Anda di halaman 1dari 15

KONSEP HADITS

MAUDHU'I
MARDIANA YUNIAR THAHER
1404620047
KELOMPOK 1
HADITS MAUDHU’I TENGKU FANNY ALYSYA N.
1404620017

PAI B 2020 MUHAMMAD FARUQ


1404620065
METODE PENGKAJIAN
HADITS MAUDHU’I
Metode pemahaman Hadis maudhu'i adalah metode pembahasan hadis sesuai dengan
tema tertentu yang dikeluarkan dari sebuah buku hadis. Semua Hadis yang berkaitan dengan
tema tertentu, ditelusuri dan dihimpun yang kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari
berbagai aspek. Misalnya, pendidikan menurut perspektif Hadis dalam kitab karya Al-Bukhari
atau wanita dalam kitab karya Muslim, atau menghimpun hadis-hadis yang berbicara tentang
puasa Ramadhan, ihsan (berbuat baik) dan lain sebagainya. Tema-tema seperti ini sekarang
sedang dikembangkan dalam penulisan skripsi, tesis, dan disertasi di berbagai perguruan tinggi.

a. Menentukan tema atau masalah yang akan dibahas;


b. Menghimpun atau mengumpulkan data hadis-hadis yang terkait dalam satu tema, baik
secara lafal maupun secara makna melalui kegiatan Takhrij al-Hadis;
c. Melakukan kategorisasi berdasarkan kandungan hadis dengan memperhatikan
kemungkinan perbedaan peristiwa wurud-nya hadis (tanawwu’) dan perbedaan periwayatan
hadis (lafal dan makna);
d. Melakukan kegiatan i’tibar dengan melengkapi skema sanad.
e. Melakukan penelitian sanad, meliputi: penelitian kualitas pribadi dan kapasitas intelektual
para periwayat yang menjadi sanad hadis bersangkutan, serta metode periwayatan yang
digunakan masing-masing periwayat.
f. Melakukan penelitian matan, meliputi: kemungkinan adanya ‘illat (cacat) dan
terjadinya syadz (kejanggalan).
g. Mempelajari term-term yang mengandung pengertian serupa sehingga hadis terkait
bertemu pada suatu muara tanpa ada perbedaan dan kontradiksi, juga “pemaksaan”
makna kepada makna yang tidak tepat.
h. Membandingkan berbagai syarahan hadis dari berbagai kitab-kitab syarah dengan
tidak meninggalkan syarahan kosa kata, frase, dan klausa.
i. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis atau ayatayat pendukung dan data
yang relevan
j. Menyusun hasil penelitian menurut kerangka besar konsep (grand concept) sebagai
bentuk laporan hasil penelitian dan sebuah karya penelitian atau syarahan hadis.

Langkah nomor d, e, dan f dilakukan jika dibutuhkan, tetapi yang dibutuhkan dalam hal ini
adalah mengetahui kualitas hadis-hadis yang menjadi objek penelitian.
PENGKAJIAN DARI DUA
KATEGORI SANAD DAN
MATAN HADITS SAMPAI
KEPADA KUALITAS
HADITSNYA
Ciri-ciri ini dapat diketahui melalui sanad atau matan.
a) a. Ciri-ciri hadist maudhu’i pada sanad :
Berhubungan dengan masalah ini, ulama telah mengemukakan beberapa cara untuk
mengetahui hadist maudhu` berdasarkan pada perawi-perawinya.
1. Melalui pengakuan dari perawi tersebut yang menyatakan bahwa dia telah membuat
hadist-hadist tertentu. Ini adalah bukti yang paling kuat untuk menilai suatu hadist.
Hal ini dilihat pada pengakuan yang dibuat oleh beberapa individu yang mengaku
telah menciptakan hadist.
2. Melihat tanda-tanda atau bukti yang dianggap seperti pengakuan dan pemalsu
hadist. Cara ini tidak dapat dilakukan kecuali dengan mengetahui tahun lahir dan
kematian perawi, serta melacak negeri-negeri yang pernah dikunjunginya. Oleh
sebab itu,ulama hadist membagi perawi kepada beberapa peringkat dan mengenali
mereka dari semua sudut sehingga tidak tersembunyi sesuatupun keadaan perawi
tersebut.
3. Dengan melihat pada perawi yang telah di kenal dan dinyatakan sebagai pendusta.
Baik melalui suatu riwayat yang berbeda dengan riwayat yang sahih, dan tidak ada
perawi tsiqah yang meriwayatkannya.
b. Ciri-ciri hadist maudhu’i pada matan
Selain berdasarkan kepada kedudukan seorang perawi, hadist maudhu` juga bisa dilihat
berdasarkan matan hadist. Ibnu Qayyim pernah ditanya apakah bisa mengenali suatu hadist
maudhu’i berdasarkan tanda-tanda tanpa melihat pada sanad. Ibn Qayyim mengatakan bahwa
masalah ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai penguasaan yang mendalam
ketika mengenali hadist yang sahih. Ada beberapa kaidah yang dihimpunkan oleh ulama yang
dijadikan sebagai tanda untuk mengetahui kepalsuan suatu hadist berdasarkan pada matan,di
antaranya:
1. Bertentangan dengan nas al-Qur‟an. Contohnya hadist yang berkenaan dengan umur
dunia hanya tujuh ribu tahun, hadist ini merupakan suatu kedustaan karena seandainya
hadist tersebut sahih pasti setiap orang akan mengetahui jarak waktu saat ini hingga hari
kiamat. Hal ini bertentangan dengan ayat al-Qur‟an yang menyebutkan bahwa hari kiamat
adalah hal gaib yang hanya diketahui oleh Allah.
2. Bertentangan dengan Sunnah. Setiap hadist yang memberi makna kepada kerusakan,
kezaliman, sia-sia, pujian yang batil, celaan yang benar, semuanya tidak berhubungan
dengan Nabi. Contohnya hadist tentang orang yang bernama Muhammad dan Ahmad tidak
akan masuk Neraka, hadist ini bertentangan dengan ajaran Islam, karena orang tidak
dapat diselamatkan dari Neraka hanya karena nama atau gelar, akan tetapi diperoleh
melalui iman dan amal salih.
3. Bertentangan dengan ijma‟. Setiap hadist yang menyebutkan dengan jelas tentang
wasiat Nabi kepada Ali bin Abi Thalib atau pemerintahannya adalah maudhu`.
Karena pada dasarnya Nabi tidak pernah menyebut tentang seorangpun sebagai
khalifah setelah wafat.
4. Kandungan hadist yang mengada-ada dalam pemberian pahala terhadap sesuatu
amalan kecil dan ancaman yang besar terhadap perbuatan yang buruk.
Contohnya “Barangsiapa yang salat dhuha sekian rakaat, akan diberi pahala tujuh
puluh orang Nabi.” Begitu juga dengan hadist “Siapa yang berkata La Ilaha
Illallah’, Allah akan mencipta seekor burung dari kalimat tersebut yang mempunyai
tujuh puluh ribu lidah. Setiap lidah mempunyai tujuh puluh ribu bahasa. Lidah-lidah
ini akan memohon keampunan untuknya.”
5. Kandungan hadist yang tidak dapat diterima oleh akal, seperti hadist “Terong itu
mengikuti apa yang diniat ketika memakannya”atau “terong itu penyembuh bagi
setiap penyakit.”
MENGANALISIS
PENDAPAT ULAMA
DALAM MENJELASKAN
HADITS
Persoalan lain adalah, bagaimana melakukan tarjih (memilih mana hadis yang paling
kuat) diantara dua hadis yang saling bertentangan. Boleh jadi, sebagian ulama
mengatakan hadis yang satu telah menghapus (nasikh) hadis yang satu lagi. Namun,
sebagian ulama berpendapat bahwa boleh jadi hadis yang satu bersifat umum,
sedangkan hadis yang lain bersifat mengecualikan keumuman itu.

Bagaimana bila teks hadis terlihat seakan-akan bertentangan dengan teks Qur'an.
Sebagian ulama langsung berpegang pada teks Qur'an dan meninggalkan teks hadis (ini
yang dilakukan mazhab Zhahiri ketika tidak mengharamkan pria memakai cincin dari
emas), akan tetapi sebagian lagi mengatakan bahwa hadis merupakan penjelas maksud
ayat, sehingga tidak perlu meninggalkan salah satunya, tetapi menggabungkan
maknanya (ini yang dilakukan jumhur ulama ketika mengharamkan pria memakai cincin
dari emas). Demikianlah sebab-sebab para ulama berbeda pendapat. Kalau saya boleh
menyimpulkan maka ada dua sebab utama:
1. Sebab internal, yaitu berbeda dalam memahami al-Qur'an dan Hadis serta berbeda
dalam menyusun metode ijtihad mereka
2. Sebab eksternal, yaitu perbedaan sosio-kultural dan geografis
Persoalannya sekarang, bagaimana kita mensikapi perbedaan pendapat di antara
ulama? Kalau kita sudah tahu bahwa keragaman pendapat ulama itu juga merujuk pada
al-Qur'an dan Hadis, maka silahkan anda pilih pendapat yang manapun. Yang lebih
penting lagi, janganlah cepat berburuk sangka dengan keragaman pendapat di kalangan
ulama. Jangan sembarangan menuduh mereka sebagai ulama pesanan ataupun ulama
yang ditekan pemerintah. Juga jangan cepat-cepat menilai salah fatwa ulama hanya
karena fatwa tersebut berbeda dengan selera ataupun pendapat kita.
Mengapa kita harus mengukur dalamnya sungai dengan sejengkal kayu? Sayang,
kita suka sekali mengukur kedalaman ilmu seorang ulama hanya dengan sejengkal ilmu
yg kita punya.
Di sisi lain, ulama pun tetap manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan dan
kekhilafan. Rasulullah sendiri mengakui bahwa akan ada orang yang salah dalam
berijtihad, namun Rasulullah mengatakan tetap saja Allah akan memberi satu pahala
bagi yang salah dalam berijtihad, dan dua pahala bagi yang benar dalam ijtihad.
BAGAIMANA MENGAMBIL
MANFAAT DARI TEMA
HADITS YANG TELAH
DIJELASKAN MENURUT
PENDAPAT ULAMA?
 Dapat mengetahui dan memahami apakah hadits itu palsu adalah dari penjelasan para
ulama, diantaranya Imam Ibnul Jauzi mengarang kitab Al-Maudhu’at, kumpulan hadist-
hadits palsu, untuk menjelaskan hal itu. Dan hadits menjadi palsu karena rawi di dalam
sanadnya diketahui pernah sengaja berdusta atas nama Nabi, atau hadits tersebut
tidak ada asal usulnya atau haditsnya dengan jelas bertentangan dengan al-Quran
atau hadits shohih yang jelas, sehingga tidak mungkin bersumber dari Nabi.
 Boleh mengamalkannya secara mutlak dalam persoalan hukum ketika tidak ditemukan
lagi hadits sahih yang bisa dijadikan sebagai sandaran. Pendapat ini dinisbatkan
kepada Imam Ahmad dan Abu Daud.
 Bisa melihat kebenaran hadits dengan cara membandingkan dengan Riwayat hadit
hadit yang telah diakui keberadaannya menetapkan pendoman-pedoman untuk
mengukapkan hadits maudhu’i
 Bisa meneliti karakteristik para rawi dengan mengamati Riwayat mereka
 Mampu Menqiyaskan Hukum Dalam Sebuah Hadits Dengan Pemikiran Bijak dan
Dinamis
 Tidak Menafsiri Hadits Dengan Pemikiran Yang Keliru
 Menentukan Titik Temu Hukum Pada Dua Hadits Yang Bertentangan
 Menjaga Kemurnian Makna Hadits
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai