Mata kuliah:Hadist
Disusun oleh:
Kelompok 4
PUTRI KHAIRANI
RIZKI MAULANA
T.P 2023/2024
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmatnya
makalah berjudul “Memahami hadist-hadist dha‟if dan maudhu‟ berdasarkan sanad dan
matan.Shalawat beserta salam kita hadirkan kepada junjungan nabi besar kita nabi muhammad
SWA,mudah-mudahan kita termasuk umatnya yang mendapat syafaatnya.Yang terhormat Bapak
Muhammad Ismail Sembiring,M.E selaku dosen pengampuh ilmu hadist di kelas kami.Pembuatan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah hadist Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berperan di dalam pembuatan
makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penulisan maupun materi.Oleh karena itu apabila ada kritikan atau saran dari bapak dosen maupun
audiens yang bersifat membangun kami dengan kerendahan hati bersedia untuk mendengarkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memperdalam wawasan kita semjua tentang hadist
sebagai hukum agama kita yang kedua.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A.Latar belakang ................................................................................................................................. 4
B.Rumusan Masalah............................................................................................................................ 4
BAB II ....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 5
A.Hadis Dhaif dan Permasalahannya .................................................................................................. 5
B.Masalah Hadis Maudhu’ .................................................................................................................. 8
BAB III .................................................................................................................................................... 12
PENUTUPAN .......................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 12
B. Saran ......................................................................................................................................... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Hadits oleh umat islam diyakini sebagai sumber pokok ajaran islam sesudah Al-Quran.
Dalam tataran aplikasinya, hadits dapat dijadikan hujjahkeagamaan dalam kehidupan dan
menepati posisi yang sangat penting dalamkajian keislaman. Secara struktural hadits
merupakan sumber ajaran islam setelah Al-Quran yang bersifat global. Artinya, jika kita tidak
menemukan penjelasan tentang problematika kehidupan di dalam Al-Quran, maka kita harus
dan wajib merujuk pada hadits. Oleh karena itu, hadits merupakan hal yang penting dan
memiliki kewenangan dalam menetapkan suatu hukum yang tidak termaksud dalam Al-
Quran.Ditinjau dari segi kualitasnya, hadits terbagi menjadi dua yaitu hadits Makbul (hadits
yang dapat diterima sebagai dalil) dan hadits Mardud (haditsyang tertolak sebagai dalil).
Hadits Makbul terbagi menjadi dua yaitu hadits Shahih dan Hasan, sedangkan yang termasuk
dalam hadits Mardud salahsatunya adalah hadits Dha‟if yang didalamnya terdapat hadits
Maudhu,semuanya memiliki ciri dan kriteria yang berbeda.Kualitas keshahihan suatu hadits
merupakan hal yang penting, terutama hadits-hadits yang bertentangan dengan hadits atau
dalil yang lebih kuat.Dalam hal ini, maka kajian makalah ini diperlukan untuk mengetahui
apakah suatu hadits dapat dijadikan hujjah syar‟iyyah atau tidak.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui pengertian dari hadist dhai‟f dan maudhu
4
BAB II
PEMBAHASAN
bahwa hadis daif adalah hadis yang yangtidakmemenuhi syarat-syarat bisa diterima.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa pada dasarnya mereka
sependapat bahwa hadis daif adalah hadis yang didapati padanya sesuatu yang menyebab
kan ia lemah. Lemah karena ia tidak memiliki syarat-syarat hadis Sahih dan Hasan.
Hadis dhaif termasuk banyak ragamnya dan mempunyai perbedaan deraja tsatu sama lain,
disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadis shahi atau hasan yang tidak dipenuhinya.
Misalnya hadis dhaif yang karena tidak bersambung sanad nya dan tidak adil periwayatnya,adalah
lebih dha‟if dari pada hadist yang hanya keguguran satu syarat untuk di terima sebagai hadis
hasan,atau dengan kata lain hadis dha‟if yang keguguran tiga syarat lebih dha‟if dari pada
hadis daif yang hanya keguguran dua syarat.
5
Fatchur Rahman mengutip pendapat al-„Iraqi, bahwa hadis daif bisa di bagi menjadi 42
bagian dan sebagian ulama mengatakan bahwa hadis daif terdiri atas 129 macam, bahkan
bisa lebih dari itu:
a. Hadis Mursal
Hadits mursal yaitu: hadits yang dimarfu‟kan oleh seoarng tabi‟iy kepada rasul SAW., baik
berupa sabda, perbuatan maupun taqrir,dengan tidak menyebutkan orang yang menceritakan
kepadanya;
Contoh:
ان الوالقران اال طا هر: عن مالك عن عبد هللا بن ابىى بكرى بن حزم ان فى الكتاب الذى كتبة رسول هللا لعمر و بن حزم
Abdullah bin Abi Bakr pada hadis di atas merupakan seorang Tabi‟i, sedangkan seorang
tabi‟i tidak semasa dan tidak bertemu dengan Nabi Saw. Akan tetapi dia tidak menyebutkan
orang yang mengabarkan kepadanya sehingga dinamakan mursal.
b.Hadis Munqathi‟
Hadits munqathi yaitu dalam sanadnya gugur satu orang perawi dalam satu tempat atau
lebih, atau didalamnya disebutkan seorang perawi yang mubham. Dari
segi gugurnya seorang perawi ia sama dengan hadits mursal. Hanya saja, kalu hadis mursal
gugurnya perawi dibatasi oleh tingkatan sahabat, sementara dalam hadits munqathi seperti
itu.Jadi setiap hadits yang sanadnya gugur satu orang perawi baik
awal, ditengah ataupun diakhir disebutmunqathi‟.
Adapun contohnyasebagaiberikut:
Berkata Ahmad bin Syu‟ib; telah mengabarkan kepadakami.Qutaibah bin Sa‟id, telah
ceritakan kepada kami. Abu „Awanah,telah menceritakan kepada kami, Hisyam bin Urwah,
dari Fatimah binti Mundzir, dari Ummi Salamah , ummil Mu‟minin, ia berkata;telahbersabda
Rasul Saw: Pada hadis tersebut di atas Fatimah tidak mendengar hadistersebut dariUmmu
Salamah, waktu Ummu salamah meninggal Fatimah ketika itu masih kecildan tidak bertemu
dengannya.
c. Hadis Mu‟dhal
yaitu hadis dari sanad nya gugur dua atau lebih perawinya secara berturut turut.
hadits ini sama, bahkan lebih rendah dari hadits munqathi. Sama dari segi keburukan
kualitasnya, bila munqathi‟annya lebih dari satu tempat.
Contohnyasebagai berikut: kata Syafi‟I; telah mengabarkan kepada kami, Sa‟id bin
Salim,dari Ibnu Juraij, bahwa: Ibnu Juraij pada hadis tersebut tidak sesaman dengan Nabi,
bahkan masanya itu di bawah tabi‟in, jadi antara dia dengan Rasul Saw diantarai oleh dua
perantarayaitu tabi‟in dengan sahabat.
6
d. Hadis Mudallas
Kata “tadlis” secara etimologis berasal dari akar kata “ad-Dalas”yang berarti“adz-
Dzhulman”(kedzaliman).Tadlis dalam jual-beli berarti menyembunyi kan aib
barang dari pembelinya.Dari sinilah disinilah diambil dalam pengertian dalam sanad.Karena
keduanya memiliki kesamaan alasan, yakni menyembunyikan sesuatu dengan cara diam
tanpa menyebutkan.
Tadlis terdiri dari dua jenis,yaitu tadlis al- Isnad dan tadlis asy-syuyukh
Yaitu seseorang perawi (mengatakan) meriwiyatkan sesuatu dari sesamanya.yang tidak pernah
ia bertemu dengan orang itu, ataupernah bertemutetapi diriwiyatkannya itu tidak didengar dari orang
tersebut,dengancara menimbulkan dugaan mendengar langsung.
jenis ini lebih ringan dari pada tadlis al-isnad. Karena perawi tidak sengaja mengugurkan
salah seorang dari sanad dan tidak sengaja pula menyamarkan dan tidak mendengar langsung
dengan ungkapan yang menunjukkan mendengar langsung. Perawi hanya menyebut gurunya,
memberi kun-ya atau memberikan nisbat ataupun memberikan sifat yang tidak lazim dikenal.
a. Hadis Mudha‟af
Yaitu hadis yang tidak disepakati kedaifannya.Sebagian ahli hadis menilainya mengandung
kedaifan, baik di dalam sanad maupun matan, dan sebagian lainnya menilainya kuat.Akan
tetapi penilaian daifitu lebih kuat.
b.Hadis Mudhtharib
Yaitu hadis yang diriwayatkan dengan beberapa bentuk yang salingberbeda, yang tidak
mungkin mentarjihkan sebagiannya atas bagian yang lainnya.
Kemudian mengakibatkan kedhaifan suatu hadis, karena menunjukkan ketidak dhabitan.
c. Hadis Maqlub
Yaitu hadis yang mengalami pemutar balikan dari diri perawi,kadang kadang keterbalikan itu
terjadi pada sanad,yaitu terbaliknya nama seorang perawi. Misalnya Murrah ibn Ka‟b dan
Ka‟b bin Murrah.
d.Hadis Syadz
Imam Syafi‟ilah yang mula-mula memperkenalkan hadis syadz ini menurutnya bila diantara
perawi tziqat ada diantara mereka yang menyimpang dari lainnya. Selanjutnya generasi
7
setelahnya sepakat bahwa hadi syad ialah hadis yang diriwayatkan oleh perawi maqbul dalam
keadaan menyimpang dari perawi lain yang lebih kua tdarinya.
e. Hadis Munkar
Hadis munkar ialah hadis yang diriwayatkan oleh perawi daif yang banyak
kesalahannya, banyak kelengahannya, atau jelas kefasikannya.Oleh karena itu kriteria hadis
munkar adalah penyendirian perawinya daif dan mukhalafah.
Hadis matruk ialah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang dituduh berdusta dalam hadis
nabawiy, atau sering bersdustadalam pembicaraannya, atau yang terlihat kefasikannya
melalui perbuatan maupun kata-katanya . Atau yang sering sekali salah dan lupa. Misalnya
hadis-hadis Amr ibn Syamr dari Jabir al Ja‟fiy.Sedangkan hadis mathruh ialah hadis yang
terlempar hadisnyakarena cacatnya perawinya.
ما نسب الل رسول هللا صلى هللا عليه و سلم اختالقا و كدبا مما لم يقله اويفعله او يقره و قا ل بعضهم هو المختلق المصنوع
“Hadits yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, secara dibuat-buat dan dusta, padahal
beliau tidak mengatakan, berbuat ataupun menetapkannya”Jadi,hadist maudhu‟ itu adalah
bukan hadits yang bersumber dari Rasulullah dengan kata lain bukan hadits Rasul,akan tetapi
suatu perkataan atau perbuatan seseorang atau pihak-
pihak tertentu dengan suatu alasan kemudiandinisbatkan kepada Rasul.
8
memegang khalifah setelah beliau wafat, sehingga mereka membuat hadis palsu
diantaranya:
“orang-orang yang saya wasiati,tumpuan hatiku,penggantiku dalam keluarga ku dan
orang yang terbaik yang memegang khalifah sesudah ku adalah Ali”.
B) Perbedaan ras dan fanagtisme suku, negara dan iman.
Sebagian penguasa Bani Umayyah dalam menjalankan
roda pemerintahandan memudahkannya bertumpu pada bangsa Arab padakhususnya.
Sebagian mereka sangat fanatik kesukuan.Memandang rendahsuku-suku non Arab.
Misalnya:
“Sesungguhnya percakapan mereka yang ada di sekitar „Arsyadalah denganbahasa
Parsi”
C) Para tukang cerita
sebagian tukang cerita ketika melakukan pemalsuan terhadap hadis nabi tidak lain
bertujuan untuk menarik dan mengumpulkan banyakorang. Dan sebagian mereka
bertujuan untuk mendapatkan hadiah dari pendengarnya. Diantara hadis palsutersebut:
“ Barang siapa mengucapkan La Ilaha Illallah, maka Allah akanmenciptkan satu
burung dari setiap katanya, yang paruhnya dari emas dan bulunya dari marjan”
D) Senang kebaikan tanpa pengetahuan agama yang cukup
Sebagian orang saleh dan zahid yang melihat kesibukanmasyarakat atas duniadan
meninggalkan akhirat. Lalu mereka membuathadis-hadis palsu berkenaan dengan
tahrib dan targhib, dengan harapan mendapatkan pahala dari Allah Swt.Diantara hadis
palsu yang dibuatoleh mereka tentang keutamaan surat demi surat dalam Alquran,
sebagian masalah perdukunan dan lain-lain. Ditanya kepada salahseorang diantara
mereka: “dari mana engkau mendapatkan hadis-hadis ini, siapayang membaca begini,
ia menjawab “aku memalsukannya agar manusia menyukainya”
E) Perbedaan madzhab dan teologi
Disamping pemalsuan yang dilakukan oleh oleh para pengikutaliran politiktertentu
demi memperkuat pendapat golongan mereka,
ada juga pemalsuan yangdilakukan oleh para pengikut madzhab fikih danteologi.
Misalnya“Barang siapa yang mengangkat tangannya ketika ruku‟ maka tiadalah shalat
baginya”
Dan tentang teologi:“Semua yang ada di langit dan yang ada di atara keduanya adalah
mahluk,kecuali Alquran. Dan akan ada orang-orang dari umatku yang
mengatakan,Alquran adalah mahluk. Siapa yang diantara mereka yang mengatakan
hal itu, maka ialah kafir kepada Allah yang maha Agung,dan isterinya tercerai saat itu
juga”.Walaupun masih ada sebab-sebab yang lain terjadinya pemalsuan hadis,namun
menurut penulis inilah halyang sangat mendasar terjadinya pemalsuan terhadap hadis
Nabi.
9
Namun Ada beberapa hal yang bisamenjadi indikasi sederhanaterhadap hadis palsu ialah
sebagai berikut:
A.) Hadis tersebut mengandung susunan yang kacau (tidak karuan), yangmana
tidakmungkin disabdakan oleh Nabi.
B.) Hadis tersebut memiliki kandungan yang berhak mendapatkan celaan.
C.) Isinya bertentang dengan ketetapan agama yang kuat dan jelas.
D.) Ada beberapa pengakuan yang sah yang menunjukkan kepalsuannya.
E.) Bertentang dengan Alquran
F.) Isinya bertentangan dengan akal
G.) Pengakuan yang dilakukan oleh si pemalsu hadis bahwa dialah yang mengada adakan
hadis tersebut, dll.
10
pemalsuan tampak dalam beberapa karya, diantaranya: Tadzikraj al- Maudhu‟at oleh Abu al-
Fadhl Muhammad Ibnu Thahir al-Maqdisiy,
Ciri-ciri hadis maudhu dikategorikan dalam 2 golongan, yaitu melalui sanad dan matan.
11
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Hadis daif adalah hadis yang didapati padanya sesuatu yang menyebabkan ia lemah.
Lemah karena ia tidak memiliki syarat-syarat hadis Sahih dan Hasan.Sebab-sebab
kedaifan ketika diteliti kembali kepada dua hal pokok yaitu: (1).Ketidak muttashilan
sanad, dan (2) Selain ketidak muttashilan sanad
2. Hadis maudhu‟ ialah sesuatu yang dinisbatkan kepada Rasul saw,secara mengada-ada
dan dusta, yang tidak beliau sabdakan, beliau kerjakan,danbeliau taqrirkan.
B. Saran
12