Ishak Hasibuan
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan
PENDAHULUAN
Sejarah telah mencatat bahwa perpecahan umat Islam sebagian besar
dipengaruhi oleh perbedaan pandangan pada suatu persoalan subtansi agama.
Ini telah dicontohkan adanya perpecahan pada umat Islam pasca meninggalnya
Nabi Muhammad SAW, zaman khulafaurrosidin, bani Umayyah dan bani
Abbasiyah. Umat Islam semakin mengeneralisasi pada saat perbedaan
pemikiran dan pandangan telah masuk dalam ranah teologi, dan hukum.
52
Ability : Journal of Education and Social Analysis
Volume 2, Issue 3, Juli 2021
Page : 52-64
Perpecahan umat Islam tidak berhenti pada ranah pemikiran namun juga
telah masuk pada ranah action, bukan hanya perbedaaan pendapat namun juga
berbeda aliran, dan diperparah lagi perbedaan itu berkahir dengan
pertumpahan darah. Dari rangkaian diatas maka penulis mencoba mengurai
kembali sejarah kedua aliran yakni Mu’tazilah dan Murji’ah perpecahan umat
Islam dalam sudut pandang salah satu aliran yang fenomenal dalam sejarah
pemikiran Islam agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap generasi
selanjutnya.
Adapun tulisan ini membahas tentang bagaimana sejarah munculnya
aliran Mu‟tazilah dan Murji’ah, siapa saja tokoh-tokoh dan pemikirannya dan
bagaimana aliran ini sebagai aliran teologi.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan (library research). Dalam
memperoleh data penelitian, peneliti mengumpulkan, menganalisis,
mengorganisasi, sumber dari artikel, buku, penelitian terdahulu tentang
implementasi manajemen strategi dalam bidang pendidikan. Kemudian
peneliti menyimpulkan dan menyajikan data-data manajemen strategi untuk
peningkatan mutu pendidikan (Danandjaja, 2014; Sari & Asmendri, 2020; Zed,
2014).
53
Ability : Journal of Education and Social Analysis
Volume 2, Issue 3, Juli 2021
Page : 52-64
54
Ability : Journal of Education and Social Analysis
Volume 2, Issue 3, Juli 2021
Page : 52-64
55
Ability : Journal of Education and Social Analysis
Volume 2, Issue 3, Juli 2021
Page : 52-64
56
Ability : Journal of Education and Social Analysis
Volume 2, Issue 3, Juli 2021
Page : 52-64
tersusun dari huruf-huruf dan dapat didengar. Karena itu, kalam adalah
sesuatu yang bersifat baru dan tidak kadim.
5. Al-Jahis
Al- jahiz : dalam tulisan-tulisan aljahiz Abu Usman bin Bahar dijumpai
paham naturalism atau kepercayaan akan hukum alam yang oleh kaum
mu’tazilah disebut Sunnah Allah. Ia antara lain menjelaskan bahwa
perbuatan-perbuatan manusia tidaklah sepenuhnya diwujudkan oleh
manusia itu sendiri, malainkan ada pengaruh hukum alam.
6. Mu’ammar bin Abbad
Mu’ammar bin Abbad : Mu’ammar bin Abbad adalah pendiri mu’tazilah
aliran Baghdad. pendapatnya tentang kepercayaan pada hukum alam.
Pendapatnya ini sama dengan pendapat al-jahiz. Ia mengatakan bahwa
Tuhan hanya menciptakan benda-benda materi. Adapun al-„arad atau
accidents (sesuatu yang datang pada benda-benda) itu adalah hasil dari
hukum alam. Misalnya, jika sebuah batu dilemparkan ke dalam air,
maka gelombang yang dihasilkan oleh lemparan batu itu adalah hasil
atau kreasi dari batu itu, bukan hasil ciptaan Tuhan.
7. Bisyr al-Mu’tamir
Bisyr al-Mu‟tamir : Ajarannya yang penting menyangkut
pertanggungjawaban perbuatan manusia. Anak kecil baginya tidak
dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya di akhirat kelak karena
ia belum mukalaf. Seorang yang berdosa besar kemudian bertobat, lalu
mengulangi lagi berbuat dosa besar, akan mendapat siksa ganda,
meskipun ia telah bertobat atas dosa besarnya yang terdahulu.
8. Abu Musa Al-Mudrar
Abu Musa al-Mudrar : al-Mudrar dianggap sebagai pemimpin
mu’tazilah yang sangat ekstrim, karena pendapatnya yang mudah
mengafirkan orang lain.Menurut Syahristani,ia menuduh kafir semua
orang yang mempercayai kekadiman Al-Quran. Ia juga menolak
pendapat bahwa di akhirat Allah SWT dapat dilihat dengan mata kepala.
9. Hisyam bin Amr al-Fuwati
Hisyam bin Amr al-Fuwati : AlFuwati berpendapat bahwa apa yang
dinamakan surga dan neraka hanyalah ilusi, belum ada wujudnya
sekarang. Alasan yang dikemukakan adalah tidak ada gunanya
menciptakan surga dan neraka sekarang karena belum waktunya orang
memasuki surga dan neraka (Hanafi, 2001).
57
Ability : Journal of Education and Social Analysis
Volume 2, Issue 3, Juli 2021
Page : 52-64
58
Ability : Journal of Education and Social Analysis
Volume 2, Issue 3, Juli 2021
Page : 52-64
baik maka akan dibalas dengan kebaikan dan siapa yang berbuat jahat maka
dibalas dengan kejahatan pula. Tidak ada pengampunan terhadap dosa besar
tanpa taubat sebagaiman tidak mungkin orang yang berbuat baik dihalang-
halangi menerima pahala. Pendapat golongan Mu‟tazilah tersebut merupakan
tolak belakang pendapat golongan Murji‟ah sebagaiman ketaatan tidak akan
berguna disamping kekafiran. Kalau ada pendapat ini dibenarkan, maka
ancaman tuhan tidak akan ada artinya sama sekali, suatu hal yang mustahil ada
pada Tuhan (Muthahhari, 2002).
4. Al-Manzilah Bain Al-Manzilahtain
Perinsip ini sangat pentingyang karenanya Washil bin „Atha memisahkan
diri dari Hasan Basri. Washil memutuskan bahwa orang yang berbuat dosa
besar selain syirik, tidak mukmin dan tidak pula kafir, tetapi fasik. Jadi
kefasikan adalah suatu hal yang berdiri sendiri antara iman dan kafir.
Tingkatan orang fasik di bawah orang mukmin dan di atas orang kafir.
Menurut pandangan Mu‟tazilah pelaku dosa besar tidak dapat dikatakan
sebagai mukmin secara mutlak karena iman menuntut adanya kepatuhan
kepada Tuhan, tidak cukup hanya dengan pengakuan dan pembenaran.
Berdosa besar bukanlah kepatuhan, melainkan masih percaya kepada Tuhan,
Rasulnya dan mengerjakan pekerjaan yang baik. Jika meninggal sebelum
bertobat, ia dimasukan ke neraka dan kekal didalamnya karena di akhirat
hanya terdapat dua pilihan yaitu surga dan neraka. Orang mukmin masuk
surga dan orang kafir masuk neraka. Orang fasik dimasukan ke neraka hanya
saja siksaannya lebih ringan dari pada orang kafir.
5. Al-Amr bi Al-Ma’ruf wa Al-Nahy ‘an Al-Munkar
Ajaran dasar ke lima ini perintah berbuat baik dan larangan berbuat jahat,
dianggap sebagai kewajiban bukan oleh kaum Mu‟tazilah saja, tetapi juga oleh
golongan umat islam lainnya. Perbedaan yang terdapat antara golongan-
golongan itu adalah tentang pelaksanaannya. Apakah perintah dan larangan
cukup dijalankan dengan penjelasan dan seruan saja, ataukah perlu
diwujudkan dengan paksaan dan kekerasan. Kaum Mu‟tazilah berpendapat
kalau dapat cukup dengan seruan, tetapi kalau perlu dengan kekerasan. Sejarah
membuktikan bahwa mereka pernah memakai kekerasan saat menyiarkan
ajaran-ajaran mereka.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi seorang mukmin dalam
beramar ma‟ruf dan nahi munkar seperti yang dijelaskan oleh Abd AlJabbar,
yaitu:
1) Mengetahui perbuatan yang disuruh itu memang ma‟ruf dan yang
dilarang itu memang munkar;
59
Ability : Journal of Education and Social Analysis
Volume 2, Issue 3, Juli 2021
Page : 52-64
60
Ability : Journal of Education and Social Analysis
Volume 2, Issue 3, Juli 2021
Page : 52-64
61
Ability : Journal of Education and Social Analysis
Volume 2, Issue 3, Juli 2021
Page : 52-64
62
Ability : Journal of Education and Social Analysis
Volume 2, Issue 3, Juli 2021
Page : 52-64
KESIMPULAN
Awal kemunculan paham ini dikarenakan perselisihan tersebut antar
murid dan Guru, dan akhirnya golongan mu‟tazilah pun dinisbahkan
kepadanya. Sehingga kelompok Mu‟tazilah semakin berkembang dengan
sekian banyak sektenya. kemudian para petinggi mereka mendalami buku-
buku filsafat yang banyak tersebar di masa khalifah AlMakmun. Maka sejak
saat itulah manhaj mereka benar-benar diwarnai oleh manhaj ahli kalam yang
berorientasi pada akal dan mencampakkan dalil-dalil dari Al Qur‟an dan As
Sunnah
Ajaran pokok mu‟tazilah yakni tentang : Keesaan (at-Tauhid), Keadilan
Tuhan (Al-Adlu), Janji dan ancaman (al-Wa‟du wal Wa‟idu), Tempat di antara
dua tempat (Al manzilatu bainal manzilatain), Menyuruh kebaikan dan
melarang keburukan („amar ma‟ruf nahi munkar). Dan yang paling penting
yakni kegiatan orang-orang mu‟tazilah baru hilang sama sekali setelah terjadi
serangan orang-orang mongolia atas dunia islam.
Kelompok Murji’ah muncul pertama kali pada masa sahabat yaitu di
akhir pemerintahan Uṡmān bin Affān, setelah tersebarnya berita akan adanya
sebagian kelompok yang ingin menurunkan dari tampuk kepemimpinan, dan
munculnya fitnah, yang menyebabkan terbunuhnya Uṡmān, sebagian sahabat
Rasulullah menarik diri dari pertikaan yang terjadi.
Konsep Murjiah adalah sekali beriman akan tetap beriman selama-
lamanya, walaupun orang tersebut melakukan hal-hal yang bisa
mengeluarkannya dari Islam. Setiap kelompok yang muncul begitu mudahnya
terpecah, hanya karena permasalahn sepeleh. Setiap kelompok memiliki
pemimpin dan prinsip masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak,Anwar ,Rosihoa. Ilmu Kalam, cet.iv, (Bandung : CV.
PustakaSetia 2009)
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta, Bulan Bintang, 2001)
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, ( UI Press, 1986) jilid
II
Ignaz Goldziher, Mazhab Tafsir: dari klasik hingga modern, (Yogyakarta,
eLSAQ Press, 2010)
Muhammad Abu Zahrah, Tārīkh Al Mazahib Al Islamiayah fi As Siasah wa
Al Aqaid wa Tarikh al Mazahib Al Fiqhiyah
63
Ability : Journal of Education and Social Analysis
Volume 2, Issue 3, Juli 2021
Page : 52-64
64