Disusun Oleh :
1. Rama Nugraha Jati S
2. Ulfa Nur Hanifia
3. Fina Fransisca R
(STAINU MADIUN)
NOVEMBER 2018
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena
dengan berkat, taufik dan hidayatnya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “KLASIFIKASI HADIS DARI BERBAGAI ASPEKNYA”.
Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Alquran. Oleh karena itu,
seorang muslim harus mengimani hadis. Hadis yang mesti diimani ialah hadis yang sah
secara hukum serta jauh dari kemungkaran. Makalah ini menjelaskan materi mengenai
makna, ciri-ciri, jenis-jenis dan perbedaan antarhadis. Hadis memiliki jenis-jenis
tertentu sehingga tidak semua hadis bisa dijadikan hujjah (alasan hukum). Dengan
disusunnya makalah ini, semoga dapat memberikan wawasan tentang klasifikasi hadis
dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
sangat menghargai segala kritikan dan saran, jika ada kesalahan kami mohon maaf
dengan sebesar- besarnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................i
Kata Pengantar..........................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................iii
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan Pembuatan Makalah........................................................3
BAB II : PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Hadis Berdasarkan Kuantitas Perawinya………….3
B. Klasifikasi Hadis Berdasarkan Kualitas Perawi..........................4
C. Hadis Maudhu’………………....................................................14
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Hadis telah melewati masa kodifikasi yang panjang, yaitu selama tujuh
periode lamanya. Pada masa setelah Rasulullah saw. wafat kondisi sahabat sangat
berhati-hati dalam meriwayatkan hadis karena konsentrasi mereka kepada Alquran
yang baru dikodifikasi pada masa Abu Bakar merupakan tahap awal dan masa
Khalifah Usman tahap kedua. Masa ini dikenal dengan masa taqlil ar– riwayah
(pembatasan periwayatan), para sahabat tidak meriwatkan hadis kecuali disertai
dengan saksi dan bersumpah bahwa hadis yang ia riwayatkan benar-benar
bersumber dari Nabi Muhammad Saw. Pada masa kodifikasi ini lah lahir hadis-
hadis palsu untuk mencari keuntungan semata. Melihat kepada sejarah dan
perkembangan hadis banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran dalam hadis, seperti
adanya hadis maudhu‟ (palsu) dan hadis mungkar. Hal ini dikarenakan setelah
Rasulullah saw. wafat, sedikit demi sedikit Islam mulai kembali ke masa jahiliyah
dan banyaknya pendusta, seperti contoh hadis palsu yang artinya “Terong adalah
obat segala penyakit”. Ini merupakan suatu kemunduran Islam saat itu. Selain itu,
timbulnya perpecahan umat Islam juga menjadi faktor pemalsuan hadis.
2
C. TUJUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
Mutawatir Ahad
Mutlak Nisbi
Gambar 1. Bagan Hadis ditinjau
dari Segi Kuantitas Perawi.
4
1. Hadis Mutawatir
Jumlah banyak orang pada setiap tingkatan sanad dari awal hingga
akhir sanad. Jika jumlah banyak tersebut hanya pada sebagian sanad saja
maka tidak dinamakan mutawatir, tetapi dinamakan ahad atau wahid.
Persamaan jumlah perawi tidak berarti harus sama jumlah angka
nominalnya, mungkin saja jumlah angka nominalnya berbeda, namun
nilai verbalnya sama, yaitu sama banyak. Misalnya, pada awal tingkatan
sanad 10 orang, tingkatan sanad berikutnya menjadi 20 orang, 40 orang,
100 orang, dan seterusnya.Jumlah yang seperti ini tetap dinamakan sama
banyak dan tergolong mutawatir.
3) Mustahil bersepakat bohong
Misalnya para perawi dalam sanad itu datang dari berbagai negara
yang berbeda, jenis yang berbeda, dan pendapat yang berbeda pula.
1
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis. (Jakarta : Amzah),hlm 147. Diakses pada tanggal 26 November 2018, pukul
18:37 WIB
5
Sejumlah para perawi yang banyak ini secara logika mustahil terjadi
adanya kesepakatan berbohong secara tradisi. Pada masa perkembangan
hadis, berbeda dengan masa modern. Di samping kejujuran, dan daya
ingatan yang masih andal, transportasi tiap daerah tidak semudah
sekarang ini, sehingga tidak mungkin mereka berdusta.
4) Sandaran berita itu pada Panca indera
Artinya berita itu didengar dengan telinga atau dilihat dengan mata
dan disentuh dengan kulit, tidak disandarkan pada logika atau akal. Jika
berita hadis itu logis, tidak indrawi maka dikatakan tidak mutawatir.
Contohnya ungkapan “Kami mendengar (dari Rasulullah bersabda
begini) atau “Kami sentuh atau kami melihat (Rasulullah melakukan
begini dan seterusnya)”.
5) Sandaran berita itu pada Panca indera
Artinya berita itu didengar dengan telinga atau dilihat dengan mata
dan disentuh dengan kulit, tidak disandarkan pada logika atau akal. Jika
berita hadis itu logis, tidak indrawi maka dikatakan tidak mutawatir.
Contohnya ungkapan “Kami mendengar (dari Rasulullah bersabda
begini) atau “Kami sentuh atau kami melihat (Rasulullah melakukan
begini dan seterusnya)”.
Berdasarkan 4 kristeria hadis mutawatir di atas, maka jumlah hadis
mutawatir sedikit dan langka dibandingkan dengan hadis ahad.
b. Klasifikasi Hadis Mutawatir
2) Mutawatir Ma’nawi
Hadis mutawatir Ma‟nawi adalah hadis yang lafal dan maknanya
berlainan antara satu riwayat dengan riwayat lainnya, tetapi terdapat
kesesuaian makna secara umum (kulli).
Contoh hadis mutawatir ma‟nawi yang artinya : “Nabi Saw.
tidak mengangkat kedua tangannya dalam doa-doa beliau, kecuali dalam
salat istiqa, dan beliau mengangkat tangannya hingga tampak putih-
putih kedua ketiaknya”. (H.R. Bukhari)
Hadis-hadis yang semakna dengan hadis tersebut banyak sekali, lebih
dari 100 hadis.3
3) Mutawatir Amali
2. Hadis Ahad
a. Pengertian Hadis Ahad
Hadis ahad adalah hadis yang jumlah rawinya tidak sampai pada jumlah
mutawatir, tidak memenuhi syarat mutawatir, dan tidak pula sampai pada
derajat mutawatir.
2
M.Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis. (Bandung : Pustaka Setia), Hal 130-131. Diakses pada
tanggal 26 November 2018, pukul 19:47 WIB
3
Ibid. Hal. 131-132
7
b. Klasifikasi hadis Ahad
1) Hadis Masyur
Hadis Masyur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau
lebih pada setiap thabaqah-tidak mencapai derajat mutawatir.
Contoh hadis masyur adalah :“Seorang mukmin adalah orang yang
menyelamatkan sesama muslim lainnya dari gangguan lidah dan
tangannya”.
2) Hadis Aziz
Aziz menurut bahasa adalah Asy-Safief (yang mulia), sedangkan
menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang,
walaupun dua orang tersebut terdapat pada satu thabaqah saja, kemudian
orang-orang meriwayatkannya.
Contoh hadis Aziz“Kami adalah orang-orang terakhir di dunia yang
terdahulu pada hari kiamat”. (H.R. Ahmad dan An-Nasa‟i)
3) Hadis Gharib
Gharib menurut bahasa artinya yang jauh dari tanah dan kalimat
yang sukar dipahami. Sedangkan menurut istilah, hadis Gharib adalah
hadis yang diiriwayatkan oleh seorang rawi yang menyendiri dalam
meriwayatkan baik menyendiri orangnya, yakni tidak ada orang yang
meriwayatkan selain rawi itu sendiri. Juga dapat mengenai sifat atau
keadaan rawi, artinya sifat atau keadaan rawi itu berbeda dengan sifat
dan keadaan rawi-rawi lain yang juga meriwayatkan hadis tersebut.
Contoh hadis gharib adalah “Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw. telah
bersabda, Iman itu bercabang-cabang menjadi 60 cabang dan malu itu salah
satu cabang dari iman” (H.R. Bukhari).
Hadis Gharib diklasifikan ke dalam dua macam jika ditinjau dari segi
bentuk penyendirian rawi.
8
b) Hadis Gharib nisby
Hadis ditinjau dari segi kualitas rawi yang meriwayatkannya, terbagi dalam tiga
macam, yaitu sahih, hasan dan Dhaif.
1. Hadis Sahih
a. Pengertian hadis sahih
Sahih menurut bahasa artinya sehat, haq dan kuat. Menurut ulama
ahli hadis, hadis sahih adalah hadis yang sanadnya bersambung, dikutip
oleh orang yang adil lagi cermat dari orang yang sama, sampai berakhir
pada Rasulullah saw., atau sahabat atau tabiin, bukan hadis yang syadz
(kontroversi) dan terkena illat yang menyebabkan cacat dalam
penerimaannya.
a) Beragama Islam.
d) Memelihara marwah.
3) Sanadnya bersambung
Yang dimaksud dengan ketersambungan sanad adalah bahwa
setiap rawi hadis yang bersangkutan benar-benar menerimanya dari
rawi yang berada di atasnya dan begitu selanjutnya sampai kepada
pembicara yang pertama.
Untuk mengetahui bersambung atau tidaknya suatu sanad,
biasanya ulama hadis menempuh tata kerja penelitian berikut:
4
Ibid. Hal. 142
10
Jadi, suatu sanad hadis dapat dinyatakan bersambung apabila :
a) Seluruh rawi dalam sanad itu benar-benar tsiqat (adil dan dhabit)
b) Antar masing-masing rawi dengan rawi terdekat sebelumnya
dalam sanad itu benar-benar telah terjadi hubungan
periwayatan hadis secara sah menurut ketentuan tahamul wa
ad al-hadis.
4) Tidak ber-‘Illat
Maksudnya bahwa hadis yng bersangkutan terbebas dari cacat
kesahihannya, yakni hadis itu terbebas dari sifat-sifat samar yang
membuatnya cacat, meskipun tampak bahwa hadis itu tidak
menunjukkan adanya cacat tersebut.
11
Hadis sahih yang paling tinggi derajatnya adalah hadis yang
bersanad ashahul sanad, kemudian berturut-turut sebagai berikut:
2. Hadis Dhaif
a. Pengertian Hadis Dhaif
4
6
7
8
9
b. Klasifikasi Hadis Dhaif
1. Hadits Maudhu' adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang
ciptaan itu mereka katakan bahwa itu adalah sabda Nabi SAW, baik hal itu
disengaja maupun tidak.
2. Hadits Matruk adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang
diriwayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam perhaditsan
3. Hadits Munkar adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang
diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya, banyak
kelengahannya atau jelas kefasikannya yang bukan karena dusta.
10
4. Hadits Mu'allal (Ma'lul, Mu'all) adalah hadits yang tampaknya baik,
namun setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan ternyata ada
cacatnya
5. Hadits Mudraj (saduran) adalah hadits yang disadur dengan sesuatu yang
bukan hadits atas perkiraan bahwa saduran itu termasuk hadits.
6. Hadits Maqlub adalah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits
lain), disebabkan memutar balikkan urutan Perawi.
7. Hadits Mudltharrib adalah hadits yang menyalahi hadits dengan
mengganti rawi.
8. Hadits Muharraf adalah hadits yang menyalahi hadits lain terjadi
disebabkan karena perubahan Syakal kata, dengan masih tetapnya bentuk
tulisannya.
9. Hadits Mushahhaf adalah hadits yang mukhalafahnya karena perubahan
titik kata, sedang bentuk tulisannya tidak berubah.
10. Hadits Mubham: adalah hadits yang didalam matan atau sanadnya
terdapat seorang rawi yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau perempuan
11. Hadits Syadz (kejanggalan): adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang
yang makbul (tsiqah) menyalahi riwayat yang lebih rajih.
12. Hadits Mukhtalith adalah hadits yang rawinya buruk hafalannya,
disebabkan sudah lanjut usia, tertimpa bahaya, terbakar atau hilang kitab-
kitabnya.
3. Hadis Hasan
a. Pengertian Hadis hasan
Seperti hadis sahih lain juga, hadis hasan pun terbagi atas hasan li dzatih dan
hasan li ghairih. Hadis yang memenuhi segala syarat-syarat hadis hasan disebut
hadis hasan li dzatih. Syarat untuk hadis hasan adalah sebagaimana syarat untuk
C. HADIS MAUDHU’
Hadis Maudhu‟ ialah hadis yang dibuat oleh seseorang (hadis palsu)yang
ciptaannya itu dinisbahkan kepada Rasulullah saw. secara palsu dan dusta, baik
disengaja maupun tidak. Hadis maudhu‟ merupakan hadis yang diklasifikasikan
berdasarkan cacat pada keadilan dan ke-dhabit-an rawi.11
Sama seperti hadis yang lain, hadis maudhu‟ juga memiliki ciri-ciri tertentu.
Ciri-ciri tersebut ialah :
1. Adanya pengakuan dari si pembuat hadis. Pernah seorang ulama
menanyakan suatu hadis kepada perawinya dan perawi tersebut mengakui
bahwa ia memang menciptakan hadis tersebut untuk suatu keperluan.
2. Adanya indikasi yang memperkuat, misalnya seorang rawi mengaku
menerima suatu hadis dari seorang tokoh, padahal ia belum pernah
bertemu dengan tokoh tersebut, atau tokoh tersebut telah meninggal
sebelum perawi itu lahir.
3. Adanya indikasi dari sisi tingkah laku sang perawi, misalnya diketahui
bahwa ada tingkah laku yang menyimpang dari sang perawi.
4. Adanya pertentangan dengan Alquran, hadis mutawatir atau dengan
ijma dan akal sehat.
12
Seperti yang dikutip dari buku Ulumul Hadis (Agus Solahudin dan Agus
Suyadi : 176-181) Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan timbulnya hadis-
hadis maudhu‟, antara lain sebagai berikut.
12 Syi‟ah adalah pendukung berat keluarga nabi (ahlul al-bayt) dan lebih
mengutamakan Ahl bait daripada sahabat yang bukan keluarga nabi saw. tetapi
tidak sampai mencaci, membenci, atau mengkafirkan para sahabat, terutama Abu
Bakar dan Umar.
14
Gerakan-gerakan orang Syi‟ah tersebut diimbangi oleh golongan jumhur yang
bodoh dan tidak tahu akibat dari pemalsuan hadis tersebut dengan membuat hadis-
hadis palsu.
“Tak ada satu pohon pun dalam surga melainkan tertulis pada tiap-tiap daunnya:
La ilaha ilallah, Muhammadur Rasulullah, Abu Bakar Ash-Shiddieq, „Umar bin
Khatab dan Usman Dzunnuraini”.
Golongan yang fanatik terhadap Muawwiyah membuat pula hadis palsu yang
menerangkan keutamaan Muawwiyah, di antaranya :
“Orang yang tepercaya itu ada tiga, yaitu Aku, Jibril dan Muawwiyah”.
Perlu ditegaskan bahwa walaupun golongan Khawarij merupakan golongan
yang keluar dari Ahlus sunnah wal jama‟ah, mereka tidak suka membuat hadis
maudhu‟ untuk menguatkan mazhabnya. Jadi, tidak benar jika ada ulama yang
mengatakan bahwa Khawarij dalam memperkuat mazhabnya membuat hadis
maudhu‟.
Hal tersebut dikatakan oleh Abu Daud bahwa tidak ada di dalam golongan
pengikut nafsu, yang lebih berat perkataannya dan lebih shahih hadisnya, selain
golongan Khawarij.
Mereka tidak melakukan pemalsuan hadis dikarenakan oleh doktrin mereka
yang mengkafirkan orang-orang yang melakukan dosa besar, apalagi berdusta atas
nama Nabi Muhammad saw.
15
Faktor ini merupakan faktor awal munculnya hadis maudhu‟. Hal ini
berdasarkan peristiwa Abdullah bin Saba‟15 ang mencoba memecah belah Islam
dengan bertopeng kecintaan kepada Ahli Bait.
Di antara hadis maudhu‟ yang diciptakan oleh orang-orang Zindiq16 tersebut,
adalah :
“Tuhan kami turun dari langit pada sore hari, di „Arafah dengan berkendaraan
unta kelabu, sambil berjabatan tangan dengan orang-orang yang berkendaraan
dan memeluk orang-orang yang sedang berjalan”.
“Melihat (memandang) muka yang indah ialah ibadah”
17
Seperti hadis-hadis yang dibuat Nuh ibn Abi Maryam tentang keutamaan
Al-qur‟an.Ketika ditanya alasannya melakukan hal seperti itu,ia menjawab,”saya
dapati manusia telah berpaling dari membaca Al-Qur‟an maka saya membuat
hadis-hadis ini untuk menarik minat umat kembali kepada Al-Qur‟an.
18
(3)
“Anak zina itu tidak dapat masuk surga sampai tujuh keturunan”
(4)
“Barang siapa yang melawan yang melahirkan seorang anak, kemudian dinamai
Muhammad, ia dan anaknya akan masuk surga”
19
BAB III
KESIMPULAN
1. Hadis jika ditinjau dari segi kuantitas perawi terbagi ke dalam dua, yaitu
hadis mutawatir dan hadis ahad.
2. Hadis mutawatir merupakan hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi
hadis dan mustahil berbuat dusta dan memiliki beberapa persyaratan-
persyaratan khusus
3. Hadis Ahad merupakan hadis yang diriwayatkan oleh beberapa perawi
hadis dan mustahil berbuat dusta, namun diantara perawi tersebut ada yang
sedikit keliru hafalannya sehingga gugur lah salah satu persyaratan hadis
mutawatir.
4. Hadis mutawatir diklasifikan atas tiga, yaitu mutawatir Ma‟nawi,
mutawatir „Amali, mutawatir Lafdzi
5. Hadis ahad terbagi menjadi tiga, yaitu hadis Masyur, hadis „Aziz, dan
hadis Gharib.
6. Hadis jika diklasifikasikan berdasarkan kualitas perawi terbagi ke dalam
tiga jenis, yaitu hadis shahih, hadis dhaif‟ dan hadis hasan.
7. Hadis maudhu‟ merupakan hadis yang diklasifikan berdasarkan cacat pada
keadilan dan ke-dhabit-an Rawi
20
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Kasir juz 5An-Nisa 24 s.d An-Nisa 147,
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000.
2009.
www.wikipedia.org/wiki/hadits
21
22