Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FILSAFAT IDEALISME
Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu: Dr. Sardianto MS., M.Si., M.Pd

Oleh:

1. Arifah Andayani (06111281924014)


2. Khusniatun Aisyah (06111181924011)
3. Mawaddah Warohmah (06111281924060)
4. Riska Anngraini (06111281924067)
5. Sariyem (06111181924068)
6. Siti Fatimah Az Zahrah (06111281924066)

Kelompok: 9 (Sembilan)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS


SRIWIJAYA

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan
dengan rahmat serta limpahan karunia nikmat-Nya. kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul "Filsafat Idealisme" dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan yang diampu oleh Dr. Sardianto MS, M.Si. M.Pd

Dalam batas-batas tertentu modul ini memuat tentang konsep dasar filsafat idealisme,
aliran-aliran filsafat idealisme, makna filsafat idealisme dengan pendidikan serta implimentasi
filsafat idealisme dalam pendidikan. Kami mengucapkan terima kasih kepada teman kelompok
yang telah bekerja sama dengan baik sehingga modul ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah ini.

Akhirnya kami dengan kerendahan hati meminta maaf apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan atau penguraian makalah kami. Dengan harapan dapat di terima oleh bapak
dan di jadikan sebagai acuan dalam proses kegiatan pembelajaran. Demikian apa yang bisa
kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini.

Inderalaya, 30 Agustus 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus
menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya,
sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya. Dengan
demikian, muncullah filsafat pendidikan yang menjadi dasar bagaimana suatu bangsa itu
berpikir, berperasaan, dan berkelakuan yang menentukan bentuk sikap hidupnya. Adapun
proses pendidikan dilakukan secara terus menerus dilakukan dari generasi ke generasi secara
sadar dan penuh keinsafan.

Ajaran filsafat adalah hasil pemikiran sesorang atau beberapa ahli filsafat tentang
sesuatu secara fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat pebedaan di dalam
penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula,
walaupun masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini dapat disebabkan pula oleh faktor-faktor
lain seperti latar belakang pribadi para ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran
manusia di suatu tempat.

Dalam makalah ini akan dibahas beberapa materi tentang “Filsafat Idealisme”. Dengan
pemahaman yang baik dan benar mengenai konsep dasar filsafat idealisme, aliran-aliran filsafat
idealisme, makna filsafat idealisme dengan pendidikan serta penerapan filsafat idelaisme
dengan praktek pendidikan.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar filsafat idealisme?


2. Apakah aliran-aliran filsafat idealisme?
3. Bagaimana makna filsafat idealisme dengan pendidikan?
4. Bagaimana implimentasi filsafat idealisme dalam pendidikan?

Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar filsafat idealisme.


2. Untuk mengetahui aliran-aliran filsafat idealisme.
3. Untuk mengetahui makna filsafat idealisme dengan pendidikan.
4. Untuk mengetahui implimentasi filsafat idealisme dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

❖ Pemikiran Filsafat Idealisme


Herman Horne mengatakan idealisme merupakan pandangan yang menyimpulkan
bahwa alam merupakan ekspresi dari pikiran, juga mengatakan bahwa subtansi dari
dunia ini adalah dari alam pikiran serta berpandangan bahwa hal-hal yang bersifat
materi dapat dijelaskan melalui jiwa. Senada dengan itu, Ahmad Tafsir mengemukakan
bahwa dalam kajian filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat
dunia fisik hanya dapat dipahami dalam ketergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit
(ruh). lstilah ini diambil dari "idea", yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.

Lebih lanjut George R. Knight menguiaikan bahwa idealisme pada mulanya, adalah
suatu penekanan pada realitas ide gagasan, pemikiran, akal pikir daripada suatu
penekanan pada objek-objek dan daya-daya materi. Idealisme menekankan akal pikir
(mind) sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi dan bahkan menganggap
bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang
ditimbulkan oleh akal pikir. Menurutnya, ini sangat berlawanan dengan materialisme
yang berpendapat bahwa materi adalah nyata ada, sedangkan akal pikir (mind) adalah
sebuah fenomena pengiring.

Dari ketiga pengertian di atas dapat dipahami bahwa idealisme merupakan suatu
aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa hakikat segala sesuatu ada pada
tataran ide. Realitas yang berwujud sebenarnya lebih dulu ada dalam realitas ide dan
pikiran dan bukan pada hal-hal yang bersifat materi. Meskipun demikian, idealisme
tidak mengingkari adanya materi. Dengan demikian, idealisme sering menggunakan
term-term yang meliputi hal-halyang abstrak seperti ruh, akal, nilai dan kepribadian.
Idealisme percaya bahwa watak sesuatu objek adalah spritual, non material dan
idealistik.

Pemikiran idealisme ini selalu identik dengan Plato. Platolah yang sering
dihubungkan dengan filsafat idealisme. Pandangan seperti ini muncul, mengingat
bahwa pada dasarnya Plato merupakan bapak filsafat idealisme atau pencetus filsafat
idealisme. Menurut Plato hakikat segala sesuatu tidak terletak pada yang bersifat materi
atau bendawi, tetapi sesuatu yang ada dibalik materi itu, yakni ide. Ide bersifat kekal,
immaterial dan tidak berubah. Walaupun materi hancur, ide tidak ikut musnah. Dalam
mencari kebenaran, Plato berpendapat bahwa kebenaran tidak dapat ditemukan dalam
dunia nyata, sebab dunia nyata ternyata tidak permanen dan selalu mengalami
perubahan. Artinya bahwa dunia materi bukanlah dunia yang sebenarnya, tetapi hal itu
merupakan analogi atau ilusi semata yang dihasilkan oleh panca indera.

Pokok pemikiran Idealisme ialah (1) menyakini adanya Tuhan sebagai ide tertinggi
dari kejadian alam semesta ini. (2) Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang
logis dan bersifat spiritual. (3) Kenyataan sejati ialah bersifat spiritual (4) Idealisme
berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih
tinggi dari pada materi bagi kehidupan manusia. (5) Idealisme menganggap bahwa
pengetahuan adalah sesuatu yang muncul dan terlahir dari kejadian di dalam jiwa
manusia. (6) Menurut idealisme, tujuan pendidikan untuk menciptakan manusia yang
berkepribadian mulia dan memiliki taraf kehidupan rohani yang lebih tinggi dan ideal
serta memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat.

❖ Konsep Dasar Aliran Idealisme


Idealisme adalah pandangan dunia atau metafisik yang mengatakan bahwa realitas
dasar terdiri atas ide, fikiran, dan jiwa. Dunia dipahami dan ditafsirkan oleh
penyelidikan hukum-hukum fikiran dan kesadaran dan tidak hanya oleh metoda
objektif semata. Terdapat harmoni yang dalam antara manusia dan alam. Alam adalah
sistim yang logis dan spiritual, hal ini tercermin dalam usaha manusia untuk mencari
penghidupan yang lebih baik. Jiwa merupakan bagian yang sebenarnya dari dari proses
alam. Proses ini dalam bagian yang tinggi menunjukan dirinya sebagai aktivitas, akal,
jiwa atau perorangan.
Prinsip idealisme yang pokok adalah kesatuan organik. Kaum idealisme condong
untuk menekankan teori koherensi atau konsistensi dalam memperoleh kebenaran.
Suatu putusan (judgment) akan benar jika ia sesuai dengan putusan-putusan lain yang
sudah diterima sebagai ”benar”. Prinsip idealisme bahwa realitas tersusun di atas
subtansi sebagai mana gagasan-gagasan atau ide-ide (spiritual). Menurut penganut
idealisme, dunia beserta bagian-bagiannya suatu sistem yang masing-masing unsurnya
saling berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang logis dan bersifat
spiritual. Realita atau kenyataan yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang
hakiki, melainkan gambaran atau ekspresi dari ide-ide yang ada dalam jiwa manusia.
Metode pengajaran aliran filsafat idealisme lebih mengutamakan metode
dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat juga dimanfaatkan. Menurut aliran
filsafat ini metode yang tepat digunakan untuk mendidik adalah metode dialektika
disamping juga bisa digunakan metode lain yang dianggap sesuai. Teori-teori idealistis
di samping didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, juga berkaitan dengan hukum
yang seharusnya. Dalam pandangan Dewey, bahwa keadilan tidak dapat didefinisikan,
karena merupakan idealisme yang tidak rasional. Aliran idealisme memandang bahwa
realitas yang ada merupakan produk ide dan ide yang absolut diidentifikasi sebagai
Allah. Aliran Idealisme melahirkan paham Theisme, paham Theisme melahirkan
pandangan bahwa Allah itu ada. Konsep filsafat menurut aliran idealisme adalah:
a) Metafisika-idealisme
Secara absolut kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah,
sedangkan secara kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah,
tetapi kenyataan rohaniah yang lebih berperan.
b) Humanologi-idealisme
Jiwa dikaruniai kemampuan berpikir yang dapat menyebabkan adanya
kemampuan memilih.
c) Epistimologi-idealisme
Pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali
melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang
yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang.
d) Aksiologi-idealisme
Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan
dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika.

Aliran-aliran dalam Filsafat Idealisme


Idealisme dikelompokan menjadi tiga aliran yakni:

1. Idealisme subjektif

Menurut idealisme ini akal, jiwa dan persepsinya merupakan segala yang ada.
Benda-benda seperti pohon dan bangunan itu ada tetapi hanya ada dalam akal yang
mempersepsikannya. Yang menjadi permasalahan bukan benda-benda itu tapi
bagaimana mempersepsikannya. Tokoh dari aliran ini adalah George Berkeley dengan
filsafatnya : Immaterialisme. Ia mengatakan bahwa ide itu ada dan dipersepsikan oleh
akal. ”ada berarti dipersepsikan,” Akal adalah yang melakukan persepsi. Tak mungkin
ada benda atau persepsi tanpa seseorang mengetahui benda atau persepsi tersebut jadi
benda dipersepsikan oleh akal.

2. Idealisme Objektif

Tokoh idealisme ini adalah Plato. Pendapatnya bahwa di belakang alam


perubahan, emperis, fenomena yang kita lihat dan kita rasakan terdapat alam ideal yaitu
alam sensi, form, atau ide. Dunia di bagi menjadi dua yakni : pertama, dunia persepsi,
dunia penglihatan, suara dan benda-benda individual. Dunia seperti ini bukan dunia
sesungguhnya hanya merupakan dunia penampakan saja. Kedua, yakni alam konsep,
ide, universal, atau esensi dan abadi. Kita mengenal benda-benda ideal karena kita
mengetahui konsep-konsep dari contoh-contoh dunia abadi. Ide adalah transenden dan
asli sedang persepsi dan benda-benda individual adalah copy atau bayangan dari ide
tersebut.

3. Idealisme Personal

Menganggap realitas dasar bukan pemikiran yang abstrak atau pemikiran yang
khusus tetapi merupakan seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir. Realitas termasuk
dalam personalitas yang sadar, oleh karena itu realitas bersifat pluralistik. Kelompok
ini menekankan realitas dan harga diri, nilai moral dan kemerdekaan manusia. Bagi
kelompok personalis, manusia mengatasi alam jika ia mengadakan interpretasi terhadap
alam ini.

Sains mengatasi matrialnya dengan teoriteorinya, alam nilai menjangkau lebih jauh
lebih jauh dari pada alam semesta sebagai penjelasan terakhir. Sebagai aliran idealisme,
personal menunjukkan perhatian yang besar pada etika dan lebih sedikit pada logika di
banding dengan aliran idealisme mutlak. Oleh karena personalitas mempunyai nilai
yang lebih tinggi daripada yang lainnya,maka masyarakat harus diatur sedemikian rupa
sehingga tiap orang dapat memperoleh kehidupan dan kesempatan yang sebesar-
sebesarnya.

❖ Idealisme dan Filsafat Pendidikan

Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah


pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik pendidikan.
William T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh
di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak
seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman Harrell Horne (1874-
1946). Herman Harrell Horne adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme
lebih dari 33 tahun di Universitas New York.

Belakangan, muncul pula Michael Demiashkevitch, yang menulis tentang idealisme


dalam pendidikan dengan efek khusus. Demikian pula B.B. Bogoslovski, dan William
E. Hocking.Kemudian muncul pula Rupert C. Lodge (1888-1961), profesor di bidang
logika dan sejarah filsafat di Universitas Maitoba. Dua bukunya yang mencerminkan
kecemerlangan pemikiran Rupert dalam filsafat pendidikan adalah Philosophy of
Education dan studi mengenai pemikirian Plato di bidang teori pendidikan. Di Italia,
Giovanni Gentile Menteri bidang Instruksi Publik pada Kabinet Mussolini pertama,
keluar dari reformasi pendidikan karena berpegang pada prinsip-prinsip filsafat
idealisme sebagai perlawanan terhadap dua aliran yang hidup di negara itu sebelumnya,
yaitu positivisme dan naturalisme.

Idealisme sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya


yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus
terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan
spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada
abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga
kemanuisaan sebagai ekspresi realitas spiritual.

Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-
gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan
(approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat
penting. Giovanni Gentile pernah mengemukakan, “Para guru tidak boleh berhenti
hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau
tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak
didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan
hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil
yang tidak banyak bermakna.

Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai
makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan
bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat
utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran
filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam
kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual
merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa
adanya spiritual.

Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa


realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran
secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari
idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga
bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan
menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk
masyarakat, dan campuran antara keduanya.

Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa
menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang
harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup,
dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih
baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya
persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu
pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntut hak
pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam
hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.
Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan
individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang
berkaitan dengan Tuhan.

Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai:
(1) guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang
spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (3) Guru haruslah menguasai teknik
mengajar secara baik; (4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh
para murid; (5) Guru menjadi teman dari para muridnya; (6) Guru harus menjadi pribadi
yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar; (7) Guru harus bisa menjadi
idola para siswa; (8) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang
bisa menjadi teladan para siswanya; (9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif;
(10) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang
diajarkannya; (11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para
siswa belajar; (12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru
haruslah bersikap demokratis dan mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu
belajar, bagaimana pun keadaannya.

Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih
memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada
pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa
aktual.

❖ Implikasi Filsafat Idealisme dalam Pendidikan

Untuk melihat implikasi filsafat idealisme dalam bidang pendidikan, dapat


ditinjau dari modus hubungan antara filsafat dan pendidikan. Imam Barnadib
mengemukakan bahwa pada hakikatnya, hubungan antara filsafat dan pendidikan
merupakan hubungan keharmonisan, bukan hanya hubungan insidental semata. Lebih
lanjut Imam Barnadib mengemukakan bahwa untuk memahami filsafat pendidikan,
perlu dilihat pendekatan mengenai apa dan bagaimana filsafat pendidikan. Menurutnya,
pendekatan itu dapat dilihat melalui beberapa sudut pandang.

Salah satu sudut pandang tersebut adalah bahwa filsafat pendidikan dapat
tersusun karena adanya hubungan linier antara filsafat dan pendidikan. Sebagai contoh,
sejumlah aliran filsafat dapat dihubungkan sedemikian rupa menjadi filsafat
pendidikan. Realisme dan pendidikan menjadi filsafat pendidikan realisme.
Pragmatisme dan pendidikan menjadi filsafat pendidikan pragmatisme. Idealisme dan
pendidikan menjadi filsafat pendidikan idealisme. Dalam konteks inilah, idealisme
yang menjadi kajian artikel ini menjadi relevan ketika dihubungkan dengan masalah
pendidikan.

Filsafat pendidikan idealisme dapat ditinjau dari tiga cabang filsafat yaitu
ontologi sebagai cabang yang merubah atas teori umum mengenai semua hal,
epistemologi yang membahas tentang pengetahuan serta aksiologi yang membahas
tentang nilai.

Ontologi dari filsafat pendidikan idealisme menyatakan bahwa kenyataan dan


kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal yang berkualitas spiritual.
Oleh karena itu, hal pertama yang perlu Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, ditinjau
pada peserta didik adalah pemahaman sebagai makhluk spritual dan mempunyai
kehidupan yang bersifat ontologis dan idealistik. Dengan demikian pendidikan
bertujuan untuk membimbing peserta didik menjadi makhluk yang berkepribadian,
bermoral serta menciptakan segala hal yang serba baik dan bertaraf tinggi.

Aspek epistemologi dari idealisme adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal


dan spritual yang dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih
mulia. Pengetahuan tersebut tidak semata-mata terikat pada hal-hal fisik, tetapi
nengutamakan yang bersifat spritual. Sedangkan aspek aksiologi pada idealisme
menempatkan nilai pada dataran yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya pendidik
hendaknya tidak menjadikan peserta didik terombang ambing oleh sesuatu yang
bersifat relatif atau temporer.

Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa pandangan umum filsafati idealisme
yang berangkat dari hal-hal yang bersifat ideal dan spritual, sangat menentukan cara
pandang ketika memasuki dunia pendidikan. Dengan kata lain bahwa hal-hal yang
bersifat ideal dapat menentukan pandangan dan pemikiran terhadap berbagai hal dalam
pendidikan yaitu dari segi tujuan, materi, pendidik, peserta didik dan hakikat
pendidikan secara keseluruhan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aliran idealisme adalah pandangan
dunia atau metafisik yang mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas ide, fikiran dan jiwa.
Dunia dipahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan hukum-hukum fikiran dan kesadaran dan
tidak hanya oleh metoda objektif semata. Terdapat harmoni yang dalam antara manusia dan
alam.

Ada beberapa jenis idealisme: yaitu idealisme subjektif, idealisme objektif, dan
idealisme personal. Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik
tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Sedangkan idealisme objektif adalah idealisme yang
bertitik tolak pada ide di luar ide manusia. Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya
untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme
mekanik dan idealisme monistik.

Tokoh-tokoh idealisme diantaranya: Plato, Pascal, Aristoteles, George Barkeley, Immanuel


Kant, Johann Gottlieb Fichte, Friedrich Wilhelm Josep Schelling, dan George Wilhelm
Friedrich Hegel. Menurut para filsuf idealisme, pendidikan bertujuan untuk membantu
perkembangan pikiran dan diri pribadi. Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka
pendidikan yang diberikan kepada setiap orang harus sesuai dengan bakatnya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Devi, Rahmada. Makalah Idealisme. (Online).


https://www.scribd.com/document/261327004/MAKALAH-IDEALISME.
(Di akses pada 30 April 2021)
Rusdi. 2013. Filsafat Idealisme: Implikasinya dalam Pendidikan. Journal of Education).
Saiful. 2014. FILSAFAT IDEALISME DAN REALISME: SUATU PERSPEKTIF
PENDIDIKAN. Jurnal mentari.
Barnadib, Imam. Filsafat Pendidkan. 2002. Yogyakarta: Adicita Kaiya Nusa

Anda mungkin juga menyukai