Oleh :
Kelompok II
1. Juli Elprida Hutagalung (5173351019)
2. Noerdhafa Fadhillah (5173351033)
3. Simson Nainggolan (5173351043)
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Aliran Filsafat Pendidikan
Idealisme, Realisme, dan Materialisme” tepat pada waktunya. Makalah ini kami tulis untuk
memenuhi tugas pada matakuliah Filsafat Pendidikan yang diampu oleh Bapak Drs. Wesly
Silalahi, M.Pd. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah
pengetahuan mengenai Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme, Realisme, dan Materialisme.
Kami berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam mengerjakan
makalah ini. Dan kami tidak lupa juga berterimahkasih kepada dosen pengampu yang telah
membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.
Kami minta maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam tulisan makalah ini,
karena pada pada dasar nya kami masih seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran. Kami harapkan adanya saran dan kiritikan pada makalah kami ini agar
makalah kami ini menjadi lebih baik.
Atas perhatiannya kami ucapkan TERIMAKASIH.
Kelompok II
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar Halaman Judul ii
Daftar Isi Halaman Judul iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulis 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aliran Filsafat Pendidikan 2
2.2 Aliran Idealisme 2
2.3 Aliran Realisme 5
2.4 Aliran Materialisme 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
d. Seluruh realitas sangat bersifat mental (spiritual, psikis). Materi dalam bentuk fisik
tidak ada.
e. Hanya ada aktivitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada. Dunia eksternal tidak
bersifat fisik.
Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide gagasan, pemikiran, akal-
pikir atau kedirian daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek dan daya-daya
material. Idealisme menekankan akal pikir sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi
dan bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi
adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa (mind). Hal itu sangat berlawanan
dengan materialisme yang berpendapat bahwa materi adalah nyata ada, sedangkan akal-pikir
(mind) adalah sebuah fenomena pengiring.
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan
fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap.
Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik,
benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada
hakikatnya nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari
alam semesta.
1. Implikasi Aliran Filsafat Idealisme
Implikasi atau keterlibatan filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar,
serta kebaikan sosial.
b. Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan
praktis untuk memperoleh pekerjaan.
c. Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan
yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
d. Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan
dasarnya.
e. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui
kerja sama dengan alam.
3
c. Idealisme Personal/ personalisme
4
2.3 Aliran Realisme
Memasuki abad ke-20, realisme muncul. Real berarti yang aktual atau yang ada, kata
tersebut menunjuk kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh,
artinya yang bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan
apa yang ada. Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara
dualitis. Realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis.
Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rahani.
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subyek yang menyadari dan
mengetahui disatu pihak, dan dipihak lainnya adalah adanya realita diluar manusia, yang
dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.
1. Implikasi Aliran Filsafat Realisme
Power (1982) mengemukakan implikasi pendidikan realisme sebagai berikut :
a. Tujuan Pendidikan, untuk Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial
b. Peranan guru, Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar, dan dengan
keras menuntut prestasi dari siswa
c. Kurikulum, Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna.
Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
d. Metode, Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung.
Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode Conditioning (SR) merupakan
metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
5
dengan apa yang dipandang baik. Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap
diidentikkan sebagai sebagi upaya pelaksanaan psikologi behaviorisme ke dalam ruang
pengajaran.
Murid adalah sosok yang mengalami inferiorisasi secara berlebih sebab ia dipandang
sama sekali tidak mengetahui apapun kecuali apa-apa yang telah pendidikan berikan. Di sini
dalam pengajaran setiap siswa akan subjek didik tak berbeda dengan robot. Ia mesti tunduk
dan takluk sepatuh-patunya untuk diprogram dan mengerti materi-materi yang telah
ditetapkan sedemikian rupa.
Pada ujung pendidikan, realisme memiliki proyeksi ketika manusia akan dibentuk untuk
hidup dalam nilai-nilai yang telah menjadi common sense sehingga mereka mampu
beradaptasi dengan lingkungan-lingkungan yang ada. Sisi buruk pendidikan model ini
kemudian cenderung lebih banyak dikendalikan skeptisisme positivistik, ketika mereka dalam
hal apa pun akan meminta bukti dalam bentuk-bentuk yang bisa didemonstrasikan secara
indrawi.
Realisme memiliki pula jasa bagi perkembangan dunia pendidikan. Salah satunya adalah
dengan temuan gagasan Crezh, salah seorang pendidik di Mosenius pada abad ke-17 dengan
karya Orbic Pictus-nya. Pada periode itu, temuan Orbic Pictus sempat mengejutkan dunia
pendidikan dan dipandang sebagai gagasan baru. Ini disebabkan oleh paling tidak ada periode
tersebut belum ada satupun yang memiliki pemikiran untuk memasukkan alat bantu visual
separti gambar-gambar perlu digunakan dalam pengjaran anak, terutama dalam mempelajari
bahasa.
Diabad selanjutnya, yaitu ke-18 menjelang abad 19, gagasan Moravi ini menginspirasi
seorang pestalozzi. Ia menghadirkan objek-objek peraga fisik dalam ruang pengajaran di
dalam kelas.
Corak lain pendidikan realisme adalah tekanan-tekanan hidup yang terarah kedalam
pengaturan-pengaturan serta keteraturan yang bersifat mekanistik. Meskipun tidak semua
pengaturan yang bersifat mekanistik buruk, apa yang diterapkan realisme dalam ruang
pendidikan melahirkan berbagai hal yang kemudian menuai banyak kecaman sebab telah
menjadi penyebab berbagai dehumanisasi.
6
b. Setiap mata pelajaran harus memiliki out-line; garis besar proses belajar mengajar,
silabus dan rencana pembelajaran, dan sudah ada pada awal pembelajaran.
c. Pada pertemuan awal atau permulaan pembelajaran, guru harus menyampaikan
informaasi tentang garis-garis besar pembelajaran yang akan dipelajari peserta didik.
d. Kelas harus diperkarya dengan gambar-gambar, peta, animasi, foto, hasil karya peserta
didik dan sejenisnya yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar tyang
diberikan atau dilaksanakan.
e. Pembelajaran harus berlangsung secara sukses atau saling berkesinambungan dengan
pelajaran sebelumnya sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh dan mengikuti
perkembangan pengetahuan secara terus menerus.
f. Setiap aktivitas yang dilakukan guru bersama peserta didik hendaknya membantu untuk
pengembangan hakikat manusia, dan kepada peserta didik ditunjukkan kepentingan
yang praktis dari setiap sistem nilai.
g. Pelajaran dalam subjek yang sama diperuntukkan bagi semua peserta didik.
7
a. Apa yang dikatakan jiwa ( mind ) dan segala kegiatannya ( berfikir, memahami )
adalah suatu gerakan yang kompleks dari otak, sistem urat saraf, atau organ yang lain.
b. Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan
kesenangan, serta kebebasan hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan.
8
pendidikan secara factual. Memilih aliran positivisme berarti menolak filsafat pendidikan dan
mengutamakan sains pendidikan.
Dikatakan positivisme,karena mereka beranggapan bahwa yang dapat kita pelajari
hanyalah yang mendasarkan fakta-fakta,berdasarkan data-data yang nyata,yaitu yang mereka
namakan positif.
9
banyak kritikan namun juga memilik kelebihan. Dan adapun kelebihan dan kelemahan yang
dimiliki oleh aliran filsafat materialisme dalam pendidikan adalah:
Kelebihannya:
Teori-teorinya jelas berdasarkan teori-teori pengetahuan yang sudah umum.
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan
diorganisasi,selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi, pelajaran berprogram dan kompetensi
Kelemahannya:
Dalam dunia pendidikan aliran materialisme hanya berpusat pada guru dan tidak
memberikan kebebasan kepada siswanya, baginya guru yang memiliki kekuasan untuk
merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan
karakter hasil belajar siswa. Sedangkan siswa tidak ada kebebasan, perilaku ditentukan
oleh kekuatan dari luar, pelajaran sudah dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup,
mereka dituntut untuk belajar.
Di kelas, anak didik hanya disodori setumpuk pengetahuan material, baik dalam buku-
buku teks maupun proses belajar mengajar. Yang terjadi adalah proses pengayaan
pengetahuan kognitif tanpa upaya internalisasi nilai. Akibatnya, terjadi kesenjangan yang
jauh antara apa yang diajarkan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan sehar-hari anak
didik. Pendidikan agama menjadi tumpul, tidak mampu mengubah sikap-perilaku
mereka.
10
subjektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda. Jadi,semua
fenomena social maupun fenomena psikologis adalah merupakan bentuk-bentuk
tersembunyi dari realitas fisik. Hubungan-hubungannya dapat berubah secara kausal.
Pendidikan, dalam hal ini proses belajar mengajar, merupakan kondisionisasi
lingkungan, yakni perilaku akan dapat muncul pada diri peserta didik melalui pembiasaan,
serta perilaku adalah hal-hal yang berubah, dapat diamati dan dapat diukur. Hal ini
mengandung makna bahwa dalam proses pendidikan (proses pembelajaran) penting
keterampilan dan pengetahuan akademis yang empiris sebagai hasil kajian sains, serta
perilaku sosial sebagai hasil belajar. Disasmping itu dalam pendidikan sangat diperlukan
adanya penguat yang akan meningkatkan hubungan antara stimulus dan respon, aksi dan
reaksi. Pandangan ini mengarah kepada reaktivitas manusia dengan mendapatkan hasil atau
pemuasan dari lingkungan mendorong aktivitas yang semakin meningkat untuk meraih
kesuksesan yang memungkinkan meraih hasil yang lebih baik lagi.
Cabang materialism yang banyak diperhatikan orang dewasa ini,dijadikan sebagai
landasan berpikir adalah “positivisme”. Menurut positivism,kalau sesuatu itu memang
ada,maka adanya itu adalah jumlahnya, Jumlah itu dapat diukur. Oleh karena itu,segala yang
ada dapat diamati dan diukur. Sebaliknya segala yang tidak dapat dipelajari secara positif
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aliran-aliran filsafat pendidikan yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan
pendidikan antara lain idealisme, realisme, materialisme dan pragmatisme. Idealisme tujuan
pendidikannya menekankan pada aktifitas intelektual, pertimbangan-pertimbangan moral,
pertimbangan-pertimbangan estetis, kebebasan, tanggung jawab, dan pengendalian diri demi
mencapai perkembangan pikiran dan diri pibadi. Realisme tujuan pendidikannya
menekannkanb pada penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial. Materialisme tujuan
pendidikannya menekannkan pada Perubahan perilaku mempersiapkan manusia sesuai
dengan kapasitasnya untuk tanggung jawab hidup social dan pribadi yang kompleks.
Sedangkan pragmatisme tujuan pendidikannya menekankan pada penggunaan pengalaman
sebagai alat menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan
masyarakat
3.2 Saran
Menurut Saran Kami dari isi Makalah ini. Sebaiknya sebagai seorang pengajar kita perlu
mengetahui aliran apa yang cocok untuk pengajaran di sekolah yang berlaku di Indonesia
agar dapat diterapkan dengan baik. Sebagai seorang pengajar kita harus bisa menjaga
kepercayaan masyarakat karena sekolah yang baik adalah sekolah yang dapat dipercaya
masyarakat dan untuk para orang tua agar dapat mengawasi anaknya dalam belajar sehingga
anaknya dapat meraih prestasi. Agar dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat itu
dapat dihapuskan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13