswa akan merasa bebas untuk
melakukan aktivitas pembelajaran sesuai dengan potensi dan bakat yang
dimilikinya. Oleh karena itu penggunaan unsur-unsur keterampilan dasar
mengajar harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang akrab dan
menyenangkan bagi siswa.6

6
Kiromim Baroroh, “Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik Melalui Penerapan
Metode Role Playing,” Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan 8, no. 2 (2011): 149–63.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mengajar merupakan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh guru,
dosen, instruktur, atau widyaiswara dalam mengatur dan mengelola lingkungan
belajar untuk mendorong aktivitas belajar siswa/pebelajar. Sedangkan belajar
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa/pebelajar merespon lingkungan
belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Fokus pembahasan dalam
tulisan ini diarahkan pada unsur mengajar, kalaupun ada unsur belajar yang
dibahas semata dimaksudkan untuk lebih mempertegas dan memperjelas
pembahasan mengajar itu sendiri.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan atau
keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional behaviours) yang
harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara agar dapat
melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional.
Hasil akhir dari kegiatan mengidentifikasi perilaku awal ini akan dijadikan
pedoman untuk menetapkan perilaku-perilaku khusus yang tidak perlu
diajarkan lagi dan perilaku-perilaku khusus yang masih harus diajarkan, hal-hal
yang perlu diketahui dari si pelajar bukan hanya dilihat faktorfaktor
akademisnya, akan tetapi juga dilihat faktor-faktor sosialnya, sebab kedua hal
tersebut sangat mempengaruhi proses belajar si pelajar.

B. Saran
Demikian makalah yang penulis susun, semoga dapat memberikan manfaat
bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami
kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Ansori (IKIP Siliwangi), and Asep (IKIP Siliwangi) Samsudin.


“Transformasi Pembelajaran Di Pendidikan Non Formal.” Empowerment 2,
no. 1 (2013): 1–15.

2. Folastri, Sisca. “Perbedaan Keterampilan Belajar Siswa Berprestasi Tinggi


Dan Berprestasi Rendah Serta Implikasinya Dalam Bimbingan Dan
Konseling.” Konselor 2, no. 1 (2013): 167–73.
https://doi.org/10.24036/0201321726-0-00.

3. Kiromim Baroroh. “Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Peserta


Didik Melalui Penerapan Metode Role Playing.” Jurnal Ekonomi Dan
Pendidikan 8, no. 2 (2011): 149–63.

4. Lubis, Rahmat Rifai. “Identifikasi Perilaku Dan Karakteristik Awal Peserta


Didik (Konsep Dan Pola Penerapan Dalam Desain Instruksional).” Hikmah
15, no. 1 (2018): 28–34.

5. Purniadi Putra & Idawati. “No TitleSecara Substansial Mata Pelajaran Al-
Qur’an-Hadist Memiliki Kontribusi Dalam Memberikan Motivasi Kepada
Peserta Didik Untuk Mencintai Kitab Sucinya, Mempelajari Dan
Mempraktikkan Ajaran Dan Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Al-
Qur’an-Hadis Sebagai.” Ilmiah PGMI 3 (2017): 2.

6. Wahyulestari, Mas Roro Diah. “Keterampilan Dasar Mengajar Di Sekolah


Dasar.” Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan Dan
Penerapan MIPA UMJ, 2018, 199–210.

Anda mungkin juga menyukai