Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FILSAFAT IDEALISME
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Dosen pengampu:
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc.

Drs. Hidayah Ansori, M.Si.

Oleh: Kelompok 1
Baihaki 1710118110005
Fitria 1710118120008
Maya Safitri 1710118320021
Mita Noor Anisah Dewi 1710118220020
Yuhana Rahmi 1710118320043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2

C. Tujuan Pembelajaran ................................................................................ 2

BAB II .................................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3

A. Aliran Filsafat Idealisme ........................................................................... 3

B. Latar Belakang Lahirnya Aliran Filsafat Idealisme .............................. 4

C. Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Idealisme ................................................... 6

D. Konsep Dasar Filsafat Idealisme .............................................................. 9

E. Implementasi Aliran Filsafat Idealism Terhadap Pendidikan ............ 11

F. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Filsafat Idealisme ......................... 13

BAB III ................................................................................................................. 14

PENUTUP ............................................................................................................ 14

A. Kesimpulan ............................................................................................... 14

B. Saran ......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Idealisme merupakan sebuah pemikiran filosofis yang telah memberikan
pengaruh besar terhadap dunia pendidikan selarna beberapa abad. Sebagai
sebuah filsafat, ideaIisme kurang memberikan pengaruh secara langsung
terhadap pendidikan pada abad ke-20 dibandingkan dengan masa-masa
sebelumnya. Tapi bagaimanapun juga, secara tidak langsung, gagasan-
gagasan idealisme masih saja merembes ke dalam pemikiran pendidikan
barat.

Sebelum menjadi sebuah aliran filsafat yang berkembang di abad ke-19


M. sebenarnya gagasan-gagasan idealisme telah diperkenalkan oleh Plato
jauh sebelum itu. Secara historis, idealisme telah diformulasi dengan jelas dan
diintrodusir oleh Plato pada abad ke-4 sebelum Masehi. Dengan gagasan-
gagasan dan pemikiran filosofis tersebut, akhirnya Plato dijuluki dengan
bapak idealisme.

Filsafat idealisme berkembang dengan pesat. Idealisme, dengan


penekanannya pada kebenaran yang tak berubah, mempunyai pengaruh kuat
terhadap pernikiran kefilsafatan. Dalam dunia pemikiran moden, idealisme
ditumbuh kernbangkan oleh tokoh-tokoh seperti Immanuel Kant (1724-1804),
George Hegel (1770-1831), Friedrich Wilhelm Joseph Schelling (1775-1854)
dan Johan Gottlieb Fichte (1780-1788 M). Sepanjang sejarahnya, idealisme
terkait dengan agama, karena keduanya sama-sama berfokus pada aspek
spritual dan moral.

Bagaimana sebenarnya filsafat idealisme tersebut. Artikel ini membahas


apakah filsafat idealisme itu, apa pokok-pokok pikiran filsafat idealisme dan
bagaimana gagasan idealisme berimplikasi dalam bidang pendidikan. Untuk
menjawab itu, maka akan diuraikan filsafat idealisme, pokok-pokok pikiran
idealisme dan implikasi idealisme dalam bidang pemikiran pendidikan.

1
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu aliran filsafat idealisme?
b. Apa latar belakang lahirnya aliran filsafat idelisme?
c. Siapa saja tokoh-tokoh aliran filsafat idealisme?
d. Apa sajakah konsep dasar filsafat idealisme?
e. Apa sajakah implementasi aliran filsafat idealisme terhadap pendidikan?
f. Apa saja kelebihan dan kekurangan aliran filsafat idealisme?

C. Tujuan Pembelajaran
a. Untuk mengetahui pengertian filsafat idealisme.
b. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya aliran filsafat idelisme.
c. Untuk mengetahui tokoh-tokoh aliran filsafat idealisme.
d. Untuk mengetahui konsep dasar filsafat idealisme.
e. Untuk mengetahui implementasi aliran filsafat idealisme terhadap
pendidikan
f. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan aliran filsafat idealisme.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Aliran Filsafat Idealisme
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham
bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita
adalah manifestasi alam ide. Filsafat Idealisme menekankan pentingnya
keunggulan pikiran (mind), jiwa (spirit) atau roh (soul) dari pada hal-hal yang
bersifat kebendaan atau material. Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya,
yakni apa yang disebut “mind”. Mind merupakan wujud yang mampu
menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua
tingkah laku manusia.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa idealisme merupakan suatu


aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa hakekat segala sesuatu ada
pada tataran (hasil) ide. Realitas yang berwujud sebenarnya lebih dulu ada
dalam realitas ide dan pikiran dan bukan pada hal-hal yang bersifat materi.
Meskipun demikian, idealisme tidak mengingkari adanya materi. Materi
merupakan bagian luar dari apa yang disebut hakekat terdalam, yaitu akal
atau ruh, sehingga materi merupakan bungkus luar dari hakekat, pikiran, akal,
budi, ruh atau nilai.

a. Idealisme Subyektif (Immaterialisme):

Seorang idealis subyektif berpendirian bahwa akal, jiwa dan persepsi-


persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada. Obyek pengalaman
bukan benda material, obyek pengalaman adalah persepsi. Benda-benda
seperti bangunan dan pohon-pohonan itu ada, tetapi hanya ada dalam akal
yang mempersepsikannya. Akal adalah yang melakukan persepsi. Segala
yang riil adalah akal yang sadar atau suatu persepsi atau ide yang dimiliki
oleh akal tersebut.

b. Idealisme Obyektif

Menurut aliran idealism objektif ini, pikiran adalah esensi dari alam, dan
alam adalah keseluruhan jiwa yang diobjektifkan. Tokoh pertama idealisme
objektif adalah Plato (427-347 SM.), yang membagi dunia dalam dua bagian,

3
yaitu dunia persepsi dan alam di atas alam benda; yaitu alam konsep, ide,
universal atau esensi yang abadi. (Susanto, 2014)

Ide-ide adalah contoh yang transenden dan asli, sedangkan persepsi dan
benda-benda individual adalah copy atau bayangan dari ide-ide tersebut. Ide-
ide yang tidak berubah atau essensi yang sifatnya riil, diketahui manusia
dengan perantaraan akal. Jiwa manusia adalah essensi immaterial, dikurung
dalam badan manusia untuk sementara waktu. Dunia materi berubah, jika
dipengaruhi rasa indra, hanya akan memberikan opini dan bukan
pengetahuan. Kelompok idealis obyektif modern berpendapat bahwa semua
bagian alam tercakup dalam suatu tertib yang meliputi segala sesuatu, dan
mereka menghubungkan kesatuan tersebut kepada ide dan maksud-maksud
dari suatu akal yang mutlak (absolute mind).

c. Idealisme Personal

Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukannya pemikiran yang


abstrak atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa
atau seorang pemikir. Realitas itu termasuk dalam personalitas yang sadar.
Jiwa (self) adalah satuan kehidupan yang tak dapat diperkecil lagi, dan hanya
dapat dibagi dengan cara abstraksi yang palsu. Kelompok personalis
berpendapat bahwa perkembangan terakhir dalam sains modern, termasuk di
dalamnya formulasi teori realitas dan pengakuan yang selau bertambah
terhadap 'tempat berpijaknya si pengamat' telah memperkuat sikap mereka.
Realitas adalah suatu sistem jiwa personal, oleh karena itu realitas bersifat
pluralistik. Kelompok personalis menekankan realitas dan harga diri dari
orang-orang, nilai moral, dan kemerdekaan manusia. Bagi kelompok
personalis, alam adalah tata tertib yang obyektif, walaupun begitu alam tidak
berada sendiri. Manusia mengatasi alam jika ia mengadakan interpretasi
terhadap alam ini.

B. Latar Belakang Lahirnya Aliran Filsafat Idealisme


Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan
sejarah pemikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat barat kita temui dalam
bentuk ajaran yang murni dari Plato. Plato menyatakan bahwa alam cita-cita

4
itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang
menempati ruang ini hanya berupa bayangan saja dari alam ide.

Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang


menggambarkan alam ide sebagai suatu tenaga yang berada dalam benda-
benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat
dikatakan bahwa paham idealisme sepanjang masa tidak pernah hilang sama
sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang
disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini.

Pada jaman Aufklarung para filosof yang mengakui aliran serba dua
(dualisme) seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang
bersifat kerohanian dan kebendaan, maupun keduanya mengakui bahwa unsur
kerohanian lebih penting daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum
agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut idealisme yang paling
setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat
yang mendalam. Puncak jaman idealisme pada masa abad ke-18 dan 19
ketika periode idealisme.

Secara historis, idealisme diformulasikan dengan jelas pada abad IV


sebelum masehi oleh Plato (427-347 SM). Semasa Plato hidup kota Athena
adalah kota yang berada dalam kondisi transisi (peralihan). Peperangan
bangsa Persia telah mendorong Athena memasuki era baru. Seiring dengan
adanya peperangan-peperangan tersebut, perdagangan dan perniagaan tumbuh
subur dan orang-orang asing tinggal di berbagai penginapan Athena dalam
jumlah besar untuk meraih keuntungan mendapatkan kekayaan yang
melimpah. Dengan adanya hal itu, muncul berbagai gagasan-gagasan baru ke
dalam lini budaya bangsa Athena. Gagasan-gagasan baru tersebut dapat
mengarahkan warga Athena untuk mengkritisi pengetahuan dan nilai-nilai
tradisional. Saat itu pula muncul kelompok baru dari kalangan pengajar (para
Shopis). Ajarannya memfokuskan pada individualisme, karena mereka
berupaya menyiapkan warga untuk menghadapi peluang baru terbentuknya
masyarakat niaga. Penekanannya terletak pada individualisme, hal itu

5
disebabkan karena adanya pergeseran dari budaya komunal masa lalu menuju
relativisme dalam bidang kepercayaan dan nilai.

Aliran filsafat Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi
perubahan terus-menerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Ia
merumuskan kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal).
Dan sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi keseharian senantiasa mengalami
perubahan. Dengan demikian, kebenaran tidak bisa ditemukan dalam dunia
materi yang tidak sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa disana
terdapat kebenaran yang universal dan dapat disetujui oleh semua orang.
Contohnya dapat ditemukan pada matematika, bahwa 5 + 7 = 12 adalah selalu
benar (merupakan kebenaran apriori), contoh tersebut sekarang benar, dan
bahkan di waktu yang akan datang pasti akan tetap benar.

C. Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Idealisme


Plato adalah generasi awal yang telah membangun prinsip-prinsip filosofi
aliran idealis. Tokoh-tokoh lain yang juga mendukung aliran idealisme antara
lain Fichte, Hegel, Schelling, dan Imanuel Kant.

a. Plato
Tokoh aliran idealisme yang pertama kali adalah Plato (427-374 SM),
murid Sokrates. Plato dilahirkan dalam keluarga aristiokrasi di Athena,
sekitar 427 SM dan meninggal dalam usia 80 tahun. Ayahnya Ariston, adalah
keturunan dari raja pertama Athena yang berkuasa pada abad ke-7 SM.
Sementara ibunya, Perictions, adalah keturunan keluarga solon, seorang
pembuat undang-undang, penyair, memimpin militer dari kaum ningrat dan
pendiri dari demokrasi Athena terkemuka. (Yanuarti, 2016)

Idea merupakan inti dasar dari seluruh filsafat yang diajarkan oleh Plato.
Ia beranggapan bahwa idea merupakan suatu yang objektif, adanya idea
terlepas dari subjek yang berfikir. Idea tidak diciptakan oleh pemikiran
individu, tetapi sebaliknya pemikiran itu tergantung dari idea-idea. Ia
memberikan beberapa contoh seperti segitiga yang digambarkan di papan
tulis dalam berbagai bentuk itu merupakan gambaran yang merupakan tiruan
tak sempurna dari idea tentang segituga. Maksudnya adalah berbagai macam

6
segitiga itu mempunyai satu idea tentang segitiga yang mewakili semua
segitiga yang ada.

Dalam menerangkan idea ini Plato menerangkan dengan teori dua


dunianya, yaitu dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang disajikan
pancaindera, sifat dari dunia ini tidak tetap terus berubah, dan tidak ada suatu
kesempurnaan. Dunia lainnya adalah dunia idea, dan dunia idea ini semua
serba tetap, sifatnya abadi dan tentunya serba sempurna. Idea mendasari dan
menyebabkan benda-benda jasmani. Hubungan antara idea dan realitas
jasmani bersifat demikian rupa sehingga benda-benda jasmani tidak bisa
berada tanpa pendasaran oleh idea-idea itu. Hubungan antara idea dan realitas
jasmani ini melalui 3 cara, pertama, idea hadir dalam benda-benda konkrit.
Kedua, benda konkrit mengambil bagian dalam idea. Ketiga, Idea merupakan
model atau contoh bagi benda-benda konkrit. Benda-benda konkrit itu
merupakan gambaran tak sempurna yang menyerupai model tersebut.

b. Fichte

Johan Gottlieb Fichte adalah seorang filsuf jerman. Ia belajar teologi di


Jena (1780-1788 M). Pada tahun 1810-1812 M, ia menjadi rektor Universitas
Berlin. Filsafatnya disebut “Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu pengetahuan).
Secara sederhana pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda
dengan inderanya. Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha
mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk
membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang
dipikirkannya. (Yanuarti, 2016)

c. Schelling

Friedrich Wilhelm Joseph Schelling (1775-1854) Juga merupakan filosof


yang menganut aliran idealisme. Pemikiran Schelling tampak pada teorinya
tentang yang mutlak mengenai alam. Pada dirinya yang mutlak adalah suatu
kegiatan pengenalan yang terjadi terus-menerus yang bersifat kekal.
(Yanuarti, 2016)

7
d. Hegel

Georg Wilhelm Friedrich Hegel dikenal sebagai filosof yang


menggunakan dialektika sebagai metode berfilsafat. Dialektika menurut
Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa
dikenal dengan tesis (pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan sintesis
(kesatuan kontradiksi). Pengiyaan harus berupa konsep pengertian yang
empiris indrawi.

Menurut Hegel yang mutlak adalah roh yang mengungkapkan diri di


dalam alam, dengan maksud agar dapat sadar akan dirinya sendiri. Hakikat
roh adalah ide atau pikiran. Pernyataan Hegel yang terkenal adalah semuanya
yang real bersifat rasional dan semuanya yang rasional bersifat real.
Maksudnya adalah bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya realitas.
(Yanuarti, 2016)

e. Immanuel Kant

Immanuel Kant dilahirkan di Koenigsberg, suatu kota di Prusia Timur,


pada tanggal 22 April 1724, dari keluarga pembuat dan penjual alat-alat dari
kulit untuk keperluan menunggang kuda. Kant merupakan salah seorang
tokoh masa pencerahan. Menurut Kant semua pengetahuan mulai dari
pengalaman, namun tidak berarti semua dari pengalaman. Obyek luar
ditangkap oleh indera, tetapi rasio mengorganisasikan bahan-bahan yang
diperoleh dari pengalaman tersebut. (Yanuarti, 2016)

Immanuel Kant, mengakui kebenaran ilmu dan mengakui bahwa budi


(akal manusia) dapat mencapai kebenaran. Pengetahuan, menurut Kant dapat
dipaparkan dengan putusan berupa rangkaian pengertian subjek dan predikat.
Rangkaian dapat dikatakan analitik yaitu predikatnya telah tercantum dengan
niscaya pada subjeknya. Sedangkan jika tidak tercantum dengan niscaya di
dalam subjeknya dikatakan rangkaian sintetik. Putusan-putusan sintetik ini
dapat dicapai oleh manusia melalui pengalaman

8
D. Konsep Dasar Filsafat Idealisme
Pandangan filsafat idealisme dapat dilihat pada cabang-cabang filsafat yaitu
ontologi, epistimologi, dan aksiologi.

1. Realitas Akal Pikiran (Kajian Ontologi)


Goerge Knight mengemukakan bahwa realitas bagi idealisme
adalah dunia penampakan yang ditangkap dengan panca indera dan dunia
realitas yang ditangkap melalui kecerdasan akal pikiran (mind). Dunia akal
fikir terfokus pada ide gagasan yang lebih dulu ada dan lebih penting
daripada dunia empiris indrawi. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa ide
gagasan yang lebih dulu ada dibandingkan objek-objek material, dapat
diilustrasikan dengan kontruksi sebuah kursi. Para penganut idealisme
berpandangan bahwa seseorang haruslah tetap mempunyai ide tentang
kursi dalam akal pikirannya sebelum ia dapat membuat kursi untuk
diduduki. Metafisika idealisme nampaknya dapat dirumuskan sebagai
sebuah dunia akal pikir kejiwaan. (Rusdi, 2013)
Uraian diatas dapat dipahami bahwa meskipun idealisme
berpandangan yang terfokus pada dunia ide yang bersifat abstrak, namun
demikian ia tidak menghapus unsur materi yang bersifat empiris indrawi.
Pandangan idealisme tidak memisahkan antara sesuatu yang bersifat
abstrak yang ada dalam tatanan ide dengan dunia materi. Namun
menurutnya, yang ditekankan adalah bahwa yang utama adalah dunia ide,
karena dunia materi tidak akan pernah ada tanpa terlebih dulu ada dalam
tatanan ide.
2. Kebenaran Sebagai Ide dan Gagasan (Kajian Epistemologi)
Kunci untuk mengetahui epistemologi idealisme terletak pada
metafisika mereka. Ketika idealisme menekankan realitas dunia ide atau
akal pikiran dan jiwa, maka dapat diketahui bahwa teori mengetahui
epistemologinya pada dasarnya adalah suatu penjelajahan secara mental
mencerap ide-ide, gagasan dan konsep-konsep. Dalam pandangannya,
mengetahui realitas tidaklah melalui sebuah pengalaman melihat,
mendengar atau meraba, tetapi lebih sebagai tindakan menguasai ide
sesuatu dan memeliharanya dalam akal pikiran. Berdasarkan itu, maka

9
dapat dipahami bahwa pengetahuan itu tidak didasarkan pada sesuatu yang
datang dari luar, tetapi pada sesuatu yang telah diolah dalam ide dan
pikiran. Kata kunci dalam epistemologi idealisme adalah konsistensi dan
koherensi. Para penganut idealisme memberikan perhatian besar pada
upaya pengembangan suatu sistem kebenaran yang mempunyai
konsistensi logis. Sesuatu benar ketika ia selaras dengan keharmonisan
hakikat alam semesta.
3. Nilai-nilai dari Dunia Ide (Kajian Aksiologi)
Aksiologi idealisme berakar kuat pada cara metafisisnya. Menurut
George Knight, jagat raya ini dapat dipikirkan dan direnungkan dalam
kerangka makrokosmos (jagat besar) dan mikrokosmos (jagat kecil). Dari
sudut pandang ini, makrokosmos dipandang sebagai dunia Akal Pikir
Absolut, sementara bumi dan pengalaman-pengalaman sensori dapat
dipandang sebagai bayangan dari apa yang sejatinya ada. Dalam konsepsi
demikian, tentu akan terbukti bahwa baik kriteria etik maupun estetik dari
kebaikan dan kemudahan itu berada di luar diri manusia, berada pada
hakikat realitas kebenaran itu sendiri dan berdasarkan pada prinsip-prinsip
yang abadi dan baku. (Rusdi, 2013)
Dalam pandangan idealisme, kehidupan etik dapat direnungkan
sebagai suatu kehidupan yang dijalani dalam keharmonisan dengan alarm
(universe). Jika dari absolut dilihat dari kacamata makrokosmos, maka diri
individu manusia dapat diidentifikasi sebagai suatu dari mikrokosmos.
Dalam kerangka itu, peran dari individu akan bias menjadi maksimal
mungkin mirip dengan Diri Absolut. Jika yang absolut dipandang sebagai
hal yang paling akhir dan paling etis dari segala sesuatu, atau sebagai
Tuhan yang dirumuskan sebagai yang sempurna sehingga sempurna pula
pada moral, maka lambing perilaku etis penganut idealisme terletak pada
“peniruan” Diri Absolut. Manusia adalah bermoral jika ia selaras dengan
Hukum Moral Universal yang merupakan suatu ekspresi sifat dari Zat
Absolut.
Estetika idealisme juga dilihat dalam kerangka makrokosmos dan
mikrokosmos. Penganut idealisme berpandangan bahwa keindahan itu ada

10
ketika direfleksikan sesuatu yang ideal. Seni yang berupaya
Mengekspresikan Yang Absolut, maka dikategorikan sesuatu yang
memuaskan secara estetik.

E. Implementasi Aliran Filsafat Idealism Terhadap Pendidikan


Filsafat pendidikan idealisme dapat ditinjau dari tiga cabang filsafat yaitu
ontologi sebagai cabang yang merubah atas teori umum mengenai semua hal,
epistemologi yang membahas tentang pengetahuan serta aksiologi yang
membahas tentang nilai.

Ontologi dari filsafat pendidikan idealisme menyatakan bahwa kenyataan


dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal yang
berkualitas spritual. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu ditinjau pada
peserta didik adalah pemahaman sebagai makhluk spritual dan mempunyai
kehidupan yang bersifat ontologis dan idealistik. Dengan demikian
pendidikan bertujuan untuk membimbing peserta didik menjadi makhluk
yang berkepribadian, bermoral serta mencita-citakan segala hal yang serba
baik dan bertaraf tinggi. (Rusdi, 2013)

Aspek epistemologi dari idealisme adalah pengetahuan hendaknya bersifat


ideal dan spritual yang dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan
yang lebih mulia. Pengetahuan tersebut tidak semata-mata terikat pada hal-hal
fisik, tetapi mengutamakan yang bersifat spritual. Sedangkan aspek aksiologi
pada idealisme menempatkan nilai pada dataran yang bersifat tetap dan
idealistik. Artinya pendidik hendaknya tidak menjadikan peserta didik
terombang ambing oleh sesuatu yang bersifat relatif atau temporer.

Dalam uraian tersebut dapat dipahami bahwa pandangan umum filsafat


idealisme yang berangkat dari hal-hal yang bersifat ideal dan spritual, sangat
menentukan cara pandang ketika memasuki dunia pendidikan. Dengan kata
lain bahwa hal-hal yang bersifat ideal dapat menentukan pandangan dan
pemikiran terhadap berbagai hal dalam pendidikan yaitu dari segi tujuan,
materi, pendidik, peserta didik dan hakikat pendidikan secara keseluruhan.

11
Berikut ini adalah aspek-aspek pendidikan dalam tinjauan filsafat
idealisme, meliputi peserta didik, pendidik, kurikulum, metode pendidikan,
dan tujuan pendidikan.

1. Peserta Didik atau Anak Didik

Menurut pandangan idealisme anak didik harus dipandang sebagai


individu yang memiliki potensi akal pikir dan potensi moral. Potensi
inteleknya dikembangkan sehingga memiliki pengetahuan yang benar, dan
potensi moralnya diaktualkan agar ia memiliki kepribadian yang utama
sebagai manusia yang bermoral. Oleh karena itu, pendidikan berfungsi untuk
mengembangkannya kearah kepribadian yang sempurna.

2. Pendidik atau Guru

Guru sangat menanamkan peran penting dalam pendidikan dan


pengajaran. Dalam mendidik guru berperan sebagai tokoh sentral dan model
dimana keberadaannya menjadi panutan bagi anak didiknya. Sebagai model
bagi anak didiknya, guru harus menghargai anak didiknya dan membantunya
untuk menyadari kepribadian mereka miliki. Dengan demikian idealisme
menempatkan sosok guru menjadi posisi sentral yang selalu mengarahkan
anak didiknya.

3. Kurikulum

Materi pembelajaran (subject matter) idealisme dapat dilihat dari sudut


pandang epistemologinya. Jika kebenaran adalah ide gagasan, maka
kurikulum harus disusun di seputar materi-materi kajian yang mengantar anak
didik bergelut langsung dengan ide dan gagasan. Karena itu, kurikulum bagi
penganut idealisme menekankan pandangan humanitis. Bagi banyak penganut
idealisme, kajian tepat tentang “kemanusian” adalah manusia. Bagi idealisme,
kurikulum merupakan organ materi intelektual atau disiplin keilmuan yang
bersifat ideal dan konseptual. Sistem konseptual yang bervariasi tersebut
menjelaskan dan didasarkan pada manifestasi dari yang Absolut.

4. Metodologi Pengajaran

12
Dalam proses pembelajaran, kata-kata tertulis maupun terucap merupakan
metode yang digunakan oleh penganut idealisme. Melalui kata-katalah ide
dan gagasan dapat beralih dari suatu akal pikir menuju akal pikir lainnya.
Tujuan dan metode ini dapat dirumuskan sebagai penyerapan ide dan
gagasan. Guru juga menyelenggarakan diskusi kelas sehingga ia dan
muridnya dapat menagkap ide-ide dan gagasan dari berbagai bacaan dan
perkuliahan.

5. Tujuan Pendidikan

Ali Maksum mengatakan bahwa tujuan pendidikan idealisme adalah


membentuk anak didik agar menjadi manusia yang sempurna yang berguna
bagi masyarakatnya (Rusdi, 2013). Pendidikan dalam pandangan ini lebih
menekankan pada pengkayaan pengetahuan (transfer of knowladge) pada
anak didik. Lembaga pendidikan harus membekali pengetahuan, teori-teori
dan konsep-konsep tanpa harus memperhitungkan tuntutan dunia praktis
(kerja dan industri). Idealisme yakin, kalau anak didik itu menguasai berbagai
pengetahuan maka mereka tidak akan kesulitan mengahadapi hidup.

Pelaksanaan pendidikan harus mengenyam pendidikan, demikian halnya


bahwa setiap peserta didik harus diberikan kebebasan untuk mengikuti ilmu
yang ada sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing.
Menurut paham idealisme bahwa pendidikan yang ideal adalah bagaimana
mengajarkan anak untuk senantiasa berpikir. Maka perlulah pelaksanaan
pendidikan secara terus menerus dan berjenjang. Hal ini bertujuan agar
peserta didik dapat terus mengasah kemampuan berpikirnya secara perlahan
dan berkelanjutan.

F. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Filsafat Idealisme


Kelebihan:
1) Meningkatkan daya pemikiran dari segi menghasilkan ide.

2) Mempermudah dan membantu siswa untuk memperjelas serta menentukan


cara pandangnya.
kekurangan:
1) Anggapan terhadap sesuatu nilai atau kebenaran yang kekal.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat Idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya
keunggulan pikiran (mind), jiwa (spirit) atau roh (soul) dari pada hal-hal yang
bersifat kebendaan atau material. Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya,
yakni apa yang disebut “mind”. Pada awalnya filsafat idealisme yang kita
temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. Yang menyatakan bahwa
alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun
alam nyata yang menempati ruang ini hanya berupa bayangan saja dari alam
idea. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa paham idealisme sepanjang masa
tidak pernah hilang sama sekali.
Tokoh-tokoh aliran filsafat idealisme, antara lain : Plato, Immanuel Kant,
J. G. Fichte, F. W. S. Schelling, dan G. W. F. Hegel. Konsep dasar aliran
filsafat idealisme, antara lain: Kajian ontologi, kajian epistimologi, dan kajian
aksiologi. Aspek-aspek pendidikan dalam tinjauan filsafat idealisme, meliputi
peserta didik, pendidik, kurikulum, metode pendidikan, dan tujuan
pendidikan. Kelebihannya adalah meningkatkan pemikiran dari ide yang
benar dan boleh dipakai. Memperjelas dan menentukam cara pandangnya.
Kekurangannya adalah anggapan terhadap sesuatu nilai atau kebenaran yang
kekal sepanjang masa.

B. Saran
Dalam menyelesaikan masalah sebaiknya dipikirkan terlebih dahulu
melalui pemikiran (rasio atau akal), agar hasil yang akan didapatkan itu lebih
baik dan memuaskan.
Sebagai calon pendidik, kita harus menyiapkan situasi dan kondisi yang
kondusif untuk pembelajaran, serta lingkungan yang ideal bagi perkembangan
mereka, kemudian membimbing mereka dengan ide-ide yang dipelajarinya
hingga sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asmoro Achmadi. (2009). Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Rusdi. (2013). Filsafat Idealisme (Implikasinya Dalam Pendidikan). Dinamika


Ilmu Vol. 13 No. 2.

Sodarsono. (2008). Ilmu Filsafat-Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Susanto. (2014). Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,


Epistimologis, dan Aksiologis. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Yanuarti, E. (2016). Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filasafat Idealisme.


Jurnal Pendidikan Islam Vol. 1 No. 02.

15
LAMPIRAN SOAL

1. Manakah yang merupakan kelebihan filsafat idealisme....


A. Mendorong dan memberi semangat untuk berlomba lomba
membuktikan suatu konsep lewat penelitian
B. Isi pendidikan mencakup hal-hal yang dapat dipercaya
C. Tidak bergantung pada segala peraturan
D. Meningkatkan daya pemikiran dari segi menghasilkan ide yang
benar dan boleh dipakai.
E. Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi, pelajaran
berprogram dan kompetensi

2. Bagaimana hubungan ide dengan unsur materi dalam aliran idealisme?


A. idealisme memisahkan antara adanya ide dan materi.
B. idealisme mengatakan bahwa unsur materi awal dari adanya dunia ide.
C. idealisme tidak memisahkan antara adanya ide dan materi.
Namun, idealisme lebih menekankan kepada dunia ide.
D. idealisme tidak memisahkan antara adanya ide dan materi. Namun,
idealisme lebih menekankan kepada dunia materi.
E. idealisme menolak adanya ide dan materi.

3. Menurut Immanuel Kant, bagaimana hubungan rangkaian analitik dan


sintetik terhadap sebuah pengetahuan?
A. Tidak ada hubungan sama sekali.
B. Saling melengkapi dan menyempurnakan.
C. Rangkaian analitik adalah hasil dari rangkaian sintetik.
D. Menjadi titik tolak mengambil putusan-putusan sebagai
pengetahuan.
E. Menjadi hasil dari putusan-putusan pengetahuan.

4. Berikut ini ciri - ciri dari aliran filsafat idealism


1) Tidak meyakini adanya alam ghaib
2) Jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya, sumber kehidupan

16
3) Menjadikan panca indera sebagai satu-satunya alat mnencapai
ilmuMemposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakkan
hukum
4) Menekankan kebebasan manusia yang disebut personalisme dan
individu bebas mengekspresikan dirinya sendiri
5) Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlak
6) Adanya kekuatan spiritual dibelakang sebagai kejadian
Dari pernyataan tersebut manakah yang termasuk ciri-ciri idealisme

A. 1), 2), 3)
B. 1), 4), 7)
C. 2), 4), 6)
D. 2), 5), 7)
E. 2), 3), 6)

5. Aliran idealisme yang berpendirian bahwa akal, jiwa dan persepsi-


persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada. Obyek
pengalaman bukan benda material, obyek pengalaman adalah persepsi. Ini
merupakan pernyataan dari aliran idealisme...
A. Idealisme Obyektif
B. Idealisme Subyektif
C. Idealisme Personal
D. Semua salah
E. Semua benar

6. Anak didik harus dipandang sebagai individu yang memiliki potensi akal
pikir dan potensi moral. Potensi inteleknya dikembangkan sehingga
memiliki pengetahuan dan potensi moralnya diaktualkan agar ia memiliki
kepribadian sebagai manusia yang bermoral. Ini menunjukan aliran filsafat
pendidikan…..
A. Realisme
B. Idealisme
C. Materialisme

17
D. Pragmatisme
E. Progresivisme

7. Dalam tujuan pendidikan adanya tekanan untuk membentuk anak didik


agar menjadi manusia yang sempurna yang berguna bagi masyarakatnya.
Hal ini merupakan tujuan dalam aliran filsafat….
A. Realisme
B. Pragmatisme
C. Materialisme
D. Idelisme
E. Progresivisme

8. Pengaplikasian aliran filsafat idealisme dalam pendidikan adalah


A. Melatih siswa untuk memecahkan masalah
B. Membimbing setiap siswa untuk bekerja sama dalam memecahkan
masalah
C. Memperkenalkan para siswa inti pengetahuan yang berada didunia
sekitarnya secara nyata
D. Mengamati perilaku yang berubah pada setiap siswa saat mata
pelajaran berlangsung
E. Membimbing peserta didik menjadi makhluk yang
berkepribadian bermoral serta mencita-citakan segala hal yang
baik dan bertarap tinggi

9. Apa yang membuat idealisme bertolak belakang dengan realisme.....


A. Idealisme mengacu pada alam
B. Idealisme bersifat abstrak
C. Idealisme bersifat universal
D. Idealisme mengacu pada indrawi manusia
E. Idealisme mengacu pada materi kosmos dan mikro kosmos

18
10. 5 + 7 = 12 adalah benar dan diwaktu yang akan datang pasti selalu benar,
kebenaran tersebut disetujui oleh semua orang. Pernyataan tersebut
dikemukakan oleh.....
A. Hegel
B. Picthe
C. Schelling
D. Plato
E. Immanuel kant

19

Anda mungkin juga menyukai