PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. B.Rumusan Masalah
a. Apa pengertian guru profesional?
b. Bagaimana kompetensi guru profesional?
c. Bagaimana profesionalisme guru dalam perspektif islam?
d. Bagaimana paradigma guru dalam perspektif islam?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Guru Profesional
Kata guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia diartikan dengan orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Sedangkan profesionalitas berasal dari kata
profesi yang dapat diartikan sebagai jenis pekerjaan yang khas atas pekerjaan yang
memerlukan pengetahuan atau dapat juga berarti beberapa keahlian dengan orang lain,
instansi, atau sebuah lembaga. Profesional adalah seseorang yang memiliki saperangkat
pengetahuan atau keahlian yang khas dari profesinya.
Salah satu tokoh pendidikan Islam mengartikan guru secara umum memiliki
tanggungjawab mendidik. Secara khusus, guru adalah orang yang bertanggungjawab
terhadap perkembangan murid dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi
murid, baik potensi afektif, kognitif, dan psikomotorik. Sedangkan Syaiful Sagala
mengartikan profesional adalah seseorang yang ahli dalam pekerjaannya.2
Selain itu juga, banyak tokoh pendidikan yang mendefinisikan guru profesional.
Seperti halnya Moh Uzer Usman mengartikan guru profesional adalah seseorang yang
mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan. Sehingga ia mampu
melakukan tugas dan tujuan sebagai guru dengan maksimal. Zakiah Drajat mengartikan
guru secara otomatis itu sudah profesional. Dia berpendapat bahwa pada dasarnya tugas
mendidik dan membimbing anak adalah mutlak tanggung jawab orang tua. Tapi karena
alasan tertentu orang tua menyerahkan tugas itu kepada guru.
1
Martinis Yamin, Profesionalisme Guru & Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hal. 6
2
Syaiful. Sagala., Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,(Bandung:Alfabeta, 2011),hal.1
2
benar-benar mempunyai kualitas keilmuan kependidikan dan keinginan yang memadai
guna menunjang tugas jabatan profesinya, serta tidak semua orang bisa melakukan tugas
dengan baik. Apabila tugas tersebut dilimpahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka
tidak akan berhasil bahkan akan mengalami kegagalan, sebagaimana sabda nabi
Muhammad SAW:
ي ِ ِإذَا ُو ِسدًا ْأل َ ْم ُر ِإلَى َغي ِْر أ َ ْه ِل ِه فَا ْنت َِظ ُر السَّا َعةُ ُر َواهُ ْالبُخ
ْ َار .
Artinya :”Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka
tunggulah kehancurannya”. (HR. Bukhari).
Ketika seseorang dikatakan ahli, tentu dia mempunyai kompetensi dalam bidang
yang ia kuasai. Guru profesional juga mempunyai kompetensi yang harus dimiliki yaitu :3
Jika salah satu kompetensi tidak dikuasai, maka bisa berakibat nilai dan tujuan
pendidikan tidak bisa dicapai. Hal ini tentu sangat berpengaruh, karena sosok seorang
guru mempunyai peran yang sangat besar dalam mensukseskan tujuan, visi, dan misi
pendidikan.
3
Ibid hal. 29
3
C. Profesionalisme Guru dalam Perspektif Islam
Profesionalisme pada dasarnya berpijak pada dua kriteria pokok, yakni, merupakan
panggilan hidup dan keahlian. Panggilan hidup atau dedikasi dan keahlian menurut Islam
harus dilakukan karena Allah Swt. Hal ini akan mengukur sejauh nilai keikhlasan dalam
perbuatan. Dalam Islam apapun setiap pekerjaan (termasuk seorang guru), harus dilakukan
secara profesional. Maka, dua hal inilah yakni, dedikasi dan keahlian yang mewarnai
tanggung jawab untuk terbentuknya profesionalisme guru dalam perspektif pendidikan
Islam. Selain itu, ada ungkapan yang tersirat saat Islam mendefinisikan terminologi
profesionalisme yakni melimpahkan suatu urusan atau pekerjaan pada ahlinya.4
Menurut Sulani agar tujuan pendidikan tercapai, seorang guru harus memiliki syarat-
syarat pokok ialah :
Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan professional membawa misi ganda
dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu pengetahuan. Misi agama
menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilai ajaran agama kepada murid, sehingga
murid dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan norma-norma agama tersebut. Misi
ilmu pengetahuan menuntut guru menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan
4
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesional Guru Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 44
4
zaman. Dari hasil analisis terhadap sejumlah literature, secara umum profesionalisme guru
sebagai pendidik Islam adalah :
a. Bertaqwa
Islam mewajibkan kepada ummatnya untuk menuntut ilmu. Oleh karena itu
seorang guru harus menambah perbendaharaan keilmuannya. Karerna dengan ilmu
orang akan bertambah keimanan dan derajatnya di hadapan Allah sebagaimana firman
Allah:
c. Berlaku Adil
Secara harfiah, adil berarti lurus dan tegak, bergerak dari posisi yang salah
menuju posisi yang diinginkan, adil juga berarti seimbang , sedangkan menurut
Aminudin adil adalah meletakan sesuatu pada tempatnya. Maksudnya tidak termasuk
memihak antara yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, bertindak atas dasar
kebenaran, bukan mengikuti nafsunya.
5
d. Berwibawa
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”. “Dan
orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan
mereka”.(QS. Furqan:63-64).
e. Ikhlas
Ikhlas artinya bersih, murni, dan tidak bercampur dengan yang lain. Sedangkan
ikhlas menurut istilah adalah ketulusan hati dalam melaksanakan suatu amal yang baik,
yang semata-mata karena Allah. Ikhlas dengan sangat indah digambarkan oleh dalam
Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 162.
“Sesungguhnya orang-orang yang berimanialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. (QS. Al-
Anfaal ayat:2).
6
perencanaan adalah sama pentingnya dengan orang yang melaksanakan rencana
tersebut. Oleh karena sebuah perencanaan yang baik dalam sebuah proses belajar
mengajar membutuhkan suatu pemikiran dan kesanggupan dalam melihat masa depan,
yang akan berhasil manakala rencana tersebut dilaksanakan.
Istiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evalution”. Evaluasi adalah
suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi diartikan juga segala sesuatu
tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan
atau yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Tujuan evaluasi adalah
mengetahui kadar pemahaman murid terhadap mata pelajaran, untuk melatih
keberanian dan mengajak murid untuk mengingat kembali pelajaran tertentu yang telah
diberikan. Syarat-syarat yang dapat dipergunakan dalam evaluasi pendidikan Islam
adalah “Validity, Reliable, dan Efisien”. Jenis-jenis evaluasi yang biasanya diterapkan
adalah tes tertulis , tes lisan, tes perbuatan.
Guru harus cakap dalam mengajarkan ilmunya, karena seorang guru hidup
dengan ilmunya. Oleh karena itu kewajiban seorang guru adalah selalu menekuni dan
menambah ilmu pengetahuannya. Yang dimaksud dengan menguasai bidang yang
ditekuni adalah seorang guru yang ahli dalam mata pelajaran tertentu. Tidak menutup
kemungkinan seorang guru mampu mengajar muridnya sampai dua mata pelajaran,
yang penting dia professional dan menguasai keilmuannya.5 Dalam proses pendidikan,
terdapat beberapa strata pendidik perspektif pendidikan Islam, diantaranya yaitu:
a. Allah SWT
5
Nanat Fattah Nasir, Pemberdayaan Kualitas Guru dalam Perspektif Islam, (Bandung: UPI, 2007) hal. 27
6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) hal. 56
7
b. Nabi Muhammad SAW
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”(Q.S. Jumu’ah:2)
c. Orang Tua
Pendidik dalam lingkungan keluarga, adalah orang tua. Hal ini disebabkan
karena secara alami anak-anak pada awal kehidupannya berada di tengah-tengah ayah
dan ibunya Objek utama dari pendidik di sini adalah anak-anak dari sebuah keluarga
itu sendiri.
d. Guru
7
M. Basuki, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Ponorogo: Stain Press, 2007), hal. 83
8
e. Paradigma Guru Dalam Perspektif Islam
1. Kedudukan Guru dalam Islam
Salah satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan Islam
yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga
menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Karena
guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan) sedangkan Islam amat menghargai
pengetahuan maka seorang guru juga harus mempunyai sifat-sifat yang menitik
beratkan pada implementasi kebaikan. Sehingga, seorang guru sangat dipandang
mempunyai strata di bawah kedudukan nabi dan rasul. Hal ini dijelaskan dalam sabda
Rasulullah:
Inti ajaran-Nya adalah bahwa hamba mendekati dan memperoleh ridha Allah
melalui kerja atau amal saleh dan dengan memurnikan sikap penyembahan hanya
kepadaNya. Hal ini mengandung makna bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan.
Salah satu implementasinya adalah melaksanakan tugas kodrat yang diemban oleh
seorang guru. Dalam hal ini ada beberapa tugas guru yaitu:
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia diartikan dengan orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Sedangkan profesionalitas berasal dari
kata profesi yang dapat diartikan sebagai jenis pekerjaan yang khas atas pekerjaan yang
memerlukan pengetahuan atau dapat juga berarti beberapa keahlian dengan orang
lain, instansi, atau sebuah lembaga. Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru
profesional adalah seseorang yang mempunyai keahlian atau kemampuan khusus
membimbing membina peserta didik, baik dari segi intelektual, spiritual, maupun
emosional.
Menurut Sulani agar tujuan pendidikan tercapai, seorang guru harus memiliki
syarat-syarat pokok ialah :
B. SARAN
Dengan membac makalah kami, kami sebagai pemakalah mengaharap agar kita
makin bertakwa kepada allah swt dan kita ldapat mengamalkan ilmu yang ada pada
makalah ini
10
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesional Guru Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara,
2003).
Martinis Yamin, Profesionalisme Guru & Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2008).
Nanat Fattah Nasir, Pemberdayaan Kualitas Guru dalam Perspektif Islam, (Bandung: UPI,
2007)
11