Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ULUMUL HADITS

Pembagian Hadist Berdasarkan Kualitas Rawi

Dosen pengampu: Ibu Siti Rosidah, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 4

Ahmad Misbahudin

M. Fauzan Amin

Adiya Dwi R

Lia Apriliani

Malika Ayuna K

Miranti Salsa

INSTITUT AGAMA ISLAM NASIONAL LAA ROIBA CIBINONG


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020 -2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................... 0
KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1
BAB 1 : PENDAHULUAN ............................................................................................ 2
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 2
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Masalah........................................................................................................ 2
BAB 2 : PEMBAHASAN ............................................................................................... 3
2.1. Pengertian Hadist Mutawatir dan Ahad ................................................................... 3
2.2. Syarat-Syarat Hadist Mutawatir ............................................................................... 4
2.3. pembagian hadist menurut para ulama..................................................................... 4
2.4. Syarat-Syarat Hadist shahih ..................................................................................... 5
2.5. Syarat-Syarat Hadist Hasan ..................................................................................... 5
2.6. Macam-Macam Hadist Dha’if ................................................................................. 6
2.7. Contoh-Contoh Hadist ............................................................................................. 7
BAB 3 : PENUTUP ........................................................................................................ 8
3.1. Kesimpulan .............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 12
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pembagian Hadist
Berdasarkan Kualitas Rawi ini tepat waktu. Makalah disusun guna memenuhi tugas
dari Ibu Siti Rosidah, MPd. Pada bidang studi/mata kuliah Ulumul Hadist di kampus
Laa Roiba.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca. Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada bapak/ibu
selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pnyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum wr.wb
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Dalam skema dapat dipahami, bahwa hadist dilihat dari segi kualitasnya terbagi
menjadi dua macam yaitu hadist maqbul dan hadist mardud, hadist maqbul terbagi
menjadi dua mutawatir dan ahad yang shahih dan hasan baik lidzatihi maupun lighayrihi
sedangkan hadist mardud ada satu yaitu hadist dha’if.
Hadist mutawatir memberikan pengertian yakin bi al-qath’I bahwa nabi
Muhammad saw., bersabda, berbuat atau menyatakan ikrar (persetujuannya) di hadapan
para sahabat, berdasarkan sumber-sumber yang banyak dan mustahil mereka bersama-
sama sepakat untuk berbuat dusta kepada Rasulullah Saw., kebenaran sumber-
sumbernya telah meyakinkan, maka hadist mutawatir ini harus diterima dan diamalkan
tanpa perlu lagi mengadakan penelitian dan penyelidikan. Baik terhadap sanad, maupun
matannya.
Berbeda dengan hadist ahad, yang hanya memberikan pengertian (prasangka
yang kuat kebenarannya) mengharuskan kepada kita untuk mengadakan penyelidikan,
baik terhadap sanad maupun terhadap matannya, sehingga status ahad tersebut menjadi
jelas, apakah bisa diterima sebagai hujjah atau ditolak. [1]

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud hadist mutawatir dan hadist ahad
2. Apa syarat-syarat hadist mutawatir
3. Bagaimana para ulama membagi hadist berdasarkan kualitasnya
4. Apa saja syarat-syarat hadist shahih
5. Apa saja syarat-syarat hadist hasan
6. Apa macam-macam hadist dha’if
7. Bagaimana contoh-contoh hadist shahih

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui pengertian hadist mutawatir dan ahad
2. Mengetahui syarat-syarat hadist mutawatir
3. Mengetahui bagaimana para ulama membagi hadist
4. Mengetahui apa saja syarat-syarat hadist shahih
5. Mengetahui apa saja syarat-syarat hadist hasan
6. Mengetahui macam-macam hadist dha’if
7. Dan dapat mengetahui bagaimana contoh-contoh hadist shahih
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian hadist Mutawatir dan hadist Ahad

A. Hadist Mutawatir
Hadist mutawatir , menurut Bahasa adalah isim fa’il musytaq dari
attawatur artinya at-tatabu’ (berturut-turut). Adapun hadist mutawatir menurut
istilah ulama hadist adalah khabar yang didasarkan pada pancaindra yang
dikabarkan oleh sejumlah orang yang mustahil menurut adat mereka
bersepakat untuk mengkabarkan berita itu dengan dusta.
Ataupun suatu hadist yang dimana hadist ini adalah hasil tanggapan dari
pancaindera. Dan menurut istilahnya adalah:
‫ما رواه ءدد كثير تحيل العادة تواطؤهم ءلي الكذب‬
Artinya: “hadist yang diriwayatkan dari banyak periwayat yang menurut adat
kebiasaan”
Sedangkan definisi yang lengkap menurut imam Muhammad ‘Ajjaj al-
khatib, adalah: sebuah hadist yang diriwayatkan oleh beberapa periwayat yang
dimana menurut adat dan kebiasaannya mustahil mereka sepakat untuk
berdusta (dalam hal hadist yang telah diriwayatkan) oleh sejumlah periwayat
dengan jumlah periwayat yang sama antara sanad awal sampai dengan sanad
yang terakhir dalam jumlah syarat itu tidak kurang pada setiap tingkatan yang
ada dalam sanadnya.
B. Hadist Ahad
Hadist Ahad adalah hadist yang diriwayatkan oleh satu, dua, atau
sedikit orang yang tidak mencapai derajat mutawatir. Hadist Ahad
dikategorikan sebagai hadist zhanny as-tsubut. Hadist Ahad menpunyai sisi
gelap yang memungkinkannya untuk ditolak atau diabaikan dan tidak
diamalkan. Dan hukumnya wajib diamalkan apabila memenuhi syarat-syarat
qobul-nya sebuah hadist ahad tersebut. Hadist ahad terbagi tiga yaitu:
1. Hadist Ahad Masyhur,Yaitu hadist yang diriwayatkan tiga orang atau
lebih (dalam suatu thaqabahnya) namun tidak mencapai derajat
mutawatir.
2. Hadist Ahad ‘Aziz,Yaitu hadist yang diriwayatkan dua orang pada
setiap thaqabat rawinya, atau hadist yang diriwayatkan oleh kurang dari
dua orang perawi pertama.
3. Hadist Ahad Gharib, yaitu hadist yang terdapat di antara mata rantai
perawinya satu orang (Penyedirian). Hadist gharib terbagi dua yaitu;
➢ hadist gharib mutlak, yaitu hadist yang terdapat penyendirian
sanad menurut jumlah personilnya.
➢ hadist gharib nusbi, yaitu hadist yang terdapat penyendirian
dalam sifat, tempat tinggal, atau golongan tertentu
misalnya antara ayah dan anak.
2.2. Syarat Hadist Mutawatir
1. Pemberitaan yang disampaikan oleh para perawi harus berdasarkan
tanggapan panca indera. Maksudnya berita yang disampaikan itu
didapatkan langsung dari pendengaran ataupun penglihatan perawi itu
sendiri.

2. Jumlah perawinya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak


memungkinkan mereka bersepakat bohong. Menurut ashhab asy-syafi’I
lima orang, ada juga ulama lain menyatakan dua puluh orang. Menurut ibn
hajar al-asqalani tidak diisyaratkan dalam jumlah bilangan tertentu. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa diantara ulama terdapat perbedaan
dalam menetapkan jumlah periwayat, ada yang menggunakan bilangan dan
ada yang tidak menetapkannya dalam jumlah bilangan. Menurut ulama
yang tidak menetapkan dalam jumlah bilangan, terpenting dalam jumlah itu
dapat diterima melalui akal sehat dan dapat memberikan keyakinan,
sedangkan bagi ulama yang menetapkan dalam jumlah bilangan tertentu
antara empat sampai tiga ratusan orang.

3. Adanya keseimbangan jumlah antara para perawi dalam thabaqah (lapisan)


pertama dengan jumlah perawi dalam thabaqah berikutnya. Bila suatu
hadist itu dikatakan mutawatir, maka waji diyakini kebenarannya,
mengamalkan apa yang ada dalam kandungan maknanya dan tidak boleh
ada keraguan di dalamnya.

2.3. Para ulama hadist membagi hadist berdasarkan kualitasnya


Para ulama hadist membagi hadist berdasarkan kualitasnya dalam tiga
kategori:
1. Hadist Shahih
Ialah hadist yang berasal dari kata ‫ الصحيخ‬yang artinya sehat atau tanpa cacat.
Jadi pengertian hadist shahih adalah hadist yang bersal dari orang yang
dipercaya yang tidak ada keraguan di dalamnya. Hadist shahih yang Muttasil
(bersambung) sanadnya. diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas dan tidak
lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz dan illat.
2. Hadist Hasan
Hadist hasan hampir sama dengan hadist shahih, yaitu hadist yang rangkaian
sanadnya bersambung. Diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, tidak
terdapat syadz dan ‘illat. Namun perbedaanya adalah hadist yang diketahui
tempat keluarnya, dan telah mashur rawi-rawi sanadnya, dan kepadanya
tempat berputar kebanyakan hadist, dan yang diterima kebanyakan ulama, dan
yang dipakai oleh umumnya fukoha’
3. Hadist Dha’if
Menurut Bahasa dhaif artinya lemah lawan dari kata kuat. Sedangkan menurut
istilah adalah hadist yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadist
shahih, sifat-sifat hadist shahih, dan tidak menghimpun sifat-sifat hadist hasan.

2.4. Syarat-Syarat Hadist Shahih


Menurut ta’rif muhadditsin, suatu hadist dapat dikatakan shahih apabila telah
memenuhi lima syarat;
1. Sanadnya bersambung. Tiap-tiap periwayatan dalam sanad hadist
menerima periwayat hadist dari periwayat terdekat sebelumnya. Keadaan ini
berlangsung demikian sampai akhir sanad dari hadist itu.

2. Periwayatan bersifat adil. Periwayat adalah seorang muslim yang baligh,


berakal sehat, selalu memelihara perbuat taat dan menjauhkan diri dari
perbuatan-perbuatan maksiat.

3. Periwayatan bersifat Dhabit. Dhabit adalah orang yang kuat hafalannya


tentang apa yang telah didengarnya dan mampu menyampaikan hafalannya
kapan saja ia menghendakinya.

4. Tidak janggal atau syadz. Adalah hadist yang tidak bertentangan dengan
hadist lain yang sudah diketahui tinggi kualitas ke-shahih-annya.

5. Terhindar dari ‘illat (cacat). Adalah hadist yang tidak memiliki cacat, yang
disebabkan adanya hal-hal yang tidak baik atau yang kelihatan samar-samar.

2.5. Syarat-Syarat Hadist Hasan


Syarat-syarat hadist hasan secara keseluruhan hampir sama dengan syarat-
syarat hadust shahih. Lima syarat hadist hasan yaitu:
1. Periwayat (sanad) bersambung,
2. diriwayatkan oeh rawi yang adil
3. diriwayatkan oleh rawi yang hafal (Dhabit), tetapi tingkat kehafalannya
masih dibawah hadist shahih,
4. tidak bertentangan dengan hadist dengan rawi yang tingkat dipercayanya
lebih tinggi atau al-qur’an.
5. tidak terdapat cacat.

Perbedaan hadist shahih dan hasan terletak pada kedhabitannya. Jika hadist
shahih tingkat dhabitnya harus tinggi, maka hadist hasan tingkat dhabitannya
berada dibawahnya. Contoh hadist hasan adalah seperti hadist yang diriwayatkan
oleh Muhammad bin Amr bin al-qamah, dari Salamah, dari Abu Hurairah.
Dalam hadist ini, hadist dikategorikan hasan dikarenakan Muhammad bin amr
bin al-qamah dikenal tingkat hafalannya yang tidak luar biasa.
2.6. Macam-Macam Hadist Dha’if
A. Dhaif dari segi bersambung sanadnya, yaitu:
➢ Hadist Mursal ialah hadist yang gugur sanadnya setelah tabiin.
➢ Hadist Munqati’ ialah hadist yang pada sanadnya terdapat seorang
perawi yang gugur atau pada sanad tersebut disebutkan nama
seseorang yang tidak dikenal Namanya.
➢ Hadist Mu’dal ialah hadist yang gugur dua orang sanadnya atau lebih
secara berturut-turut.

B. Dhaif dari segi sandarannya


➢ Hadist Mauquf ialah hadist yang disandarkan pada sahabat.
➢ Hadist Maqtu ialah hadist yang diriwayatkan dari tabiin dan
disandarkan kepadanya baik perkataan maupun perbuatannya.

C. Dhaif dari segi-segi lainnya


➢ Hadist munkar, ialah hadist yang diriwayatkan oleh orang yang lemah
(perawi yang dhaif) yang bertentangan dengan periwayatan orang
kepercayaan.
➢ Hadist matruk, ialah hadist yang diriwayatkan oleh seseorang yang
tertuduh dusta (terhadap hadist yang diriwayatkannya) atau Nampak
kefasikannya.
➢ Hadist syadz, ialah hadist yang diriwayatkan oleh orang yang maqbul
akan tetapi bertentangan matannya dengan periwayatan dari orang
yang kulitasnya lebih utama.

➢ Hadist maqlub, ialah hadist yang lafalnya bertukar pada salah seorang
dari sanadnya atau nama seseorang sanadnya, kemudian
mendahulukan penyebutannya yang seharusnya disebut belakangan
atau membelakangkan penyebutan yang seharusnya didahulukan atau
dengan sesuatu pada tempat yang lain.
2.7. Contoh – Contoh Hadist
Contoh hadist shahih:
❖ ‫حدثنا ءبدهللا بن يوسف قال احبرنا مالك ءنابن شهاب ءن محمد نب جبير بن مطعم ءن ابيه قال سمعث‬
‫م قرافي المغرب بالطؤر‬.‫رسول هللا ص‬
Artinya: “telah menceritakan kepada kami Abdullah bin yusuf ia berkata: telah
mengkhabarkan kepada kami malik dari ibnu syuhab dari Muhammad bin
jubair bin math’ami dari ayahnya ia berkata: aku pernah mendengar rasulullah
saw membaca dalam shalat maghrib surat At-Thur” (H.R Bukhari, kitab
adzan)
Contoh Hadist Mutawatir:
❖ ‫كان النبي صل هللا ءليه وسلم اليرفع يديه في شيء من دءائه اال في االءستقاء وانه يرفع حتي يري‬
‫بياض ابطيه‬
Artinya: “ nabi saw, tidak mengangkat kedua tangannya dalam doa-doa beliau,
kecuali dalam sholat istiqo’ , dan beliau mengangkat tangannya hingga tampak
putih-putih kedua ketiaknya. (H.R Bukhari)”
Contoh Hadist Dha’if:
❖ ‫ الصوم نف‬,‫ءن ابي هريرة قال قال رسول هللا صلى هللا ءليه وسلم لكل شيء زكاة وزكاة الجسد الصوم‬
‫الصبر‬
Artinya: “dari abu Hurairah radhiallahu anhu, ia mengatakan,”rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, ‘segala sesuatu itu ada zakatnya. Zakat
badan adalah puasa. Puasa itu separuh kesabaran.”
{HR. Ibnu Majah, no.1745 lewat jalur Musa bin Ubaidah dari Jumhan dari
Abu Hurairah Radhiallahu’anhu}
Sanad hadist ini lemah, karena Musa bin ubaidah dinilai hadistnya lemah oleh
sekelompok ulama ahli hadist, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tahdzib,
10/318-320. Beliau ii seorang yang sholeh dan ahli ibadah, akan tetapi lemah
dalam periwayatan hadist.
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Perbedaan Mutawatir dan Ahad:


➢ Hadist mutawatir , menurut Bahasa adalah isim fa’il musytaq dari attawatur
artinya at-tatabu’ (berturut-turut). Adapun hadist mutawatir menurut istilah
ulama hadist adalah khabar yang didasarkan pada pancaindra yang dikabarkan
oleh sejumlah orang yang mustahil menurut adat mereka bersepakat untuk
mengkabarkan berita itu dengan dusta.
➢ Hadist Ahad adalah hadist yang diriwayatkan oleh satu, dua, atau sedikit orang
yang tidak mencapai derajat mutawatir. Hadist Ahad dikategorikan sebagai
hadist zhanny as-tsubut. Hadist Ahad menpunyai sisi gelap yang
memungkinkannya untuk ditolak atau diabaikan dan tidak diamalkan. Dan
hukumnya wajib diamalkan apabila memenuhi syarat-syarat qobul-nya sebuah
hadist ahad tersebut.

Syarat-Syarat Hadist Mutawatir:


➢ Pemberitaan yang disampaikan oleh para perawi harus berdasarkan tanggapan
panca indera.
➢ Jumlah perawinya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak memungkinkan
mereka bersepakat bohong.
➢ Adanya keseimbangan jumlah antara para perawi dalam thabaqah (lapisan)
pertama dengan jumlah perawi dalam thabaqah berikutnya.

Pembagian Hadist:
➢ Hadist Shahih
Ialah hadist yang berasal dari kata ‫ الصحيخ‬yang artinya sehat atau tanpa cacat.
Jadi pengertian hadist shahih adalah hadist yang bersal dari orang yang
dipercaya yang tidak ada keraguan di dalamnya. Hadist shahih yang Muttasil
(bersambung) sanadnya. diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas dan tidak
lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz dan illat.
➢ Hadist Hasan
Hadist hasan hampir sama dengan hadist shahih, yaitu hadist yang rangkaian
sanadnya bersambung. Diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, tidak
terdapat syadz dan ‘illat. Namun perbedaanya adalah hadist yang diketahui
tempat keluarnya, dan telah mashur rawi-rawi sanadnya, dan kepadanya
tempat berputar kebanyakan hadist, dan yang diterima kebanyakan ulama, dan
yang dipakai oleh umumnya fukoha’
➢ Hadist Dha’if
Menurut Bahasa dhaif artinya lemah lawan dari kata kuat. Sedangkan menurut
istilah adalah hadist yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadist
shahih, sifat-sifat hadist shahih, dan tidak menghimpun sifat-sifat hadist hasan.

Syarat-Syarat Hadist Shahih:


➢ Sanadnya bersambung
➢ Perawinya adil
➢ Perawinya dhabit
➢ Tidak syadz
➢ Tidak ada ‘illat
Syarat-Syarat Hadist Hasan:
➢ Sanadnya bersambung
➢ Perawinya adil
➢ Perawinya dhabit (dibawah kedhabitannya hadist shahih)
➢ Tidak syadz
➢ Tidak ada ‘illat
Macam-Macam hadist Dha’if:
Dari segi bersambung sanadnya;
➢ Hadist mursal, hadist munqati’, dan hadist mu’dal
Dari segi sandaran-nya:
➢ Hadist mauquf, hadist maqtu’
Dari segi lain-lainnya:
➢ Hadist munkar, hadist matruk, hadist syadz, hadist maqlub
Contoh-Contoh Hadist
❖ ‫كان النبي صل هللا ءليه وسلم اليرفع يديه في شيء من دءائه اال في االءستقاء وانه يرفع حتي يري‬
‫بياض ابطيه‬
‫حدثنا ءبدهللا بن يوسف قال احبرنا مالك ءنابن شهاب ءن محمد نب جبير بن مطعم ءن ابيه قال سمعث رسول هللا‬
‫م قرافي المغرب بالطؤر‬.‫ص‬
‫ الصوم نف الصبر‬,‫ءن ابي هريرة قال قال رسول هللا صلى هللا ءليه وسلم لكل شيء زكاة وزكاة الجسد الصوم‬
DAFTAR PUSTAKA

Ruslan,Heri. 2012. Inilah para ulama penulis hadist.jakarta:REPUBLIKA.CO.ID


Mushlihin. 2012. www.Referensimakalah.com.
Maghfiro, Neneng.2019. Hadist Ahad dan pembagiannya di http://Bincangsyariah.com
Ainun dkk. 2017. Hadist mutawatir dan ahad. Makalah. Semester ganjil diUniv islam
Maulana Malik Ibrahim Malang 29 oktober
Rusdi. 2015. www.Kompasiana.com
Lararenjana, Edelweis.2020. Hadist dan pengertiannya dalam agama
islam.Jatim:merdeka.com

Anda mungkin juga menyukai