Anda di halaman 1dari 13

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

NAMA MAHASISWA : BUDIYONO (SULTON)

Judul Modul : AKIDAH


Kegiatan Belajar : 1 (Satu)

Refleksi :
Dalam materi ini kita dapat memahami tentang asmaul husna Allah dalam
Ar-Rahman dan Al Malik, juga tentang mukjizat Allah, Karomah dan apa itu
sihir. Materi ini menjelaskan tentang sifat allah yang penyayang untuk semua
makhluknya, sifat allah yang merajai seluruh alam semesta, bagaimana allah
memberikan mukjizat dan karomah kepada kekasihnya, dan bagaimana
konsep sihir menurut islam. Sebagai guru PAI tentunya kita harus paham
dengan materi-materi ini agar dapat memberikan pelajaran bagi anak didik
kita.

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

- Al-Asmā al-Husnā: al-Rahmān ( pengertian, dalil, bukti


Allah al- Rahman, hikmah al-rahman )
- Al-Asmā al-Husnā: al-Mālik ( pengertian, dalil, bukti
Konsep (Beberapa istilah Allah al- Malik , hikmah al-Malik )
1
dan definisi) di KB - Mukjizat ( pengertian, unsur, dalil, hikmah )
- Karomah ( pengertian, ciri-ciri, dalil, hikmah)
- Sihir ( pengertian, ciri-ciri,dalil, hikmah )

Daftar materi pada KB


2 - Materi tentang sihir
yang sulit dipahami
Daftar materi yang - Perbedaan antara karomah dan mukjizat, sering kali
sering mengalami masyarakat awam yang menggunakan kalimat mukjizat
3
miskonsepsi dalam untuk menyebutkan suatu keajaiban karena kurangnya
pembelajaran pemahaman tentang arti karomah dan mukjizat.

Resume

1. Al-Asmā al-Husnā: al-Rahmān


Pengertian Asmaul Husna adalah “nama-nama Allah yang berjumlah 99 (sembilan puluh
Sembilan)”.
2. Al-Rahman
 Pengertian al-Rahmān
Al-Rahman mengandung makna kelemah lembutan, kasih sayang, dan kehalusan. Di
dalam Al-Qur‟an kata al-Rahmān terulang sebanyak 57 kali.
Muhammad Quraish Shihab menguatkan pendapat yang menyatakan “baik al-Rahmān
maupun al-Rahīm terambil dari akar kata Rahmat.
Hubungan silaturahim adalah hubungan kasih sayang. Rahim adalah
peranakan/kandungan yang melahirkan kasih sayang. Kerabat juga dinamai rahim, karena
kasih sayang yang terjalin di antara anggota-anggotanya. Rahmat lahir dan nampak di
permukaan bila ada sesuatu yang dirahmati, dan setiap yang dirahmati pastilah sesuatu yang
butuh, oleh karenanya yang butuh tidak dapat dinamai rahim.
 Dalil tentang al-Rahmān
Allah menyampaikan dalam Al-Qur‟an surah Al-Isra ayat 110 bahwa
Katakanlah, "Serulah Allah atau serulah al-Rahmān. Dengan nama yang mana saja kamu
seru, Dia mempunyai al-Asmā' al-Ḥusnā (nama-nama yang terbaik)." (Q.S. Al-Isra: 110).
Allah Swt. juga berfirman dalam rangka menerangkan eksistensinya sebagai Zat
yang wajib disembah karena Maha Kasih dan Maha Sayang-Nya, sebagai berikut:
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Sujudlah kalian kepada Yang Maha Rahman
(Pemurah)," mereka menjawab, "Siapakah Yang Maha Penyayang ini? Apakah kami akan
sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah
sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman). “(Al-Furqan: 60).
 Bukti Allah memiliki Sifat al-Rahmān dalam Kehidupan Sehari-hari
Al-Rahmān salah satunya berasal dari akar kata al-Rahm, saat seorang perempuan
hamil, tempat janin bayinya disebut dengan rahim. Disebut rahim karena janin tersebut
dirawat, dilindungi, disayangi dalam berbagai hal.
Hubungan sang ibu dan sang bayi kurang lebih seperti ini: 1) Apakah bayi tersebut
mengenal/tahu ibunya? Tidak. 2) Apakah bayi tersebut sudah punya rasa cinta/sayang ke
ibunya? Tidak. 3)Apakah ibunya sudah memperhatikan, melindungi dan merawat bayinya?
Yes, in every way. The entire life of the child is taken care of by the mother. Dan bayi tersebut
tidak tahu sama sekali bahwa ia sangat disayangi, bahwa ibunya mau melakukan banyak hal
untuk bayinya, juga melindunginya dari setiap bahaya.
Seluruh makhluk di alam semesta mendapat kasihnya Allah. Allah memberikan apa
yang dibutuhkan tanpa memandang ketaatan atau tidak. Manusia yang tidak mengakui
kebenaran wahyu Allah saja tetap diberi kesempatan menghirup oksigen. Selama mereka
berbuat baik untuk orang lain, Allah tetap berikan balasan yang berlimpah sesuai
kebaikannya. Namun kasihnya ini hanya diberikan di dunia.
 Hikmah Mempelajari Al-Asmā al-Husnā: al-Rahmān
Sebagai pendidik perlu menjadikan materi ini sebagai modal, baik untuk diri sendiri
maupun untuk peserta didik. Pelajaran penting ini bisa sebagai bahan bersyukur kepada Allah
atas segala nikmat-Nya, serta sebagai bahan mengajak orang lain merenungi kebesaran Allah
Swt.
3. Al-Mālik
 Pengertian al-Mālik
Al-Malik (‫)الملك‬, secara umum diartikan raja atau penguasa. Kata "Malik" juga mengandung
arti penguasaan terhadap sesuatu disebabkan oleh kekuatan pengendalian dan kesahihannya.
Kata "Malik" yang biasa diterjemahkan raja adalah yang menguasai dan menangani perintah
dan larangan, anugerah dan pencabutan. Karena itu, biasanya kerajaan terarah kepada
manusia, tidak kepada barang yang tidak dapat menerima perintah dan larangan. Salah satu
kata "Malik" dalam Al-Qur'an adalah yang terdapat dalam surah an-Nās, yakni "Malik al-nās"
(Raja manusia).
 Dalil tentang Al-Asmā al-Husnā: al-Mālik
Dalam surah Thaha ayat 114 dan surah al-Mu‟minun ayat 116:
“Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau
(Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan
katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku”.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah adalah sebenar-benarnya Raja yang Mahatinggi.
Ayat berikutnya adalah surah al-Mu‟minun ayat 116 sebagai berikut:
“Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya; tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, Tuhan (yang memiliki) „Arsy yang mulia”.
 Bukti Allah memiliki Sifat al-Mālik dalam Kehidupan Sehari-hari
Bukti bahwa Allah adalah pemilik alam semesta di antaranya adalah saat Allah
memerintahkan ikan paus besar dari tempat yang jauh memakan Nabi Yunus a.s. dan bahkan
tidak boleh sampai melukai Nabi Yunus. Ikan paus ini pun mematuhi perintah Allah dengan
mengeluarkannya di tempat dan waktu yang ditentukan. Selain itu kekuasaan Allah sampai
dasar laut yang dalam dan gelap, seluruh makhluk di dasar laut bertasbih memuji Allah.
Kekuasaan Allah bukan hanya pada urusan yang sudah berjalan seperti biasanya, tetapi
Allah juga berkuasa mengubahnya sebagai bukti bahwa Allah mampu melakukan apapun di
alam semesta ini. Allah berkuasa memberikan mukjizat kepada para nabi agar manusia
menyaksikan kekuasaan Allah. Allah memberikan karomah kepada orang-orang saleh agar
semakin kuat keimanan manusia. Allah berkuasa memerintahkan alam semesta dan seluruh
alam agar tunduk pada-Nya. Ketidakpatuhan hanya akan mendatangkan siksa dan hukuman.
 Hikmah Mempelajari Al-Asmā al-Husnā: al-Mālik
Sebagai pendidik perlu menjadikan materi ini sebagai modal, baik untuk diri sendiri
maupun untuk peserta didik. Pelajaran penting ini bisa sebagai bahan memuji kebesaran Allah
atas segala kekuasaan-Nya, serta sebagai bahan mengajak orang lain mentafakuri ciptaan-
ciptaan Allah Swt.
3. Mukjizat
 Pengertian Mukjizat
Dalam kamus al-mu‟jam al-Wasit, mukjizat dirumuskan dengan:
“Sesuatu (hal atau urusan) yang menyalahi adat-kebiasaan yang ditampakkan Allah di atas
kekuasaan seseorang Nabi untuk memperkuat kenabiannya.”
Adapun yang dimaksud dengan mukjizat dalam terminologi ahli-ahli ilmu Al-Qur‟an,
seperti diformulasikan Manna al-Qattan dan lain-lain ialah:
“Sesuatu urusan (hal) yang menyalahi tradisi, dibarengi atau diiringi dengan tantangan atau
pertandingan dan terbebas dari perlawanan (menang).”
Pendapat M. Quraish Shihab tentang mukjizat, ia mengatakan bahwa mukjizat ialah
peristiwa “luar biasa” yang terjadi dari seseorang Nabi, sebagai bukti kenabiannya, sebagai
tantangan terhadap orang yang meragukannya, dan orang yang ditantang tidak mampu untuk
menandingi kehebatan mukjizat tersebut.
 Unsur Pokok Mukjizat
Unsur pokok mukjizat dapat dihimpun ke dalam tiga unsur, yaitu:
a. Unsur pokok pertama, ialah mukjizat harus menyalahi tradisi atau adat kebiasaan (khariqun
lil „adah). Misalnya mukjizat Nabi Isa A.s. yang menghidupkan orang mati adalah di luar
kebiasaan.
b. Unsur pokok kedua, ialah mukjizat harus dibarengi dengan perlawanan. Maksudnya,
mukjizat harus diuji melalui pertandingan atau perlawanan.
Misalnya para penyihir dilawan oleh mukjizat Nabi Musa A.s. yang mampu mengubah
tongkatnya menjadi ular sungguhan.
c. Unsur pokok ketiga, ialah mukjizat itu setelah dilakukan perlawanan terhadapnya, ternyata
tidak terkalahkan untuk selama-lamanya. Misalnya Nabi Musa A.s. yang tidak terkalahkan
dalam membelah lautan.
M. Quraish Shihab dan Said Aqil Munawar berpendapat mukjizat dibagi menjadi dua
bagian sifat, yaitu: a) mukjizat yang bersifat material indrawi lagi tidak kekal (mukjizat hissi);
dan b) mukjizat immaterial, logis, lagi dapat dibuktikan sepanjang masa (mukjizat ma‟nawi).
Mukjizat para nabi sebelum Nabi Muhammad seluruhnya merupakan jenis pertama. Mukjizat
mereka bersifat material dan indriawi, keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan langsung lewat
indara oleh masyarakat tempat nabi tersebut menyampaikan risalah, dan berakhir dengan
wafatnya masing-masing nabi. Contohnya, perahu Nabi Nuh A.s. yang dibuat atas petunjuk
Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat;
Nabi Ibrahim A.s. yang tidak terbakar kobaran api; dan lain-lain.
Berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad saw. yang sifatnya bukan indirawi atau
material, namun logis, lagi dapat dibuktikan sepanjang masa. Karena sifatnya yang demikian,
ia tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. Al-Qur‟an adalah mukjizat yang
dimiliki oleh Nabi Muhammad saw. Mukjizat Al-Qur‟an dapat dijangkau oleh setiap orang
yang mengunakan akalnya di mana pun dan kapan pun.
Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok. Pertama, para nabi sebelum Nabi
Muhammad saw., ditugaskan untuk masyarakat dan masa tertentu. Karena itu, mukjizat
mereka hanya berlaku untuk masa dan masyarakat tersebut, tidak untuk sesudah mereka.
Berbeda dengan Nabi Muhammad saw. yang diutus untuk seluruh umat manusia hingga akhir
zaman, sehingga bukti kebenaran ajarannya harus selalu siap dipaparkan pada setiap orang
yang ragu di mana pun dan kapan pun mereka berada. Jika demikian halnya, tentu mukjizat
tersebut tidak mungkin bersifat material, karena kematerialan membatasi ruang dan waktunya.
Kedua, manusia mengalami perkembangan dalam pemikirannya. Sedangkan fungsi mukjizat
sendiri adalah sebagai bukti kebenaran para nabi.
 Dalil dan Contoh Mukjizat
Mukjizat Nabi Nuh a.s. bisa membuat kapal besar pertama di dunia dan
menyelamatkannya serta umatnya, tercatat dalam surah Asy-Syu'ara [26] ayat 119 dan 120.
“Kemudian Kami menyelamatkannya Nuh dan orang-orang yang bersamanya di dalam kapal
yang penuh muatan” (119) . “Kemudian setelah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang
tinggal” (120)
Mukjizat Nabi Ismail a.s. yang posisinya digantikan dengan sembeliha yang
besar, tercatat dalam surah As-Saffat [37] ayat 104-107:
“Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim!”(104) “Sungguh, engkau telah membenarkan
mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik.”(105) “ Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata”(106) “Dan Kami tebus
anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”(107)
 Hikmah Mempelajari Mukjizat
Sebagai pendidik perlu menjadikan materi ini sebagai modal, baik untuk diri sendiri
maupun untuk peserta didik. Pelajaran penting ini bisa sebagai bahan mengagumi kekuasaan
Allah atas segala makhluk-Nya, serta sebagai bahan mengajak orang lain menggali kebesaran
Allah Swt.
4. Karomah
 Pengertian Karomah

Menurut Syekh Akbar Muhammad Fathurahman, karomah adalah pemberian dari


Allah Swt. dalam bentuk pertolongan-Nya kepada seseorang yang membela agama Allah.
Sifat Karomah adalah kejadian di luar batas kemampuan manusia pada umumnya atau
keluar dari kebiasaan pada umumnya. Karomah merupakan bagian dari Mawahib (anugerah)
Allah yang didapat tanpa melalui proses usaha dan terjadi hanya sesekali saja.
Wali ialah orang yang beriman, bertakwa, dan beramal saleh kepada Allah Swt.
Ulama‟ sufi meyakini bahwa para wali mempunyai keistimewaan, misalnya kemampuan
melihat hal-hal ghaib yang tidak dimiliki oleh manusia umumnya. Allah Swt. dapat memberi
karomah kepada orang beriman, takwa, dan beramal saleh menurut kehendaknya.
Pengertian dari karomah itu sendiri menurut Abul Qasim al-Qusyairi yaitu merupakan
suatu aktivitas yang dianggap sebagai hal yang bertentangan dengan adat kebiasaan manusia
pada umumnya, yaitu dapat juga dianggap sebagai realitas sifat wali-wali Allah tentang
sebuah makna kebenaran dalam situasi yang dianggap kurang baik. Karomah ini juga dapat
dianggap sebagai hal yang sangat luar biasa yang diberikan oleh Allah kepada kekasih-
kekasih pilihan-Nya.
Said Hawwa juga menjelaskan bahwa karomah memang benar-benar telah terjadi dan
akan tetap terjadi pada wilayah tasawuf. Karomah juga bisa terjadi pada orang yang belum
sempurna istiqomahnya. Tapi bagi orang-orang yang benar-benar lurus, istiqamah, dan
tampak karomahnya, barangkali karomahnya tersebut identik dengan tanda kewalian.
Karomah dapat berarti juga peristiwa yang luar biasa, yang keluar dari hukum alam. Namun
karomah juga bisa berupa akibat dari suatu sebab, tapi masih dalam lingkup manifestasi
taufik Allah.
Karomah memang identik dengan hal-hal yang tidak masuk nalar. Akan tetapi ia adalah
nyata dan haqq, seperti halnya mukjizat para nabi. Bedanya, jika mukjizat disertai dengan
pengakuan kenabian (nubuwwah), pada karomah hal itu tidak ada. Karomah ini oleh Allah
diberikan kepada para wali yang benar-benar beriman dan bertakwa hanya kepada Allah.
Firman Allah mengenai sifat-sifat dari wali Allah ini yaitu sebagai berikut:
“Ketahuilah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran pada mereka dan
tidak pula mereka bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa
bertaqwa”. (QS. Yunus: 62-63).
Berdasarkan ayat di atas, diketahui bahwa sifat-sifat dari wali Allah yaitu: “Orang-orang
yang beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan
hari akhir serta beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk.” Menurut Imam al-
Qusyairi dalam ar-Risalah, seorang wali tidak akan merasa nyaman dan peduli terhadap
karomah yang dianugerahkan kepadanya. Meskipun demikian, kadang-kadang dengan
adanya karomah, keyakinan mereka semakin bertambah sebab mereka meyakini bahwa
semuanya itu berasal dari Allah.
 Ciri-ciri Karomah
Sebagian ciri-ciri seorang hamba memiliki karomah di antaranya: a) tidak memiliki doa-
doa khusus sebagai suatu bacaan; b) karomah hanya terjadi pada seorang yang saleh; c)
seseorang yang memiliki karomah tidak pernah secara sengaja mengaku-ngaku bahwa dirinya
memiliki karomah.
Maksud atau tujuan dari pemberian karomah tersebut kepada para wali ialah:
a) dapat lebih meningkatkan keimanan kepada Allah; b) masyarakat menjadi lebih percaya
kepada seorang wali Allah, yang senantiasa meneruskan perjuangan nabi Muhammad saw.; dan
c) karomah merupakan bukti nyata meninggikan derajat seorang wali agar dirinya selalu tetap
istiqomah di jalan Allah.
Mbah Sholeh Darat dalam Kitab Sabil Al „Abid memberikan pertanyaan sebagai berikut:
“Kenapa zaman akhir para wali banyak terlihat karomahnya? Kenapa zaman Sahabat dan
Tabi‟in tidak nampak wujud karomah wali?”.
Jawabannya karena manusia di zaman akhir banyak kesalahan (dha‟if) keyakinan agamanya.
Maka mereka didampingi oleh para wali dengan karomahnya agar semakin kuat keyakinan
agamanya dan patuh kepada orang saleh. Dengan demikian, generasi zaman akhir tidak mudah
menghina para orang-orang saleh. Berbeda dengan orang-orang zaman al-awwalin (periode
Sahabat dan Tabi‟in) yang dalam hidupnya masih sangat yakin pada orang-orang saleh.
Sehingga karamah para wali tidak diperlihatkan. Apalagi pada zaman Sahabat, dimana
Rasulullah saw. masih hidup bersama mereka.
 Dalil dan Contoh Karomah
Karomah yang dimiliki orang-orang saleh ini tercatat dalam Al-Qur‟an dan
Hadis. Dalil-dalil ini mencadi contoh nyata adanya karomah yang diberikan oleh
Allah. Di antara dalil dan contoh ini adalah sebagai berikut:
a. Karamah ibunda Nabi Musa a.s. yang muncul ketika mengandung, ini karena keyakinannya,
dan Allah pun mengembalikan Nabi Musa a.s. padanya. Hal ini tercatat dalam surah al-
Qashash [28] ayat 7:
“ Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau
khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut
dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu,
dan menjadikannya salah seorang rasul”.
b. Kejadian yang dialami seorang ahli ilmu pada masa Nabi Sulaiman a.s.. Ketika Nabi
Sulaiman a.s. sedang duduk dengan para tentaranya yang terdiri atas manusia, hewan, dan
jin, beliau meminta kepada mereka mendatangkan singgasana Ratu Bilqis. Ada seorang
yang berilmu bernama Ashif bin Barkhaya berkata kepada Nabi Sulaiman a.s. dan
menyanggupi permintaannya. Perkataan orang berilmu tersebut diabadikan Allah Swt.
dalam firman-Nya Q. S. an-Naml [27] ayat 40:
“Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu
terletak di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku,
apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur,
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa
ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia.”
c. Kisah pemuda Ashabul Kahfi, peristiwa ini terjadi sesudah zaman Nabi Isa a.s.. Raja mereka
tidak sepaham bahkan sangat benci sekali dengan apa yang mereka yakini. Mereka pun
keluar menjauhi kerajaan dan masuk kedalam gua lalu tertidur di dalamnya selama 309
tahun. Kisah ini tercatatdalam surah al-Kahfi [18] ayat 25:
“Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun”.
 Hikmah Mempelajari Karomah
Di antara hikmahnya adalah generasi masa kini akan menghormati orang saleh dan selalu
ingin dekat kepada orang terkasih. Derajat wali pada hakikatnya titipan dari Allah, bukan
predikat yang dipasang secara mandiri dan diumumkan. Sebagai pendidik perlu menjadikan
materi ini sebagai modal, baik untuk diri sendiri maupun untuk peserta didik. Pelajaran
penting ini bisa sebagai bahan mengagumi kekuasaan Allah atas segala makhluk-Nya, serta
sebagai bahan mengajak orang lain menggali kekuasaan Allah Swt.
5. Sihir
 Pengertian Sihir
Sebagian ulama mengatakan bahwa sihir adalah benar-benar terjadi „riil‟, dan memiliki
hakikat. Artinya, sihir memiliki pengaruh yang benar-benar terjadi dan dirasakan oleh orang
yang terkena sihir. Ibnul Qudamah rahimahullah mengatakan, “Sihir adalah jampi atau mantra
yang memberikan pengaruh, baik secara zohir maupun batin. Semisal membuat orang lain
menjadi sakit, atau bahkan membunuhnya, memisahkan pasangan suami istri, atau membuat
istri orang lain mencintai dirinya”.
Namun ada ulama lain yang menjelaskan bahwa sihir hanyalah pengelabuan dan tipuan
mata semata, tanpa ada hakikatnya. Sebagaimana dikatakan oleh Abu Bakr Ar Rozi, “Sihir
adalah segala sesuatu yang sebabnya samar dan bersifat mengelabui, tanpa adanya hakikat, dan
terjadi sebagaimana muslihat dan tipu daya semata”.
Al-Laits mengatakan, Sihir adalah suatu perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada
syaitan dengan bantuannya. Al-Azhari mengemukakan, Dasar pokok sihir adalah memalingkan
sesuatu dari hakikat yang sebenarnya kepada yang lainnya. Ibnu Manzur berkata: Seakan-akan
tukang sihir memperlihatkan kebatilan dalam wujud kebenaran dan menggambarkan sesuatu
tidak seperti hakikat yang sebenarnya. Dengan demikian, dia telah menyihir sesuatu dari
hakikat yang sebenarnya atau memalingkannya. Syamir meriwayatkan dari Ibnu Aisyah, dia
mengatakan bahwa orang Arab menyebut sihir itu dengan kata as-Sihr karena ia menghilangkan
kesehatan menjadi sakit.
Ibnu Faris mengemukakan, Sihir berarti menampakkan kebatilan dalam wujud kebenaran.
Di dalam kitab al-Mu‟jamul Wasīth disebutkan bahwa sihir adalah sesuatu yang dilakukan
secara lembut dan sangat terselubung. Sedangkan di dalam kitab Muhīthul Muhīth disebutkan,
sihir adalah tindakan memperlihatkan sesuatu dengan penampilan yang paling bagus, sehingga
bisa menipu manusia. Fakhruddin ar-Razi mengemukakan, menurut istilah Syari‟at, sihir hanya
khusus berkenaan dengan segala sesuatu yang sebabnya tidak terlihat dan digambarkan tidak
seperti hakikat yang sebenarnya, serta berlangsung melalui tipu daya.
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi mengatakan, Sihir adalah ikatan-ikatan, jampi-jampi, perkataan
yang dilontarkan secara lisan maupun tulisan, atau melakukan sesuatu yang mempengaruhi
badan, hati atau akal orang yang terkena sihir tanpa berinteraksi langsung dengannya. Sihir ini
mempunyai hakikat, diantaranya ada yang bisa mematikan, membuat sakit, membuat seorang
suami tidak dapat mencampuri istrinya atau memisahkan pasangan suami istri, atau membuat
salah satu pihak membenci lainnya atau membuat kedua belah pihak saling mencintainya.
Ibnul Qayyim mengungkapkan, Sihir adalah gabungan dari berbagai pengaruh ruh-ruh
jahat, serta interaksi berbagai kekuatan alam dengannya. Dapat disimpulkan bahwa Sihir adalah
kesepakatan antara tukang sihir dan syaitan dengan ketentuan bahwa tukang sihir akan
melakukan berbagai keharaman atau kesyirikan dengan imbalan pemberian pertolongan syaitan
kepadanya dan ketaatan untuk melakukan apa saja yang dimintanya.
 Ciri-ciri Sihir
Di antara tukang sihir itu ada yang menempelkan mushhaf di kedua kakinya, kemudian ia
memasuki WC. Ada yang menulis ayat-ayat al-Qur‟an dengan kotoran atau darah haid. Juga
ada yang menulis ayat-ayat Al-Qur‟an di kedua telapak kakinya. Ada juga yang menulis Surat
al-Faatihah terbalik. Ada yang mengerjakan salat tanpa berwudu. Ada yang tetap dalam
keadaan junub terus-menerus. Ada yang menyembelih binatang untuk dipersembahkan kepada
syaitan dengan tidak menyebut nama Allah pada saat menyembelih, lalu membuang sembelihan
itu ke tempat yang telah ditentukan syaitan. Ada yang berbicara dengan binatang-binatang dan
bersujud kepadanya. Serta ada juga yang menulis mantra dengan lafazh yang mengandung
makna kekufuran.
Dari sini, tampak jelas bahwa jin itu tidak akan membantu dan tidak juga mengabdi kepada
seorang penyihir kecuali harus memberikan imbalan. Setiap kali seorang penyihir
meningkatkan kekufuran, maka syaitan akan lebih taat kepadanya dan lebih cepat
melaksanakan perintahnya. Dan jika tukang sihir tidak sungguh-sungguh melaksanakan
berbagai kekufuran yang diperintahkan syaitan, maka syaitan akan menolak mengabdi
kepadanya serta menentang perintahnya. Dengan demikian, tukang sihir dan syaitan merupakan
teman setia yang bertemu dalam rangka kemaksiatan kepada Allah.
 Dalil Sihir
Dalam surat Al baqarah ayat 2012
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman.
Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir
kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu
Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum
mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.”
Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan
antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang
dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang
mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah
tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat
keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual
dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu. “(al-Baqarah [2]: 102)
Ayat ini menerangkan tentang penjelasan sihir dari mulai cara melakukannya dan hasil
yang dicapai dari sihir, namun tetap saja walau hasilnya bersifat nyata, kenyataan tersebut
masih berada di bawah ketetapan Allah. Pada kisah Nabi Musa a.s. juga terdapat kisah
penyihir yang melawannya, namun Allah memberikan kabar bahwa Allah tidak akan
membiarkan penyihir terus membuat kerusakan.
 Contoh Sihir
Contoh perbuatan sihir yang terjadi di masyarakat sebagai berikut:
a. Memisahkan pasangan suami istri baik yang baru menikah maupun yang
sudah lama menikah, serta membuat keluarganya tidak pernah tentram.
b. Sihir cinta (pelet) membuat orang yang terkena sihir jatuh cinta, selalu merasa rindu dan
ingin dinikahi oleh orang yang menyihir. Bahkan dalam beberapa kasus, jika yang
menyihir tidak menikahi, yang terkena sihir akan
mengalami depresi sampai gangguan jiwa.
c. Sihir khayalan/ilusi, membuat objek yang dilihat atau dirasa tidak seperti aslinya. Seperti
penyihir yang melawan Nabi Musa a.s., menjadikan tongkat mereka sebagai ilusi
menyerupai ular. Mukjizat Nabi Musa a.s. benar-benar mengubah tongkat menjadi ular
yang nyata, bukan ilusi.
d. Sihir santet/teluh atau sejenisnya, membuat yang terkena sihir mengalami sakit bahkan
sampai meninggal dunia. Pada beberapa kasus ada yang disihir santet ini selama bertahun-
tahun dan mengalami sakit yang berkepanjangan.
 Hikmah Mempelajari Materi Sihir
Sebagai pendidik perlu menjadikan materi sihir ini sebagai modal, baik untuk diri sendiri
maupun untuk peserta didik. Pelajaran penting ini bisa sebagai bahan kewaspadaan, serta
menyampaikan kepada peserta didik agar berhati-hati dari sihir. Bisa juga sebagai modal
membentengi diri dari sihir dengan memohon pertolongan Allah.
PETA KONSEP

Ar
Asmaul Husna 1. Ar rahman :” kelemah lembutan, kasih
99 sayang, dan kehalusan
2. Al Malik : “penguasaan terhadap sesuatu
disebabkan oleh kekuatan pengendalian dan
kesahihannya.”

ALLAH SWT

MUKJIZAT: KAROMAH:
Peristiwa “luar biasa” Pemberian dari Allah
yang terjadi dari Swt. dalam bentuk
seseorang Nabi, pertolongan-Nya kepada
sebagai bukti seseorang yang membela
kenabiannya agama Allah.

Anda mungkin juga menyukai