Anda di halaman 1dari 12

Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadist

Materi : Pengertian Ilmu Hadist,Sejarah Ilmu Hadist,Cabang-cabang Ilmu Hadist


Dosen : Bpk.Muhammad Sofyan M.Pd.,M.Hum.
Kelompok 2 PGMI 1 C
 Muhammad Miilad (1222090102)
 Mitha Nurazizah (1222090094)
 Nenden Ripa Piqriyanti (1222090113)
 Nisrina Neysa Rasyidah (1222090123)

A. Pengertian Ilmu Hadist


Kata ilmu hadis merupakan kata serapan dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata yaitu
ilmu dan al-hadis. Maka ilmu hadis berarti ilmu pengetahuan yang mengkaji atau membahas
tentang segala yang disandarkan kepada Nabi saw. Baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan
maupun lainnya.
Secara terminologis ilmu hadis adalah ilmu pengetahuan yamg membahas tentang cara-
cara persambungan hadis sampai pada rasul saw. Dari segi hal ihwal para prawinya yang
menyangkut kedhobitan dan keadilannya, dan dari bersambung dan terputusnya sanad, dan
sebagainya.
Secara garis besar ilmu-ilmu hadits dapat dibagi menjadi dua, yaitu ilmu hadits riwayah dan ilmu
hadits diroyah, dengan penejelasan sebagai berikut :
1. Ilmu Hadis Riwayah
Kata riwayah artinya periwayatan atau cerita. Maka ilmu hadis riwayah artinya ilmu berupa
periwayatan. Secara terminologis, Ilmu hadis riwayah ialah:

‫ أو صفة‬، ‫ أو تقريرا‬، ‫ أوفعال‬، ‫علم يشتمل على نقل ما أضيف إلى النبي صلى هللا عليه وسلم قوال‬

Artinya:”suatu disiplin ilmu pengetahuan untuk mempelajari/mengetahui cara-cara pengutipan


segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW,baik berupa
perkataan,perbuatan,ikrar(pengakuan)maupun sifat”.
Ilmu hadis riwayah ini berkisar pada bagaimana cara-cara penukilan hadis yang dilakukan oleh
para ahli hadis, bagaimana cara menyampaikan kepada orang lain dan membukukan hadis dalam
suatu kitab.
Objek ilmu hadist riwayah adalah pribadi Nabi Muhammad saw., yakni sesuatu yang
khusus berkaitan dengan beliau. Adapun kegunaan mempelajari ilmu hadis riwayah ialah untuk
menghindari adanya penukilan yang salah dari sumbernya, yaitu Nabi saw. Perintis pertama ilmu

1
hadist riwayah adalah Imam Muhammad bin Syihab Az Zuhri (wafat tahun 124 H.), pada masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, atas intruksi beliau sesudah Nabi Muhammad saw, wafat.
2. Ilmu Hadis Diroyah
Ilmu hadis diroyah juga dikenal dengan sebutan Mustholah alhadis, ilmu ushul al-hadis,
dan qowa’id at-tahdis. . Ilmu hadis diroyah ialah
‫علم يعرف به أحوال السند والمتن وكيفية التحمل واألداء وصفات الرجال وغير ذلك‬
Artinya:” suatu disiplin ilmu pengetahuan untuk mengetahui hal ihwal sanad dan materi hadist,
cara-cara penerimaan dan penyampaian hadist, serta sifat-sifat para perawi dan lain lainnya”.
Objek ilmu hadist dirayah adalah sanad dan matan, sehubungan dengan kesahihan, hasan
dan dhaifnya. Adapun kegunaan mempelajari ilhu hadits diroyah adalah mengetahui kesohihan
suatu hadits. Penyusun pertama ilmu hadist dirayah ialah AL Qadhi Abu Muhammad Al Hasan
bin Abdurrahman Ar Ramahurmuz(wafat tahun 360 H.). Beliau memberi judul karya tulisnya itu
dengan Al Muhaddits Al Fashil.
Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan ilmu hadits riwayah dan diroyah adalah sebagai berikut:
No Pembagian Ilmu Hadits Riwayah Ilmu Hadits Diroyah
1 Definisi Ilmu yang mempelajari cara-cara pengutipan Ilmu yang mempelajari hal
segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi ihwal sanad dan materi
Muhammad SAW,baik berupa hadist, cara-cara
perkataan,perbuatan,ikrar(pengakuan)maupu penerimaan dan
n sifat penyampaian hadist, serta
sifat-sifat para perawi dan
lain lainnya
2 Objek Pribadi Nabi Muhammad saw baik ucapan, Sanad dan matan
perbuatan taqrir atau sifat, cara menerima, sehubungan dengan
menyampai kan atau memindah kan atau kesahihan, hasan dan lainya
mendewankan hadis dari suatu hadits
3 Faedah Menghindari adanya salah kutip terhadap apa Mengetahui nilai dan
yang disandarkan kepada Nabi. Melihat kriteria dari suatu hadis
keaslian lafadz-lafadz hadis.
4 Pelopor Imam Muhammad bin Syihab Az Zuhri AL Qadhi Abu Muhammad
(wafat tahun 124 H.), Al Hasan bin Abdurrahman
Ar Ramahurmuz(wafat
tahun 360 H.).

Sejarah Perkembangan Ilmu Hadist


a. Periode Pertama: Penulisan Hadist pada Masa Rasulullah SAW
Para penulis sejarah Rasul, ulama hadist, dan umat Islam semuanya sependapat Untuk
menetapkan bahwasanya Al-Quranul Karim adalah petunjuk bagi kita selaku umatnya. Rasul
mengharapkan para sahabatnya untuk menghapalkan Al-Quran dan menuliskannya di

2
tempat-tempat tertentu, seperti keeping-keping tulang, pelepah kurma, di batu-batu, dan
sebagainya. Agar ketika Rasulullah wafat, Al-Quran akan tetap terjaga keasliannya. Adapun
hadist dan Sunnah dalam penulisannya ketika itu kurang memperoleh perhatian seperti
halnya Al-Quran. Penulisan hadist dilakukan oleh beberapa sahabat secara tidak resmi,
karena tidak diperintahkan oleh Rasul sebagaimana ia memerintahkan mereka untuk menulis
Al-Quran.
Diantara sahabat-sahabat Rasulullah yang mempunyai catatan-catatan hadist adalah
Abdullah bin Amr bin AS yang menulis sahifah-sahifah yang dinamai As-Sadiqah. Sebagian
sahabat menyatakan keberatannya terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh Abdullah itu.
Mereka berasalan bahwa Rasulullah telah bersabda :

“Janganlah kalian menulis dariku, dan barangsiapa yang telah menulis dari ku selain al
Quran maka hapuslah”. (HR. Muslim).

Dan mereka berkata kepadanya, “kamu selalu menulis apa yang kamu dengar dari Nabi,
padahal beliau kadang-kadang dalam keadaan marah, lalu beliau menuturkan sesuatu yang
tidak dijadikan syariat umum.” Mendengar ucapan mereka itu, Abdullah bertanya kepada
Rasulullah SAW mengenai hal tersebut. Rasulullah kemudian bersabda yang artinya :
“tulislah apa yang kamu dengar dariku, demi Tuhan yang jiwaku di tangannya, tidak keluar
dari mulutku, selain kebenaran.”
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa larangan menulis hadist dinasakh (mansukh)
dengan hadist yang memberi izin yang dating kemudian. Sebagian besar ulama berpendapat
bahwa Rasulullah tidak menghalangi usaha para sahabat untuk menulis hadist secara tidak
resmi. Mereka memahami bahwa hadist Rasulullah ditujukan kepada mereka yang
dikhawatirkan akan mencampuradukan hadist dengan Al-Quran. Oleh karena itu, setelah Al-
Quran ditulis dengan sempurna dan telah lengkap pula turunannya, maka tidak ada larangan
untuk menulis hadist.
b. Periode Kedua : Pada Masa Khulaf’ Ar-Rasyidin (11 H- 40 H)

Periode ini disebut ‘Ashr-At-Tatsabbut wa Al-Iqlal min Al-Riwayah (masa membatasi dan
menyedikitkan riwayat). pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadist
tersebar secara terbatas. Penulisan hadist pun masih terbatas dan belum dilakukan secara
resmi. Bahkan, pada masa itu, Umar melarang para sahabat untuk memperbanyak

3
meriwayatkan hadist. Dan sebaliknya Umar menekankan agar para sahabat mengerahkan
perhatiannya untuk menyebarluaskan Al-Quran.
Dalam praktiknya, ada dua sahabat yang meriwayatkan hadist, yakni:
1. Dengan lafazh asli, yakni menurut lafazh yang mereka terima dari Nabi SAW. Yang
mereka hafal benar lafazh dari Nabi.
2. Dengan maknanya saja, yakni mereka meriwayatkan maknanya karena tidak hapal lafazh
asli dari Nabi SAW.

c. Periode ketiga : Pada Masa Sahabat Kecil dan Tabiin

Periode ini disebut ‘Ashr Intisyar al-Riwayah ila Al-Amshar (masa berkembang dan
meluasnya periwayatan hadist). Pada masa ini daerah Islam sudah meluas, yakni ke negeri
Syam,Irak,Mesir,Samarkand, bahkan pada tahun 93 H, Islam sudah meluas ke wilayah
Spanyol. Para sahabat kecil dan para tabiin yang ingin mengetahui hadist-hadist Nabi SAW,
diharuskan untuk berangkat ke pelosok wilayah Daulah Islamiyah untuk menanyakan hadist
kepada para sahabat-sahabat besar yang sudah tersebar di wilayah tersebut.

Karena meningkatnya periwayatan hadist, munculah bendaharawan dan lembaga-lembaga


(Centrum Perkembangan) hadist di berbagai daerah di seluruh negeri. Diantara
bendaharawan hadist yang banyak menerima,menghapal, dan mengembangkan atau
meriwayatkan adalah :

1. Abu Hurairah, meriwayatkan 5.374 hadist


2. ‘Abdullah Ibn Umar meriwayatkan 2.630 hadist
3. ‘Aisyah, istri Rasulullah. Meriwayatkan 2.276 hadist
4. ‘Abdullah Ibn Abbas meriwayatkan 1.660 hadist
5. Jabir Ibn Abdullah meriwayatkan 1.540 hadist
6. Abu Sa’id Al-Khudri meriwayatkan 1.170 hadist

d. Periode Keempat : Pada Abad II dan III Hijriah

Periode ini disebut Ashr Al-Kitabah wa Al-Tadwin (masa penulisan dan pembukuan).
Penulisan dan pembukuan secara resmi yang diselenggarakan oleh pemerintah, yakni pada
masa Khalifah Umar Ibn Abdul Azis tahun 101 H. berikut adalah sejarah pengumpul hadist
yaitu:
1. Pengumpul pertama di kota Mekah, Ibnu Juraji (80-150 H)
2. Pengumpul pertama di kota Madinah, Ibnu Ishaq (w. 150 H)
3. Pengumpul pertama di kota Basrah, Al-Rabi’ Ibn Shabih (w. 160 H)
4. Pengumpul pertama di Kuffah, Sufyan Ats-Tsaury (w.161 H)
5. Pengumpul pertama di Syam, Al-Auza’i (w. 95 H)
6. Pengumpul pertama di Wasith, Husyain Al-Wasithy (104-188 H)
7. Pengumpul pertama di Yaman, Ma’mar al-Azdy (95-153 H)

4
8. Pengumpul pertama di Rei, Jarir Adh-Dhabbt (110-188 H)
9. Pengumpul pertama di Khurasan, Ibn Mubarak (11-181 H)
10. Pengumpul pertama di Mesir, Al-Laits Ibn Sa’ad (w.175 H)

e. Periode Kelima : Masa men-tashih-kan Hadist dan Penyusunan Kaidah-Kaidahnya


Para ulama pada mulanya menerima hadist dari para rawi lalu menulis di dalam kitabnya,
tanpa memerhatikan apakah hadst itu sahih atau tidaknya. Namun setelah terjadi pemalsuan
hadist dan adanya dari orang-orang zindiq untuk mengacaukan hadist, para ulama pun
melakukan hal-hal berikut :
1. Membahas keadaan rawi-rawi dari berbagai segi, baik dari segi keadilan, tempat
kediaman, masa, dan lain-lain.
2. Memisahkan hadist-hadist yang sahih dengan hadist yang dha’if yakni dengan men-
tashih- kan hadist.
Ulama hadist yang pertama kali menyaring dan membedakan hadist-hadist yang sahih dan
yang palsu dan yang lemah Ishaq Ibn Rahawaih, seorang imam hadist yang sangat
termasyhur.
f. Periode Keenam : Dari Abad IV hingga Tahun 656 H.
Periode ini terjadi pada masa ‘Abasiyyah angkatan kedua. Periode ini dinamakan Ashru
At-Tahdib wa At-Tartibi wa Al-Istidraqi wa Al-Jami’. Ulama-ulama hadist yang muncul pada
abad ke-2 dan ke-3 digelari Mutaqaddimin, yang mengumpulkan hadist dengan semata-mata
berpegang pada usaha sendiri dan pemeriksaan sendiri, dengan menemui para penghapalnya.

Setelah abad ke-3 berlalu, munculah para pujangga abad keempat. Para ulama ini digelari
‘Mutaakhirin’. Kebanyakan hadist yang dikumpulkan adalah petikan atau nukilan dari kitab-
kitab Mutaqaddimin, hanya sedikit yang dikumpulkan dari usaha mencari sendiri kepada para
penghapalnya.
Pada periode ini muncul usaha-usaha istikhraj, umpamanya mengambil suatu hadist dari
Al-Bukhari Muslim, lalu meriwayatkannya dengan sanad sendiri. Pada periode ini muncul
pula usaha istidrak, yakni mengumpulkan hadist-hadist yang memiliki syarat-syarat Bukhari
dan Muslim atau salah satunya yang kebetulan tidak diriwayatkan atau disahihkan oleh
Bukhari dan Muslim. Kitab ini mereka namai kitab mustadrak.
g. Periode Ketujuh (656 H-Sekarang)
Periode ini adalah masa sesudah meninggalnya Khalifah Abasiyyah ke XVII Al-
Mu’tasim (w. 656 H) sampai sekarang. Periode ini dinamakan Ahdi As-Sarhi wa Al-Jami’ wa
At-Takhriji wa Al-Bahtsi, yaitu masa pensyarahan, penghimpunan, pen-takhrij-an, dan
pembahasan.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh ulama dalam masa ini adalah menerbitkan isi kitab-
kitab hadist,menyaringnya, dan menyusun enam kitab takhrij,serta membuat kitab-kitab
jami’ yang umum.

5
MADRASAH-MADRASAH HADIST
Sebelum mengenal ke pembahasan ini, apa sih yang dimaksud dengan madrasah.
Madrasah merupakan sebuah kata dalam Bahasa arab yang artinya sekolah. Asala katanya yaitu
darasa yang artinya belajar.
Madrasah hadist adalah tempat atau pusat penyebaran hadist nabi saw. Penyebaran ilmu
sudah dimulai sejak rosul masih hidup sehingga rosul wafat.
Berkembangnya madrasah hadist ini diawali ketika rosul mengutus para sahabat untuk
berdakwah ke berbagai pelosok negeri, seperti irak, yaman, mesir dan sebagainya. Di tempat
inilah, mereka mengajar agama termasuk mengajar hadist-hadist yang telah mereka dapatkan
dari rosululloh saw. Misalnya, rosul pernah mengutus muadz bin jabal, dan abu musa al asyari ke
yaman.
Madrasah-madrasah tersebut telah melahirkan tokoh-tokoh terkenal, baik dalam golongan
sahabat, tabiin, maupun atba’ tabiin. Berikut ini akan dikemukakan tokoh-tokoh yang
berpengaruh di madrasah-madrasah tersebut.
1. Madrasah Madinah
Madinah dianggap sebagai kota pusat penyebaran hadist terbanyak disbanding kota-kota
lain karena pada waktu itu sahabat yang tinggal di madinah lebih banyak disbanding kota-kota
lain, begitu pula tabiin yang menerima hadist dari sahabat.
Apasih perbedaan antara sahabat, tabiin, dan atba tabiin ?
Sahabat ( ash-shohabi) adalah orang yang pernah berjumpa nabi dalam keadaan beriman
kepadanya dan meninggal dalam keadaan islam.
Tabiin adalah pengikut, orang islam awal yang masa hidupnya ketika atau setelah masa hidup
nabi Muhammad saw namun tidak mengalami bertemu dengan nabi.
Tabiut tabiin atau atbaut tabiin adalah pengikut tabiin yaitu orang islam sepergaulan dengan para
tabiin dan tidak mengalami masa hidup sahabat nabi. Tabiut tabiin disebut juga murid tabiin.
Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist dari sahabat :
a. Abu hurairah ( W. 57/58 H ) meriwayatkan 5.374 hadist.
b. Abdulloh bin umar bin khaththab ( w. 73/74 H ) meriwayatkan 2.630 hadist.
c. Aisyah ummu al- mu’minin (w. 57/58 H ) meriwayatkan 2.210 hadist.
Tiap sahabat ini meriwayatkan hadist kepada beberrapa tabiin. Diantara tabiin yang banyak
meriwayatkan hadist di madinah, yaitu sebagai berikut :
a. Sa’id bin al-musayyab ( 13-93 H )
b. Al-qosim bin Muhammad bin abi bakr ash-shiddiq ( W. 107 H )
c. Salim bin ‘abdulloh bin umar (w. 106 H )

6
Tiap tabiin ini meriwayatkan hadist kepada beberapa atba’ tabiin. Diantara atba tabiin yang
banyak meriwayatkan hadist di madinah, yaitu sebagai berikut.
a. Az-zuhri (w. 123 H )
b. Yahya bin said al-anshari (w. 143 H)
c. Hisyam bin ‘urwah (61/146 H )
Kelebihan dari madrasah hadist madinah mereka sangat selektif dalam menjaga matan
hadist dari setiap perubahan yang berlebihan karena sahabat dan tabiin yang hidup di madinah
biasanya mempunyai daya hafal yang luar biasa, dan berusaha keras untuk meriwayatkan hadist
secara lafadz. Oleh karena itu, sanad-sanad yang bersumber dari madrasah madinah banyak yang
menjadi ashahh al asanid menurut ulama hadist.
2. Madrasah Mekah
Sahabat yang tinggal dan mengajarkan hadist di mekah pun tidak sedikit, sahabat nabi
yang tinggal dan menyebarkan hadist nabi di mekah adalah :
a. Muadz bin jabal (20 SH-18H ) sebelum kepergiannya ke yaman.
b. Abdulloh bin abbas (3 SH-68 H ) sekembalinya dari bashroh, dan menjadi tokoh
madrasah hadist di mekah.
Tiap sahabat ini meriwayatkan hadist kepada beberrapa tabiin. Diantara tabiin yang
banyak meriwayatkan hadist di mekah, yaitu sebagai berikut :
a. Atha bin abi rabah (24-114 H)
b. Mujahid (21-102/103 H)
c. Ikrimah (w.105 H)
Tiap tabiin ini meriwayatkan hadist kepada beberapa atba’ tabiin. Diantara atba tabiin
yang banyak meriwayatkan hadist di mekah, yaitu sebagai berikut :
a. Abdul malik bin abdul al-aziz bin juraij (w. 150 H)
b. Sufyan bin umayah (107-198 H)

3. Madrasah Yaman
Sahabat-sahabat yang tinggal di yaman adalah sahabat-sahabat yang pernah diutus oleh
nabi ke yaman, diantaranya :
a. Muadz bin jabal (20 HS-18 H)
b. Abu musa al-asyari (W.42 H)
Tiap sahabat ini meriwayatkan hadist kepada beberrapa tabiin. Diantara tabiin yang
banyak meriwayatkan hadist di yaman, yaitu sebagai berikut :

a. Thawus bin kisan al-hamadani(w.101 H)

7
b. Wahab bin munabbih ( w.113 H )
Tiap tabiin ini meriwayatkan hadist kepada beberapa atba’ tabiin. Diantara atba tabiin
yang banyak meriwayatkan hadist di yaman, yaitu sebagai berikut :
a. Yahya bin abi bakr al-yamami (w.129 H)
b. Abdulloh bin thawus (w.132 H)

4. Madrasah Bashrah
Diantara sahabat yang pernah tinggal dan menyebarkan hadist di bashrah adalah :
a. Utbah bin ghazwan (w.17 H)
b. Abdulloh bin abdulloh bin ma’qil (w.57 H)
c. Anas bin malik al-anshari (w.93 H)
Tiap sahabat ini meriwayatkan hadist kepada beberrapa tabiin. Diantara tabiin yang banyak
meriwayatkan hadist di Bashrah, yaitu sebagai berikut :
a. Hasan al-bashri (22-110 H)
b. Muhamad Bin Sirin (33-110 H)
c. Qatadah Bin Du’amah Al-Sadusi(60-117 H)
Tiap tabiin ini meriwayatkan hadist kepada beberapa atba’ tabiin. Diantara atba tabiin yang
banyak meriwayatkan hadist di bashrah, yaitu sebagai berikut :
a. Ayyub Al-Syikhtiyani (68-131 H)
b. Yunus Bin Ubaid (W. 138/139 H )
c. Abdulloh Bin Awun ( 66-151 H)

5. Madrasah Kufah
Penyebaran hadist di kufah dimulai sejak zaman umar bin khaththab. Sahabat nabi yang
pernah tinggal dan menyebarkan hadist di kufah antara lain:

a. Saad bin abi waqosh ( w. 55 H )


b. Ali bin abi thalib ( 23 SH-40 H )
c. Khabab bin al-arat ( w. 37 H )
Tiap sahabat ini meriwayatkan hadist kepada beberrapa tabiin. Diantara tabiin yang banyak
meriwayatkan hadist di kufah, yaitu sebagai berikut :
a. Ibrahim Bin Yazid An-Nakha’i ( 50-104 H )
b. Sa’id Bin Jabir ( 45-95 H )
c. ‘Amir Asy-Sya’bi ( 19-104 H )
Tiap tabiin ini meriwayatkan hadist kepada beberapa atba’ tabiin. Diantara atba tabiin yang
banyak meriwayatkan hadist di bashrah, yaitu sebagai berikut :

8
a. Stufyan Bin Said Ats-Tsauri ( 95-161 H )
b. Syarik Bin Abdulloh An-Nahka’i ( 75-157 H )
c. Waki Bin Al-Jaroh ( 129-198 H )

6. Madrasah Syam
Sahabat yang menyebarkan hadist di syam adalah sahabat yang diutus oleh khalifah
umar. Diantara sahabat tersebut adalah sahabat-sahabat yang termasuk sahabat besar, yaitu :
a. Mu’adz bin jabal ( w. 18 H )
b. Abu darda’ ( w. 32 H )
c. ‘ubadah bin ash-shamit (w. 34 H )
Tiap sahabat ini meriwayatkan hadist kepada beberrapa tabiin. Diantara tabiin yang banyak
meriwayatkan hadist di Syam, yaitu sebagai berikut :
a. Abu idris al-khulani ( w. 80 H )
b. Makhul al-dimsyaqi ( w. 112 H )
c. Raja’ bin hayuh (w. 112 H)
Tiap tabiin ini meriwayatkan hadist kepada beberapa atba’ tabiin. Diantara atba tabiin yang
banyak meriwayatkan hadist di syam, yaitu sebagai berikut :
a. Abdul ar-rahman al-awza’I (w. 157 H)
b. Al-walid bin muslim (w. 195 H)
c. Abu ishaq al-fazari (w. 186 H)

7. Madrasah Mesir
Sahabat-sahabat yang pernah tinggal dan menyebarkan hadist di mesir adalah :
a. ‘Uqoh Bin Amr Al-Zuhani ( w. 43 H )
b. Amr Bin ‘Ash ( W. 43 H )
c. Abdulloh Bin Amr Bin Ash ( W. 63 H )
Tiap sahabat ini meriwayatkan hadist kepada beberrapa tabiin. Diantara tabiin yang banyak
meriwayatkan hadist di Mesir, yaitu sebagai berikut :
a. Bakr Bin ‘Abdulloh Asy-Asyaj ( w. 120 H )
b. Yazid Bin Abi Habib ( W. 128 H )
Tiap tabiin ini meriwayatkan hadist kepada beberapa atba’ tabiin. Diantara atba tabiin yang
banyak meriwayatkan hadist di Mesir, yaitu sebagai berikut :
a. Al-Lais Bin Sa’ad Imam Mishr ( w. 175 H )
b. ‘Amr Bin KharIST (W. 179 H )
Cabang - Cabang Ilmu Hadis

9
Dari ilmu hadis riwayat dan ilmu hadis dirayah,muncul cabang-cabang ilmu hadis lainnya,
seperti ilmu rijal al-hadis,ilmu al-jarh wa at-ta'dil,ilmu tarikh al-ruwah,ilmu 'ilal al-hadis, ilmu al-
nasikh wa al-mansukh,ilmu asbab wurud al-hadis,ilmu gharib al-hadis,ilmu al-tashif wa al-
tahrif,ilmu mukhtalif al-hadis.
1. Ilmu Rijal al-Hadis
Ilmu Rijal al-Hadis adalah :
‫علم يعرف به رواة الحديث من حيث انهم رواة الحديث‬
"Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis dalam kapasitasnya sebagai perawi hadis ".
Ilmu ini sangat penting kedudukannya karena ilmu ini terdiri dari sanad dan matan. Di dalam
ilmu ini membahas tentang riwayat hidup perawi hadis dari kalangan sahabat, tabi‟in dan
generasi setelahnya. Selain itu, diterangkan juga mazhab yang dipegang oleh para perawi. Salah
seorang penyusun kitab Ilmu Rijal al-Hadis yaitu Imam al-Bukhari dan Muslim.
2. Ilmu al-jarh Wa at-Ta'dil
Ilmu al-jarh wa at-ta'dil adalah :
‫علم يبحث عن الرواة من حيث ما ورد فى ألنهم مما يشنيهم أو يجكيهم بألفاظ مخصوصة‬
"Ilmu yang membahas tentang para perawi hadis dari segi yang dapat menunjukkan keadaan
mereka, baik yang dapat mencacatkan atau membersihkan mereka, dengan ungkapan atau lafadz
tertentu".
Ilmu ini digunakan untuk menetapkan apakah periwayatan seorang perawi itu bisa diterima atau
ditolak. Salah satu kitab di bidang ilmu al-jarh Wa at-ta'dil adalah kitabTabaqat Muhammad ibnu
Saad Az-Zuhri Al-Basari.
3. Ilmu Tarikh ar-Ruwah
Ilmu Tarikh ar-Ruwah adalah :
‫العلم الذي يعرف برواة الحديث من الناحية التى تتعلق برواي نعم الحديث‬
" Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis yang berkaitan dengan usaha periwayatan mereka
terhadap hadis".
Ilmu Tarikh ar-Ruwah menjelaskan tentang keadaan dan identitas para perawi, seperti
kelahirannya, wafatnya, guru-gurunya, tempat tinggalnya, dan lain-lain. Dari ilmu ini dapat
diketahui kejujuran atau kebohongan para perawi.
4. Ilmu 'Ilal al-Hadis
Ilmu 'Ilal al-Hadis adalah :
‫علم يبحث عن االسبابالخفية العامة من حيث أنها تقتدح فى صحة الح••ديث كوص••ل منقط••ع مرف••وع موق••ف وادخ••ال الح••ديث فى‬
‫حديث وماشابه ذلك‬.
" Ilmu yang membahas sebab-sebab yang tersembunyi yang dapat mencacatkan kesahihan hadis,
misalnya mengatakan muttasil terhadap hadis yang Munqathi, menyebut marfu' terhadap hadis
yang mauquf, memasukkan hadis ke dalam hadis lain, dan hal-hal lain seperti itu".
Seorang ulama penyusun kitab „Ilal al-Hadis adalah Ibn al-Madīnī.
5. Ilmu Al-Nasikh wa Al-Mansukh
Nasakh secara bahasa artinya ‫ ( اإلزالة‬menghilangkan) dan ‫ ( النقل‬mengutip,menyalin), sedangkan
ilmu nasakh wa Al-Mansukh menurut ulama hadis ialah :
‫العلم الذي يبحث عن االحاديث المتعارضة التي ال يمكن التوليب بينها من حيث الحكم على بعضها ألنه ناسخ وعلى بعضها‬
‫االخر ألنه منسوخ فما قلت اقدمه كان ناسخا وماثبت تأخرت كان ناسخا‬

10
" Ilmu yang membahas hadis-hadis yang saling bertentangan yang tidak mungkin bisa
dikompromikan, dengan cara menentukan sebagiannya sebagai 'nasikh' dan sebagian lainnya
sebagai 'mansukh' . Yang terbukti datang terdahulu sebagai mansukh dan yang terbukti datang
kemudian sebagi nasikh.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu ini membahas tentang sebuah hadis itu
dihapus atau tidaknya karena adanya perubahan.
6. Ilmu Asbab Wurud al-Hadis
Ilmu Asbab Wurud al-Hadis adalah :
‫علم يعرف به السبب الذي ورد إلجله الحديث والزمان الذي جأءفيه‬
" Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi SAW. menurunkan sabdanya dan masa-masanya
Nabi SAW. menuturkan itu".
Ilmu ini membahas tentang latarbelakang suatu hadis yang diucapkan Nabi SAW. .Dengan
memahami ilmu ini suatu hadis dapat dipahami maksud dan kandungan nya. Namun tidak semua
hadis terdapat asbab Wurud .
7. Ilmu Gharib al-Hadis
Ilmu Gharib al-Hadis adalah :
‫علم يعرف به معنى ما وقع فى متون األحاديث‬
" Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan hadis yang sukar diketahui
maknanya dan jarang terpakai oleh umum".
Ilmu ini muncul untuk memudahkan dalam memahami hadis-hadis yang sulit dipahami sehingga
orang-orang akan menduga-duga dalam memahaminya. Contoh kitab ilmu ini ialah kitab
Nihayah Gharib al-Hadis karya Ibn Al-Atsir.
8. Ilmu at-tashif wa at-Tahrif
Ilmu at-tashif wa at-Tahrif adalah :
‫علم يبحث فيه عن اسباب غامضة خلفية قادحة في صحة الحديث‬
" Ilmu yang membahas sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata, yang dapat mencacatkan
hadis".

Contoh : Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa salah seorang yang meriwayatkan hadis dari
Nabi SAW. dari Bani Sulaimah, adalah 'Utbah bin Al-Bazr, padahal yang sebenarnya
adalah'Utbah bin Al-Nazhr . Disini terdapat perubahan sebutan Al-Nazhr menjadi Al-Bazr.

9. Ilmu Mukhtalif al-Hadis


Ilmu Mukhtalif al-Hadis adalah :
‫العلم الذى يبحث فى األحاديث التى ظاهرها منها رضفيزيل تعارضها أويوفق بينها كما يبحث فى األحاديث التى بشكل فهمها أو‬
‫تصورها فيدفع اشكالهم ويوضح حقيقتها‬
" Ilmu ini membahas hadis-hadis, yang menurut lainnya saling bertentangan atau berlawanan,
kemudian pertentangan tersebut dihilangkan atau dikompromikan antara keduanya, sebagaimana
membahas hadis-hadis yang sulit dipahami kandungannya, dengan menghilangkan kesulitannya
serta menjelaskan hakikatnya".
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa ilmu ini membahas apabila suatu hadis
bertentangan akan diatasi dengan menghilangkan pertentangan tersebut atau dikompromikan.
Cara mengkompromikan nya yaitu salah satunya dengan men-taqyid kemutlakan hadis, men-
takhshish keumumannnya, atau dengan memilih sanad yang lebih kuat atau yang lebih banyak
11
datangnya. Ulama yang pertam kali mengumpulkan ilmu ini adalah Imam Syafi'i dalam kitab
Mukhtalif Al-Hadis.

Daftar Pusaka

Ahmad, Muhammad. 2000. Ulumul Hadist. Bandung: CV.Pustaka Setia.


Solahudin,Agus. 2009. Ulumul Hadist. Bandung: CV.Pustaka Setia
Suparta, Munzier, Ilmu Hadis ( Jakarta: Rajawali Pers, 2013).
Solahudin, Agus dan Suyadi, Agus, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2008).
Anhar, Basrudi, Ilmu Hadis (Jakarta: Direktorat KSKK Agama RI, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI,2020).
Rofiah, Kusniati, Studi Ilmu Hadits ( Yogyakarta: IAIN PO Press,2018).
Kitab Minhatul Mugits

12

Anda mungkin juga menyukai