Anda di halaman 1dari 13

URGENsi kesahihan matan

hadis

Luluk Makrifatul Madhani | 22913049


Dosen Pengampu | Dr. Sofwan Jannah, M.Ag
Pengertian

Definisi matan dari sisi bahasa bermakna 'punggung


jalan' atau ‘gundukan', bisa juga bermakna 'isi
atau muatan’.

Matan Hadis menurut istilah ilmu hadis, yaitu


“perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda
nabi saw yang disebut sesudah habis disebutkan
sanadnya.”
Tolok Ukur Matan Hadis

Butir-butir tolok ukur, yang dapat dinyatakan sebagai kaidah kesahihan matan,
oleh jumhur ulama dinyatakan sebagai tolok ukur untuk meneliti kepalsuan
suatu hadis.
 Sempurnanya Formasi Kata dan Kalimat
 Tidak bertentangan dengan Al-Qur’an
 Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat
 Tidak bertentangan dengan akal sehat, panca indera
 Sesuai dengan Fakta Sejarah
 Matan Hadis Tidak Syadz dan Tidak Ber’illat
01. Sempurnanya Formasi
Kata dan Kalimat

Kehalusan bahasa Muhammad SAW


bukan saja teruji oleh kaidah bahasa,
tetapi juga terseleksi dalam pilihan
kata-katanya, sehingga problema
seksual pun beliau ungkapkan dengan
melalui keindahan dan kesopanan
berbahasa.
02. Tidak bertentangan dengan Al-Qur’an

Apabila menemukan hadis bertentangan dengan Al-Qur’an, maka yang


dilakukan adalah meninjau dari dua segi: pertama, dari segi datangnya
(wurud). Seluruh Al-Qur’an bersifat qaṭ’ī alwurud (pasti valid
riwayatnya), punya akurasi kepastian yang tidak diragukan lagi.
Sedangkan hadis Nabi itu, ẓannī al-wurud kecuali hadis-hadis
mutawatir. Maka logikanya, yang ẓannī akan ditolak kalau
bertentangan dengan yang qaṭ’ī. Kedua, dari segi dalālah (makna) atau
teks redaksinya.
03. Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat

Dua ketentuan menolak hadis karena berlawanan dengan hadis Nabi yang lain, yaitu:
Pertama, tidak mungkin dikompromikan. Kalau masih bisa dikompromikan, maka tidak
perlu menolak salah satunya. Namun, kalau ada perbedaan yang tidak mungkin
dikompromikan maka langkah yang ditempuh adalah tarjiḥ (pengunggulan salah satunya).
Kedua, hadis yang dijadikan landasan utama haruslah mutawatir apabila ingin memvonis
hadis yang bertentangan sebagai hadis yang tertolak. Ibnu Hajar mengatakan ini sebagai
salah satu langkah preventif untuk mencegah hadis non mutawatir sebagai hadis utama.

3M
High Density
04. Tidak bertentangan dengan akal sehat,
panca indera

Makna hadis seharusnya dan semestinya tidak bertentangan dengan potensi


positif manusia dan juga tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan
penalaran logis dan juga sunnatullah.

UP
05. Sesuai Dengan
Fakta Sejarah
Matan suatu hadis dalam banyak hal perlu dikonfirmasikan
dengan fakta sejarah. Matan hadis yang menyalahi fakta
sejarah digolongkan ke dalam matan ghairu shahih.
06. Matan Hadis Tidak Syadz dan Tidak Ber’illat

Tidak Syadz Tidak Ber’illat


Memvonis suatu Hadis dengan syadz Memvonis Hadis dengan illat (cacat),
(janggal), yaitu membandingkan karena salah satu perawinya diketahui
Hadis dengan Hadis lain yang sama, kecacatan sehingga diragukan dalam
namun Hadis pertama mempunyai menyampaikan suatu Hadis. Walau
sanad yang kalah shahih dengan sanad sesungguhnya sepintas Hadis tersebut
yang terdapat dalam Hadis kedua. shahih secara sanad. Dalam illat ini
Maka Hadis pertama disebut dengan memang sangat dibutuhkan kejelian dan
sanad shahih namun matan-nya syadz. kedalaman dalam meneliti diri perawi.
Ciri-Ciri Hadis Palsu
Menurut jumhur ulama, tanda-tanda matan hadis yang palsu adalah
1. Susunan bahasanya rancu.
2. Isinya bertentangan dengan akal yang sehat dan sangat sulit
diinterpretasikan secara rasional.
3. Isinya bertentangan dengan hukum alam (sunnatullah).
4. Isinya bertentangan dengan tujuan pokok ajaran Islam.
5. Isinya bertentangan dengan sejarah.
6. Isinya bertentangan dengan petunjuk Al-Qu’an ataupun hadis mutawatir
yang telah mengandung petunjuk secara pasti.
7. Isinya berada di luar kewajaran dari petunjuk umum ajaran Islam.
Urgensi Kesahihan Matan Hadis
Sebagai langkah menghindari sikap sembrono dan berlebihan dalam meriwayatkan
1 hadis karena adanya ukuran-ukuran tertentu dalam metodologi penulisan hadis
(matan hadis).

Sebagai langkah alternatif menghadapi kemungkinan adanya


2 kesalahan pada diri para periwayat.

Sebagai usaha menghadapi musuh-musuh Islam yang memalsukan hadis


3 dengan menggunakan matan sahih.

Menghadapi kemungkinan terjadinya kontradiksi antara


4 beberapa riwayat.
Kesimpulan

Hadis sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-


Quran, sangat penting untuk diteliti, baik dari sisi sanad
maupun matan. Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang
berbeda namun tidak bisa dipisahkan. Tolok ukur atau kriteria
penelitian matan hadis, menjadi sangat penting untuk
ditetapkan di awal sebelum menentukan metodologi atau
pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian matan
hadis.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai