Anda di halaman 1dari 14

HADITS DHOIF

Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah studi Hadits I

Dosen pengampu : Zakhiru Rahma Zaha.S.Hum.,M.Pd.I

Nama Mahasiswa NIM ( Kelompok )

1. Majidil Sadam : 20228211577

2. Asliq Fuadi : 20228211556


3. Ahmad Mu’tafi Billah :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STAI MUHAMMADIYAH PONDOK PESANTREN KARANGASEM PACIRAN


LAMONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
melimpahkan rahmat serta inayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan
makalah “ Pengertian Hadist Dhoif Dan Sebab-sebab kedhoifan-Nya ” ini dan tak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini.sarana penunjang makalah ini kami susun berdasarkan referensi yang
bermacam-macam. Hal ini dengan tujuan untuk para mahasiswa umtuk
mengetahui,memahami,bahkan menerapkannya.

Namun demikian, dalam penulisan makalah ini masih terdapat kelemahan dan
kekurangan.Oleh karena itu,saran dan kritik dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Akhirul kalam, semoga yang tersaji ini dapat memberikan bantuan kepada para
mahasiswa yang lain dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar dikampus STAI
Muhammadiyah Paciran. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Paciran, 10 desember 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................2

DAFTAR ISI .....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................4

A. Latar belakang ................................................................................................4

B. Rumusan masalah ...........................................................................................5

C. Tujuan Masalah ..............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................6

A. Pengertian Hadits Dhoif .................................................................................6

B. Sebab-sebab kedhoifan ...................................................................................8

I. Macam-macam Hadits dhaif ..................................................................... 10

II. Contoh Hadits dhaif ................................................................................. 12

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ................................................................................................... 13

B. Saran ............................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Ilmu hadits merupakan salah satu pilar-pilar tsaqofah islam yangmemang


sudah selayaknya dimiliki oleh setiap kaum muslim. Dewasa ini, begitu banyak umum
yang berkembang yang mengatakan bahwa ilmu hadits dipelajari oleh para salafus
sholeh yang memang benar-benar memiliki pendapat dalam ilmu agama sehingga
stigma ini membuat sebagian besar muslim merasa tidak perlu untuk mempelajari ilmu
hadits.

Hal ini tentu sangat tidak bermanfaat. dapat membuat masyarakat muslim
menjadi kurang tsaqofah islamnya terutama dalammenjalankan sunnah-sunnah rosul.
Apa yang terjadi saat inidimana sangat bayak beredarnya hadits- hadits dho'if dan hadits
palsu yang beredarnya di tengah-tengah kaum uslim dan tentunya hal ini akan membuat
kaum muslimin menjadi pelaku bid'ah.

Jika kaum muslim masihmemandang remeh tentang ilmu hadits ini maka ini
adalah suatu hal yang sangat berbahaya bagi aqidah kaumm muslimin dalam
menjalankahsunnah rosul. Oleh karena itu, perlunya kita sebagai umat muslimmemilki
pengetahuan yang luas tentang ilmu hadits.Seperti yang telah diketahui bahwa hadits
dho’if adalah hadits yang lemah atau hadits yang tidak memilki syarat-syarat hadits
shohih danhadits hasan.

Sebagian ulama berpendapat bahwa hadits dhiof ini tidak dapat dijadikan
sebagai hujjah namun sebagian ulama yang lainnya berpendapat bahwa hadits dhoif ini
dapat digunakan sebagaihujjah. Dengan adanya khilafiah atau perbedaan pendapat
diantara paraulama,maka sangat perlulah kita sebagai umat muslim mengetahui
bagaimana cara kita menghadapi hadits dhoif tersebut karena hal ini akan langsung
berkaitan dengan aqidah dan ibadah-ibadah kita kepada Allah SWT.

4
B. Rumusan masalah

 Apakah pengertian hadits dhoif ?


 Apa saja sebab sebab kedhoifan-Nya ?
 Jelaskan macam macam hadits dhoif ?
 Sebutkan contoh contoh hadits dhoif ?

C. Tujuan pembahasan

 Untuk mengetahui pengertian hadits dhaif


 Untuk mengetahui sebab sebab kedhoifan-Nya
 Untuk mengetahui macam macam hadits dhoif
 Untuk mengetahui contoh contoh hadits dhoif

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian hadits dhoif

Hadits lemah atau Hadits Dha'if (bahasa Arab: ‫حديث ضعيف‬adalah hadits )
yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan hasan. Hadits dhaif tidak sama
dengan hadits maudhu’, atau palsu. Hadits dhaif memang dinisbahkan kepada
Rasulullah, tetapi perawi haditsnya tidak kuat hafalan ataupun kredibilitasnya, atau ada
silsilah sanad yang terputus. Sementara hadits maudhu’ ialah informasi yang
mengatasnamakan Rasulullah SAW, tetapi sebenarnya bukan perkataan Rasulullah
SAW.

Muhadditsin membagi hadits ke dalam tiga kategori: shahih, hasan, dan dhaif.
Kategori ini dibagi berdasarkan kualitas hadits dengan ukuran kualitas perawi dan
ketersambungan sanadnya. Kualitas hadits yang paling tinggi adalah shahih, kemudian
hasan, dan terakhir dhaif.

Ulama sepakat bahwa mengamalkan hadits dhaif dibolehkan, selama tidak


berkaitan dengan hukum halal dan haram, akidah, dan hanya sebatas fadha’il amal.
Dengan demikian, menyampaikan hadits dhaif, seperti mengutip hadits dhaif dalam
buku atau menyampaikannya dalam pengajian dan majelis taklim dibolehkan. Hasan
Muhammad Al-Masyath dalam Al-Taqriratus Saniyyah fi Syarahil Mandzumah Al-
Bayquniyyah menjelaskan:

‫قد أجاز بعض العلماء رواية الحديث الضعيف من غير بيان ضعفه بشروط‬: ‫أوال أن يكون الحديث في القصص‬
‫أو المواعظ أو فضائل األعمال أو نحو ذلك مما ال يتعلق بصفة هللا والعقائد واال بالحالل والحرام وسائر األحكام‬
‫الشرعية وأن ال يكون الحديث موضوعا أو ضعيف شديد الضعف‬

Artinya, “Sebagian ulama membolehkan periwayatan hadits dhaif tanpa


menjelaskan kedhaifannya dengan beberapa syarat: hadits tersebut berisi kisah, nashat-
nasihat, atau keutamaan amalan, dan tidak berkaitan dengan sifat Allah, akidah, halal-
haram, hukum syariat, bukan hadits maudhu’, dan tidak terlalu dhaif.”

6
Jumhur ulama ahlil hadist mengecam sebagian kalangan yang menyamakan hadits
dhaif dengan hadits palsu. Keduanya mempunyai perbedaan yang sangat jauh.
Menyamakan keduanya termasuk suatu kesalahan fatal dalam beragama.

،‫إن الحديث الضعيف هو في األصل منسوب إلى النبي المصطفى الكريم صلى هللا عليه وسلم بخالف الموضوع‬
‫فهو مكذوب مختلق مصنوع‬.

Artinya, “Hadits dhaif pada dasarnya tetap dinisbatkan kepada Nabi Muhammad
SAW, berbeda dengan hadits maudhu yang merupakan kebohongan yang diada-adakan
(atas nama Nabi SAW). Selain itu, penyebab dhaifnya sebuah hadits adalah
keterputusan sanadnya, atau kelemahan-kelemahan yang bersifat manusiawi dari para
perawinya seperti lemahnya daya ingat, sering ragu ataupun tersalah dalam
menyampaikan sesuatu.

Sedangkan hadits maudhu adalah hadits yang tidak bersumber sama sekali dari
Nabi Muhammad SAW. Kemudian hadits dhaif boleh diriwayatkan secara ijmak,
sedangkan hadits maudhu tidak boleh diriwayatkan sama sekali kecuali dengan
menjelaskan kepalsuannya. Selanjutnya, hadits dhaif tetap diamalkan berdasarkan ijmak
ulama dalam hal-hal yang berkaitan dengan keutamaan (fadhail), anjuran kebaikan, dan
larangan keburukan.

Sedangkan hadits maudhu haram diamalkan. Serta hadits dhaif akan naik
derajatnya menjadi hasan li ghairihi ketika ada sanad lain yang memperkuat
kebenarannya. Sedangkan hadits palsu tidak akan mengalami kenaikan status sekalipun
mempunyai puluhan ataupun bahkan ratusan hadits pendukung dari jalur yang berbeda-
beda.

7
B. Sebab sebab kedhoifan-Nya

Hadist dhaif ialah hadist yang tidak memenuhi kriteria hadist sahih dan hasan, atau
karena sebagian perawi mempunyai cacat atau ‘illat. Adapun di dalam Taysir Mustalah
al-Hadist yaitu karya dari Mahmud al-Tahhan menyebutkan tentang sebab-sebab yang
menjadikan sebuah hadits mempunyai kualitas dhaif. Di sini para ulama membaginya
menjadi dua, yaitu:

Pertama, Al-mardud bi sabab saqtun fi al-isnad, yaitu melemahnya kekuatan sebuah


hadist apabila terputus sanadnya. Seperti misalnya muallaq, marshal, mu’dhal,
muqanthi, mudallas, mu’an’an dan mursal kahfi.

Kedua, Al-mardud bi sabab ta’n fi ar-rawi, yaitu di sebabkan karena adanya kecacatan
atau illat dari perawi yang meriwayatkan hadist tersebut, misalnya : Maudhu (palsu),
mungkar, ma’uf, syadz, muallal, mukhallafah li as-siqqah, mudraj, muththarrib,maqlub
dan lain sebagianya. (Mahmud al-Tahhan, Taysir Mustalah al-Hadist)

Untuk sebab yang kedua ini tentang kecacatan pada perawinya maka di bedakan
menjadi dua, yaitu dari segi ‘adalah )keadilan) dan dari segi kedhabitan.

Adapun kecacatan perawi dari segi ‘adalahnya adalah sebagai berikut,

1. Apabila di ketahui atau di duga bahwa seorang perawi tersebut adalah seorang yang
sering berbohong, namun dalam hal ini ketika ia meriwayatkan sebuah hadist tidak di
ketahui secara pasti apakah ketika ia meriwayatkan hadist itu dalam keadaan berbohong
atau tidak? Namun karena adanya kecacatan dalam diri perawi tersebut mengakibatkan
kekuatan hadist yang ia riwayatkan menjadi hadist matruk.

2. Apabila perawi adalah pelaku bid’ah, yaitu apabila seorang perawi tersebut pernah
melakukan bid’ah, baik secara keyakinan ataupun secara perbuatan.

3. Apabila seorang perawi tersebut pernah melakukan dosa besar atu sering melakukan
dosa kecil.

4. Apabila perawi tersebut tidak di kenal sehingga tidak di ketahui latar belakangnya
serta akhlak dalam kesehariannya.

8
Sedangkan kecacatan rawi dari segi kedhabitannya adalah sebagai berikut:

1. Ingatan yang lemah, sehingga hafalan hadistnya sangat buruk dal lebih serih
melakukan kesalahan dalam meriwayatkan hadist
2. Mudah lupa (ghaflah)
3. Ragu-ragu (wahm), yaitu seorang rawi yang sering salah dalam persangkaan
periwayatan hadist.
4. Mukhalafah al-tsiqqah, yaitu riwayatnya berbeda dengan riwayat dari sebagian
orang yang terpercaya.

Hadits dhaif berdasarkan kesepakatan para ulama hadist, tidak di perbolehkan


mengamalkannya baik dalam penetapan hukum-hukum, akidah maupun fadhail al ‘amal
sementara hadist dhaif yang berkaitan dengan fadlail a’mal menurut jumhur ulama
mustahab untuk di amalkan dengan ketentuan berikut,

1. Hadist tersebut mengenai fadlail a’mal dan kisah-kisah, bukan tentang masalah
akidah yang berkaitan dengan Allah Swt, atau hukum-hukum syariat yang berkaitan
dengan halal dan haram.
2. Tingkat ke-dhaif-annya tidak parah, seperti perawinya adalah seorang pembohong
atau tertuduh sebagai pembohong, pemalsu, atau orang yang sangat banyak
kesalahannya/maksiatnya.
3. Ketika mengamalkannya tidk seratus persen meyakini bahwa hadist tersebut benar-
benar datang dari Rasulullah Saw, tetapi mengamalkannya dengan aksud semata-mata
hanya untuk ikhtiyath.

Jadi, sebab-sebab hadits dhaif adalah karena adanya kecacatan dari perawinya, putusnya
sanad hadist tersebut serta tidak memenuhi kriteria dari hadist shahih dan hadist hasan.
Sehingga kita dapat melihat keshahihan dan kekuatan sebuah hadist berdasarkan kriteria
dan sebab-sebab hadits menjadi dhaif tersebut diatas. Wallahua’lam bisshawab.

9
I. Macam macam Hadits dhaif

 Muallaq
Muallaq adalah setiap hadits yang tidak disebutkan rangkaian sanadnya dari
awal sanad, baik satu orang rawi yang tidak disebutkan, dua rawi, maupun lebih.
Yang terpenting, perawi hadits tidak disebutkan dari awal sanad.

 Mursal
Mursal berarti: ‫ ما سقط من آخر اسناده من بعد التابعي‬Artinya, “Hadits yang
dihilangkan perawi setelah thabi’in )sahabat) dari akhir sanadnya.” Maksudnya
hadits yang tidak disebutkan nama sahabat dalam rangkaian sanadnya.
Periwayatan hadits pasti melalui sahabat, karena tidak mungkin tabi’in bertemu
Rasulullah langsung. Bila ada hadits yang tidak menyebutkan sahabat dalam
rangkaian sanadnya, dari tabi’in langsung lompat kepada Rasulullah, maka hadits
itu bermasalah

 Mu’dhal
Mu’dhal berarti: ‫ ما سقط من إسناده اثنان فأكثر على التوالي‬Artinya, “Hadits yang
dalam rangkaian sanadnya terdapat dua perawi yang dihilangkan secara berturut-
turut.” Maksudnya, dalam rangkaian sanad ada dua perawi yang dihilangkan,
syaratnya harus berturut-turut. Kalau tidak berturut-turut, misalnya di awal
sanadnya ada perawi yang hilang, kemudian satu lagi di akhir sanad, maka ini
tidak bisa dinamakan hadits mu’dhal.

 Munqathi’
Munqathi’ berarti: ‫ ما لم يتصل إسناده على أي وجه كان انقطاعه‬Artinya, “Hadits yang
rangkaian sanadnya terputus di manapun terputusnya.” Persyaratan hadits
munqathi’ lebih longgar daripada sebelumnya. Hadits munqathi’ tidak
mensyaratkan harus berturut-turut atau jumlah perawi yang hilang ditentukan,
selama ada dalam rangkaian sanad itu rawi yang hilang atau tidak disebutkan, baik
di awal, pertengahan, maupun akhir sanad, maka hadits itu disebut munqathi’.

10
 Mudallas

Ulama membagi dua macam hadits mudallas: tadlis isnad dan tadlis syuyukh.

Tadlis Isnad adalah: ‫أن يروي الراوي عمن قد سمع منه ما لم يسمع منه من غير أن يذكر أنه سمعه منه‬
Artinya, “Perawi hadits meriwayatkan hadits dari gurunya, tetapi hadits yang dia
sampaikan itu tidak didengar langsung dari gurunya tanpa menjelaskan bahwa dia
mendengar hadits darinya.” Maksudnya, seorang rawi mendapatkan hadits dari
orang lain, tetapi dia meriwayatkan dengan mengatasnamakan gurunya, di mana
sebagian hadits dia terima dari gurunya tersebut. Padahal untuk kasus hadits itu dia
tidak mendengar dari gurunya, tetapi dari orang lain.

Tadlis Syuyukh adalah: ‫ فيسميه أو يكنيه أو ينسبه أو يصفه‬،‫أن يروي الراوي عن شيخ حديثا سمعه منه‬
‫ بما ال يعرف به كي ال يعرف‬Artinya, “Seorang perawi meriwayatkan hadits yang didengar
dari gurunya, tetapi dia menyebut gurunya tersebut dengan julukan yang tidak
populer, tujuannya supaya tidak dikenal orang lain.” Perawi sengaja menyebut
gurunya dengan nama atau gelar yang tidak populer supaya orang lain tidak tahu
siapa guru sebenarnya. Karena kalau disebut nama asli gurunya, bisa jadi guru
perawi itu tidak tsiqah (dipercaya) dan haditsnya nanti menjadi bermasalah. Untuk
menutupi kekurangan itu, dia mengelabui orang dengan menyebut nama yang tidak
populer untuk gurunya.

 Mursal Khafi
Mursal khafi berarti: ‫أن يروي عمن لقيه أو عاصره مالم يسمع منه بلفظ يحتمل السماع وغيره‬
Artinya, “Perawi meriwayatkan hadits dari orang yang semasa dengannya, tetapi
sebenarnya dia tidak mendengar hadits itu darinya, dia sendiri meriwayatkannya
Dengan redaksi simak ( Seolah olah dia mendengar langsung )

Maksudnya, perawi menerima hadits dari orang yang semasa dengannya dan dia
bertemu langsung dengan orang tersebut, namun sebenarnya dia tidak mendengar
langsung hadits itu dari orang yang semasa dengannya. Namun persoalannya, dia
meriwayatkan hadits seolah-olah dia mendengar langsung, padahal tidak seperti itu.
Ini disebut dengan hadits mursalkhafi, hukumnya dhaif

11
II. Contoh contoh hadits Dhaif

Tentang tidur dan diam nya orang berpuasa

‫اب َوذَ ْنبُهُ َم ْغفُ ْو ٌر‬


ٌ ‫عا ُؤهُ ُم ْست َ َج‬
َ ُ‫ف َود‬ َ ‫ع َملُهُ ُم‬
ٌ َ‫ضاع‬ َ ‫ص ْمتُهُ ت َ ْسبِ ْي ٌح َو‬
َ ‫صائِ ِم ِعبَادَة ٌ َو‬
َّ ‫ن َْو ُم ال‬

“Tidurnya orang yang sedang berpuasa itu ibadah, diamnya merupakan tasbih, amal
perbuatannya )akan dibalas) dengan berlipatganda, doa’nya mustajab dan dosanya
diampuni“. [Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abul Imân dan lain-lain dari jalur

Sanad hadits ini maudhû’, karena dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang
bernama Sulaiman bin Amr an-Nakha’i, seorang pendusta. [Lihat, Faidhul Qadîr, no.
9293, Silsilatud Dha’ifah, no. 4696]

Tentang keutamaan i’tikaf

‫عش ًْرا فِي َر َمضَانَ كَانَ َك َح َّجت َ ْي ِن َوع ُْم َرت َ ْي ِن‬ َ ‫َم ِن ا ْعتَك‬
َ ‫َف‬

“Barangsiapa yang beri’tikaf pada sepuluh hari )terakhir) bulan Ramadhân, maka dia
seperti telah menunaikan haji dan umrah dua kali“.

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi rahimahullah dalam kitab beliau Syu’abul Imân dari
Husain bin Ali bin Thâlib Radhiyallahu ‘anhuma. hadits ini Maudhû’.

Syaikh al-Albâni rahimahullah dalam kitab beliau Dha’if Jami’ish Shaghiir, no. 5460,
mengatakan ,”Maudhû.’ Kemudian beliau rahimahullah menjelaskan penyebab
kepalsuan hadits ini dalam kitab beliau rahimahullah Silsilah ad-Dha’ifah, no. 518

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hadits lemah atau Hadits Dha'if (bahasa Arab: ‫حديث ضعيف‬adalah hadits )
yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan hasan. Hadits dhaif tidak sama
dengan hadits maudhu’, atau palsu. dan menurut para ulama sebab sebab kedhaianya
: dibagi menjadi 2 yaituPertama, Al-mardud bi sabab saqtun fi al-isnad dan Al-mardud
bi sabab ta’n fi ar-rawi. Dan Ada juga kececatan perawi dari segi kedhabitan nya,
macam macam hadits juga ada beberapa contohnya : muallaq, mursal, mu’dhal dll.
Dan ada juga banyak contoh contoh hadits dhaif .

B. Saran

Untuk teman-teman Dalam sebuah makalah ini masih banyak kekurangan,


para pembaca diharapkan lebih banyak lagi membaca buku-buku referensi tentang
pengertian hadits dhaif dan sebab sebab kedhaifan nya, macam macam hadits dhaif
dan contoh contoh hadits dhaif. Kritik dan saran juga kami harapkan dari teman teman
sekalian , untuk membuat makalah-makalah selanjutnya agar lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

 Al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim (1423 H/2002 M). Al-Manar Al-Munif fi Ash-Shahih


wa Adh-Dhaif. Daarul Atsar.
 https://almanhaj.or.id/3950-hadits-hadits-dhaif-maudhu-yang-banyak-beredar-
pada-bulan-ramadhan.html
 https://almanhaj.or.id/3950-hadits-hadits-dhaif-maudhu-yang-banyak-beredar-
pada-bulan-ramadhan.html
 https://pecihitam.org/sebab-sebab-yang-menjadikan-kualitas-hadits-menjadi-
dhaif/
 https://islam.nu.or.id/ilmu-hadits/macam-macam-hadits-dhaif-1-LMnL0

14

Anda mungkin juga menyukai