Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia keilmuan Islam, pendidikan merupakan bagian terpenting dalam


kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia akan bisa berjaya di muka bumi
ini. Sebagai suatu system, pendidikan memiliki sejumlah komponen yang saling berkaitan
antara yang satu dan lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen
pendidikan tersebut antara lain komponen kurikulum, guru, metode, sarana prasarana, dan
evaluasi. Sementara diketahui bahwa dewasa ini tugas guru semakin terasa berat. Hal ini
terjadi antara lain karena kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta
perubahan cara pandang dan pola hidup masyarakat yang menghendaki strategi dan
pendekatan dalam proses belajar mengajar yang berbeda-beda, di samping materi
pengajaran itu sendiri.

Dengan keadaan perkembangan masyarakat yang sedemikian itu, maka mendidik


merupakan tugas berat dan memerlukan seseorang yang cukup memiliki kemampuan yang
sesuai dengan jabatan tersebut.Profesionalitas seorang guru berkaitan dengan upaya
penyiapan peserta didik menjadi manusia yang ulul albab yang nantinya diharapkan bisa
mengangkat dunia keilmuan Islam. Untuk mewujudkan profesionalisme dalam pribadi
seorang guru memerlukan proses yang cukup panjang diperlukan pula penyadaran akan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai calling profesio yang harus terus dibina agar menjadi
harapan dan cita-cita dari masyarakat terhadap hasil pembelajarannya yang dilakukan
bersama muridnya dapat tercapai, sehingga tercipta kualitas dan mutu out put yang bisa
dipertanggung jawabkan secara intelektual, memiliki keterampilan yang tinggi dan
memiliki akhlaqul karimah yang mapan.

B. B.Rumusan Masalah
a. Apa pengertian guru profesional?
b. Bagaimana kompetensi guru profesional?
c. Bagaimana profesionalisme guru dalam perspektif islam?
d. Bagaimana paradigma guru dalam perspektif islam?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Guru Profesional

Kata guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia diartikan dengan orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Sedangkan profesionalitas berasal dari kata
profesi yang dapat diartikan sebagai jenis pekerjaan yang khas atas pekerjaan yang
memerlukan pengetahuan atau dapat juga berarti beberapa keahlian dengan orang lain,
instansi, atau sebuah lembaga. Profesional adalah seseorang yang memiliki saperangkat
pengetahuan atau keahlian yang khas dari profesinya.

Profesionalitas merupakan kepemilikan seperangkat keahlian atau kepakaran di


bidang tertentu yang dilegalkan berhak dengan sertifikat oleh sebuah lembaga. Seorang
yang profesional berhak memperoleh reward yang layak dan wajar yang menjadi
pendukung utama dalam merintis kariernya kedepan.1

Salah satu tokoh pendidikan Islam mengartikan guru secara umum memiliki
tanggungjawab mendidik. Secara khusus, guru adalah orang yang bertanggungjawab
terhadap perkembangan murid dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi
murid, baik potensi afektif, kognitif, dan psikomotorik. Sedangkan Syaiful Sagala
mengartikan profesional adalah seseorang yang ahli dalam pekerjaannya.2

Selain itu juga, banyak tokoh pendidikan yang mendefinisikan guru profesional.
Seperti halnya Moh Uzer Usman mengartikan guru profesional adalah seseorang yang
mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan. Sehingga ia mampu
melakukan tugas dan tujuan sebagai guru dengan maksimal. Zakiah Drajat mengartikan
guru secara otomatis itu sudah profesional. Dia berpendapat bahwa pada dasarnya tugas
mendidik dan membimbing anak adalah mutlak tanggung jawab orang tua. Tapi karena
alasan tertentu orang tua menyerahkan tugas itu kepada guru.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian guru


profesional adalah seseorang yang mempunyai keahlian atau kemampuan khusus
membimbing membina peserta didik, baik dari segi intelektual, spiritual, maupun
emosional. Dan profesional dalam Islam khususnya dibidang pendidikan, seseorang harus

1
Martinis Yamin, Profesionalisme Guru & Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hal. 6
2
Syaiful. Sagala., Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,(Bandung:Alfabeta, 2011),hal.1

2
benar-benar mempunyai kualitas keilmuan kependidikan dan keinginan yang memadai
guna menunjang tugas jabatan profesinya, serta tidak semua orang bisa melakukan tugas
dengan baik. Apabila tugas tersebut dilimpahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka
tidak akan berhasil bahkan akan mengalami kegagalan, sebagaimana sabda nabi
Muhammad SAW:

‫ي‬ ِ ‫ِإذَا ُو ِسدًا ْأل َ ْم ُر ِإلَى َغي ِْر أ َ ْه ِل ِه فَا ْنت َِظ ُر السَّا َعةُ ُر َواهُ ْالبُخ‬
ْ ‫َار‬ .

Artinya :”Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka
tunggulah kehancurannya”. (HR. Bukhari).

Firman Allah SWT QS. al-Isra’ ayat 84:

Artinya : “Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-


masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”.

B. Kompetensi Guru Profesional

Ketika seseorang dikatakan ahli, tentu dia mempunyai kompetensi dalam bidang
yang ia kuasai. Guru profesional juga mempunyai kompetensi yang harus dimiliki yaitu :3

1. Kompetensi kepribadian dan profesionalisme. Dalam kompetensi pribadi, yang di


dalamnya memuat berbagai kemampuan yang harus dimiliki, seperti
berkomunikasi, melaksanakan bimbingan dan penyuluhan, melaksanakan
administrasi sekolah, dan melakukan penelitian sederhana untuk keperluan
pengajaran.
2. Seorang guru profesional juga dituntut mengusai kompetensi kewajibannya sebagai
guru.
3. Kemampuan sosial.

Jika salah satu kompetensi tidak dikuasai, maka bisa berakibat nilai dan tujuan
pendidikan tidak bisa dicapai. Hal ini tentu sangat berpengaruh, karena sosok seorang
guru mempunyai peran yang sangat besar dalam mensukseskan tujuan, visi, dan misi
pendidikan.

3
Ibid hal. 29

3
C. Profesionalisme Guru dalam Perspektif Islam

Profesionalisme pada dasarnya berpijak pada dua kriteria pokok, yakni, merupakan
panggilan hidup dan keahlian. Panggilan hidup atau dedikasi dan keahlian menurut Islam
harus dilakukan karena Allah Swt. Hal ini akan mengukur sejauh nilai keikhlasan dalam
perbuatan. Dalam Islam apapun setiap pekerjaan (termasuk seorang guru), harus dilakukan
secara profesional. Maka, dua hal inilah yakni, dedikasi dan keahlian yang mewarnai
tanggung jawab untuk terbentuknya profesionalisme guru dalam perspektif pendidikan
Islam. Selain itu, ada ungkapan yang tersirat saat Islam mendefinisikan terminologi
profesionalisme yakni melimpahkan suatu urusan atau pekerjaan pada ahlinya.4

Harapan dan cita-cita terbentuk profesionalisme guru dalam perspektif Islam,


lebih mengarahkan guru untuk bersikap baik, sopan, moral dan spritualitas. Selayaknya
guru dalam tulang punggung pendidikan Islam sangatlah memiliki eksistensi yang kuat.
Dalam perspektif Islam pendidik (guru) akan berhasil bila menjalankan tugas dengan baik,
memilki pemikiran kreatif, dan terpadu serta mempunyai kompetensi profesionalisme yang
religius.

Menurut Sulani agar tujuan pendidikan tercapai, seorang guru harus memiliki syarat-
syarat pokok ialah :

1. Syarat Syahsiyah (memiliki kepribadian yang diandalkan).


2. Syarat lmiah (memiliki pengetahuan yang mumpuni).
3. Syarat Idafiyah (mengetahui, mengahayati, dan menyelami manusia yang dihadapinya,
sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju tujuan yang
ditetapkan).

Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan professional membawa misi ganda
dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu pengetahuan. Misi agama
menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilai ajaran agama kepada murid, sehingga
murid dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan norma-norma agama tersebut. Misi
ilmu pengetahuan menuntut guru menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan

4
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesional Guru Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 44

4
zaman. Dari hasil analisis terhadap sejumlah literature, secara umum profesionalisme guru
sebagai pendidik Islam adalah :

a. Bertaqwa

Kata Taqwa berasal dari kata”Waqa-Yaqy-Wiqayah”yang berarti menjaga,


menghindari, menjauhi, takut, dan berhati-hati. Dengan demikian, Taqwa bukan hanya
sekedar takut, akan tetapi juga merupakan kekuatan untuk taat kepada perintah Allah
SWT. Dengan kesedaran ini, membuat kita menyadari dan meyakini dalam hidup ini
bahwa tidak ada jalan menghindar dari Allah, sehingga mendorong kita untuk selalu
berada dalam garis-garis yang yang telah Allah tentukan.

b. Berilmu Pengetahuan Luas

Islam mewajibkan kepada ummatnya untuk menuntut ilmu. Oleh karena itu
seorang guru harus menambah perbendaharaan keilmuannya. Karerna dengan ilmu
orang akan bertambah keimanan dan derajatnya di hadapan Allah sebagaimana firman
Allah:

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah


dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu,
dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.(QS. Al-mujadilah 11).

c. Berlaku Adil

Secara harfiah, adil berarti lurus dan tegak, bergerak dari posisi yang salah
menuju posisi yang diinginkan, adil juga berarti seimbang , sedangkan menurut
Aminudin adil adalah meletakan sesuatu pada tempatnya. Maksudnya tidak termasuk
memihak antara yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, bertindak atas dasar
kebenaran, bukan mengikuti nafsunya.

5
d. Berwibawa

Guru yang berwibawa dilukiskan oleh Allah dalam Al-Qur’an

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”. “Dan
orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan
mereka”.(QS. Furqan:63-64).

e. Ikhlas

Ikhlas artinya bersih, murni, dan tidak bercampur dengan yang lain. Sedangkan
ikhlas menurut istilah adalah ketulusan hati dalam melaksanakan suatu amal yang baik,
yang semata-mata karena Allah. Ikhlas dengan sangat indah digambarkan oleh dalam
Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 162.

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah


untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

f. Mempunyai Tujuan yang Rabbani

Hendaknya guru mempunyai tujuan yang rabbani, di mana segala sesuatunya


bersandar kepada Allah dan selalu mentaati-Nya, mengabdi kepada-Nya, mengikuti
syari’at-Nya, dan mengenal sifat-sifta-Nya. Jika guru telah mempunyai sifat rabbani,
maka dalam segala kegiatan pendidikan muridnya akan menjadi Rabbani juga, yaitu
orang-orang yang hatinya selalu bergetar ketika disebut nama Allah dan merasakan
keagungan-Nya pada setiap rentetan peristiwa sejarah peristiwa melintas
dihadapannya.

“Sesungguhnya orang-orang yang berimanialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. (QS. Al-
Anfaal ayat:2).

g. Mampu Merencanakan dan Melaksanakan Evaluasi Pendidikan

Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran,


imajinasi dan kesanggupan melihat ke depan. Dengan demikian seorang guru harus
mampu merencanakan proses belajar mengajar dengan baik. Guru yang dapat membuat

6
perencanaan adalah sama pentingnya dengan orang yang melaksanakan rencana
tersebut. Oleh karena sebuah perencanaan yang baik dalam sebuah proses belajar
mengajar membutuhkan suatu pemikiran dan kesanggupan dalam melihat masa depan,
yang akan berhasil manakala rencana tersebut dilaksanakan.

Istiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evalution”. Evaluasi adalah
suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi diartikan juga segala sesuatu
tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan
atau yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Tujuan evaluasi adalah
mengetahui kadar pemahaman murid terhadap mata pelajaran, untuk melatih
keberanian dan mengajak murid untuk mengingat kembali pelajaran tertentu yang telah
diberikan. Syarat-syarat yang dapat dipergunakan dalam evaluasi pendidikan Islam
adalah “Validity, Reliable, dan Efisien”. Jenis-jenis evaluasi yang biasanya diterapkan
adalah tes tertulis , tes lisan, tes perbuatan.

h. Menguasai Bidang yang Ditekuni

Guru harus cakap dalam mengajarkan ilmunya, karena seorang guru hidup
dengan ilmunya. Oleh karena itu kewajiban seorang guru adalah selalu menekuni dan
menambah ilmu pengetahuannya. Yang dimaksud dengan menguasai bidang yang
ditekuni adalah seorang guru yang ahli dalam mata pelajaran tertentu. Tidak menutup
kemungkinan seorang guru mampu mengajar muridnya sampai dua mata pelajaran,
yang penting dia professional dan menguasai keilmuannya.5 Dalam proses pendidikan,
terdapat beberapa strata pendidik perspektif pendidikan Islam, diantaranya yaitu:

a. Allah SWT

Dari berbagai ayat Al-Qur’an yang membicarakan tentang kedudukan Allah


sebagai pendidik dapat dipahami dalam firman-firman yang diturunkan-Nya kepada
Nabi Muhammad SAW.6 Allah sebagai pendidik yang mengetahui segala kebutuhan
orang yang dididik-Nya sebab Dia adalah Zat Pencipta. Perhatian Allah tidak terbatas
hanya terhadap sekelompok manusia saja, tetapi memperhatikan dan mendidik seluruh
alam.

5
Nanat Fattah Nasir, Pemberdayaan Kualitas Guru dalam Perspektif Islam, (Bandung: UPI, 2007) hal. 27
6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) hal. 56

7
b. Nabi Muhammad SAW

Nabi sendiri mengidentifikasikan dirinya sebagai “mualim” (pendidik). Bahwa


Rasulullah SAW yang dalam hal ini bertindak sebagai penerima Al-Qur’an, bertugas
untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam Al-Qur’an tersebut,
dilanjutkan dengan mensucikan dan mengajarkan manusia.7 Diantara firmanNya:

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”(Q.S. Jumu’ah:2)

c. Orang Tua

Pendidik dalam lingkungan keluarga, adalah orang tua. Hal ini disebabkan
karena secara alami anak-anak pada awal kehidupannya berada di tengah-tengah ayah
dan ibunya Objek utama dari pendidik di sini adalah anak-anak dari sebuah keluarga
itu sendiri.

Dalam konsep lingkungan pendidikan Islam, terdapat 3 aspek yang berperan


secara aktif dalam proses belajar mengajar. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan
dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat
dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat. Jadi, dari ketiga aspek
tersebut mempunyai peranan yang penting sebagai penanggung jawab pendidikan.

d. Guru

Pendidik di lembaga pendidikan persekolahan disebut dengan guru, yang


meliputi guru madrasah atau sekolah sejak dari taman kanak-kanak, sekolah menengah,
dan sampai dosen-dosen di perguruan tinggi, kiyai di pondok pesantren, dan lain
sebagainya. Dalam arti, guru sebagai fasilitator pendidikan dalam proses
mentransformasikan sebuah keilmuan, kecakapan kepada peserta didiknya yang telah
diamanatkan orang tua kepadanya. Melalui proses pendidikan dan pengajaran, ada
tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut menjadi landasan seorang guru untuk
mendidik dan mengarahkannya pada kecakapan-kecakapan yang diperlukan.

7
M. Basuki, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Ponorogo: Stain Press, 2007), hal. 83

8
e. Paradigma Guru Dalam Perspektif Islam
1. Kedudukan Guru dalam Islam

Salah satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan Islam
yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga
menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Karena
guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan) sedangkan Islam amat menghargai
pengetahuan maka seorang guru juga harus mempunyai sifat-sifat yang menitik
beratkan pada implementasi kebaikan. Sehingga, seorang guru sangat dipandang
mempunyai strata di bawah kedudukan nabi dan rasul. Hal ini dijelaskan dalam sabda
Rasulullah:

ُ ‫َخي ُْر ُك ْم َم ْن تَعَلَّ َم ْالقُ ْرأَنَ َو َعلَّ َمه‬

“Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan Mengajarkannya”.

Sabda Rasul tersebut menggambarkan tingginya kedudukan orang yang


mempunyai ilmu Pengetahuan (pendidik) khususnya pada pemahaman al-qur’an. Hal
ini beralasan bahwa dengan pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu
berpikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam, sehingga
mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah.

2. Tugas Guru Dalam Proses Pendidikan Islam

Inti ajaran-Nya adalah bahwa hamba mendekati dan memperoleh ridha Allah
melalui kerja atau amal saleh dan dengan memurnikan sikap penyembahan hanya
kepadaNya. Hal ini mengandung makna bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan.
Salah satu implementasinya adalah melaksanakan tugas kodrat yang diemban oleh
seorang guru. Dalam hal ini ada beberapa tugas guru yaitu:

a. Sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan maka guru harus


memiliki pengetahaun yang mendalam tentang bahan yang akan diajarkan.
Sebagai tindak lanjutnya dari tugas ini maka seorang guru tidak boleh berhenti
belajar, kerena pengetahuan yang akan diberikan kepada anak didiknya terlebih
dahulu harus dia pelajari.
b. Guru sebagai model yaitu dalam bidang studi yang diajarkannya merupakan
sesuatu yang berguna dan dipraktekkan dalam kehidupannya sehari-hari.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia diartikan dengan orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Sedangkan profesionalitas berasal dari
kata profesi yang dapat diartikan sebagai jenis pekerjaan yang khas atas pekerjaan yang
memerlukan pengetahuan atau dapat juga berarti beberapa keahlian dengan orang
lain, instansi, atau sebuah lembaga. Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru
profesional adalah seseorang yang mempunyai keahlian atau kemampuan khusus
membimbing membina peserta didik, baik dari segi intelektual, spiritual, maupun
emosional.

Menurut Sulani agar tujuan pendidikan tercapai, seorang guru harus memiliki
syarat-syarat pokok ialah :

1. Syarat Syahsiyah (memiliki kepribadian yang diandalkan).


2. Syarat lmiah (memiliki pengetahuan yang mumpuni).
3. Syarat Idafiyah (mengetahui, mengahayati, dan menyelami manusia yang dihadapinya,
sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju tujuan yang
ditetapkan). Secara umum profesionalisme guru sebagai pendidik Islam adalah :
a. Bertaqwa
b. Berpengetahuan luas
c. Berlaku adil
d. Berwibawa
e. Ikhlas
f. Mempunyai tujuan yang Rabbani
g. Mampu Merencanakan dan Melaksanakan Evaluasi Pendidikan
h. Menguasai bidang yang ditekuni

B. SARAN

Dengan membac makalah kami, kami sebagai pemakalah mengaharap agar kita
makin bertakwa kepada allah swt dan kita ldapat mengamalkan ilmu yang ada pada
makalah ini

10
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesional Guru Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara,
2003).

Martinis Yamin, Profesionalisme Guru & Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2008).

M. Basuki, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Ponorogo: Stain Press, 2007),

Nanat Fattah Nasir, Pemberdayaan Kualitas Guru dalam Perspektif Islam, (Bandung: UPI,
2007)

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002).

Syaiful. Sagala., Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,


(Bandung:Alfabeta, 2011).

11

Anda mungkin juga menyukai