Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ada beragam julukan yang diberikan kepada sosok guru. Salah satu yang paling
dikenal adalah “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Julukan ini mengindikasikan betapa
besarnya peran dan jasa yang dilakukan guru, sehingga guru disebut sebagai
pahlawan.
Pekerjaaan guru adalah mendidik, yang menjadi pelaku utama dan bertanggung
jawab terhadap keberhasilan pendidikan. Guru itulah yang dapat menentukan
merah-hijaunya kelas selama proses pembelajaran. Mati dan hidupnya interaksi
pembelajaran di kelas sangat bergantung oleh kepiawaian seorang guru.1 Mendidik
itu merupakan suatu usaha yang amat kompleks, mengingat banyaknya kegiatan
yang harus diantisipasi untuk membawa anak didik menjadi orang yang lebih
dewasa. Kecakapan mendidik amat diperlukan agar tujuan pendidikan yang luas itu
dapat dicapai semaksimal mungkin. Ini berarti kinerja guru harus benar-benar
profesional.
Guru senantiasa memiliki hubungan yang khas dengan muridnya. Guru adalah
seseorang yang digugu dan ditiru oleh semua muridnya. Digugu artinya segala
sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai
kebenaran oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan yang datangnya dari sang
guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu lagi dibuktikan atau
diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru, artinya seorang guru menjadi suri
tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berpikir, cara berbicara hingga cara
berperilaku sehari-hari. Sebagai seseorang yang harus digugu dan ditiru seseorang
dengan sendirinya memiliki peran yang luar biasa dominannya bagi murid.2
Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan salah satu komponen
yang sangat penting, selain komponen lainnya seperti tujuan, kurikulum, metode,

1
Marijan, Cara Gampang Pengembangan Profesi Guru,(Yogyakarta: Sabda Media,
2012), h. 161
2
Muhammad Nurdin, Kiat menjadi guru Profesional, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2008), h. 17

1
sarana dan prasarana, lingkungan, dan evaluasi. Dianggap sebagai komponen yang
paling penting karena yang mampu memahami, mendalami, melaksanakan dan
akhirnya mencapai tujuan pendidikan adalah guru. Guru juga berperan penting
dalam kaitannya kurikulum, karena gurulah yang secara langsung berhubungan
dengan murid. Dengan demikian, guru berperan penting dalam hal sarana,
lingkungan, dan evaluasi karena gurulah yang mampu memanfaatkan sebagai
media pendidikan secara langsung bagi muridnya. Dengan demikian, makalah ini
akan membahas lebih dalam tentang hakikat guru sebagai profesi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian guru sebagai profesi?
2. Apa saja syarat guru dalam islam?
3. Apa saja ciri-ciri profesi keguruan?
4. Apa saja ciri guru yang profesional?
5. Apa saja peran dan fungsi guru?
6. Apa saja kriteria guru yang ideal?
7. Apa saja tugas guru?
8. Apa hak dan kewajiban guru?
9. Apa isi kode etik guru Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian guru sebagai profesi.
2. Mengetahui syarat guru dalam islam.
3. Mengetahui ciri-ciri profesi keguruan.
4. Mengetahui ciri guru yang profesional.
5. Mengetahui peran dan fungsi guru.
6. Mengetahui kriteria guru yang ideal.
7. Mengetahui tugas guru.
8. Mengetahui hak dan kewajiban guru.
9. Mengetahui kode etik guru Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Guru Sebagai Profesi
1. Pengertian guru
Ditilik dan ditelusuri dari bahasa aslinya, Sanskerta, kata guru adalah gabungan
dari kata gu dan ru. Gu artinya kegelapan, kejumudan atau kekelaman. Sedangkan
ru artinya melepaskan, menyingkirkan atau membebaskan.3
Secara etimologis, istilah guru berasal dari bahasa India yang artinya orang
yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara. Dalam tradisi agama Hindu,
guru dikenal sebagai ‘maharesi guru’, yakni para pengajar yang bertugas untuk
menggembangkan para calon biksu di bhinaya panti (tempat pendidikan bagi para
biksu). Dalam Bahasa Arab guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz yang
bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Dengan demikian, al-mualim atau
al-ustadz, dalam hal ini juga mempunyai pengertian orang yang mempunyai tugas
untuk membangun aspek spiritualitas manusia. Pengetian guru kemudian menjadi
semakin luas, tidak hanya sebatas dalam kegiatan keilmuan yang bersifat
kecerdasan spiritual (spiritual intelligence), dan kecerdasan intelektual (intellectual
intelligence), tetapi juga menyangkut kecerdasan kinestetik jasmaniah (bodily
kinesthetic). Semua kecerdasan itu pada hakikatnya juga menjadi bagian dari
kecerdasan ganda (multiple intelligence).4 Jadi, guru adalah manusia yang berjuang
terus-menerus dan secara gradual melepaskan manusia dari kegelapan. Dia
menyingkirkan manusia dari kejumudan pikiran. Dia berusaha membebaskan
manusia dari kebodohan yang membuat hidup mereka jauh dari ajaran Tuhan. Dia
berikhtiar melepaskan manusia dari kekelaman yang mengungkung yang membuat
perilaku mereka buruk layaknya hewan. Dengan demikian, guru dapat diartikan
sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
dalam semua aspeknya, baik spiritual, dan emosional, intelektual, fisikal, maupun
aspek lainnya.

3
Amka Abdul Aziz, Guru Profesional Berkarakter, (Klaten: Cempaka Putih, 2012), h. 1
4
Suparlan, Menjadi Guru Efektif,(Yogyakarta: Hikayat , 2005), h. 12

3
Dari makna yang dikandungnya jelas guru bukan sekadar profesi yang
mendatangkan uang selazimnya sebuah profesi. Bukan pula profesi yang dapat
mendatangkan gemerlap dunia kepada yang melakoninya. Guru adalah profesi di
mana seseorang menanamkan nilai-nilai kebajikan ke dalam jiwa manusia.
Membentuk karakter dan kepribadian manusia. Lebih dari itu, guru adalah sosok
mulia. Seseorang yang berdiri di depan dalam teladan tutur kata dan tingkah laku,
yang di pundaknya melekat tugas sangat mulia menciptakan sebuah generasi yang
sempurna.
Dari aspek lain, beberapa pakar pendidikan merumuskan pengertian guru
dengan definisi tertentu. Menurut Poerwadarminta, guru adalah orang yang
kerjanya mengajar. Definisi ini hanya menyebutkan satu sisi, yaitu sebagai
pengajar, tidak termasuk pengertian guru sebagai pendidik dan pelatih. Sementara
itu Zakiyah Daradjat menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional karena
guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-
anak. Dalam hal ini, orang tua harus tetap sebagai pendidik yang pertama dan utama
bagi anak-anaknya. Sedangkan guru adalah tenaga profesional yang membantu
orang tua untuk mendidik anak-anak pada jenjang pendidikan sekolah.
Dalam Surat Edaran (SE) Mendikbud dan Kepala BAKN Nomor
57686/MPK/1989 dinyatakan lebih spesifik bahwa “Guru ialah pegawai negeri sipil
(PNS) yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab oleh pejabat yang
berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah (termasuk hak yang melekat
dalam jabatan)”. Dalam SE tersebut dijelaskan bahwa seorang guru memiliki tugas,
wewenang, tanggung jawab, dan hak yang melekat didalamnya untuk
melaksanakan pendidikan di sekolah. Pengertian pendidikan tersebut pada akhirnya
juga akan menyangkut semua aspek kecerdasan.5
2. Pengertian profesi
Secara etimologi, profesi berasal dari istilah Bahasa Inggris profession atau
bahasa Latin profecus, yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan mampu,
atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.

5
Ibid, h. 15

4
Secara terminologi, profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada
pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental yang dimaksudkan
di sini adalah adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk
melakukan perbuatan praktis.6 Menurut Dr. Sikun Pribadi, profesi itu pada
hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan
mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena
orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.7
Ada tiga pilar pokok yang ditunjukkan untuk suatu profesi, yaitu pengetahuan,
keahlian dan persiapan akademik. Pengetahuan adalah segala fenomena yang
diketahui yang disistematisasikan sedemikian rupa sehingga memiliki daya
prediksi, daya control, dan daya aplikasi tertentu. Pada tingkat yang lebih tinggi,
pengetahuan bermakna kapasitas kognitif yang dimiliki oleh seseorang melalui
proses belajar. Keahlian bermakna penguasaan substansi keilmuan, yang dapat
dijadikan acuan dalam bertindak. Keahlian juga bermakna kepakaran dalam cabang
ilmu tertentu untuk dibedakan dengan kepakaran lainnya. Persiapan akademik
mengandung makna bahwa untuk mencapai derajat professional, diperlukan
persyaratan pendidikan khusus, berupa pendidikan prajabatan yang dilaksanakan
pada lembaga pendidikan formal.8
Guru merupakan tenaga profesi dalam pendidikan dan pengajaran. Dengan
mengutip pendapat Westby-Gybon, Sambas Soerjadi menyebutkan beberapa
persyaratan suatu pekerjaan disebut sebagai profesi. Pertama, adanya pengakuan
oleh masyarakat dan pemerintah mengenai bidang layanan tertentu yang hanya
dapat dilakukan karena keahlian tertentu dengan kualifikasi tertentu yang berbeda
dengan profesi lain. Kedua, bidang ilmu yang menjadi landasan teknik dan prosedur
kerja yang unik. Ketiga, memerlukan persiapan yang sengaja dan sistematis
sebelum orang mengerjakan pekerjaan professional tersebut. Keempat, memiliki

6
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan; Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan,(Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 20-21
7
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru;Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), h. 1-2
8
Ibid, h. 22

5
mekanisme yang diperlukan untuk melakukan seleksi secara efektif sehingga hanya
yang dianggap kompetitiflah yang diperbolehkan melaksanakan bidang pekerjaan
tersebut. Kelima, memiliki organisasi profesi yang di samping melindungi
kepentingan anggotanya juga berfungsi untuk meyakinkan agar para anggotanya
menyelenggarakan layanan keahlian terbaik yang dapat diberikan.9
Jadi, pengertian guru sebagai profesi menurut saya adalah orang yang ahli
dalam bidang tertentu dan memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengajar,
membimbing dan mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik terkait
dalam aspek spiritual, emosional, intelektual, dan fisikal, ataupun aspek lainnya.

B. Syarat Guru dalam Islam


Secara umum syarat profesionalisme guru sebagai pendidik dalam islam:
1. Sehat jasmani dan ruhani
2. Bertakwa
3. Berilmu pengetahuan yang luas
4. Berlaku adil
5. Berwibawa
6. Ikhlas
7. Mempunyai tujuan yang Rabbani
8. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan
9. Menguasai bidang yang ditekuni10

C. Ciri-Ciri Profesi Keguruan


Ciri-ciri profesi keguruan menurut NEA (National Education Association)
1948 adalah sebagai berikut.
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual
2. Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus
3. Jabatan yang memerlukan persiapan latihan yang lama
4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan

9
Suparlan, Menjadi Guru Efektif,…. h. 20
10
Muhammad Nurdin, Kiat menjadi guru Profesional,…..,h.130-154

6
5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen
6. Jabatan yang menentukan standarnya sendiri
7. Jabatan yang mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi
8. Jabatan yang mempunyai orgaisasi profesional yang kuat dan terjalin erat11

D. Ciri Guru Profesional


1. Memiliki keahlian dalam mendidik, seperti:
a. Memiliki kemampuan intelektual yang memadai.
b. Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan.
c. Keahlian mentransfer ilmu pengetahuan, atau metodologi pembelajaran.
d. Memahami konsep perkembangan anak atau psikologinya.
e. Kemampuan mengorganisir dan problem solving.
f. Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik.
g. Kemampuan menguasai bahan yang akan diajarkan.
h. Kemampuan mengelola kelas.
i. Kemampuan monitoring dan evaluasi secara objektif.
2. Memiliki semangat dan motifasi untuk belajar.
3. Memiliki visi dsn misi yang jelas atau target dan tujuan yang jelas dalam
mengajar.
4. Memiliki pengetahuan management dan mampu mengaplikasikannya dalam
kelas dengan efektif dan optimal.
5. Memiliki kemampuan komunikasi dengan siswa dan orang tua murid dengan
baik.
6. Memiliki semangat yang tinggi dan yakin akan perubahan untuk lebih baik.
7. Memiliki pengetahuan tentang perkembangan dan kebutuhan pendidikan
secara nasional.
8. Mengetahui tentang kuikulum pendidikan.

11
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 27-29

7
9. Memiliki keinginan yang besar dan usaha besar untuk memberikan yang
terbaik dan menjadikan siswanya yang terbaik dalam pendidikan yang
dilakukan.
10. Memiliki kerjasama yang baik dan efektif dengan mitra kerja sesama guru.
11. Memiliki komitmen yang tinggi untuk memajukan sekolah dan loyalitas
tinggi kepada sekolah.12

E. Peran dan Fungsi Guru


1. Guru sebagai Educator (pendidik)
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi
para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung
jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Guru harus memahami nilai-nilai,
norma moral dan sosial, serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dngan
nilai dan norma tersebut. Sebagai pendidik guru harus berani mengambil
keputusan secara mandiri berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan
lingkungan.
2. Guru sebagai Fasilitator
Guru bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan mengembangkan
bakatnya secara pesat yang termasuk memberikan bantuan teknis, arahan,
atau petunjuk kepada peserta didik.
3. Guru sebagai Pembimbing (Supervisor)
Guru harus merumuskan tujuan, mengarahkan (memberikan bimbingan
teknis), memantau dan menilai kemampuan peserta didik.
4. Guru sebagai Penilai (Evaluator)
Guru sebagai penilai, artinya guru itu menyusun instrument penilaian,
melaksanakan penilaian dalam berbagai bentuk dan jenis penilaian dan
menilai pekerjaan peserta didik.

12
Maukuf Al-Masykuri, Guru Harapa Bangsa, (Jakarta: Muda Cendekia, 2011), h. 85

8
5. Guru sebagai Orang tua
Seorang guru berperan sebagai orang tua peserta didiknya di sekolah, guru
dalam proses pendidikan ini diharapkan mampu memposisikan dirinya
antara para anak didiknya seakan-akan seperti oranng tua yang senantiasa
membimbing putra-putrinya menjadi orang yang lebih baik dari dirinya.
6. Guru sebagai Pemimpin (Leader)
Guru dalah seorang pemimpin, dimana guru dituntut untuk dapat
mengarahkan dan memimpin siswanya ke jalan yang benar, memberikan
tauladan, nasihat dan arahan-arahan sehingga siswanya tidak mengalami
salah jalan dan tujuan dalam kehidupannya.
7. Guru sebagai Konselor
Seorang guru juga sebagai konselor, karena guru professional adalah guru
yang mampu menjadi sahabat dan teladan siswanya, serta mampu
menciptakan suasana belajar yang kondusif, nyaman dan menyenangkan.13
8. Guru sebagai Motivator
Guru harus senantiasa memotivasi siswanya untuk menguasai materi
pelajaran, bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya, dan guru
memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan kemampuan dan perbedaan
individual peserta didik.
9. Guru sebagai Manager
Guru sebagai manager artinya mengawal pelaksanaan tugas dan fungsi
berdasarkan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.
10. Guru sebagai Inovator
Guru sebagai inovator, artinya melakukan kegiatan kreatif dan menemukan
strategi, metode, cara-cara, atau konsep-konsep yang baru dalam
pengajaran.14

F. Kriteria Guru Ideal


1. Menguasai materi pelajaran secara mendalam.

13
Maukuf Al-Masykuri, Guru Harapa Bangsa,….., h. 77-82
14
Suparlan, Menjadi Guru Efektif,…. h.31-32

9
2. Komunikatif dan dialogis.
3. Tidak terlalu menekan dan memaksa. Guru berusaha mengajar secara alami,
tidak terlalu menekan dan memaksa muridnya dalam memahami suatu
materi.
4. Humoris tapi serius. Salah satu ciri guru ideal adalah brwatak dinamis,
kompetitif tapi juga humoris. Di tengah kepenatan pikiran, keletihan fisik,
dan kebosanan berpikir, humor sangat diperlukan.15
5. Orang yang mempunyai kompetensi tinggi dengan banyak membaca,
menulis, dan meneliti. Ia adalah figur yang senang dengan pengembangan
diri terus menerus, tidak merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki.
6. Mempunyai moral yang baik, bisa menjadi teladan, dan memberi contoh
perbuatan, tidak sekadar menyuruh dan berorasi.
7. Mempunyai skill yang memadai untuk berkompetisi dengan elemen bangsa
yang lain dan sebagai sumber inspirasi dan motivasi kepada anak didik.
8. Mempunyai kreativitas dan inovasi tinggi dalam mengajar sehingga
menarik dan memuaskan anak didik.
9. Mempunyai tanggung jawab sosial dengan ikut berpartisipasi dalam
menyelesaikan problem-problem sosial kemasyarakatan.16

G. Tugas Guru
1. Tugas dalam bidang profesi, artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus. Contohnya: mendidik, melatih, dan mengajar
untuk mentransfer ilmu pengetahuan, mengembangkan nilai-nilai hidup,
serta mengembangkan keterampilan anak didik.
2. Tugas dalam bidang kemanusiaan, artinya guru mencerminkan dirinya
kepada anak didik sebagai orang tua kedua. Dengan demikiaan, anak didik
tergugah mendapatkan perhatian yang terarah dan bergairah untuk belajar
secara tekun.

15
Jamal Mamur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, Dan Inovatif,
(Yogyakarta: Diva Press, 2014), h. 113-137
16
Ibid, h. 31

10
3. Tugas dalam bidang kemasyarakatan, artinya guru hendaknnya mampu
menjadikan masyarakat yang berilmu pengetahuan, menuju pembentukan
manusia seutuhnya.17

H. Hak dan Kewajiban Guru


Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan tentang hak-hak pendidik dan tenaga kependidikan sebagai berikut.
Pendidik dan tenaga pendidik berhak memperoleh:
a. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan social yang pantas dan memadai;
b. Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
c. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektualnya; dan
d. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, fasilitas pendidikan
untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas (Pasal 40 ayat 1).
Dalam pasal 40 ayat 2 UU Nomor 20 Tahun 2003 dinyatakan lebih lanjut
bahwa pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kewajiban sebagai berikut.
Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:
a. Menciptakan suasana pendidikan yag bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis.
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan; dan
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.18
Menurut Imam al-Ghazali, kewajiban yang harus diperhatikan oleh seorang
pendidik adalah sebagai berikut.
1. Harus menaruh kasih sayang terhadap anak didik, dan memperlakukan
mereka seperti perlakuan anak sendiri.

17
Nuni Yusvavera Syatra, Desain Relasi Efektif Guru dan Murid, (Yogyakarta: Buku
Biru, 2013), h. 61
18
Suparlan, Menjadi Guru Efektif,….., h. 42-44

11
2. Tidak mengharapkan balas jasa atau ucapan terima kasih. Melaksanakan
tugas mengajar bermaksud untuk mencari keridhaan dan mendekati diri pada
Tuhan.
3. Memberikan nasihat kepada anak didik pada setiap kesempatan.
4. Mencegah anak didik dari suatu akhlak yang tidak baik.
5. Berbicara kepada anak didik sesuai dengan bahasa dan kemampuan mereka.
6. Jangan menimbulkan rasa benci pada anak didik mengenai cabang ilmu yang
lain (tidak fanatik pada bidang studi).
7. Kepada anak didik di bawah umur, diberikan penjelasan yang jelas dan
pantas buat dia, dan tidak perlu disebutkan padanya rahasia-rahasia yang
terkandung di dalam dan di belakang sesuatu, supaya tidak menggelisahkan
pikirannya.
8. Pendidik harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan
perbuatannya.19

I. Kode Etik Guru Indonesia


Kode etik guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan
diterima oleh guru-guru Indonesia. Menurut Basumi (Ketua Umum PGRI,1973),
kode etik guru Indonesia adalah landasan moral dan pedoman tingkah laku guru
warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai
guru.20
Kode Etik Guru Indonesia
Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Negara, serta kemanusiaan pada
umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dans setia pada Undang-
Undang Dasar 1945 turut bertanggung jawab atas terjwujudnya cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, guru Indonesia
terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan berpedoman dasar-dasar berikut.

19
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),h.16-17
20
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,….., h.
32-34

12
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksankan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara atau meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pengertian guru sebagai profesi adalah orang yang ahli dalam bidang tertentu
dan memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengajar, membimbing dan
mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik terkait dalam aspek spiritual,
emosional, intelektual, dan fisikal, ataupun aspek lainnya.
Syarat guru dalam Islam yaitu sehat jasmani dan ruhani, bertakwa, berilmu
pengetahuan yang luas, berlaku adil, berwibawa, ikhlas, mempunyai tujuan yang
rabbani, mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan, dan
menguasai bidang yang ditekuni.
Peran dan fungsi guru itu yaitu guru sebagai educator, fasilitator, pembimbing,
penilai, orang tua, pemimpin, konselor, motivator, manager, dan inovator.
Tugas guru itu meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang
kemasyarakatan.
Kode etik guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima
oleh guru-guru Indonesia. Kode etik guru Indonesia adalah landasan moral dan
pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan
pengabdiannya bekerja sebagai guru.

B. Saran
Sebagai makhluk yang banyak memiliki kekurangan, serta sama halnya dengan
makalah ini yang masih banyak ketidaklengkapan materi didalamnya maupun
penyampaian. Sehingga penulis berharap atas kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca, yang nantinya kritik dan saran tersebut tentu akan kami gunakan
dalam pembuatan makalah selanjutnya demi terwujudnya tujuan bersama.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz, Amka., Guru Profesional Berkarakter, (Klaten: Cempaka Putih,


2012)
Al-Masykuri, Maukuf., Guru Harapa Bangsa, (Jakarta: Muda Cendekia,
2011)
Danim, Sudarwan., Inovasi Pendidikan; Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002)
Hamalik, Oemar., Pendidikan Guru;Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006)
Mamur Asmani, Jamal., Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, Dan Inovatif,
(Yogyakarta: Diva Press, 2014)
Marijan, Cara Gampang Pengembangan Profesi Guru, (Yogyakarta: Sabda
Media, 2012)
Naim, Ngainun., Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009)
Nurdin, Muhammad., Kiat menjadi guru Profesional, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008)
Rusman., Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013)
Suparlan., Menjadi Guru Efektif, (Yogyakarta: Hikayat , 2005)
Yusvavera Syatra, Nuni., Desain Relasi Efektif Guru dan Murid,
(Yogyakarta: Buku Biru, 2013)

15

Anda mungkin juga menyukai