Anda di halaman 1dari 5

Nama : Alya Khairina Munir

NIM : 701220045
Kelas : 1E (Sistem Informasi)

A. Konsep dan Urgensi Pancasila alam Arus Sejarah Bangsa Indonesia


1. Periode Pengusulan Pancasila
Cikal bakal munculnya ideologi bangsa itu diawali dengan lahirnya rasa nasionalisme
yang menjadi pembuka ke pintu gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal tersebut
merupakan modal politik awal yang sudah dimiliki tokoh-tokoh pergerakan sehingga
sidang-sidang maraton BPUPKI yang difasilitasi Laksamana Maeda, tidak sedikitpun ada
intervensi dari pihak penjajah Jepang.
Dengan demikian, Pancasila tidaklah sakti dalam pengertian mitologis, melainkan
sakti dalam pengertian berhasil memenuhi keabsahan prosedural dan keabsahan esensial
sekaligus.
2. Periode Perumusan Pancasila
Perumusan pancasila dimulai dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 – 16 Juli 1945
adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal
dengan nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan
kemerdekaan Indonesia. Sehari setelah peristiwa itu, 7 Agustus 1945, Pemerintah
Pendudukan Jepang di Jakarta mengeluarkan maklumat yang berisi pertengahan Agustus
1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia (PPKI), panitia itu
rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19 Agustus 1945, Pada
tanggal 8 Agustus 1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal Terauchi
(Penguasa Militer Jepang di Kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan di Saigon,
Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi Minh). Ketiga tokoh tersebut diberi
kewenangan oleh Terauchi untuk segera membentuk suatu Panitia Persiapan
Kemerdekaan bagi Indonesia sesuai dengan maklumat Pemerintah Jepang 7 Agustus
1945 tadi.
Jatuhnya Bom di Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika dan sekutu
akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang meluluh
lantahkan kota tersebut sehingga menjadikan kekuatan Jepang semakin lemah. Kekuatan
yang semakin melemah, memaksa Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu
pada 14 Agustus 1945. PPKI yang semula dibentuk Jepang karena Jepang sudah kalah
dan tidak berkuasa lagi, maka para pemimpin nasional pada waktu itu segera mengambil
keputusan politis Keputusan politis penting itu berupa melepaskan diri dari bayang-
bayang kekuasaan Jepang dan mempercepat rencana kemerdekaan bangsa Indonesia

3. Periode Pengesahan Pancasila


Pada 12 Agustus 1945, ketika itu Soekarno, Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat
dipanggil oleh penguasa militer Jepang di Asia Selatan ke Saigon untuk membahas
tentang hari kemerdekaan Indonesia sebagaimana yang pernah dijanjikan. Pada 15
Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Rajiman kembali ke Indonesia. Kedatangan mereka
disambut oleh para pemuda yang mendesak agar kemerdekaan bangsa Indonesia
diproklamasikan secepatnya karena mereka tanggap terhadap perubahan situasi politik
dunia pada masa itu. Teks kemerdekaan itu didiktekan oleh Moh.
Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada dini hari. Dengan demikian, naskah bersejarah
teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini digagas dan ditulis oleh dua tokoh
proklamator tersebut sehingga wajar jika mereka dinamakan Dwitunggal. Rancangan
pernyataan kemerdekaan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI yang diberi nama
Piagam Jakarta, akhirnya tidak dibacakan pada 17 Agustus 1945 karena situasi politik
yang berubah. Pada 18 Agustus 1945, PPKI bersidang untuk menentukan dan
menegaskan posisi bangsa Indonesia dari semula bangsa terjajah menjadi bangsa yang
merdeka.
Sejarah bangsa Indonesia juga mencatat bahwa rumusan Pancasila yang disahkan
PPKI ternyata berbeda dengan rumusan Pancasila yang termaktub dalam Piagam Jakarta.
Tuntutan ini ditanggapi secara arif oleh para pendiri negara sehingga terjadi perubahan
yang disepakati, yaitu dihapusnya 7 kata yang dianggap menjadi hambatan di kemudian
hari dan diganti dengan istilah “Yang Maha Esa”.

B. Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia Pancasila sebagai identitas bangsa
Indonesia merupakan konsekuensi dari proses inkulturasi dan akulturasi tersebut.
Perwujudan dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri yang diyakini kebaikan dan
kebenarannya, Sebelum ditetapkannya Pancasila sebagai dasar yang sah, Indonesia memang
sudah sejak dahulu menganut nilai-nilai budaya luhur yang telah tercipta di tengah-tengah
masyarakat nenek moyang Indonesia.
Pancasila digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri yang sudah ada, tumbuh, dan
berkembang berabad-abad lamanya.
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Ini berarti, Pancasila sebagai
pandangan hidup merupakan petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan
kehidupan di segala bidang.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat Indonesia. Pancasila tela ada sejak dahulu kala bersamaan dengan adanya bangsa
Indonesia (Bakry, 14: 157). Perjanjian luhur maksudnya adalah nilai-nilai Pancasila sebagai
jiwa bangsa dan kepribadian bangsa disepakati oleh pendiri negara (political consensus)
sebagai dasar negara Indonesia (Bakry, 1994: 161). Pancasila disepakati oleh seluruh rakyat
Indonesia sebagai milik bangsa yang harus diamalkan serta dilestarikan.

C. Sumber Historis, Sosiologis, Politis, tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah


Bangsa Indonesia
Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan
disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa
Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. Agar nilai-nilai
Pancasila selalu melekat dalam kehidupan bangsa Indonesia, maka . nilai-nilai yang
terkandung dalam setiap Pancasila tersebut kemudian dirumuskan dan disahkan menjadi
dasar Negara.
Sebagai sebuah dasar Negara, Pancasila harus selalu dijadikan acuan dalam bertingkah
laku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semua peraturan perundang-
undangan yang ada juga tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai
kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil
konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang
diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses
refleksi filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000: 13). Dengan kata lain, nilai-nilai
Pancasila berasal dari kehidupan sosiologis masyarakat Indonesia.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Budiardjo (1998:32) sebagai berikut: “Ideologi
politik adalah himpunan nilai-nilai, ide, norma-norma, kepercayaan dan keyakinan, suatu
“Weltanschauung”, yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang, atas dasar mana dia
menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema politik yang dihadapinya dan yang
menentukan tingkah laku politiknya. ” Namun demikian, bukan berarti etika politik Pancasila
tidak mampu menjadi alat atau cara menelaah sebuah Pancasila. Kendala pertama dapat
diatasi dengan cara membuka lebar-lebar pintu etika politik Pancasila terhadap kritik dan
koreksi dari manapun, sehingga ia tidak terjebak pada lingkaran itu.

D. Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian Sejarah


Bangsa Indonesia
Bisa dikatakan bahwa generasi wajib bela negara jatuh pada zaman orde baru Tekad
pemerintahan yang dibawah kendali Presiden Suharto adalah melaksanakan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen . Pada era Orde Baru, salah satu
upaya konkrit Pemerintah dalam rangka penanaman nilai-nilai Pancasila, adalah melalui
penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Tujuannya antara lain
adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila sehingga dengan
pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan
terpelihara. Tetapi pada sisi yang lain, keteraturan, ketenangan dan kedamaian oleh sebagian
kalangan dianggap sebagai gejala yang nampak dipermukaan saja, sebagai bentuk ketakutan
atas politik represif rezim Orde Baru.
Redaksi Pancasila beserta butir- butirnya dihafal tetapi tidak dipraktekkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak dalam
posisi sebenarnya sehingga nilai-nilai Pancasila menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa
dan bernegara.
Proses globalisasi yang terjadi telah menggerogoti Pancasila melalui teknologi dan gaya
hidup sehingga memengaruhi dinamika kehidupan masyarakat Indonesia. Adanya proses
liberalisasi yang telah masuk ke Indonesia membuat banyak nilai yang tidak sesuai dengan
pancasila lagi.

E. Esensi dan Urgensi Pancasila Dalam Sejarah Bangsa Indonesia untuk Masa Depan
Sebagai sebuah filsafat, di dalam Pancasila terkandung sebuah pandangan, nilai- nilai
serta suatu pemikiran yang menjadikannya inti utama dari sebuah ideologi. Pancasila sebagai
sebuah filsafat merupakan cerminan sebuah pemikiran yang kristis dan rasoinal tentang
kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa secara mendasar dan
menyeluruh. Filsafat Pancasila ditujukan untuk semua orang dan bukan hanya untuk bangsa
Indonesia saja, sebab didalamnya terkandung konsep kehidupan secara luas dan tidak
terbatas. Sebab didalam Pancasila menjelaskan tentang keberadaan Tuhan serta kehidupan
masyarakat Indonesia yang majemuk adalah sesuatu yang nyata (real).
Dilihat dari segi aksiologi, Pancasila memiliki nilai-nilai yang mendasari terciptanya
sebuah hak dan kewajiban warga negara didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang majemuk. Nilai-nilai tersebut merupakan cerminan dari kehidupan bangsa
yang memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Pancasila sebagai dasar negara berperan
sebagai pedoman bagi bangsa Indonesia yangmenuntun kita dalam bersikap. Pancasila dapat
memberikan arah tentang hukum harus menciptakan keadaan negara yang lebih baik dengan
berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Dengan Pancasila, perpecahan bangsa Indonesia akan mudah dihindari karena pandangan
Pancasila bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan keseimbangan, keselarasan, dan
keserasian sehingga perbedaan apapun ang ada dapat dibina menjadi suatu pola kehidupan
yang dinamis, penuh dengan keanekaragaman yang berada dalam satu keseragaman yang
kokoh (Muzayin, 1992: 16). Hasil Survei yang dilakukan KOMPAS yang dirilis pada 1 Juni
2008 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang Pancasila merosot secara tajam,
yaitu 48,4% responden berusia 17 sampai 29 tahun tidak mampu menyebutkan silai- sila
Pancasila secara benar dan lengkap. Pancasila dijadikan sebuah ideologi perekat bagi
pembentukan negara-bangsa yang kemudian kita kenal dengan Indonesia. Nilai-yang
terkandung didalam Pancasila, dengan unsur 5 sila yang ada tersebut adalah nilai-nilai dan
cita-cita yang tidak dipaksakan dari luar, melainkan saripati digali dan diambil dari harta
kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat Indonesia.
Hal ini kemudian mengakibatkan Pancasila kehilangan tujuan utama sebagai pemersatu
dan sebagai nilai dasar bangsa. indoktrinasi yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru
melalui pelaksanaan P4 (Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan Pancasila) yang digunakan
hanya sebagai control terhadap masyarakat untuk mengamankan kekuasaan, berlanjut dengan
pelaksanaan asas tunggal pada era 80-an bagi seluruh organisasi politik. Hal ini sangat jauh
bertentangan dengan sifat Pancasila sebagai Ideologi yang terbuka yang bersifat dinamis
(tanpa kehilangan nilai-nilainya) dan menghargai serta melindungi kemajemukan (Bhineka
Tunggal Ika). Pancasila sebagai dasar negara atau ideologi negara terlahir dan telah
membudaya di dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Pada kenyataannya, nilai-nilai Pancasila masih belum dapat dipahami dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai