Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGANTAR STUDI AL-QUR’AN dan HADITS

Tentang Hadist Dha’if dan Hadist Maudhu’

Disusun Oleh :

Wina Lestari (2115040067)

Fadhilla Maulina (2115040070)

Dosen Pengampu:

Dr. Luqmanul Hakim, M.Ag

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN

DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kita semua dapat menyelesaikan tugas makalah yang mengangkat tema hadits dha’if dan hadits
maudhu’ ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Dosen,
pada bidang studi Pengantar Studi Al-Qur’an dan Hadits. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang pengertian, macam-macam,kehujjahan, awal munculnya dan
kriteria tanda-tanda kepalsuan hadits.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Online, 28 November 2021

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..........................................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2

A. Pengertian dan jenis hadist ......................................................................................................2


B. Kehujjahan hadist dhoif............................................................................................................2
C. Pengertian dan awal muncul hadist mawdhu ..........................................................................5
D. Tanda tanda hadis palsu ...........................................................................................................8

BAB III PENUTUP........................................................................................................................ 10


A. Kesimpulan ...............................................................................................................................10
B. Daftar Pustaka .........................................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Hadits ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, pernyataan,taqrir dan sebagainya. Namun pada kasus ini, tidak semua hadits yang
disandarkan kepada Nabi Adalah benar. Kadang adanya sebuah penambahan pada matan, kecacatan
pada rawi, terputusnya sanad dan berbagai macam bentuk ketidak benaran lainnya. Dari kasus
seperti ini, maka diadakanlah kondifikasi hadits atau pembukuan hadits secara rinci yang membagi
tingkatan-tingkatan hadits dari kesahihannya sampai kedhaifannya.

Pada makalah ini akan dibahas tentang macam-macam hadits dha’if, kehujjahan hadits dha’if,
pengertian hadits maudhu’ dan awal munculnya serta kriteria atau tanda-tanda kepalsuan hadits.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu hadis dhoif dan mawdhu’ ?
2. Apa saja jenis hadist dhoif dan kehujjahan nya ?
3. Bagaimana awal kemunculan hadist mawdhu’?
4. Apa saja tanda tanda hadist palsu?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengertian hadist dhoif dan mawdhu’


2. Mengetahui jenis dan kehujjahan hadist dhoif
3. Mengetahui awal kemunculan hadist mawdhu’
4. Mengetahui tanda tanda jenis hadist palsu

iv
BAB II

PEMBAHASAN

Seluruh umat islam telah memahami bahwa hadits Rasulullah Saw adalah pedoman hidup yang
utama setelah Al-Qur’an dengan kata lain hadits nabi merupakan sumber ajaran islam di samping Al-
Qur’an “hadits” atau al-hadits menurut bahasa berarti al-jadid (suatu yang baru). Kata hadist juga
berarti al-khabar (berita), yaitu sesuatu yang diucapkan dan dan dipindahkan dari seseorang kepada
orang lain.

Hadits sebagaimana tinjauan Abdul Baqa’ adalah isim dari tahdith yang berarti pembicaraan.
Kemudian didefinisikan sebagai ucapan, perbuatan atau penetapan yang disandarkan Rasulullah
Saw. Segala tingkah laku manusia yang tidak di tegaskan ketentuan hukumnya, cara
mengamalkannya tidak dirincikan dalam ayat Al-Qur’an secara mutlak dan jelas, di cari
penyelesaiannya dalam macam-macam hadits.

Secara umum macam-macam hadits terbagi menjadi tiga yaitu hadits shahih, hadits hasan dan
hadits dhaif.

A.Pengertian Hadits Dha’if dan Hadits Maudhu’

Kata Dhaif menurut bahasa berarti lemah sebagai lawan dari Qawiy yang kuat.

Secara terminologis, para ulama mendefinisikannya berbeda-beda. Akan tetapi pada dasarnya
mengandung maksud yang sama. Pendapat An-Nawawi mengenai hadits dhaif adalah sebagai
berikut: “ Hadits yang didalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits sahih dan syarat-syarat hadits
hasan”.

Hadis maudhu’ adalah hadis yang dibuat-buat atau diciptakan atau didustakan atas nama Nabi.
Menurut Ahmad Amin hadis maudhu’ sudah ada sejak masa Rasulullah. Menurut bahasa, kata
Maudhu’ yang mempunyai banyak arti sesuai menurut konteks dari kalimat itu sendiri, antara lain
menggugurkan. Adakala bermakna artinya ada yang ditinggalkan dan ada pula yang bermakna
memalsukan. Hasbi ash-Shiddieqi, mengatakan bahwa hadis Maudhu’ adalah hadits dibuat-buat,
yakni hadis yang dianggap cacat disebabkan kedustaan para rawi.

B.Jenis Hadist Dhoif dan Kehujjahannya.

Pembagian hadits dhaif

1. Dhaif dari sudut sandaran mantannya

Dhaif dari sudut sandaran mantannya terbagi dua yaitu:

5
•Hadits mauquf, adalah hadits yang diriwayatkan dari para sahabat berupa perkataan, perbuatan
dan taqrirnya.

•Hadits mauqhtu, adalah hadits yang diriwayatkan dari tabi’in berupa perkataan, perbuatan atau
taqrirnya.

Berhujjah dengan hadits dhaif

Para ulama sepakat melarang meriwayatkan hadits dhaif bukan maudhu. Adapun hadits dhaif bukan
hadits maudhu maka diperselisihkan tentang boleh atau tidaknya diriwayatkan untuk berhujjah.

Dalam hal ini ada beberapa pendapat yaitu:

•Melarang secara mutlak

Membolehkan Ibnu Hajar Al-asqalani, ulama hadits yang membolehkan berhujjah dengan hadits
dhaif untuk keutamaan amal memberikan tiga syarat:

a) Tidak keterlaluan

b) Dasar amal yang ditujukan hadits dhaif tersebut masih di bawah suatu dasar yang dibenarkan
hadits yang dapat di amalkan (shahih atau hasan).
c) Dalam mengamalkannya tidak mengintikadkan bahwa hadits tersebut benar-benar bersumber
dari Nabi. Tapi tujuannya ikhtiyath (hati-hati) belaka.

Kehujjahan Hadits Dhaif

Ada dua pendapat ulama yang berbicara mengenai kehujjahan hadits dhaif yang bukan maudhu
sebagimana yang diungkapkan oleh facthur Rahman, yaitu:

•Melarang secara mutlak meriwayatkan segala macam hadits dhaif, baik untuk menetapkan hukum,
maupun memberi sugesti amalan utama.

•Membolehkan meskipun dengan melepaskan sanadnya dan tanpa menerangkan sumber-sumber


kelemahannya, untuk memberi sugesti menerangkan keutamaan amal dan cerita-cerita, bukan
untuk menetapkan hukum-hukum syariat, seperti halal dan haram dan bukan untuk menetapkan
akidah.

Sementara Hasbi As-shiddieqy menyebutkan tiga pendapat ulama hadits dalam menyikapi
kehujjahan hadits dhaif yaitu:

•Hadits dhaif tidak sama sekali tidak boleh diamalkan baik dalam soal hukum maupun dalam soal
targhib. Pendapat ini dianut oleh imam Bukhari dan Muslim.

•Boleh digunakan untuk menerangkan soal-soal Fadhillah. Pendapat ini dianut oleh imam Ahmad
dan Ibnu Abd Al-bar.

•Boleh digunakan dengan syarat apabila apabila dalam suatu masalah tidak ditemukan hadits shahih
dan hasan. Pendapat ini dianut oleh Abu Daud dan Imam Ahmad.

6
Sementara itu Ibnu Hajar al-asqalani memandang boleh berhujjah dengan hadits dhaif untuk alasan
fadhail a’mal ( hadits yang membicarakan keutamaan-keutamaan dalam beramal). Akan tetapi
beliau memberikan syarat-syarat seperti:

•Hadits dhaif tidak keterlaluan, dalam artian hadits itu tidak diriwayatkan oleh rawi pendusta,
tertuduh dusta serta banyak masalah.

•Dasar amal yang ditunjuk oleh hadits dhaif tersebut masih dibawah dasar yang dibenarkan oleh
hadits yang dapat diamalkan.

•Dalam mengamalkan tidak mengitikadkan bahwa hadits tersebut benar-benar bersumber kepada
nabi. Tetapi tujuan utamanya hanya untuk ihtiyat semata.

Dhaif dari sudut matannya

Hadist syadz adalah hadits yang diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqah atau terpercaya,
akan tetapi kandungan haditsnya bertentangan dengan (kandungan hadits) yang diriwayatkan oleh
para perawi yang lebih kuat ketsiqahannya.
Dhaif dari salah satu sudutnya, baik itu sanad ataupun matan secara bergantian

Yang dimaksud bergantian disini adalah ke dhaifan tersebut kadang-kadang terjadi pada sanad dan
kadang-kadang terjadi pada matan yang termasuk didalamnya adalah:

•Hadits maqlub, adalah hadits yang mukhalafah (menyalahkan hadits lain), disebabkan
mendahulukan dan mengakhirkan.

•Hadits mudraf, atau disisipkan secara terminologi, hadits mudraf adalah hadits yang didalamnya
terdapat sisipkan atau tambahan.

•Hadits mushahhaf, adalah hadits yang terdapat perbedaan dengan hadits yang diriwayatkan oleh
tsiqah. Karena didalamnya terdapat beberapa huruf yang dirubah. Perubahan juga dapat terjadi
pada lafadz atau makna, sehingga maksud hadits menjadi jauh berbeda dari makna dan maksud
semula.

Dhaif dari sudut sanad dan matannya secara bersamaan

Yang termasuk hadits dhaif dari sudut matan dan sanadnya secara bersama-sama yaitu:

•Hadits maudhu, yang di sanadkan Rasulullah Saw secara dibuat-buat dan di dusta, padahal beliau
tidak mengatakan, melakukan dan menetapkan.

•Hadits munkar, adalah yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang
bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi terpercaya atau jujur.

Dhaif dari segi persambungan sanadnya

Hadits-hadits yang termasuk ke dalam dhaif dari segi persambungan sanadnya adalah hadits mursal,
hadits mungqathi’, hadits mu’dhal dan hadits mudallas.

4
Berhujjah dengan hadits dhaif

Para ulama sepakat melarang meriwayatkan hadits dhaif bukan maudhu. Adapun hadits dhaif bukan
hadits maudhu maka diperselisihkan tentang boleh atau tidaknya diriwayatkan untuk berhujjah.

Dalam hal ini ada beberapa pendapat yaitu:

•Melarang secara mutlak

Membolehkan Ibnu Hajar Al-asqalani, ulama hadits yang membolehkan berhujjah dengan hadits
dhaif untuk keutamaan amal memberikan tiga syarat:

a) Tidak keterlaluan

b) Dasar amal yang ditujukan hadits dhaif tersebut masih di bawah suatu dasar yang dibenarkan
hadits yang dapat di amalkan (shahih atau hasan).

c) Dalam mengamalkannya tidak mengintikadkan bahwa hadits tersebut benar-benar bersumber


dari Nabi. Tapi tujuannya ikhtiyath (hati-hati) belaka.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hadits Maudhu’ itu ada apabila di dalam hadits
terdapat tiga unsur pokok yaitu :

1. Hadits itu dibuat-buat dan diciptakan oleh seorang pendusta

2. Hadits itu dinisbahkan kepada Rasulullah SAW.

3. Hadits yang dibuat-buat itu dilibatkan Rasulullah SAW. Oleh pendusta baik di sengaja atau tidak.

C.Pengertian dan Awal Muncul Hadits Maudhu’

“Barangsiapa berbuat dusta terhadap diriku (mengatakan apa yang aku tidak mengatakannya),
maka ia menempati tempat duduknya di dalam neraka jahanam” (HR. Bukhari-Muslim). Hadits ini
berisi peringatan keras bagi siapa pun yang berani menyampaikan riwayat palsu alias hadits
maudhu’.

Dalam Kamus Ilmu Hadits (bumi aksara, 2002), hadits maudhu’ adalah hadits yang dibuat-buat
dan yang cacatnya disebabkan kedustaan perawi. Hadits maudhu’ bisa kita jumpai saat khutbah
jumat, tausiah pada perayaan hari-hari besar umat Islam dan orasi ilmiah di perguruan tinggi. Satu
diantaranya,”Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina”. Tidak jelas siapa perawinya. Apakah masuk akal
ketika Rasulullah SAW masih hidup, beliau menyeru kepada sahabat agar mencari ilmu ke Cina?
Padahal ketika itu Rasulullah adalah tempat bertanya dan mencurahkan berbagai masalah
kehidupan.

Sejarah beredarnya hadits-hadits palsu muncul pada tahun 40 H. Kala itu timbul fitnah yang
membuat umat islam terpecah menjadi tiga kelompok. Syi’ah, Khawarij (anti kepada Khalifah Ali dan
Muawiyyah) dan Jumhur.

5
”Karena kepentingan golongan, mereka mendatangkan hujjah untuk mendukung keberadaan
mereka. Maka mereka berupaya membuat hadits-hadits palsu dan menyebarkan ke masyarakat.”,
tulis Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqiey dalam Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits (Pustaka
Rizki putra, 2009).

Masih menurut Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqiey, kota yang mula-mula mengembangkan


hadits-hadits palsu adalah Baghdad (Irak). Tempat kaum Syi’ah berpusat. Pemalsuan hadits juga
tetap terjadi pada abad ke 2 H. Kala itu muncul propaganda-propaganda politik untuk
menumbangkan bani Umayyah. Agar mudah mempengaruhi rakyat, dibuatlah hadits-hadits palsu.
Dengan bermodal hadits-hadits ini, akan menarik minat rakyat kepada lawan politik Bani Umayyah.
Pihak bani Umayyah juga melakukan aksi yang sama.

Jika pada masa lampau propaganda politik memakai hadits-hadits palsu, maka yang sekarang
terjadi di Indonesia adalah memakai ribuan berita hoax di dunia maya. Bukan hanya berita palsu,
polling atau survei abal-abal pun disebar demi mempengaruhi opini orang awam. Jika berani
memalsu hadits atas nama Rasulullah SAW pasti masuk neraka, maka menyebar berita palsu pasti
diganjar UU ITE.

Kembali ke hadits palsu, menurut Rabiatul Aslamiah dalam Hadits Maudhu dan Akibatnya
(Jurnal Al Hiwar, edisi Januari-Juni, 2016), beredarnya hadits palsu di tengah masyarakat membawa
empat dampak negatif. Satu, mempertajam perpecahan. Dua, mencemarkan pribadi Rasulullah
SAW. Tiga, mengaburkan pemahaman terhadap Islam. Empat, melemahkan jiwa dan semangat
keislaman.

Menurut Munzier suparta M.A dalam buku Ilmu Hadits (Rajawali press, 2006), perlu
melakukan beberapa hal berikut ini. Satu, memeriksa sanad. Cirinya hadits palsu ada pengakuan
para pembuatnya, ada qarinah (dalil) yang menunjukkan kebohongannya dan haditsnya
diriwayatkan satu rawi tanpa ditemukan dalam riwayat lainnya.

Dua, matan (redaksi hadits). Hadits palsu biasanya buruk redaksinya dan isinya berlawanan
dengan fakta sejarah dan ayat Al Quran. Contoh sebuah hadits yang menyatakan umur dunia 7000
tahun. Hadits ini berlawanan dengan surah al-A’raf ayat 187, bahwa umur dunia hanya Allah SWT
yang tahu. Tiga, hadits-hadits yang melebihkan salah satu sahabat. Contoh keutamaan Ali bin Abi
Thalib dibanding sahabat lainnya.

Ada beberapa motif yang mendorong dilakukannya pemalsuan hadis, yaitu :

1. Pertentangan politik

Perpecahan umat Islam akibat pertentangan politik yang terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi
Thalib sangat besar berpengaruh terhadap pemunculan hadis-hadis palsu. Masing-masing golongan
berusaha mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang , salah satunya dengan membuat
hadis palsu. Golongan syi’ah merupakan golongan yang pertama kali membuat hadis palsu.

Hammad bin Salamah pernah meriwayatkan bahwa ada salah seorang tokoh Rafidah berkata,
“Sekiranya kami pandang baik, segera kami jadikan hadis”.

lmam Safi’i juga pernah berkata, “ tidak melihat pemuas hawa nafsu yang melebihi sekte Rafidah
dalam membuat hadis palsu.”

6
2. Usaha kaum zindiq

Kaum Zindiq adalah golongan yang membenci Islam, baik sebagai agama atau pun sebagai dasar
pemerintahan. Tujuan mereka adalah menghancurkan agama Islam dari dalam.

Abdul Al-Karim bin Auja, seorang zindiq, mengatakan “Demi Allah saya telah membuat hadis palsu
sebanyak 4.000 hadis.”

3.Sikap fanatik buta terhadap bangsa, suku, bahasa, negeri, dan pimpinan

Salah satu tujuan membuat hadis palsu adalah sifat ego dan fanatik untuk menonjolkan seseorang,
bangsa, kelompok, dan sebagainya. Golongan Asy-Syu’ubiyah yang fanatik terhadap bahasa Persi
mengatakan, “Apabila Allah murka, maka Dia menurunkan wahyu dengan bahasa Arab. Apabila
senang, maka Dia menurunkan dalam bahasa Persi.” Sebaliknya, orang Arab yang fanatik terhadap
bahasa Arab mengatakan, “Apabila Allah murka, maka Dia menurunkan wahyu dengan bahasa Persi,
dan apabila senang maka Dia menurunkannya dengan bahasa Arab.

4. Mempengaruhi orang awam dengan kisah dan nasihat

Kelompok ini ingin memperoleh simpati dari pendengarnya sehingga mereka kagum melihat
kemampuannya. Hadis yang mereka katakan terlalu berlebih-lebihan.Sebagai contoh dapat dilihat
pada hadis : Artinya:”Barang siapa mengucapkan kalimat La ilaha illa Allah, maka Allah akan
menjadikan dari kalimat itu seekor burung yang paruhnya dari emas dan bulunya dari batu marjan”.

5. Perselisihan dalam fikih dan ilmu kalam

Munculnya hadis-hadis palsu dalam masalah-masalah fikih dan ilmu kalam ini berasal dari para

pengikut mazhab. Mereka melakukan pemalsuan hadis karena didorong sifat fanatik dan ingin
menguatkan mazhabnya masing-masing.

Di antara hadis-hadis palsu, adalah :

a. “Siapa yang mengangkat kedua tangannya dalam shalat, maka shalatnya tidak sah.”

b. “Jibril menjadi imamku dalam shalat di Ka’bah, ia (Jibril) membaca basmalah dengan nyaring.”

c. “Siapa yang mengatakan al-Qur’an adalah makhluk, niscaya ia telah kufur kepada Allah.”

6. Membangkitkan gairah beribadah tanpa mengerti apa yang dilakukan

Di antara ulama yang membuat hadis palsu ada yang berasumsi bahwa usahanya itu merupakan
upaya mendekatkan diri kepada Allah dan menjunjung tinggi agama-Nya. Mereka mengatakan,
“Kami berdosa semata-mata untuk menjunjung tinggi nama Rasulullah dan bukan.

7
sebaliknya.” Nuh bin Abi Maryam telah membuat hadis berkenaan dengan keutamaan membaca
surat-surat tertentu dalam Al-Qur’an. Ghulam Al-Khalil (dikenal ahli Zuhud) membuat hadis tentang
keutamaan wirid dengan maksud memperhalus kalbu manusia. Dalam kitab Tafsir AtsTsa’labi,
Zamakhsyari, dan Baidawi terdapat banyak hadis palsu, begitu juga dalam kitab Ihya Ulum Ad-Din.

7. Menjilat penguasa

Giyas bin Ibrahim merupakan tokoh yang banyak

ditulis dalam kitab hadis sebagai pemalsu hadis tentang “perlombaan.” Hadis asli sabda Rasulullah
SAW berbunyi:

“Tidak (boleh) ada perlombaan kecuali pada kuda atau onta”.

Kemudian Giyas menambah kata “merpati” dalam akhir hadis agar diberi hadiah atau mendapat
simpatik dari khalifah Al-Mahdi. Setelah mendengar hadis tersebut, Al-Mahdi memberikan hadiah
sepuluh ribu dirham, namun ketika Giyas hendak pergi, Al-Mahdi menegur, seraya berkata, “Aku
yakin itu sebenarnya merupakan dusta atas nama Rasulullah SAW”. Menyadari hal itu, khalifah
memerintahkan untuk menyembelih merpatinya.

Beberapa motif pembuatan hadis palsu di atas, dapat dikelompokkan menjadi :

a. Ada yang sengaja.

b. Ada yang tidak sengaja.

c. Ada keyakinan bahwa membuat hadis palsu

diperbolehkan.

d. Ada yang tanpa sadar jika dirinya membuat hadis

palsu.

Apapun alasannya maka membuat hadis palsu merupakan perbuatan tercela dan menyesatkan,
karena hal ini sangat bertentangan dengan sabda Rasulullah.

D.Tanda-Tanda Hadist Palsu

Ada beberapa tanda hadis palsu, yaitu:

1. Dalam sanad

•Atas dasar pengakuan si pembuat hadis palsu,sebagaimana pengakuan Abu Ismah Nuh bin Maryam
bahwa dia telah membuat hadis tentang keutamaan membaca al-Qur’an surat demi surat. Demikian
pula pengakuan Ghiyas bin Ibrahim dan lain-lain.

8
•Adanya tanda yang menunjukkan kebohongan, seperti pengakuan seorang rawi bahwa ia
meriwayatkan dari seseorang syeikh tapi ternyata ia belum pernah bertemu secara langsung.

•Meriwayatkan Hadis sendirian, sementara diri rawi dikenal sebagai pembohong dan riwayat itu
tidak ditemukan dalam riwayat lain. Maka Hadis yang demikian disebut Hadis maudhu’.

2.Dalam matan

•Redaksi hadis yang buruk dan isinya rancu, karena Nabi saw adalah seorang yang fasih dalam
berbahasa.Contoh matan hadis yang ganjil adalah: “Barangsiapa makan tanah dan mandi dengannya
maka ia telah memakan daging bapaknya Adam dan mandi dengan darahnya”

•Bertentangan dengan akal sehat, seperti hadis palsu yang menyatakan bahwa “terong adalah obat
segala penyakit”.

•Bertentangan dengan ajaran pokok al-Qur’an atau Hadis yang lebih kuat. Contohnya adalah “Anak
zina tidak masuk surga, demikian juga bapaknya dan cucunya”. Hadis ini bertentangan dengan ajaran
pokok dalam al-Qur’an seseorang tidak menanggung dosa orang lain,
•Bertentangan dengan kenyataan sejarah yang benar-benar terjadi di masa Rasulullah SAW, seperti
hadis tentang jizyah (pajak) pada penduduk Khabar, karena kewajiban pajak saat itu belum
ditetapkan.

Upaya Ulama dalam Penyelamatan Hadis

Langkah-langkah ulama’ dalam penyelamatan hadis

adalah :

1. Meneliti sistem periwayatan hadis

2. Memilih perawi hadis yang terpercaya

3. Tidak mengambil hadis dari orang-orang yang dikenal pembohong, berbuat bid’ah dan mengikuti
hawa nafsunya

4. Menyusun kaidah-kaidah umum untuk meneliti hadis.

9
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Hadits dha’if merupakan hadits yang didalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shahih dan
syarat-syarat hadits hasan. Hadits dha’if ini memiliki penyebab mengapa bisa tertolak, diantaranya
dengan sebab-sebab dari segi sanad dan juga dari segi matan. Kriteria hadits dha’if adalah karena
sanadnya yang tidak bersambung, kurang adilnya perawi, kurang dhobitnya perawi dan syadz dalam
hadits tersebut.

Hadits maudhu’ merupakan buatan pendusta yang dinisbahkan pada Nabi Saw, padahal tidak
berasal darinya, maka pada hakikatnya bukan hadits tetapi pernyataan selain Allah. Hadits maudhu’
merupakan hadits palsu sehingga tidak baik atau tidak cocok untuk dijadikan sebuah landasan atau
sebuah pegangan dalam kehidupan sehari-hari untuk menentukan suatu hukum.

B.Saran

Pokok bahasan tulisan ini sudah dipaparkan di depan. Besar harapan penulis semoga tulisan ini
bermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari
bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan agar tulisan ini dapat disusun menjadi lebih sempurna.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah.2015. ilmu-ilmu hadist(ulum hadist). Lampung : CV. Anugrah Utama Raharja

Sumber internet https://www.kompasiana.com/kehujjahan-hadist-dhaif

https://m.merdeka.com/mengenal-macam-macam-hadist-dan-pengertiannya

11
11

12

Anda mungkin juga menyukai