Pembagian hadis
bus airi
UAS Hadit s
Muhammad Kholid Ismat ulloh
Referensi 2 dan
desi ekaput ri
MAKALAH ULUMUL QURAN & ULUMUL HADIS
PENGKLASIFIKASIAN HADIS DARI BERBAGAI
ASPEKNYA
DI
OLEH
Rafi Mariska
(140208024)
Mazwan
(140208004)
2014/2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Alhamdulillah, Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan
berkat, taufik dan hidayatnya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“KLASIFIKASI HADIS DARI BERBAGAI ASPEKNYA”.
Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah Alquran. Oleh karena itu, seorang
muslim harus mengimani hadis. Hadis yang mesti diimani ialah hadis yang sah secara hukum
serta jauh dari kemungkaran. Makalah ini menjelaskan materi mengenai makna, ciri-ciri,
jenis-jenis dan perbedaan antarhadis. Hadis memiliki jenis-jenis tertentu sehingga tidak
semua hadis bisa dijadikan hujjah (alasan hukum). Dengan disusunnya makalah ini, semoga
dapat memberikan wawasan tentang klasifikasi hadis dan semoga bermanfaat bagi kita
semua.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat
menghargai segala kritikan dan saran, jika ada kesalahan kami mohon maaf dengan sebesar-
besarnya.
Wassalam
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
KLASIFIKASI HADIS DARI BERBAGAI ASPEKNYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Alquran1. Hadis
diklasifikasi oleh Ulama untuk memudahkan umat Islam dalam memahami
makna, ciri-ciri hadis, jenis-jenis hadis, perbedaan antarhadis serta untuk mencari
hujjah (alasan hukum). Oleh karena itu, pada kesempatan ini makalah ini akan
membahas tentang “Klasifikasi Hadis dari Berbagai Aspeknya”. Makalah ini
disusun dengan semaksimal mungkin. Oleh karena itu, kami sangat menghargai
kritikan dan saran sebagai kesempurnakan makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Hadis telah melewati masa kodifikasi yang panjang, yaitu selama tujuh
periode lamanya. Pada masa setelah Rasulullah saw. wafat kondisi sahabat sangat
berhati-hati dalam meriwayatkan hadis karena konsentrasi mereka kepada
Alquran yang baru dikodifikasi pada masa Abu Bakar merupakan tahap awal dan
masa Khalifah Usman tahap kedua. Masa ini dikenal dengan masa taqlil ar–
riwayah (pembatasan periwayatan), para sahabat tidak meriwatkan hadis kecuali
disertai dengan saksi dan bersumpah bahwa hadis yang ia riwayatkan benar-benar
bersumber dari Nabi Muhammad Saw. Pada masa kodifikasi ini lah lahir hadis-
hadis palsu untuk mencari keuntungan semata.2 Melihat kepada sejarah dan
perkembangan hadis3 banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran dalam hadis,
seperti adanya hadis maudhu‟ (palsu) dan hadis mungkar. Hal ini dikarenakan
setelah Rasulullah saw. wafat, sedikit demi sedikit Islam mulai kembali ke masa
1
Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Kasir juz 5An-Nisa 24 s.d An-Nisa 147, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2000) hlm. 273-276
2
Bacalah buku Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis. (Jakarta : Amzah). hal. 87-93
3
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah&Pengantar Ilmu Hadist, (Semarang: Pustaka Riski
Putra, 2009) hlm. 24-25
1
jahiliyah dan banyaknya pendusta, seperti contoh hadis palsu yang artinya
“Terong adalah obat segala penyakit”. Ini merupakan suatu kemunduran Islam
saat itu. Selain itu, timbulnya perpecahan umat Islam juga menjadi faktor
pemalsuan hadis.
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Mutawatir Ahad
Mutlak Nisbi
Gambar 1. Bagan Hadis ditinjau
dari Segi Kuantitas Perawi.
4
Orang yang meriwayatkan hadis.
3
1. Hadis Mutawatir
a) Pengertian dan Syarat-Syarat Hadis Mutawatir
Mutawatir berasal dari kata al-mutatabi yang artinya “yang datang
kemudian”, “beriringan”, atau “beruntun”. Secara istilah, hadis mutawatir adalah
suatu hadis yang bersifat indriawi (didengar atau dilihat) yang diriwayatkan oleh
orang banyak yang mencapai maksimal diseluruh tingkatan sanad dan menurut
tradisi mustahil mereka berdusta. Berdasarkan definisi tersebut, ada empat kriteria
hadis mutawatir, yaitu sebagai berikut.
5
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis. (Jakarta : Amzah). hal. 147.
4
Pada masa perkembangan hadis, berbeda dengan masa modern. Di
samping kejujuran, dan daya ingatan yang masih andal, transportasi tiap daerah
tidak semudah sekarang ini, sehingga tidak mungkin mereka berdusta.
d. Sandaran berita itu pada Panca indera
Artinya berita itu didengar dengan telinga atau dilihat dengan mata dan
disentuh dengan kulit, tidak disandarkan pada logika atau akal. Jika berita hadis
itu logis, tidak indrawi maka dikatakan tidak mutawatir. Contohnya ungkapan
“Kami mendengar (dari Rasulullah bersabda begini) atau “Kami sentuh atau kami
melihat (Rasulullah melakukan begini dan seterusnya)”.
Contoh hadis mutawatir lafzhi adalah, yang artinya : “Barangsiapa yang sengaja
berdusta atas namaku, hendaklah ia bersiap-siap menduduki tempat duduknya di
neraka”. (H.R. Bukhari)
Menurut Abu Bakar Al-Bazzar, hadis tersebut diriwayatkan oleh 40 orang
sahabat. Sebagaian Ulama mengatakan bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh 62
orang sahabat dengan lafal dan makna yang sama. Hadis tersebut pada sepuluh
kitab hadis, yaitu Al-Bukhari,Muslim, Ad-Darimi, Abu Dawud, Ibn Majah, At-
Tirmidhi, At-Thayasili, Abu Hanifah, Ath-Thabrani, dan Al-Hakim.6
6
M.Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis. (Bandung : Pustaka Setia). Hal. 130-131.
5
b. Mutawatir Ma‟nawi
Hadis mutawatir Ma‟nawi adalah hadis yang lafal dan maknanya berlainan
antara satu riwayat dengan riwayat lainnya, tetapi terdapat kesesuaian makna
secara umum (kulli).
Contoh hadis mutawatir ma‟nawi yang artinya : “Nabi Saw. tidak
mengangkat kedua tangannya dalam doa-doa beliau, kecuali dalam salat istiqa,
dan beliau mengangkat tangannya hingga tampak putih-putih kedua ketiaknya”.
(H.R. Bukhari)
Hadis-hadis yang semakna dengan hadis tersebut banyak sekali, lebih dari
100 hadis.7
c. Mutawatir „Amali
Hadis Mutawatir „Amali adalah :
Sesuatu yang diketahui dengan mudah bahwa ia dari agama dan telah
mutawatir di kalangan umat Islam bahwa Nabi saw. mengajarkannya atau
menyuruhnya atau selain dari itu. Dari hal itu dapat dikatakan soal yang
telah disepakati.
Contoh hadis mutawatir „Amali adalah berita-berita yang menerangkan waktu dan
rakaat shalat, shalat jenazah, shalat „Ied, hijab perempuan yang bukan mahram,
kadar zakat, dan segala rupa amal yang telah menjadi kesepakatan, ijma.
2. Hadis Ahad
a) Pengertian Hadis Ahad
Hadis ahad adalah hadis yang jumlah rawinya tidak sampai pada jumlah
mutawatir, tidak memenuhi syarat mutawatir, dan tidak pula sampai pada derajat
mutawatir.
b) Klasifikasi hadis Ahad
1. Hadis Masyur
Hadis Masyur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih
pada setiap thabaqah-tidak mencapai derajat mutawatir. Contoh hadis masyur
adalah :
7
Ibid. Hal. 131-132
6
“Seorang mukmin adalah orang yang menyelamatkan sesama muslim lainnya
dari gangguan lidah dan tangannya”.
2. Hadis „Aziz
„Aziz menurut bahasa adalah Asy-Safief (yang mulia), sedangkan menurut
istilah adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang, walaupun dua orang
tersebut terdapat pada satu thabaqah8 saja, kemudian orang-orang
meriwayatkannya.
8
Thabaqat adalah sekelompok orang yang berdekatan dalam usia dan isnad, atau berdekatan
dalam isnad saja. Maksud berdekatan isnad adalah mereka memiliki guru yang sama, atau
berdekatan guru-gurunya. Contohnya thabaqat pertama adalah para sahabat nabi.
7
1) Hadis Gharib muthlaq
Gharib mutlak adalah hadis yang rawinya menyendiri dalam meriwayatkan
hadis tersebut. Penyendirian rawi hadis Gharib tersebut berpangkal pada tempat
ashlus sanad, yakni tabiin bukan sahabat.
2) Hadis Gharib nisby
Gharib nisby adalah apabila penyendirian hadis mengenai sifat-sifat atau
keadaan tertentu dari seorang rawi, mempunyai beberapa kemungkinan, antara
lain :
Sifat keadilan dan ke-dhabit-an (ke-tsiqat-an) rawi.
Kota atau tempat tinggal tertentu.
Meriwayatkannya dari orang tertentu.
Apabila penyendirian itu ditinjau dari segi letaknya apakah terletak di sanad
atau matan, hadis gharib terbagi lagi ke dalam tiga macam, yaitu :
Gharib pada sanad dan matan.
Gharib pada sanadnya saja.
Gharib pada sebagian matannya.
8
1. Rawinya bersifat adil
Menurut Ar-Razi, keadilan adalah tenaga jiwa yang mendorong untuk selalu
bertindak takwa, menjauhi perbuatan dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan
melakukan dosa-dosa kecil, dan meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang
menodai marwah, seperti makan sambil berdiri di jalanan, buang air kecil di
tempat yang disediakan bukan untuknya, dan bergurau berlebihan.9
3. Sanadnya bersambung
Yang dimaksud dengan ketersambungan sanad adalah bahwa setiap rawi
hadis yang bersangkutan benar-benar menerimanya dari rawi yang berada di
atasnya dan begitu selanjutnya sampai kepada pembicara yang pertama.
Untuk mengetahui bersambung atau tidaknya suatu sanad, biasanya ulama
hadis menempuh tata kerja penelitian berikut:
9
Ibid. Hal. 142
9
Mencatat semua nama rawi dalam sanad yang diteliti.
Mempelajari sejarah hidup masing-masing rawi.
Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara para rawi dan rawi yang
terdekat dengan sanad.
4. Tidak ber-‘Illat
Kejanggalan hadis terletak pada adanya perlawanan antara suatu hadis yang
diriwayatkan oleh rawi yang maqbul (yang dapat diterima periwayatannya)
dengan hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih kuat (rajih) dari padanya,
disebabkan kelebihan jumlah sanad dalam ke-dhabit-an atau adanya segi-segi
tarjih yang lain.
Jadi, hadis sahih adalah hadis yang rawinya adil dan sempurna ke-dhabit-annya,
sanadnya muttashil, dan tidak cacat matannya marfu‟, tidak cacat dan tidak
janggal.
Hadis shahih terbagi menjadi dua, yaitu shahih li dzatih dan shahih li
ghairih. Sahih li dzatih adalah hadis sahih yang memenuhi syarat-syaratnya secara
maksimal, seperti yang telah disebutkan di atas. Adapun hadis shahuh li ghairih
adalah hadis shahih yang tidak memenuhi syarat-syaratnya secara maksimal.
Misalnya, rawinya yang adil tidak sempurna ke-dzabit-annya (kapasitas
intelektualnya rendah). Bila jenis ini dikukuhkan oleh jalur lain semisal, maka ia
10
menjadi shahih lil ghairih. Dengan demikian, shahih li ghairih adalah hadis yang
keshahihannya disebabkan oleh faktor lain karena memenuhi syarat-syarat secara
maksimal. Misalnya, hadis hasan yang diriwayatkan melalui beberapa jalur, bisa
naik derajat dari derajat hasan ke derajat sahih.
Hadis sahih yang paling tinggi derajatnya adalah hadis yang bersanad
ashahul sanad, kemudian berturut-turut sebagai berikut:
2. Hadis Dhaif
a. Pengertian Hadis Dhaif
11
b. Klasifikasi Hadis Dhaif
1. Hadits Maudhu' adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang
ciptaan itu mereka katakan bahwa itu adalah sabda Nabi SAW, baik hal itu
disengaja maupun tidak.
2. Hadits Matruk adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang
diriwayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam perhaditsan
3. Hadits Munkar adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang
diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya, banyak
kelengahannya atau jelas kefasikannya yang bukan karena dusta.
12
4. Hadits Mu'allal (Ma'lul, Mu'all) adalah hadits yang tampaknya baik,
namun setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan ternyata ada
cacatnya
5. Hadits Mudraj (saduran) adalah hadits yang disadur dengan sesuatu yang
bukan hadits atas perkiraan bahwa saduran itu termasuk hadits.
6. Hadits Maqlub adalah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits
lain), disebabkan memutar balikkan urutan Perawi.
7. Hadits Mudltharrib adalah hadits yang menyalahi hadits dengan
mengganti rawi.
8. Hadits Muharraf adalah hadits yang menyalahi hadits lain terjadi
disebabkan karena perubahan Syakal kata, dengan masih tetapnya bentuk
tulisannya.
9. Hadits Mushahhaf adalah hadits yang mukhalafahnya karena perubahan
titik kata, sedang bentuk tulisannya tidak berubah.
10. Hadits Mubham: adalah hadits yang didalam matan atau sanadnya
terdapat seorang rawi yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau perempuan
11. Hadits Syadz (kejanggalan): adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang
yang makbul (tsiqah) menyalahi riwayat yang lebih rajih.
12. Hadits Mukhtalith adalah hadits yang rawinya buruk hafalannya,
disebabkan sudah lanjut usia, tertimpa bahaya, terbakar atau hilang kitab-
kitabnya.
3. Hadis Hasan
a. Pengertian Hadis hasan
Seperti hadis sahih lain juga, hadis hasan pun terbagi atas hasan li dzatih dan
hasan li ghairih. Hadis yang memenuhi segala syarat-syarat hadis hasan disebut
hadis hasan li dzatih. Syarat untuk hadis hasan adalah sebagaimana syarat untuk
10
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah&Pengantar Ilmu Hadist,. Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009. Hlm. 301.
13
hadis shahih, kecuali bahwa para rawinya hanya termasuk kelompok ke empat
(shaduq) atau istilah lain yang setara atau sama dengan tingkatan tersebut.
C. HADIS MAUDHU’
Hadis Maudhu‟ ialah hadis yang dibuat oleh seseorang (hadis palsu)yang
ciptaannya itu dinisbahkan kepada Rasulullah saw. secara palsu dan dusta, baik
disengaja maupun tidak. Hadis maudhu‟ merupakan hadis yang diklasifikasikan
berdasarkan cacat pada keadilan dan ke-dhabit-an rawi.11
Sama seperti hadis yang lain, hadis maudhu‟ juga memiliki ciri-ciri tertentu.
Ciri-ciri tersebut ialah :
1. Adanya pengakuan dari si pembuat hadis. Pernah seorang ulama
menanyakan suatu hadis kepada perawinya dan perawi tersebut mengakui
bahwa ia memang menciptakan hadis tersebut untuk suatu keperluan.
2. Adanya indikasi yang memperkuat, misalnya seorang rawi mengaku
menerima suatu hadis dari seorang tokoh, padahal ia belum pernah
bertemu dengan tokoh tersebut, atau tokoh tersebut telah meninggal
sebelum perawi itu lahir.
3. Adanya indikasi dari sisi tingkah laku sang perawi, misalnya diketahui
bahwa ada tingkah laku yang menyimpang dari sang perawi.
4. Adanya pertentangan dengan Alquran, hadis mutawatir atau dengan
ijma dan akal sehat.
11
Maksudnya orang yang mendengarkan pembicaraan sebagaimana mestinya, dia memahami
pembicaraan itu secara benar, kemudian menghafalnya dan sanggup menyampaikan hafalannya
kapan saja dia menghendakinya.
14
Seperti yang dikutip dari buku Ulumul Hadis (Agus Solahudin dan Agus
Suyadi : 176-181) Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan timbulnya hadis-
hadis maudhu‟, antara lain sebagai berikut.
12
Syi‟ah adalah pendukung berat keluarga nabi (ahlul al-bayt) dan lebih mengutamakan Ahl
bait daripada sahabat yang bukan keluarga nabi saw. tetapi tidak sampai mencaci, membenci, atau
mengkafirkan para sahabat, terutama Abu Bakar dan Umar.
13
Rafidhah Adalah suatu sekelompok penganut Syi‟ah yang memandang Ali dan anak
cucunya lebih utama dari Abu Bakar dan Umar serta mencaki-maki mereka.
15
Gerakan-gerakan orang Syi‟ah tersebut diimbangi oleh golongan jumhur
yang bodoh dan tidak tahu akibat dari pemalsuan hadis tersebut dengan membuat
hadis-hadis palsu.
“Tak ada satu pohon pun dalam surga melainkan tertulis pada tiap-tiap daunnya:
La ilaha ilallah, Muhammadur Rasulullah, Abu Bakar Ash-Shiddieq, „Umar bin
Khatab dan Usman Dzunnuraini”.
Golongan yang fanatik terhadap Muawwiyah membuat pula hadis palsu yang
menerangkan keutamaan Muawwiyah, di antaranya :
“Orang yang tepercaya itu ada tiga, yaitu Aku, Jibril dan Muawwiyah”.
Perlu ditegaskan bahwa walaupun golongan Khawarij merupakan golongan
yang keluar dari Ahlus sunnah wal jama‟ah, mereka tidak suka membuat hadis
maudhu‟ untuk menguatkan mazhabnya. Jadi, tidak benar jika ada ulama yang
mengatakan bahwa Khawarij dalam memperkuat mazhabnya membuat hadis
maudhu‟.
Hal tersebut dikatakan oleh Abu Daud bahwa tidak ada di dalam golongan
pengikut nafsu, yang lebih berat perkataannya dan lebih shahih hadisnya, selain
golongan Khawarij.
Mereka tidak melakukan pemalsuan hadis dikarenakan oleh doktrin mereka
yang mengkafirkan orang-orang yang melakukan dosa besar, apalagi berdusta atas
nama Nabi Muhammad saw.
14
Baca Tafsir Ibnu Kasir, 3/132
16
Faktor ini merupakan faktor awal munculnya hadis maudhu‟. Hal ini
berdasarkan peristiwa Abdullah bin Saba‟15 ang mencoba memecah belah Islam
dengan bertopeng kecintaan kepada Ahli Bait.
Di antara hadis maudhu‟ yang diciptakan oleh orang-orang Zindiq16 tersebut,
adalah :
“Tuhan kami turun dari langit pada sore hari, di „Arafah dengan berkendaraan
unta kelabu, sambil berjabatan tangan dengan orang-orang yang berkendaraan
dan memeluk orang-orang yang sedang berjalan”.
“Melihat (memandang) muka yang indah ialah ibadah”
15
Menurut www.wikipedia.org merupakan orang Yahudi yang masuk Islam pada masa
Khalifah Usman bin Affan dan kemudian menyulut pemberontakan terhadap Khalifah waktu itu,
serta sekaligus menjadi tokoh pendiri Syi‟ah.
16
Zindiq menurut bahasa artinya kotoran yang membahayakan, sedangkan menurut istilah
berarti golongan atau orang yang sengaja membuat penyimpangan dalam penafsiran nash-nash
Alquran
17
Seperti hadis-hadis yang dibuat Nuh ibn Abi Maryam tentang keutamaan
Al-qur‟an.Ketika ditanya alasannya melakukan hal seperti itu,ia menjawab,”saya
dapati manusia telah berpaling dari membaca Al-Qur‟an maka saya membuat
hadis-hadis ini untuk menarik minat umat kembali kepada Al-Qur‟an.
18
(3)
“Anak zina itu tidak dapat masuk surga sampai tujuh keturunan”
(4)
“Barang siapa yang melawan yang melahirkan seorang anak, kemudian dinamai
Muhammad, ia dan anaknya akan masuk surga”
19
BAB III
KESIMPULAN
1. Hadis jika ditinjau dari segi kuantitas perawi terbagi ke dalam dua, yaitu
hadis mutawatir dan hadis ahad.
2. Hadis mutawatir merupakan hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi
hadis dan mustahil berbuat dusta dan memiliki beberapa persyaratan-
persyaratan khusus
3. Hadis Ahad merupakan hadis yang diriwayatkan oleh beberapa perawi
hadis dan mustahil berbuat dusta, namun diantara perawi tersebut ada yang
sedikit keliru hafalannya sehingga gugur lah salah satu persyaratan hadis
mutawatir.
4. Hadis mutawatir diklasifikan atas tiga, yaitu mutawatir Ma‟nawi,
mutawatir „Amali, mutawatir Lafdzi
5. Hadis ahad terbagi menjadi tiga, yaitu hadis Masyur, hadis „Aziz, dan
hadis Gharib.
6. Hadis jika diklasifikasikan berdasarkan kualitas perawi terbagi ke dalam
tiga jenis, yaitu hadis shahih, hadis dhaif‟ dan hadis hasan.
7. Hadis maudhu‟ merupakan hadis yang diklasifikan berdasarkan cacat pada
keadilan dan ke-dhabit-an Rawi.
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Kasir juz 5An-Nisa 24 s.d An-Nisa 147, Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2000.
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia,
2008.
www.wikipedia.org/wiki/hadits
22