1
Ahmad Subayana Hasibuan, 2Jainal Siregar, 3Chairun Nisa, 4Dinda Aulia
Fakultas Ushuluddin
1
12230211772@students.uin-suska.ac.id, 211930210884@students.uin-suska.ac.id
3
12230222519@students.uin-suska.ac.id, 412230225617@students.uin-suska.ac.id
Abstrak
Hadis adalah sumber ajaran agama Islam yang dipakai setelah Al-Qur'an. Hadis sendiri
bersumber dari perilaku, perkataan, perbuatan, dan segala sesuatuyang berasal dari Rasulullah
Saw. Kaitan antara hadis dengan Al-Qur'an sangatlah erat. Seperti yang kita ketahui, hal-hal
pokok di dalam AlQur'an dijelaskan lagi dengan lebih rinci oleh hadis. Adapun hal-hal yang
tidak tercantum dalam Al-Qur'an, seperti tata cara shalat, pelaksanaan ibadah haji dan
sebagainya, dijelaskan oleh hadis. Sehingga sangat penting bagi kita, sebagai umat Islam yang
beriman, untuk mempelajari serta mengamalkan hadis dalam kehidupan seharihari agar kita
dapat melaksanakan agama kita dengan baik dan benar.Kata Dhaif menurut bahasa yang berarti
lemah, sebagai lawan dari Qawiy yang kuat. Sebagai lawan dari kata shahih, kata Dhaif secara
bahasa berarti Hadist yang lemah, yang sakit atau yang tidak kuat tegori Dhaif atau lemah dari
sudut persambungan sanadnya ialah: Hadits Mursal, Hadits Mungqathi', hadits Mu'dhal, dan
Hadits Mudallas.
Kata kunci: Hadist, sanad, Dho’if
Abstract
Hadith is the source of Islamic religious teachings which are used after the Qur'an. Hadith itself
comes from the behavior, words, deeds, and everything that comes from the Prophet
Muhammad. The relationship between the hadith and the Qur'an is very close. As we know, the
main things in the Qur'an are explained again in more detail by the hadith. As for things that are
not listed in the Qur'an, such as procedures for prayer, the implementation of the pilgrimage and
so on, explained by the hadith. So it is very important for us, as believing Muslims, to study and
practice the hadiths in our daily lives so that we can carry out our religion properly and correctly.
The word Dhaif according to language means weak, as opposed to strong Qawiy. As opposed to
the word shahih, the word Dhaif literally means weak Hadith, who is sick or who is not strong in
the Dhaif category or weak from the point of view of the continuation of the chain, namely:
Mursal Hadith, Mungqathi Hadith, Mu'dhal Hadith, and Mudallas Hadith.
Keywords: Hadith, Dho’if /weak, Sanad
PENDAHULUAN
Hadis adalah sumber ajaran agama Islam kita keliru atau kita malah menggunakan
yang dipakai setelah Al-Qur’an. Hadis hadis yang tidak benar, kemungkinan bisa
sendiri bersumber dari perilaku, perkataan, menjadi kesulitan bagi diri kita untuk
perbuatan, dan segala sesuatuyang berasal melakukan syari’at dan menjalankan agama
dari Rasulullah Saw. Kaitan antara hadis kita dengan baik. Diketahui bahwa macam-
dengan Al-Qur’an sangatlah erat. Seperti macam hadist, yaitu Shahih, Hasan, Dho’if,
yang kita ketahui, hal-hal pokok di dalam pada makalah ini akan membahas tentang
Al-Qur’an dijelaskan lagi dengan lebih rinci hadist dho’if, dan yang akan dibahas
oleh hadis. Adapun hal-hal yang tidak sekarang adalah bagian hadist dhaif dari segi
tercantum dalam Al-Qur’an, seperti tata cara sanad.
shalat, pelaksanaan ibadah haji dan
A.PENGERTIAN
sebagainya, dijelaskan oleh hadis. Sehingga
sangat penting bagi kita, sebagai umat Islam Kata Dhaif menurut bahasa yang
yang beriman, untuk mempelajari serta berarti lemah, sebagai lawan dari Qawiy
mengamalkan hadis dalam kehidupan yang kuat. Sebagai lawan dari kata shahih,
seharihari agar kita dapat melaksanakan kata Dhaif secara bahasa berarti Hadist yang
agama kita dengan baik dan benar. lemah, yang sakit atau yang tidak kuat.
hadis sebagai sumber ajaran kita, kita mendefinisikan secara berbeda-beda. Akan
bahwasanya hadis ini sendiri dalam yang sama, Pendapat AnNawawi : “Hadist
berbagai jenis. Karena beragamnya jenis Hadist Shahih dan syarat-syarat Hadist
jenisnya sehingga kita tidak keliru dalam Yang dinamakan hadist dhaif, yaitu
menggunakan atau mengamalkan isi hadis hadist yang tidak bersambung sanadnya atau
baik untuk diri kita sendiri,maupun untuk
kita bagikan kepada orang lain. Karena, jika
dalam sanadnya itu ada orang yang besarnya dugaan untuk menetapkan hadis
bercacat.1 Yang dimaksud orang yang tersebut bukan berasal dari Rasulullah SAW.
bercacat disini adalah rawi yang bukan Kehati-hatian para ahli hadis dalam
Islam, belum baligh, berubah akalnya, buruk menerima hadis sehingga mereka
hafalannya, dituduh dusta, biasa lalai, fasik menjadikan tidak adanya petunjuk keaslian
(keluar dari batas agama), tetapi tidak hdis itu sebagai alasan yang cukup untuk
sampai kepada batas kufur. Disamping itu, menolak hadis dan menghukuminya sebagai
hadits dhaif juga bisa disebut sebagai hadits hadis dhoif. Padahal tidak adanya petunjuk
yang kehilangan salah satu syaratnya atas keaslian hadis itu bukan suatu bukti
sebagai hadits maqbul (yang dapat diterima). yang pasti adanya kesalahan dan kedustaan
Adapun syarat-syarat hadits maqbul ialah dalam periwayatan hadis, seperti kedhaifan
rawinya adil, rawinya dhabit meskipun tidak hadis yang disebabkan rendahnya daya
sempurna, sanadnya bersambung, tidak hapal rawinya atau kesalahan yang
dapat suatu kerancuan, tidak terdapat ‘illat dilakukan dalam meriwayatkan sesuatu
yang merusak, dan pada saat dibutuhkan hadis, padahal sebetulnya ia jujur dan dapat
hadits yang bersangkutan menguntungkan dipercaya. Hal ini tidak memastikan bahwa
(tidak mencelakakan). rawi itu salah satu pula dalam meriwayatkan
hadits yang dimaksud, bahkan mungkin
A.1. Kriteria-Kriteria Hadist Dha’if
sekali hadis benar. Akan tetapi, karena
Pada definisi hadist dha’if diatas telah adanya kekhawatiran yang cukup kuat
terlihat bahwa hadist dha’if tidak memenuhi terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan
alah satu dri kriteria hadist shahih atau dalam periwayatan hadis yang dimaksud,
hadist hasan. Adapun kriteria-kriteria dari maka mereka menetapkan untuk
hadist dha’if yaitu: (1) sanadnya terputus, menolaknya. Demikian pula kedhoifan suatu
(2) periwatnya tidak adil, (3) periwatnya hadis karena tidak bersambungnya sanad.
tidak dhabith, (4) mengandung syadz, dan Hadis yang demikian dihukumi dhoif karena
(5) mengandung illat. Pada hadis dhoif identitas rawi yang tidak tercantum itu tidak
terdapat hal-hal yang menyebabkan lebih diketahui sehingga boleh jadi ia adalah rawi
1
yang dhoif. Seandainya ia adalah rawi yang
Mahmud Aziz dan Mahmud Junus, Ilmu
Musthalah Hadist, Jakarta : P.T Djadjamurni, 1958, dhoif, maka boleh jadi ia melakukan
hlm. 30
kesalahan dalam meriwayatkannya. Oleh
karena itu, para muhaddisin menjadikan Maksud dari sanad terputus adalah
kemungkinan yang timbul dari suatu apabila dalam periwayatan terdapat perawi
kemungkinan itu sebagai suatu yang gugur dari rentetan sanad. Gugurnya
pertimbangan dan menganggapnya sebagai perawi dalam sanad dapat berbeda-beda
suatu penghalang dapat diterimanya suatu tempatnya. Ada yang gugur dari awal, di
Hadis. Hal ini merupakan puncak kehati- tengah dan di akhir. Bisa juga gugurnya
hatian yang sistematis , kritis dan ilmiah. dibeberapa tempat secara berurutan atau
tidak berurutan. Hadits dhoif berdasarkan
A.2. Hadist Dhaif dari Segi
terputusnya sanad terbagi menjadi tujuh
Persambungan Sanad
bagian yaitu:2
Hadits-hadits yang termasuk dalam
1) Hadits Mauquf
kategori Dhaif atau lemah dari sudut
persambungan sanadnya ialah: Hadits Hadis mauquf adalah adalah hadis
Mursal, Hadits Mungqathi’, hadits Mu’dhal, yang disandarkan kepada sahabat,
dan Hadits Mudallas. 1. Hadits Mursal baik berupa perkataan, perbuatan,
Hadits Mursal ialah hadits yang gugur atau taqrir.3
sanadnya setelah tabi’in. Yang dimaksud
Contoh hadits mauquf : َء لَهُ َم ْن َل َحيَا
gugur disini ialah nama sanad terakhir,
ي ِْزي ُد ْب ُن َحا
َ َل اِ ْي ِرثَةَ قَا َل: َما َن ِل
yakni nama sahabat yang tidak disebutkan,
padahal sahabat adalah yang pertama Yazid bin Haris berkata: “Tidaklah
Hadis mudallas adalah hadis yang د فىwا اَل يجاهwط َول خادمwرأة قwرب امwيض
diperkirakan bahwa hadis tersebut nu’man ibn rasyid, dari zuhri dari
tidak bernoda. 7
Dengan kata lain urwah dari aisyah, bahwasannya
8
Agus Suyadi, Ulumul Hadits, Bandung : PT
7
Rahman. hlm. 215 Shantika, 2008, hlm.154
adalah: a. Al-Nu’man, b. al- روا ابو داود عن ابن جريج اخبرني بعض
Zuhri, c. Urwah, d. Aisyah اسwwة عن ابن عبwwو رافعي عن اكرمwwنى ابwwب
Dengan kajian sederhana dari ام-هwwة واخواتwwو ركانww اب-دwwو يزيwwقال طلق اب
susunan sanad tersebut, maka ركانة ونكح امرأة من مزينة
dapat disimpulakan bahwa zuhri Diriwayatkan oleh abu daud dari
mendengar riwayat diatas dari ibn juraij memberitakan
urwah, karena memang biasa kepadaku sebagian bani abu rafi’
zuhri meriwayatkan darinya. dari ikrimah dari ibnu abbas
Padahal anggapan itu salah, berkata: abu yazid mentalak
sebab imam hatim berkata, ( abu rukanah dan saudar-
“zuhri tidak pernah mendengar saudaranya) atau rukanah dan
hadits diatas dari urwah….” hal menikahi seorang wanita dari
ini dapat disimpulkan bahwa kabilah muzinah.
antara zuhri dan urwah ada Ibnu juraij nama aslinya adalah
seorang yang tidak disebutkan abdul malik bin abdul aziz bin
oleh zuhri. Oleh karena itu hadits juraij, ia tsiqoh tapi disifati tadlis
diatas disebut mudallas, tetapi sekalipun ia meriwayatkan hadits
karena samarnya terjadi pada ini dengan ungkapan tegas tetapi
sandaran sanad hadits maka ia menyembunyikan nama
disebut mudallas isnad. syaikhnya yaitu bani abu rafi’.
b) Tadlis Syuyukh, yaitu bila Para ulama’ berbeda pendapat
seorang rawi meriwayatkan hadis tentang syaikhnya ini, pendapat
yang didengarkan dari sang guru yang shahih adalah Muhammad
dengan menyebutkan nama ibn ubaidillah bin abu rafi’. Gelar
kauniyah-nya, nama tarjih-nya adalah matruk (dusta).
keturunannya, atau dengan c) Tadlis Taswiyah (tajwid), yaitu
menyifati guru tersebut dengan seorang rawi meriwayatkan hadis
sifat-sifat yang tidak/belum dari gurunya yang tsiqah
dikenal banyak orang. Contoh (dipercaya), yang oleh guru
Hadits mudallas syuyukh tersebut diterima dari gurunya
yang lemah, dan guru yang
lemah ini menerima dari seorang wasallam. Dan ‘Ubaidillah bin
guru yang tsiqah pula, tetapi si ‘Amru ini gelarnya adalah Abu
mudallis tersebut dalam Wahb dan dia seorang asady
meriwayatkannya tanpa (dari Kabilah Asad). Maka
menyabutkan rawa-rawi yang Baqiyyah sengaja menyebutkan
lemah. namanya hanya dengan gelar dan
Contoh hadits mudallas taswiyah penisbatannya kepada Bani Asad
: Diriwayatkan Ibnu Abi Hatim agar orang-orang tidak
dalam kitab Al-‘Ilal, dia mengetahuinya. Sehingga apabila
berkata,”Aku mendengar dia meninggalkan Ishaq bin Abi
bapakku – lalu ia menyebutkan Farwah, ia tidak dapat dilacak.”
hadits yang diriwayatkan Ishaq 7) Hadits Munqathi’
bin Rahawaih dari Baqiyyah
Hadis munqathi’, yaitu hadis yang
[Baqiyyah bin Al-Walid dikenal
tidak disebutkan seorang rawinya
sebagai salah seorang perawi
sebelum sahabat.9
yang banyak melakukan tadlis],
(ia mengatakan) telah Macam-Macam Pengguguran