Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME,


REALISME DAN MATERIALISME

Ditulis untuk memenuhi tugas Pada Matakuliah Filsafat Pendidikan


Yang diampu oleh Drs. Wesly Silalahi, M.Pd

Oleh :
Kelompok II
1. Juli Elprida Hutagalung (5173351019)
2. Noerdhafa Fadhillah (5173351033)
3. Simson Nainggolan (5173351043)

PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER


FAKULTAS TEKNIK
2017

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Aliran Filsafat Pendidikan
Idealisme, Realisme, dan Materialisme” tepat pada waktunya. Makalah ini kami tulis untuk
memenuhi tugas pada matakuliah Filsafat Pendidikan yang diampu oleh Bapak Drs. Wesly
Silalahi, M.Pd. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah
pengetahuan mengenai Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme, Realisme, dan Materialisme.
Kami berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam mengerjakan
makalah ini. Dan kami tidak lupa juga berterimahkasih kepada dosen pengampu yang telah
membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.
Kami minta maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam tulisan makalah ini,
karena pada pada dasar nya kami masih seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran. Kami harapkan adanya saran dan kiritikan pada makalah kami ini agar
makalah kami ini menjadi lebih baik.
Atas perhatiannya kami ucapkan TERIMAKASIH.

Medan, 02 Oktober 2017

Kelompok II

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar Halaman Judul ii
Daftar Isi Halaman Judul iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulis 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aliran Filsafat Pendidikan 2
2.2 Aliran Idealisme 2
2.3 Aliran Realisme 5
2.4 Aliran Materialisme 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ajaran filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran sesorang atau beberapa ahli filsafat
pendidikan tentang sesuatu secara fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat
perbedaan di dalam penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan
yang berbeda pula, walaupun masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini dapat disebabkan
pula oleh factor-faktor lain seperti latar belakang pribadi para ahli tersebut, pengaruh zaman,
kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat. Dengan perbedaan-perbedaan tersebut
para ahli menyusunnya dalam suatu sistematika dengan kategori tertentu, sehingga
menghasilkan klasifikasi. Dari sinilah kemudian lahir apa yang disebut aliran filsafat
pendidikan. Menurut Edward J.Power (Sadulloh, 2003: 98) aliran filsafat pendidikan terbagi
menjadi Aliran idealisme, realisme, materialisme, pragmatisme, eksistensialisme, merupakan
pandangan dalam filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan.
Dalam makalah ini hanya membahas mengenai aliran idealisme, aliran realisme, aliran
materialisme dan aliran pragmatisme.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Aliran Filsafat Pendidikan ?
2. Bagimana Aliran Idealisme ?
3. Bagaimana Aliran Realisme ?
4. Bagaimana Aliran Materialisme ?

1.3 Tujuan Penulis


1. Dapat menerangan Aliran Filsafat Pendidikan
2. Dapat menerangan Aliran Idealisme
3. Dapat menerangan Aliran Realisme
4. Dapat menerangan Aliran Materialisme

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aliran Filsafat Pendidikan


Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berarti bahwa filsafat
pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan menggunakan hasil –hasil
kajian dari filsafat. Dalam filsafat terdapat berbagai aliran; sehubungan dengan itu maka
dalam filsafat pendidikan pun terdapat berbagai aliran sesuai dengan aliran yang ada dalam
filsafat. Tinjauan kritis dapat berujud sebagai upaya penemuan kongruensi anatar aliran-
aliran filsafa pendidikan dengan filsafat Pancasila. Kesemuanya itu dimaksudkan untuk
digunakan sebagai bahan pertimbanagn dalam mengembangkan secara konvergensi dari pada
filsafat pendidikan berdasarkan Pancasila. Berikut ini akan diuraikan berbagai aliran fisafat
pendidikan yang didasarkan pada empat aliran pokok tentang realita dan fenomena yakni :
Idealisme, realisme, materialisme dan pragmatisme, selain itu dijelaskan tentang pengkajian
terhadap fenomena atau gejala dan eksistensi manusia dalam pengembangan hidup dan
kehidupannya dalam alam dan lingkungannya yang tercakup dalam eksistensialisme,
progresiivisme, parenialisme, esensialisme, dan rekonstruksionisme.

2.2 Aliran Idealisme


Idealisme termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari bahasa
Inggris yaitu Idealism dan kadang juga dipakai istilahnya mentalism atau imaterialisme.
Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibnez pada mula awal abad ke-18.
Idealisme diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme dapat diartikan
sebagai suatu paham atau aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat
dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh.
Beberapa pengertian Idealisme :
a. Adanya suatu teori bahwa alam semesta beserta isinya adalah suatu penjelmaan
pikiran.
b. Untuk menyakan eksistensi realitas, tergantung pada suatu pikiran dan aktivitas-
aktivitas pikiran.
c. Realitas dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejala psikis seperti pikiran-pikiran, diri,
roh, ide-ide, pemikiran mutlak dan lain sebagainya dan bukan berkenaan dengan
materi.

2
d. Seluruh realitas sangat bersifat mental (spiritual, psikis). Materi dalam bentuk fisik
tidak ada.
e. Hanya ada aktivitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada. Dunia eksternal tidak
bersifat fisik.
Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide gagasan, pemikiran, akal-
pikir atau kedirian daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek dan daya-daya
material. Idealisme menekankan akal pikir sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi
dan bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi
adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa (mind). Hal itu sangat berlawanan
dengan materialisme yang berpendapat bahwa materi adalah nyata ada, sedangkan akal-pikir
(mind) adalah sebuah fenomena pengiring.
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan
fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap.
Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik,
benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada
hakikatnya nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari
alam semesta.
1. Implikasi Aliran Filsafat Idealisme
Implikasi atau keterlibatan filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar,
serta kebaikan sosial.
b. Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan
praktis untuk memperoleh pekerjaan.
c. Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan
yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
d. Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan
dasarnya.
e. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui
kerja sama dengan alam.

2. Bentuk-Bentuk Aliran Filsafat Idealisme


Terdapat pengelompokkan-pengelompokkan tentang jenis-jenis idealisme.
a. Idealisme Subyektif (Immaterialisme)
b. Idealisme Obyektif

3
c. Idealisme Personal/ personalisme

3. Hubungan Aliran Filsafat Idealisme dalam Pendidikan


Sejak idealisme sebagai aliran filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas
adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual.
Pola pendidikan yang diajarkan filsafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak
sepenuhnya berpusat dari anak atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat tapi idealisme.
Maka tujuan pendidikan menurut aliran idealisme terbagi atas tiga hal, tujuan untuk
individual, masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi
kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis, dan pada
akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan
tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan antar
manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan
individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan
dengan Tuhan.
Guru dalam sistem pengajaran menurut aliran idealisme berfungsi sebagai :
a. Guru adalah personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya, guru merupakan wahana
atau fasilitator yang akan mengantarkan anak didik dalam mengenal dunianya lewat
materi-materi dalam aktifitas pembelajaran. Untuk itu, penting bagi guru memahami
kondisi peserta didik dari berbagai sudut, baik mental, fisik, tingkat kecerdasan dan lain
sebagainya.
b. Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa. Artinya, seorang
guru itu harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada anak didik.
c. Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya, seorang guru harus
mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan untuk mengembangkan suatu model
pembelajaran, baik dari segi materi dan yang lainnya.
d. Guru haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh murid. Artinya, seorang
guru harus mempunyai potensi kepribadian yaitu karakter dan kewibawaan yang berbeda
dengan guru yang lain.
e. Guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi
sosial yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi dengan anak didik.

4
2.3 Aliran Realisme
Memasuki abad ke-20, realisme muncul. Real berarti yang aktual atau yang ada, kata
tersebut menunjuk kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh,
artinya yang bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan
apa yang ada. Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara
dualitis. Realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis.
Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rahani.
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subyek yang menyadari dan
mengetahui disatu pihak, dan dipihak lainnya adalah adanya realita diluar manusia, yang
dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.
1. Implikasi Aliran Filsafat Realisme
Power (1982) mengemukakan implikasi pendidikan realisme sebagai berikut :
a. Tujuan Pendidikan, untuk Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial
b. Peranan guru, Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar, dan dengan
keras menuntut prestasi dari siswa
c. Kurikulum, Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna.
Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
d. Metode, Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung.
Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode Conditioning (SR) merupakan
metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.

2. Bentuk-bentuk aliran realisme


Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk. Kneller membagi
realisme menjadi dua bentuk, yaitu : 1) Realisme Rasional, 2) Realisme Naturalis. (Uyoh
Sadullah : 2007 : 103).
a. Realisme rasional
b. Realisme Natural Ilmiah
c. Neo-Realisme dan Realisme Kritis (Uyoh Sadulloh : 2007 : 110).

3. Hubungan Aliran Realisme dan Pendidikan


Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat dengan pandangan john locke
bahwa akal-pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabularasa, ruang kosong tak ubahnya
kertas putih kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan
dipandang dibutuhkan karena untuk membentuk setiap individu agar mereka menjadi sesuai

5
dengan apa yang dipandang baik. Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap
diidentikkan sebagai sebagi upaya pelaksanaan psikologi behaviorisme ke dalam ruang
pengajaran.
Murid adalah sosok yang mengalami inferiorisasi secara berlebih sebab ia dipandang
sama sekali tidak mengetahui apapun kecuali apa-apa yang telah pendidikan berikan. Di sini
dalam pengajaran setiap siswa akan subjek didik tak berbeda dengan robot. Ia mesti tunduk
dan takluk sepatuh-patunya untuk diprogram dan mengerti materi-materi yang telah
ditetapkan sedemikian rupa.
Pada ujung pendidikan, realisme memiliki proyeksi ketika manusia akan dibentuk untuk
hidup dalam nilai-nilai yang telah menjadi common sense sehingga mereka mampu
beradaptasi dengan lingkungan-lingkungan yang ada. Sisi buruk pendidikan model ini
kemudian cenderung lebih banyak dikendalikan skeptisisme positivistik, ketika mereka dalam
hal apa pun akan meminta bukti dalam bentuk-bentuk yang bisa didemonstrasikan secara
indrawi.
Realisme memiliki pula jasa bagi perkembangan dunia pendidikan. Salah satunya adalah
dengan temuan gagasan Crezh, salah seorang pendidik di Mosenius pada abad ke-17 dengan
karya Orbic Pictus-nya. Pada periode itu, temuan Orbic Pictus sempat mengejutkan dunia
pendidikan dan dipandang sebagai gagasan baru. Ini disebabkan oleh paling tidak ada periode
tersebut belum ada satupun yang memiliki pemikiran untuk memasukkan alat bantu visual
separti gambar-gambar perlu digunakan dalam pengjaran anak, terutama dalam mempelajari
bahasa.
Diabad selanjutnya, yaitu ke-18 menjelang abad 19, gagasan Moravi ini menginspirasi
seorang pestalozzi. Ia menghadirkan objek-objek peraga fisik dalam ruang pengajaran di
dalam kelas.
Corak lain pendidikan realisme adalah tekanan-tekanan hidup yang terarah kedalam
pengaturan-pengaturan serta keteraturan yang bersifat mekanistik. Meskipun tidak semua
pengaturan yang bersifat mekanistik buruk, apa yang diterapkan realisme dalam ruang
pendidikan melahirkan berbagai hal yang kemudian menuai banyak kecaman sebab telah
menjadi penyebab berbagai dehumanisasi.

4. Prinsip-prinsip Aliran Realisme


Beberapa prinsip belajar yang dikemukakan oleh Comrnius (Sadulloh, 2003) adalah :
a. Pelajaran harus disasarkan pada minat peserta didik. Keberhasilan dalam belajar tidak
karena dipaksakan dari luar, melainkan merupakan suatu hasil perkembangan pribadinya.

6
b. Setiap mata pelajaran harus memiliki out-line; garis besar proses belajar mengajar,
silabus dan rencana pembelajaran, dan sudah ada pada awal pembelajaran.
c. Pada pertemuan awal atau permulaan pembelajaran, guru harus menyampaikan
informaasi tentang garis-garis besar pembelajaran yang akan dipelajari peserta didik.
d. Kelas harus diperkarya dengan gambar-gambar, peta, animasi, foto, hasil karya peserta
didik dan sejenisnya yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar tyang
diberikan atau dilaksanakan.
e. Pembelajaran harus berlangsung secara sukses atau saling berkesinambungan dengan
pelajaran sebelumnya sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh dan mengikuti
perkembangan pengetahuan secara terus menerus.
f. Setiap aktivitas yang dilakukan guru bersama peserta didik hendaknya membantu untuk
pengembangan hakikat manusia, dan kepada peserta didik ditunjukkan kepentingan
yang praktis dari setiap sistem nilai.
g. Pelajaran dalam subjek yang sama diperuntukkan bagi semua peserta didik.

2.4 Aliran Materialisme


Materialisme adalah salah satu paham filsafat yang banyak dianut oleh para filosof,
seperti Demokritus, Thales, Anaximanoros dan Horaklitos. Paham ini menganggap bahwa
materi berada di atas segala-galanya. Ketika paham ini pertama muncul, paham tersebut tidak
mendapat banyak perhatian karena banyak ahli filsafat yang menganggap bahwa paham ini
aneh dan mustahil. Namun pada sekitar abad 19 paham materialisme ini tumbuh subur di
Barat karena sudah banyak para filosof yang menganut paham tersebut.
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, bukan
spiritual, atau supranatural. Filsafat materialisme memandang bahwa materi lebih dahulu ada
sedangkan ide atau pikiran timbul setelah melihat materi. Dengan kata lain materialisme
mengakui bahwa materi menentukan ide, bukan ide menentukan materi. Contoh: karena meja
atau kursi secara objektif ada, maka orang berpikir tentang meja dan kursi. Bisakah seseorang
memikirkan meja atau kursi sebelum benda yang berbentuk meja dan kursi belum atau tidak
ada.

1. Prinsip – Prinsip Aliran Filsafat Materialisme


Prinsip materialisme yang didasarkan pada suatu asumsi bahwa realitas yaitu :

7
a. Apa yang dikatakan jiwa ( mind ) dan segala kegiatannya ( berfikir, memahami )
adalah suatu gerakan yang kompleks dari otak, sistem urat saraf, atau organ yang lain.
b. Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan
kesenangan, serta kebebasan hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan.

2. Implikasi Aliran Filsafat Materialisme


Menurut Power (1982), implikasi aliran filsafat pendidikan materialisme, sebagai
berikut:
 Temanya yaitu manusia yang baik dan efisien dihasilkan dengan proses pendidikan
terkontrol secara ilmiah dan seksama.
 Tujuan pendidikan merupakan perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai
dengan kapasitasnya, untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.
 Isi kurikulum pendidikan yang mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal),
dan diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
 Metode, semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning), operant
condisioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetisi.
 Kedudukan siswa tidak ada kebebasan, perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar,
pelajaran sudah dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup, mereka dituntut untuk
belajar.
 Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan, guru
dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.

3. Bentuk-Bentuk Aliran Filsafat Materialisme


Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu :
a. Filsafat Materialisme Dialektika
b. Filsafat Materialisme Metafisik

4. Hubungan Aliran Materialisme dan Pendidikan


Pandangan Materialisme Mengenai Belajar Positivisme
Materilisme maupun positivisme,pada dasarnya tidak menyusun konsep pendidikan
secara eksplisit. Bahkan menurut Henderson (1956). Materialisme belum pernah menjadi
penting dalam menentukan sumber teori pendidikan.
Menurut Waini Rasyidin (1992),filsafat positivisme sebagai cabang dari materialism lebih
cenderung menganalisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi upaya dan hasil

8
pendidikan secara factual. Memilih aliran positivisme berarti menolak filsafat pendidikan dan
mengutamakan sains pendidikan.
Dikatakan positivisme,karena mereka beranggapan bahwa yang dapat kita pelajari
hanyalah yang mendasarkan fakta-fakta,berdasarkan data-data yang nyata,yaitu yang mereka
namakan positif.

Pandangan Materialisme Mengenai Belajar Behaviorisme


Menurut behaviorisme,apa yang disebut dengan kegiatan mental kenyataannya
tergantung pada kegiatan fisik,yang merupakan berbagai kombinasi dan materi dalam gerak.
Gerakan fisik yang terjadi dalam otak,kita sebut berpikir,dihasilkan oleh peristiwa lain dalam
dunia materi,baik material yang berada dalam tubuh manusia maupun materi yang berada
diluar tubuh manusia.
Pendidikan, dalam hal ini proses belajar,merupakan proses kondisionaisasi lingkungan.
Misalnya, dengan mengadakan percobaan terhadap anak yang tidak pernah takut pada
kucing,akhirnya ia menjadi takut pada kucing. Menurut behaviorisme, perilaku manusia
adalah hasil pembentukan melalui kondisi lingkungan (seperti contoh anal dan kucing diatas).

5. Kelebihan dan Kekurangan Filsafat Materialisme untuk Pendidikan


Jika dibandingkan dengan aliran filsafat yang lain aliran filsafat materialisme adalah
aliran yang mendapatkan kritikan dari berbagai pihak, terutama dalam anggapannya yang
hanya meyakini bahwa tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Mereka
menganggap bahwa materi berada di atas segala-galanya. Materialisme adalah aliran yang
memandang bahwa segala sesuatu adalah relitas, dan realitas seluruhnya adalah materi
belaka. Kenyataan bersifat material dipandang bahwa segala sesuatu yang hendak
dikatakannya adalah berasal dari materi dan berakhir dengan materi atau berasal dari gejala
yang bersangkutan dengan materi.
Untuk pendidikan, materialisme memandang bahwa proses belajar merupakan proses
kondisionisasi lingkungan serta menekankan pentingnya keterampilan dan pengetahuan
akademis empiris sebagai hasil kajian sains atau alam, sedangkan perilaku sosial sebagai
hasil belajar.
Namun meskipun aliran filsafat materialisme mendapat kritikan dari berbagau pihak tapi
didalam pendidikan masih sering juga kita temui penerapannya dalam pembelajaran seperti
menyodorkan setumpuk buku ke peserta didik. Aliran filsafat materialisme memang memiliki

9
banyak kritikan namun juga memilik kelebihan. Dan adapun kelebihan dan kelemahan yang
dimiliki oleh aliran filsafat materialisme dalam pendidikan adalah:
Kelebihannya:
 Teori-teorinya jelas berdasarkan teori-teori pengetahuan yang sudah umum.
 Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan
diorganisasi,selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
 Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi, pelajaran berprogram dan kompetensi

Kelemahannya:
 Dalam dunia pendidikan aliran materialisme hanya berpusat pada guru dan tidak
memberikan kebebasan kepada siswanya, baginya guru yang memiliki kekuasan untuk
merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan
karakter hasil belajar siswa. Sedangkan siswa tidak ada kebebasan, perilaku ditentukan
oleh kekuatan dari luar, pelajaran sudah dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup,
mereka dituntut untuk belajar.
 Di kelas, anak didik hanya disodori setumpuk pengetahuan material, baik dalam buku-
buku teks maupun proses belajar mengajar. Yang terjadi adalah proses pengayaan
pengetahuan kognitif tanpa upaya internalisasi nilai. Akibatnya, terjadi kesenjangan yang
jauh antara apa yang diajarkan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan sehar-hari anak
didik. Pendidikan agama menjadi tumpul, tidak mampu mengubah sikap-perilaku
mereka.

6. Karakteristik Aliran Materialisme


Karekteristik umum materialisme pada abad delapan belas berdasarkan pada suatu asumsi
bahwa realitas dapat dikembangkan pada sifat-sifat yang sedang mengalami perubahan gerak
dalam ruang (Randall,et al,1942). Asumsi tersebut menunjukkan bahwa:
1. Semua sains seperi biologi,kimia,psikologi,fisika,sosiologi,ekonomi,dan yang lainnya
ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara kausal (sebab akibat).
Jadi,semua sains merupakan cabang dari sains mekanika.
2. Apa yang dikatakan “jiwa” (mind) dan segala kegiatan-kegiatannya (berpikir) adalah
suatu gerakan yang kompleks dari otak,system urat saraf,atau organ-organ jasmani
yang lainnya.
3. Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita,makna dan tujuan hidup,keindahan dan
kesenangan,serta kebebasan,hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan,symbol

10
subjektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda. Jadi,semua
fenomena social maupun fenomena psikologis adalah merupakan bentuk-bentuk
tersembunyi dari realitas fisik. Hubungan-hubungannya dapat berubah secara kausal.
Pendidikan, dalam hal ini proses belajar mengajar, merupakan kondisionisasi
lingkungan, yakni perilaku akan dapat muncul pada diri peserta didik melalui pembiasaan,
serta perilaku adalah hal-hal yang berubah, dapat diamati dan dapat diukur. Hal ini
mengandung makna bahwa dalam proses pendidikan (proses pembelajaran) penting
keterampilan dan pengetahuan akademis yang empiris sebagai hasil kajian sains, serta
perilaku sosial sebagai hasil belajar. Disasmping itu dalam pendidikan sangat diperlukan
adanya penguat yang akan meningkatkan hubungan antara stimulus dan respon, aksi dan
reaksi. Pandangan ini mengarah kepada reaktivitas manusia dengan mendapatkan hasil atau
pemuasan dari lingkungan mendorong aktivitas yang semakin meningkat untuk meraih
kesuksesan yang memungkinkan meraih hasil yang lebih baik lagi.
Cabang materialism yang banyak diperhatikan orang dewasa ini,dijadikan sebagai
landasan berpikir adalah “positivisme”. Menurut positivism,kalau sesuatu itu memang
ada,maka adanya itu adalah jumlahnya, Jumlah itu dapat diukur. Oleh karena itu,segala yang
ada dapat diamati dan diukur. Sebaliknya segala yang tidak dapat dipelajari secara positif

Menurut Comte,terdapat tiga perkembangan berpikir yang dialami manusia yaitu:


1. Tingkatan Teologis
Pada tingkatan teologis,pola berpikir manusia dikuasai oleh tahayyul dan prasangka.
Kepercayaan atas kekuatan gaib diluar manuasia sangat mendasari cara berpikir
abstrak.
2. Tingkatan Metafisika
Pola berpikir manusia telah meninggalkan teologis,namun masih berpikir abstrak,masih
mempersoalkan hakikat dari segala yang ada,termasuk hakikat yang gaib juga.
3. Tingkatan Positif
Tingkatan berpikir berdasarkan pada sains,dimana pandangan dogmatis dan spekulatif
metafisika diganti oleh pengetahuan faktual.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aliran-aliran filsafat pendidikan yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan
pendidikan antara lain idealisme, realisme, materialisme dan pragmatisme. Idealisme tujuan
pendidikannya menekankan pada aktifitas intelektual, pertimbangan-pertimbangan moral,
pertimbangan-pertimbangan estetis, kebebasan, tanggung jawab, dan pengendalian diri demi
mencapai perkembangan pikiran dan diri pibadi. Realisme tujuan pendidikannya
menekannkanb pada penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial. Materialisme tujuan
pendidikannya menekannkan pada Perubahan perilaku mempersiapkan manusia sesuai
dengan kapasitasnya untuk tanggung jawab hidup social dan pribadi yang kompleks.
Sedangkan pragmatisme tujuan pendidikannya menekankan pada penggunaan pengalaman
sebagai alat menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan
masyarakat

3.2 Saran
Menurut Saran Kami dari isi Makalah ini. Sebaiknya sebagai seorang pengajar kita perlu
mengetahui aliran apa yang cocok untuk pengajaran di sekolah yang berlaku di Indonesia
agar dapat diterapkan dengan baik. Sebagai seorang pengajar kita harus bisa menjaga
kepercayaan masyarakat karena sekolah yang baik adalah sekolah yang dapat dipercaya
masyarakat dan untuk para orang tua agar dapat mengawasi anaknya dalam belajar sehingga
anaknya dapat meraih prestasi. Agar dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat itu
dapat dihapuskan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Purba, Edward dan Yusnadi, “Filsafat Pendidikan”. Agustus 2017;


Kadhapi, Muamer. “Filsafat Pendidikan”. 28 Desember 2014.
Mawarni, Sella. “Filsafat Idealisme dalam Pendidikan”.
Munir, Muhammad. “Aliran Pendidikan Realisme”.
Minna, Minarwati. “Filsafat Pendidikan Materialisme dan Filsafat Pendidikan
Paragmatisme”. 11 Juni 2015.
Pertiwi, Ramadhani. “Aliran Materialisme dalam Pendidikan”. 15 April 2013.
http://anekailmu-ilmu.blogspot.co.id/2013/01/aliran-pendidikan-realisme.html
http://senjaplb.blogspot.co.id/2013/10/filsafat-pendidikan-materialisme-dan.html
http://muslimahasy-syauq.blogspot.co.id/2013/04/aliran-materialisme-dalam pendidikan.htm
http://cahaya-fieraz.blogspot.co.id/2014/12/filsafat-pendidikan-idealisme-realisme.html
http://kuliah-e-learning.blogspot.co.id/2013/11/filsafat-idealisme-dalam-pendidikan.html
http://anekailmu-ilmu.blogspot.co.id/2013/01/aliran-pendidikan-realisme.html

13

Anda mungkin juga menyukai