hadis
Butir-butir tolok ukur, yang dapat dinyatakan sebagai kaidah kesahihan matan,
oleh jumhur ulama dinyatakan sebagai tolok ukur untuk meneliti kepalsuan
suatu hadis.
Sempurnanya Formasi Kata dan Kalimat
Tidak bertentangan dengan Al-Qur’an
Tidak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat
Tidak bertentangan dengan akal sehat, panca indera
Sesuai dengan Fakta Sejarah
Matan Hadis Tidak Syadz dan Tidak Ber’illat
01. Sempurnanya Formasi
Kata dan Kalimat
Dua ketentuan menolak hadis karena berlawanan dengan hadis Nabi yang lain, yaitu:
Pertama, tidak mungkin dikompromikan. Kalau masih bisa dikompromikan, maka tidak
perlu menolak salah satunya. Namun, kalau ada perbedaan yang tidak mungkin
dikompromikan maka langkah yang ditempuh adalah tarjiḥ (pengunggulan salah satunya).
Kedua, hadis yang dijadikan landasan utama haruslah mutawatir apabila ingin memvonis
hadis yang bertentangan sebagai hadis yang tertolak. Ibnu Hajar mengatakan ini sebagai
salah satu langkah preventif untuk mencegah hadis non mutawatir sebagai hadis utama.
3M
High Density
04. Tidak bertentangan dengan akal sehat,
panca indera
UP
05. Sesuai Dengan
Fakta Sejarah
Matan suatu hadis dalam banyak hal perlu dikonfirmasikan
dengan fakta sejarah. Matan hadis yang menyalahi fakta
sejarah digolongkan ke dalam matan ghairu shahih.
06. Matan Hadis Tidak Syadz dan Tidak Ber’illat