Oleh:
Kelompok 4
Puji Syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya, penulis dapat
manyelesaikan makalah ini yang berjudul “Eksistensialisme dan Pendidikan” dengan lancar
dan baik. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat dan Teori
Pendidikan.
Makalah ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Sutarno, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu
mata kuliah Filsafat dan Teori Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan penulis.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang
dapat membantu membangun demi kesempurnaan tulisan-tulisan di masa mendatang. Penulis
mengharapkan, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3. Tujuan dan Manfaat ................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
2.1 Pengertian dan Tokoh Eksistensialisme Pendidikan ............................... 3
2.1.1 Pengertian Eksistensialisme Pendidikan......................................... 3
2.1.2 Tokoh Eksistensialisme Pendidikan ............................................... 4
2.2 Latar Belakang Munculnya Filsafat Eksistensialisme ............................. 5
2.3 Penerapan Eksistensialisme dalam Pendidikan ....................................... 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10
3.1 Simpulan .................................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................ 10
DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan maka dapat diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian Eksistensialisme Pendidikan.
2. Latar Belakang Munculnya Filsafat Eksistensialisme.
3. Penerapan Eksistensialisme dalam Pendidikan.
1
2
3
4
manusia sadar akan dirinya sendiri. Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu
eksistensi dan transendensi.
5. Martin Haidegger
Menurut Martin Haidegger bahwa Inti pemikirannya adalah keberadaan
manusia diantara keberadaan yang lain, segala sesuatu yang berada diluar
manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu sendiri, dan benda-benda yang ada
diluar manusia baru mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia
karena itu benda-benda yang berada diluar itu selalu digunakan manusia pada
setiap tindakan dan tujuan mereka
Dari sanalah para filosof berpikir dan mengharap adanya pegangan yang dapat
mengeluarkan manusia dari krisis tersebut. Dari proses itulah lahir eksistensialisme.
Kierkegaard seorang pemikir Denmark yang merupakan filsuf Eksistensialisme yang
terkenal abad 19 berpendapat bahwa manusia dapat menemukan arti hidup sesungguhnya
jika ia menghubungkan dirinya sendiri dengan sesuatu yang tidak terbatas dan
merenungkan hidupnya untuk melakukan hal tersebut, walaupun dirinya memiliki
keterbatasan untuk melakukan itu. Jean-Paul Sartre filsuf lain dari Eksistensialisme
berpendapat eksistensi mendahului esensi, manusia adalah mahkluk eksistensi,
memahami dirinya dan bergumul di dalam dunia. Tidak ada natur manusia, karena itu
tidak ada Tuhan yang memiliki tentang konsepsi itu. Jean-paul Sartre kemudian
menyimpulkan bahwa manusia tidak memiliki suatu apapun, namun dia dapat membuat
sesuatu bagi dirinya sendiri.
1. Pengetahuan.
Teori pengetahuan eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh filsafat
fenomenologi, suatu pandangan yang menggambarkan penampakan benda-benda dan
peristiwa-peristiwa sebagaimana benda-benda tersebut menampakan dirinya terhadap
kesadaran manusia. Pengetahuan manusia tergantung kepada pemahamannya tentang
realitas, tergantung pada interpretasi manusia terhadap realitas, pengetahuan yang
diberikan di sekolah bukan sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan atau karir anak,
melainkan untuk dapat dijadikan alat perkembangan dan alat pemenuhan diri.
Pelajaran di sekolah akan dijadikan alat untuk merealisasikan diri, bukan merupakan
suatu disiplin yang kaku dimana anak harus patuh dan tunduk terhadap isi pelajaran
tersebut.
2. Nilai.
Pemahaman eksistensialisme terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam
tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya sendiri,
melainkan merupakan suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki
kebebasan untuk memilih, namun menentukan pilihan-pilihan di antara pilihan-pilihan
yang terbaik adalah yang paling sukar. Berbuat akan menghasilkan akibat, dimana
7
3. Pendidikan.
Eksistensialisme sebagai filsafat sangat menekankan individualitas dan
pemenuhan diri secara pribadi. Setiap individu dipandang sebagai makhluk unik, dan
secara unik pula ia bertanggung jawab terhadap nasibnya. Dalam hubungannya
dengan pendidikan, Sikun Pribadi (1971) mengemukakan bahwa eksistensialisme
berhubungan erat sekali dengan pendidikan, karena keduanya bersinggungan satu
dengan yang lainnya pada masalah-masalah yang sama, yaitu manusia, hidup,
hubungan anatar manusia, hakikat kepribadian, dan kebebasan. Pusat pembicaraan
eksistensialisme adalah “keberadaan” manusia, sedangkan pendidikan hanya
dilakukan oleh manusia.
a. Tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu
mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri. Setiap indivudu
memiliki kebutuhan dan perhatian yang spesifik berkaitan dengan pemenuhan
dirinya, sehingga dalam menentukan kurikulum tidak ada kurikulum yang pasti dan
ditentukan berlaku secara umum.
b. Kurikulum.
Kaum eksistensialisme menilai kurikulum berdasarkan pada apakah hal itu
berkontribusi pada pencarian individu akan makna dan muncul dalam suiatu
tingkatan kepekaaan personal yang disebut Greene “kebangkitan yang luas”.
Kurikulum ideal adalah kurikulum yang memberikan para siswa kebebasan
individual yang luas dan mensyaratkan mereka untuk mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, melaksanakan pencarian-pencarian mereka sendiri, dan menarik
kesimpulan-kesimpulan mereka sendiri.
8
d. Peranan guru.
Menurut pemikiran eksistensialisme, kehidupan tidak bermakna apa-apa, dan
alam semesta berlainan dengan situasi yang manusia temukan sendiri di dalamnya.
Kendatipun demikian dengan kebebasan yang kita miliki, masing-masing dari kita
9
harus commit sendiri pada penentuan makna bagi kehidupan kita. Sebagaimana
yang dinyatakan oleh Maxine Greene (Parkay, 1998), seorang filosof pendidikan
terkenal yang karyanya didasarkan pada eksistensialisme “kita harus mengetahui
kehidupan kita, menjelaskan situasi-situasi kita jika kita memahami dunia dari
sudut pendirian bersama”. Urusan manusia yang paling berharga yang mungkin
paling bermanfaat dalam mengangkat pencarian pribadi akan makna merupakan
proses edukatif. Sekalipun begitu, para guru harus memberikan kebebasan kepada
siswa memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan
membantu mereka menemukan makna dari kehidupan mereka. Pendekatan ini
berlawanan dengan keyakinan banyak orang, tidak berarti bahwa para siswa boleh
melakukan apa saja yang mereka suka.
Guru hendaknya memberi semangat kepada siswa untuk memikirkan dirinya
dalam suatu dialog. Guru menyatakan tentang ide-ide yang dimiliki siswa, dan
mengajukan ide-ide lain, kemudian membimbing siswa untuk memilih alternatif,
sehingga siswa akan melihat bahwa kebenaran tidak terjadi pada manusia
melainkan dipilih oleh manusia. Lebih dari itu, siswa harus menjadi faktor dalam
suatu drama belajar, bukan penonton. Siswa harus belajar keras seperti gurunya.
Guru harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa dengan seksama
sehingga siswa mampu berpikir relative dengan melalui pertanyaan-pertanyaan.
Dalam arti, guru tidak mengarahkan dan tidak member instruksi. Guru hadir dalam
kelas dengan wawasan yang luas agar betul-betul menghasilkan diskusi tentang
mata pelajaran. Diskusi merupakan metode utama dalam pandangan
eksistemsialisme. Siswa memiliki hak untuk menolak interpretasi guru tentang
pelajaran. Sekolah merupakan suatu forum dimana para siswa mampu berdialog
dengan teman-temannya, dan guru membantu menjelaskan kemajuan siswa dalam
pemenuhan dirinya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Filsafat eksistensialisme lebih menfokuskan pada pengalaman-pengalaman manusia.
Dengan mengatakan bahwa yang nyata adalah yang dialaminya bukan diluar kita. Jika
manusia mampu menginterpretasikan semuanya terbangun atas pengalamannya. Tujuan
pendidikan adalah memberi pengalaman yang luas dan kebebasan namun memiliki
aturan-aturan. Peranan guru adalah melindungi dan memelihara kebebasan akademik
namun disisi lain guru sebagai motivator dan fasilitator.
Implikasi pendidikan pada filsafat eksistensialisme terhadap tujuan pendidikan
adalah mendorong individu mengembangkan diri. Siswa dapat mengembangkan potensi
masing masing untuk mencari jati dirinya. selain itu juga filsafat eksistensi dalam
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kesadaran individu, memberi kesempatan
bebas memilih etika, bertanggung jawab sendiri.
3.2 Saran
Filsafat, eksistensialisme, dan pendidikan bukanlah sekedar kegiatan pembelajaran
mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan
juga memberikan implikasi pendidikan yang berfungsi dan bertujuan untuk mendorong
peserta didik dan mengembangkan potensinya secara optimal. Maka diaharapkan guru
dapat memahami materi ini dengan baik.
10
DAFTAR RUJUKAN
11