Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN REKAYASA IDE

MK. FILSAFAT
PENDIDIKAN

PRODI S1 PEND. BIOLOGI


FMIPA

Skor Nilai:

PENERAPAN METODE DIALEKTIKA

DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME DI INDONESIA

Nama : Dhilva Meidina

Nim : 4201141027

Dosen Pengampu : Gita Noveri Eza S.Pd., M.Pd.

Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
OKTOBER 2020
ABSTRACK:
Idealism is a flow which states that the essence of the physical word can
only apply it to spirit and soul. Idealism as a stream in phylosophy originates from
Plato, has a great influence in all fields of science including in the study of
educational phylosophy. Power(1982:820 suggest the implications of the
educational phylosophy of idealism using the diacletical method. The diachletic
method according to Hegel is a method or way of understanding and solving
problems based on three elements, namely thesa, antithesis, and synthesis.

ABSTRAK:
Idealisme adalah suatu aliran yang mengatakan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami kaitannya dengan ruh dan jiwa. Idealisme sebagai sebuah
aliran dalam filsafat berasal dari Plato, memiliki pengaruh yang besar disegala
bidang ilmu pengetahuan termasuk di dalam kajian filsafat pendidikan.
Power(1982:82) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme dengan
menggunakan metode diakletika. Metode diakletika menurut Hegel adalah suatu
metode atau cara memahami dan memecahkan persoalan berdasarkan tiga elemen
yaitu tesa, antitesa, dan sintesa.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat,
nikmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan rekayasa ide dengan
judul “Penerapan Metode Dialektika Dalam Filsafat Pendidikan Idealisme di
Indonesia ” untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan rekayasa ide ini dapat


terselesaikan, berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang terkait. Maka
dari itu saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada
Ibu Lidia Simanihuruk S.Si, M.Pd selaku Dosen Pengampu yang telah membimbing
saya dan teman-teman.

Saya sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saya mengharapkan masukan atau saran dan kritik yang
membangun guna perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya. Saya berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menambah
pengetahuan kita.

Medan, Oktober 2020

DHILVA MEIDINA
NIM : 4201141027

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK...................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
1.1 Rasionalisasi Permasalahan..................................................1
1.2 Manfaat Rekayasa Ide.........................................................1
1.3 Tujuan Rekayasa Ide..........................................................1
BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN FILSAFAT ...................................2
2.1 Permasalahan Umum Filsafat Ilmu..............................................2
2.2 Identifikasi Permasalahan Filsafat...............................................2
BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN.....................................................3
BAB IV PENUTUP..........................................................................6
5.1 Kesimpulan......................................................................6
5.2 Rekomendasi....................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Permasalahan


Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophos”, philo berarti cinta dan
sophos berarti kebijaksanaan. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan
hidup. Filsafat merupakan induk atau sumber dari segala ilmu karena filsafat
mencakup segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.

Idealisme merupakan sebuah pemikiran filosofis yang telah memberikan


pengaruh besar terhadap dunia pendidikan selarna beberapa abad. Sebagai sebuah
filsafat, ideaIisme kurang memberikan pengaruh secara langsung terhadap
pendidikan pada abad ke-20 dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Tapi
bagaimanapun juga, secara tidak langsung, gagasan-gagasan idealisme masih saja
merembes ke dalam pemikiran pendidikan barat.

Hegel dikenal sebagai filsuf yang menggunakan dialektika sebagai metode


berfilsafat. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu
didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan), antitesis (pengingkaran)
dan sintesis (kesatuan kontradiksi).

1.2 Tujuan Rekayasa Ide


 Kemampuan melahirkan dan mendeskripsikan gagasan
 Kemampuan menuliskan ide dan gagasan menjadi sebuah karya tulis
 Pemanfaatan referensi yang up to date
 Memenuhi salah satu tugas mata kuliah filsafat pendidikan

1.3 Manfaat Rekayasa Ide


 Penulis dapat memberikan pemahamannya tentang masalah yang diangkat
 Menambah pengetahuan
 Dapat berpikir kritis dan logis

1
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN FILSAFAT

2.1 Permasalahan Umum Filsafat Ilmu


Pembahasan tentang konsep pendidikan perlu dikaitkan dengan ilmu
pendidikan karena keduanya menyangkut masalah hakikat manusia yang
menjelaskan kedudukan peserta didik dan pendidik dalam interaksi pendidikan.
Teori pendidikan merupakan pengetahuan tentang apa dan bagaimana mestinya
pendidikan dilaksanakan. Sedangkan pendidikan praktis merupakan pelaksanaan
secara konkret. Keduanya tidak dapat dipisahkan. O’Connor menyatakan bahwa
teori pendidikan memiliki syarat berpikir lurus dan benar(logis), deskriptif, dan
menjelaskan (Bernadib, 1996:8-9). Teori pendidikan disusun sebagai latar belakang
yang hakiki dan rasional.

2.2 Identifikasi Permasalahan Filsafat


1. Realita, Menurut penafsiran standar dari mekanika kuantum, kesadaran
manusia berperanan sangat penting dalam proses penciptaan realitas yang
diamati oleh manusia (Rosenblum and Kuttner, 2006).
2. Permasalahan Ontologi, Pada zaman sekarang, banyak sekali model dan
bentuk dari rumah semisal rumah susun dan apartemen yang dimana bentuk
rumah tersebut tidak ada pada zaman dahulu. Menurut Plato, realitasnya
adalah ide atau gambaran yang membuat kita selalu mengenali tentang
rumah. Meskipun kini banyak model dan bentuk rumah, namun ide tentang
rumah ini yang membuat kita tetap mengenali bahwa yang kita lihat adalah
rumah.
3. Permasalahan Aksiologi, Pertanyaan yang berkaitan dengan aksiologi adalah
apakah yang baik atau bagus? (Muhammad Noor Syam, 1986 dalam Jalaludin,
2007: 84).
4. Permasalahan Epistemologi, Objek epistemology ini menurut Jujun S. Suria
suamantri berupa“ segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk
memperoleh pengetahuan

2
BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN

1. Realita, berupa kenyataan yang menjurus kepada masalah kebenaran.


Kebenaran akan timbul apabila orang dapat menarik kesimpulan bahwa
pengetahuan yang dimilikinya memang benar nyata.

Realitas dalam Perspektif  Materialisme, Realitas satu-satunya adalah materi


dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi. Materi dan
aktivitasnya bersifat abadi. Tidak ada penggerak pertama atau sebab
pertama. Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran yang kekal.   Semua gejala
berubah, akhirnya melampaui eksistensi, yang kembali lagi ke
dasar material primordial, abadi, dalam suatu peralihan wujud yang abadi
dari materi. Paham Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang
mental dan ideasional sebagai kunci ke hakikat Realitas.

2. Permasalahan Ontologi, yaitu cabang filsafat ilmu yang menekankan bahwa


yang utama adalah dunia ide, karena dunia materi tidak akan pernah ada
tanpa terlebih dulu ada dalam tataran ide.

Kneller (1971: 6) mengatakan bahwa metafisika adalah cabang filsafat yang


bersifat spekulatif, membahas hakikat kenyataan terdalam. Metafisika
mencari jawaban atas persoalan mendasar: Adakah alam semesta ini
mempunyai desain rasional atau hanya sesuatu yang tidak ada maknanya?
Apakah pikiran itu merupakan kenyataan dalam dirinya atau hanya sekedar
sebentuk materi yang bergerak? Apakah perilaku semua organisme telah
ditentukan atau apakah ada organisme, misalnya manusia, yang mempunyai
ukuran kebebasan? Dengan kemunculan ilmu-ilmu empiris, banyak orang
meyakini bahwa metafisika telah ketinggalan jaman. Temuan ilmu-ilmu
empiris tampak lebih dipercaya, sebab temuannya dapat diukur, sedangkan
pemikiran metafisik tampaknya tidak dapat diverifikasi dan tidak bersifat
aplikatif. Metafisika dan ilmu-ilmu empiris seolah merupakan dua bidang
kegiatan yang berbeda.

3
Dalam kaitannya dengan pendidikan, Gutek (1988: 2) mengatakan bahwa
metafisika berkaitan dengan perumusan teori dan praktik pendidikan dalam
berbagai hal. Subjek, pengalaman dan keterampilan yang termuat di dalam
kurikulum merefleksikan konsep tentang kenyataan yang diyakini oleh suatu
masyarakat yang menjadi pendukung keberadaan sebuah sekolah.

Persekolahan mewakili upaya dari pembuat kurikulum, guru-guru dan


pengarang buku-buku teks dalam menggambarkan aspek-aspek kenyataaan
kepada subjek didik. Contohnya, pelajaran sejarah, geografi, kimia dan lain-
lain menggambarkan fase tertentu dari kenyataaan kepada subjek didik.

3. Permasalahan Aksiologi, cabang ilmu filsafat yang mempertanyakan


bagaimana manusia menggunakan ilmunya

Metafisika membahas tentang hakikat kenyataan terdalam, sedangkan


aksiologi menunjuk pada preskripsi perilaku moral dan keindahan. Para
pendidik selalu memperhatikan masalahmasalah yang berkaitan dengan
pembentukan nilai-nilai dalam diri para subjek didik dan mendorong ke arah
perilaku yang bernilai (Gutek, 1988: 3).

Secara tidak langsung landasan aksiologis pendidikan tecermin di dalam


perumusan tujuan pendidikan. Tatkala orang merancang pendidikan, maka
ia harus memulainya dengan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan pendidikan didasarkan oleh nilai-nilai yang diyakini yang berusaha
untuk diwujudkan tindakan nyata. dapat disimpulkan bahwa landasan
aksiologis ilmu pendidikan adalah konsep nilai yang diyakini yang dijadikan
landasan atau dasar dalam teori dan praktik pendidikan.

4. Permasalahan Epistemologi, yang menjadi masalah dalam tataran


epistemologi ini adalah proses apa yang memungkinkan mendapatkan
pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur
memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni.

Akinpelu (1988: 11) mengatakan bahwa area kajian epistemologi ada


relevansinya dengan pendidikan, khususnya untuk kegiatan belajar mengajar
di dalam kelas. Pencarian akan pengetahuan dan kebenaran adalah tugas
utama baik dalam bidang filsafat/epistemologi maupun pendidikan.
Sebagaimana dinyatakan oleh Dewey, hanya saja antara epistemologi dan
pendidikan terdapat perbedaan dalam hal prosesnya. Pendidikan sebagai
proses memusatkan perhatiannya pada penanaman pengetahuan oleh guru
dan perolehannya oleh peserta didik, sedangkan epistemologi menggali lebih
dalam sampai pada akarnya pengetahuan.

4
Guru-guru di dalam kelas memberikan berbagai jenis pengetahuan sesuai
dengan disiplin ilmunya masing-masing. Akan baik bagi seorang guru
mengetahui berbagai jenis pengetahuan yang diberikannya, apa sumber
pengetahuan tersebut, dan bagaimana tingkat kepercayaan kita pada
pengetahuan tersebut. Penting dan menjadi keharusan bagi guru untuk
mengetahui jenis pengetahuan dalam disiplin ilmunya yang diberikan kepada
murid-muridnya. Hal ini akan membantu guru untuk menyeleksi bahan ajar
dan penekanannya pada materi tertentu dalam mengajar (Akinpelu, 1988:
12).

Epistemologi membahas konsep dasar dan sangat umum dari proses


mengetahui, sehingga erat kaitannya dengan metode pengajaran dan
pembelajaran. Sebagai contoh, seorang yang berpaham idealisme berpegang
pada keyakinan bahwa proses mengetahui atau proses kognitif sesungguhnya
adalah proses memanggil kembali ide-ide yang telah ada dan bersifat laten
dalam pikiran manusia. Metode pembelajaran yang tepat adalah dialog
Socrates. Dengan metode ini, guru berusaha menstimulasi atau membawa
ide-ide laten ke dalam kesadaran subjek didik dengan menanyakan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada munculnya ide-ide tersebut
dalam dialog.

5
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophos”, philo berarti cinta dan
sophos berarti kebijaksanaan. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan
hidup. Filsafat merupakan induk atau sumber dari segala ilmu karena filsafat
mencakup segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Idealisme merupakan
sebuah pemikiran filosofis yang telah memberikan pengaruh besar terhadap dunia
pendidikan selarna beberapa abad. Hegel dikenal sebagai filsuf yang menggunakan
dialektika sebagai metode berfilsafat. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal
yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis
(pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan sintesis (kesatuan kontradiksi).

O’Connor menyatakan bahwa teori pendidikan memiliki syarat berpikir lurus


dan benar(logis), deskriptif, dan menjelaskan (Bernadib, 1996:8-9). Teori
pendidikan disusun sebagai latar belakang yang hakiki dan rasional. Realita,
Menurut penafsiran standar dari mekanika kuantum, kesadaran manusia
berperanan sangat penting dalam proses penciptaan realitas yang diamati oleh
manusia (Rosenblum and Kuttner, 2006). Permasalahan filsafat yaitu realita,
Permasalahan Ontologi, Permasalahan Aksiologi, Permasalahan Epistemologi.

3.2 Rekomendasi
Dalam tugas rekayasa ide ini, mungkin masih terdapat beberapa kekuranan.
Untuk itu saya sangat menerima dengan terbuka segala bentuk kritik dan saran.
Dan saya merekomendasikan bahwa ide saya ini dapat dilakukan atau diuji kembali
untuk meningkatkan pembelajaran mengenai materi aliran filsafat perenialisme.
Semoga ide saya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

6
DAFTAR PUSTAKA

Purwastuti, Andriani & Rukiyati(2015). Universitas Negeri Yogyakarta. Mengenal


Filsafat Pendidikan.

Devinta, Maully Syifa & Azizah, Ni’matul. Umsida. Epistemologi Pendidikan


Menurut Beragam Filsafat Dunia Idealisme, Realisme, Pragmatisme,
Eksistensialisme.

Bahrum(2013). Yayasan Pendidikan Ujung Pandang. Ontologi, Epistemologi, dan


Aksiologi.

Suminar, Tri. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Tinjauan


Filsafat (Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Manajemen Pembelajran Berbasis
Teori sibernetik).

Rusdi(2013). Dinamika Ilmu. Filsafat Idealisme(Implikasinya dalam Pendidikan).

7
8

Anda mungkin juga menyukai