Disusun oleh:
Kelompok 4
Ahmad Misbahudin
M. Fauzan Amin
Adiya Dwi R
Lia Apriliani
Malika Ayuna K
Miranti Salsa
DAFTAR ISI................................................................................................................... 0
KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1
BAB 1 : PENDAHULUAN ............................................................................................ 2
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 2
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Masalah........................................................................................................ 2
BAB 2 : PEMBAHASAN ............................................................................................... 3
2.1. Pengertian Hadist Mutawatir dan Ahad ................................................................... 3
2.2. Syarat-Syarat Hadist Mutawatir ............................................................................... 4
2.3. pembagian hadist menurut para ulama..................................................................... 4
2.4. Syarat-Syarat Hadist shahih ..................................................................................... 5
2.5. Syarat-Syarat Hadist Hasan ..................................................................................... 5
2.6. Macam-Macam Hadist Dha’if ................................................................................. 6
2.7. Contoh-Contoh Hadist ............................................................................................. 7
BAB 3 : PENUTUP ........................................................................................................ 8
3.1. Kesimpulan .............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 12
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pembagian Hadist
Berdasarkan Kualitas Rawi ini tepat waktu. Makalah disusun guna memenuhi tugas
dari Ibu Siti Rosidah, MPd. Pada bidang studi/mata kuliah Ulumul Hadist di kampus
Laa Roiba.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca. Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada bapak/ibu
selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pnyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Hadist Mutawatir
Hadist mutawatir , menurut Bahasa adalah isim fa’il musytaq dari
attawatur artinya at-tatabu’ (berturut-turut). Adapun hadist mutawatir menurut
istilah ulama hadist adalah khabar yang didasarkan pada pancaindra yang
dikabarkan oleh sejumlah orang yang mustahil menurut adat mereka
bersepakat untuk mengkabarkan berita itu dengan dusta.
Ataupun suatu hadist yang dimana hadist ini adalah hasil tanggapan dari
pancaindera. Dan menurut istilahnya adalah:
ما رواه ءدد كثير تحيل العادة تواطؤهم ءلي الكذب
Artinya: “hadist yang diriwayatkan dari banyak periwayat yang menurut adat
kebiasaan”
Sedangkan definisi yang lengkap menurut imam Muhammad ‘Ajjaj al-
khatib, adalah: sebuah hadist yang diriwayatkan oleh beberapa periwayat yang
dimana menurut adat dan kebiasaannya mustahil mereka sepakat untuk
berdusta (dalam hal hadist yang telah diriwayatkan) oleh sejumlah periwayat
dengan jumlah periwayat yang sama antara sanad awal sampai dengan sanad
yang terakhir dalam jumlah syarat itu tidak kurang pada setiap tingkatan yang
ada dalam sanadnya.
B. Hadist Ahad
Hadist Ahad adalah hadist yang diriwayatkan oleh satu, dua, atau
sedikit orang yang tidak mencapai derajat mutawatir. Hadist Ahad
dikategorikan sebagai hadist zhanny as-tsubut. Hadist Ahad menpunyai sisi
gelap yang memungkinkannya untuk ditolak atau diabaikan dan tidak
diamalkan. Dan hukumnya wajib diamalkan apabila memenuhi syarat-syarat
qobul-nya sebuah hadist ahad tersebut. Hadist ahad terbagi tiga yaitu:
1. Hadist Ahad Masyhur,Yaitu hadist yang diriwayatkan tiga orang atau
lebih (dalam suatu thaqabahnya) namun tidak mencapai derajat
mutawatir.
2. Hadist Ahad ‘Aziz,Yaitu hadist yang diriwayatkan dua orang pada
setiap thaqabat rawinya, atau hadist yang diriwayatkan oleh kurang dari
dua orang perawi pertama.
3. Hadist Ahad Gharib, yaitu hadist yang terdapat di antara mata rantai
perawinya satu orang (Penyedirian). Hadist gharib terbagi dua yaitu;
➢ hadist gharib mutlak, yaitu hadist yang terdapat penyendirian
sanad menurut jumlah personilnya.
➢ hadist gharib nusbi, yaitu hadist yang terdapat penyendirian
dalam sifat, tempat tinggal, atau golongan tertentu
misalnya antara ayah dan anak.
2.2. Syarat Hadist Mutawatir
1. Pemberitaan yang disampaikan oleh para perawi harus berdasarkan
tanggapan panca indera. Maksudnya berita yang disampaikan itu
didapatkan langsung dari pendengaran ataupun penglihatan perawi itu
sendiri.
4. Tidak janggal atau syadz. Adalah hadist yang tidak bertentangan dengan
hadist lain yang sudah diketahui tinggi kualitas ke-shahih-annya.
5. Terhindar dari ‘illat (cacat). Adalah hadist yang tidak memiliki cacat, yang
disebabkan adanya hal-hal yang tidak baik atau yang kelihatan samar-samar.
Perbedaan hadist shahih dan hasan terletak pada kedhabitannya. Jika hadist
shahih tingkat dhabitnya harus tinggi, maka hadist hasan tingkat dhabitannya
berada dibawahnya. Contoh hadist hasan adalah seperti hadist yang diriwayatkan
oleh Muhammad bin Amr bin al-qamah, dari Salamah, dari Abu Hurairah.
Dalam hadist ini, hadist dikategorikan hasan dikarenakan Muhammad bin amr
bin al-qamah dikenal tingkat hafalannya yang tidak luar biasa.
2.6. Macam-Macam Hadist Dha’if
A. Dhaif dari segi bersambung sanadnya, yaitu:
➢ Hadist Mursal ialah hadist yang gugur sanadnya setelah tabiin.
➢ Hadist Munqati’ ialah hadist yang pada sanadnya terdapat seorang
perawi yang gugur atau pada sanad tersebut disebutkan nama
seseorang yang tidak dikenal Namanya.
➢ Hadist Mu’dal ialah hadist yang gugur dua orang sanadnya atau lebih
secara berturut-turut.
➢ Hadist maqlub, ialah hadist yang lafalnya bertukar pada salah seorang
dari sanadnya atau nama seseorang sanadnya, kemudian
mendahulukan penyebutannya yang seharusnya disebut belakangan
atau membelakangkan penyebutan yang seharusnya didahulukan atau
dengan sesuatu pada tempat yang lain.
2.7. Contoh – Contoh Hadist
Contoh hadist shahih:
❖ حدثنا ءبدهللا بن يوسف قال احبرنا مالك ءنابن شهاب ءن محمد نب جبير بن مطعم ءن ابيه قال سمعث
م قرافي المغرب بالطؤر.رسول هللا ص
Artinya: “telah menceritakan kepada kami Abdullah bin yusuf ia berkata: telah
mengkhabarkan kepada kami malik dari ibnu syuhab dari Muhammad bin
jubair bin math’ami dari ayahnya ia berkata: aku pernah mendengar rasulullah
saw membaca dalam shalat maghrib surat At-Thur” (H.R Bukhari, kitab
adzan)
Contoh Hadist Mutawatir:
❖ كان النبي صل هللا ءليه وسلم اليرفع يديه في شيء من دءائه اال في االءستقاء وانه يرفع حتي يري
بياض ابطيه
Artinya: “ nabi saw, tidak mengangkat kedua tangannya dalam doa-doa beliau,
kecuali dalam sholat istiqo’ , dan beliau mengangkat tangannya hingga tampak
putih-putih kedua ketiaknya. (H.R Bukhari)”
Contoh Hadist Dha’if:
❖ الصوم نف,ءن ابي هريرة قال قال رسول هللا صلى هللا ءليه وسلم لكل شيء زكاة وزكاة الجسد الصوم
الصبر
Artinya: “dari abu Hurairah radhiallahu anhu, ia mengatakan,”rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, ‘segala sesuatu itu ada zakatnya. Zakat
badan adalah puasa. Puasa itu separuh kesabaran.”
{HR. Ibnu Majah, no.1745 lewat jalur Musa bin Ubaidah dari Jumhan dari
Abu Hurairah Radhiallahu’anhu}
Sanad hadist ini lemah, karena Musa bin ubaidah dinilai hadistnya lemah oleh
sekelompok ulama ahli hadist, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tahdzib,
10/318-320. Beliau ii seorang yang sholeh dan ahli ibadah, akan tetapi lemah
dalam periwayatan hadist.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pembagian Hadist:
➢ Hadist Shahih
Ialah hadist yang berasal dari kata الصحيخyang artinya sehat atau tanpa cacat.
Jadi pengertian hadist shahih adalah hadist yang bersal dari orang yang
dipercaya yang tidak ada keraguan di dalamnya. Hadist shahih yang Muttasil
(bersambung) sanadnya. diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas dan tidak
lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz dan illat.
➢ Hadist Hasan
Hadist hasan hampir sama dengan hadist shahih, yaitu hadist yang rangkaian
sanadnya bersambung. Diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, tidak
terdapat syadz dan ‘illat. Namun perbedaanya adalah hadist yang diketahui
tempat keluarnya, dan telah mashur rawi-rawi sanadnya, dan kepadanya
tempat berputar kebanyakan hadist, dan yang diterima kebanyakan ulama, dan
yang dipakai oleh umumnya fukoha’
➢ Hadist Dha’if
Menurut Bahasa dhaif artinya lemah lawan dari kata kuat. Sedangkan menurut
istilah adalah hadist yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadist
shahih, sifat-sifat hadist shahih, dan tidak menghimpun sifat-sifat hadist hasan.